Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT HUKUM

DISUSUN OLEH :

Natanael Lumbantobing 20600251


Paul Lundu Frans Bakara 20600274
Kevin Saut Purba 20600280

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2023
Aksiologi Filsafat Hukum
Yang menjadi objek kajian filsafat pada tataran aksiologi adalah bagaimana manusia dalam
penerapan pengetahuan itu, dapat mengklasifikasinya, tujuan pengetahuan dan
perkembangannya. Pada taraf tertinggi, aksilogi filsafat hukum akan mempersoalkan
bagaiman hukum itu berfungsi secara ideal. Nilai, azas dan norma (azas objektif hukum yang
bersifat moral, Azas objektif hukum yang bersifat Rasional, dan Azas subjektif hukum yang
bersifat Moral dan Rasional) yang merupakan unsur-unsur hukum. Pengertian azas hukum
adalah prinsip-prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum atau pengertian dan nilai-
nilai yang menjadi titik tolak pembentukan undang-undang dan interpretasi undang-undang
atau prinsip-prinsip yang merupakan kedudukannya yang lebih tinggi dari pada hukum yang
ditentukan manusia. Aksiologi filsafat hukum pada kebanyakan (masyarakat) umumnya
dikenal dengan peranan hukum, dimana dasar keadilan dan kepastian hukum menjadi pilar
yang seyogianya ditopang dengan segenap keseimbangan hukum. Tidak bermaksud untuk
memadukan antara aksiologi filsafat hukum dan penemuan hukum, namun pada
kausalitasnya penerapan hukum, unsur-unsur penemuan hukum merupakan kosekwesi dari
penerapan hukum secara empirik. Sudikno Mortokusumo berpandangan bahwa, jikalau
mencari hukumnya, arti sebuah kata maka dicari terlebih dahulu dalam undang-undang,
karena undang-undang bersifat autentik, berbentuk tertulis, dan menjamin kepastian hukum.
Nilai (value) merupakan salah satu cabang filsafat yaitu axiologi (filsafat nilai). Nilai
biasanya digunakan untuk menunjukan kata benda yang abstrak yang dapat dinyatakan
sebagga keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Demikian pula, Bahanuddin Salam
menyatakan bahwa, melalui teori pengetahuan kita sudah sampai pada teori nilai yaitu teori
yang menyelidiki proses dan isi penilaian yaitu proses-proses yang mendahului,
mengiringkan malahan menentukan semua kelakuan manusia.
Oleh karena, hukum dalam tataran aksiologi filsafat hukum pada fase ketiga tahapan
pembedahan hukum (Fungsi Filsafat Hukum) maka, keadilan hukum, kepastian hukum,
jaminan hak dan kewajiban serta hubungan-hubungan hukum merupakan ruang bersekutunya
unsur-unsur hukum, yang menjadi alasan objektif ke-dinamisasian hukum itu berproses.

Korelasi nilai, asas hukum, norma hukum dan sikap tindak


Nilai itu merupakan suatu keaadan yang dapat kita ketahui, namun sifatnya abstrak. Dalam
situasi hukum, nilai tersebut diturunkan lagi dalam bentuk pilihan yang diberi nama asas
hukum, sehingga nilai ini menjadi landasan dari keberadaan asas hukum
Asas hukum pada dasarnya berbentuk prinsip prinsip umum, sehingga belum pula bisa
langsung dioperasionalkan. Asas hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam
pembentukan peraturan hukum. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan sedikit
pembahasan yang berkaitan dengan masalah ini dengan harapan dapat mendekatkan
pemahaman kita tentang asas-asas hukum.
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya
melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Dalam bahasa Inggris, kata "
asas " diformatkan sebagai " principle ", peraturan konkret seperti undang-undang tidak
boleh bertentangan dengan asas hukum, demikian pula dalam putusan hakim, pelaksanaan
hukum, hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat dan
sistem hukum yang di pertegas oleh Dragan Milovanovic:1
“Pengsistematisan hukum berlangsung secara terus-menerus kedalam kumpulan hukum yang
relevan, yang di koordinasi oleh beberapa asas-asas tentang pembenaran.”
Peraturan hukum hanya merupakan lambing-lambang saja yang dipakai untuk menyampaikan
norma-norma hukum. Menurut Zevenbergen, norma hukum mengandung dua hal:
1. patokan penilaian, yaitu menilai kehidupan masyarakat dengan menyatakan apa yang
dianggap baik dan tidak baik
2. patokan tingkah laku, yaitu berdasarkan suatu penilaian tertentu maka dibuatlah petunjuk-
petunjuk tentang tingkah laku atau perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan
yang harus ditinggalkan
Dengan demikian, norma hukum mengandung makna di satu pihak sebagai patokan yang
memuat penilaian mengenai perbuatan tertentu menurut hukum dan di lain pihak merupakan
patokan atau ukuran ataupaun pedoman untuk berperikelakuan atau bersikap tindak dalam
hidup menurut peraturan hukum
Asas hukum membentuk isi norma hukum yang di rumuskan dalam pertauran hukum. Tanpa
asas hukum, maka norma hukum akan kehilangan kekuatan yang mengikatnya.
Nilai nilai dasar dalam hukum
Franz Magniz-Suseno dengan mengutip pendapat ahli Jerman, Reinhold Zippelius,
mengemukakan bahwa terdapat tiga nilai dasar yang harus direalisir di dalam hukum, yaitu
nilai kesamaan, kebebasan dan solidaritas.
1. Nilai Kesamaan
Zippelius memandang bahwa eksistensi hukum hanya masuk akal apabila hukum dapat
menjamin nilai kesamaan. Penyelesaian konflik dalam masyarakat modern tidak lagi
didasarkan kepada siapa yang kuat atau siapa yang lemah, melainkan didasarkan pada kriteria
objektif yang berlaku bagi pihak kuat dan pihak yang lemah. Ini mempelihatkan setiap pihak
yang dipandang sama di hadapan hukum. Hukum berlaku umum, tidak hanya berlaku untuk
pihak tertentu. Dengan demikian, hukum menjamin kedudukan dasar  yang sama bagi setiap
anggota masyarakat.
Berdasarkan kesamaan semua anggota masyarakat sebagai manusia dan warga negara, maka
tidak ada orang atau sekelompok  orang yang begitu saja dapat memerintah  kecuali ia
mendapat penugasan atau persetujuan  dari warga masyarakat itu sendiri.  Keyakinan itu
terungkap dengan istilah kedaulatan rakyat. Setiap wewenang untuk memerintah  haruslah
mendapat  persetujuan  rakyat dalam suatu  pemilihan umum yang jujur, bebas, rahasia.
Dengan demikian, wewenang penguasa  untuk memerintah  telah mendapatkan keabsahan 
(legitimasi) secara demokratis.
Kedaulatan rakyat tidak berarti segala keputusan harus diambil langsung oleh rakyat,
melainkan pemerintahan itu tetap berada di bawah kontrol masyarakat. Kontrol itu dapat 

1
dilakukan melalui dua cara  yaitu, pertama, melalui pemilihan wakil-wakil
rakyat. Kedua,  melalui keterbukaan  (publicity) pemerintahan.
Nilai kesamaan dalam etika politik disebut “keadilan”. Keadilan adalah  keadaan
antarmanusia di mana manusia diperlakukan  sama dalam situasi yang sama. Nilai pertama
yang harus djamin oleh hukum adalah keadilan.  Pembukaan UUD 1945 menjamin bahwa
dalam mencapai tujuan negara haruslah antara lain berdasarkan keadialan sosial. Keadilan
sosial merupakan keadilan yang pelaksanaannya tergantung  dari struktur ekonomis, politis,
budaya, ideologis. Struktur- struktur tersebut merupakan struktur kekuasaan  yang
menyebabkan segolongan orang tidak dapat memperoleh  apa yang menjadi hak mereka  atau
tidak dapat bagian yang wajar dari  harta kekayaan dan hasil pekerjaan  masyarakat secara
keseluruhan.
Melaksanakan keadialan sosial  berarti membongkar seperlunya struktur-struktur  kekuasaan 
yang ada dan dengan sendirinya  akan berhadapan  dengan pihak-phak yang sedang
berkuasa.  Pihak yang disebut terakhir  ini tidak akan tinggal diam. Mereka tetap berusaha
mempertahankan status quo, sehingga  keuntungan yang didapat dari struktur  yang timpang
itu  tetap berlangsung. Karena itu tidak masuk akal mengusahakan keadialan sosial datang 
dari mereka yang berkuasa. Usaha itu harus datang dari golongan yang menderita
ketidakadilan serta kesediaan elite yang berkuasa untuk membuka monopolinya atas
kekuasaan tersebut.
2. Nilai kebebasan
Hukum mencegah pihak yang kuat mendominasi atau mencampuri pihak lemah, ia langsung
memperlihatkan bahwa hukum melindungi kebebasan manusia. Fungsi hukum sebagai
penjamin kebebasan manusia menjadi pokok filsafat hukum Hegel. Sepintas kelihatannya
hukum itu membatasi kebebasan manusia. Pembatasan kebebasan  oleh hukum itu
mendapat persetujuan dan pengakuan masyarakat, sebaliknya pembatasan kebebasan
oleh pihak kuat tidak didasarkan pada persetujuan bebas dari rakyat.
Inti kebebasan ialah bahwa setiap orang atau kelompok orang berhak untuk mengurus dirinya
sendiri lepas dari dominasi pihak lain. Kebebasan tidak berarti  orang berhak hidup menurut
kemauannya sendiri. Secara hakiki manusia itu adalah individu yang bersifat sosial, dimana
ia hidup dalam suatu jaringan dengan manusia lain dan dengan demikian ia harus
memperhatikan serta tergantung pada orang lain. Secara sederhana dapat dikatakn bahwa
kebebasan itu adalah kebebasan untuk mengurus diri sendiri lepas dari campur tangan si kuat
yang dipaksakan secara sewenang-wenang.  Kebebasan mengurus diri sendiri merupakan hak
asasi universal. Kebebasan ini pertama kali diperjuangkan oleh kaum liberal yang pada
mulanya berusaha untuk melindungi kehidupan pribadi dari campur tangan yang dipaksakan
oleh pihak lain. Nilai kebebasan mencakup hak  untuk hidup, kebutuhan jasmani, kebebasan
bergerak, mengurus rumah tangga sendiri, hak memilih pekerjaan dan tempat tinggal,
kebebasan berpikir, berkumpul dan berserikat.
Nilai kebebasan yang harus direalisasikan oleh hukum ini mengakibatkan adanya pembatasan
terhadap tugas-tugas negara, yaitu menyelenggarakan kesejahteraan umum, sehingga dalam
melaksanakan tugas tidak melanggar nilai kebebasan. Kesejahteraan umum adalah syarat-
syarat atau kondisi-kondisi yang perlu disediakan oleh negara untuk masyarakat, sehingga
individu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-kelompokdapat memanfaatkannya untuk
mencapai kesejahteraan masing-masing. Negara sendiri tidak boleh secara langsung
menyejahterakan rakyatnya, melainkan membantu orang untuk mencapai sejahtera. Yang
dapat merasa kesejahteraan masing-masing itu hanya yang bersangkutan. Negara tidak
memiliki kemampuan untuk merasakan kesejahteraan masing-masing itu.
Bantuan negara dalam menyejahterakan warganya berlandaskan pada
prinsip subsidiaritas, artinya negara sebagai anggota masyarakat atau lembaga yang lebih
tinggi harus memberikan bantuan kepada anggota masyarakat yang lebih rendah dan terbatas
sejauh mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya secara memuaskan. Sebaliknya apa
yang dapat dikerjakan secara memuaskan oleh satuan masyarakat yang lebih kecil dan
terbatas tidak boleh diambil alih oleh negara.
Jika negara mengambil alih urusan masyarakat padahal urusan tersebut dapat diselesaikan
secara memuaskan oleh yang bersangkutan, maka negara telah jatuh  ke dalam totaliterisme.
Mengambil tugas atau urusan yang dapat dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga berarti
negara telah melanggar hak asasi manusia untuk mengurus dirinya sendiri. Ini berarti juga
telah merebut sebagian kehidupan warganya. Prinsip subsidiaritas memberi penghormatan
atas  inisiatif dari bawah serta memberi gairah hidup dalam masyarakat.
3. Kebersamaan
Hukum adalah institusional dari kebersamaan masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia
secara hakiki harus hidup bersama. Untuk itu ia memerlukan tatanan hukum untuk mengatur
hubungannya dengan sesama manusia. Pembatasan kebebasannya untuk memberikan ruang
gerak kepada pihak lain merupakan pengakuan institusional terhadap solidaritas sesama
manusia. Ungkapan fraternite, persaudaraan dan keadilan sosial adalah istilah modern dari
solidaritas.
Pengakuan terhadap solidaritas atau kesetiakawanan ini mengharuskan tatanan hukum untuk
menunjang sikap sesama anggota masyarakat sebagai senasip dan sepenanggungan. Oleh
karena itu, tatanan hukum mewajibkan kita untuk bertanggung jawab atas kita semua, tidak
boleh ada diantaranya dibiarkan  menderita, apalagi dikorbankan demi kepentingan orang
lain.
Atas dasar itu, masyarakat melalui negara merasa wajib untuk menjamin bahwa tida ada
anggotan yang harus hidup menderita karena syarat-syarat objektif tidak terpenuhi. Negara
wajib membantu golongan-golongan lemah dan kurang mampu seperti buruh, wanita, anak-
anak, korban perang, cacat veteran, pengungsi dan korban bencana alam. Usaha negara
memberikan fasilitas bagi golongan-golongan tersebut termasuk menyelenggarakan
kesejahteraan sosial, yaitu sebagai wujud nilai solidaritas antarmanusia.
Antinomi nilai dalam hukum
Hukum pada hakikatnya merupakan system kehidupan manusia bermasyarakat dan bernegara
adalah juga bertolak dari masalah-masalah konflik. Kehadiran hukum dalam masyarakat
diantaranya ialah mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan orang
dalam masyrakat atau setidak-setidaknya menekan benturan benturan kepentingan tersebut
menjadi sekecil mungkin.
Purnadi purbacarakan dan soerjono soekanto mengemukana tujuh pasangan nilai pokok yang
terdapat dalam eksistensi hukum untuk diicapai atau diwujudukan keserasiannya melalui
manifestasi hukum seperti berikut
1. pasangan antara kesadaran penguasa dan warga masyarakat akan makna dan hakikat
hukum dapat menjadi sumber keadilan, kedamaian, kesejahteraan, rohaniah dan jasmaniah,
sebagai tujuan akhir hukum
2. pasangan antara kesadaran kejasmanian(aspek lahir) dan kerohanian(aspek batin);
keserasiannya pada dasarnya menghasilan atau mewujudkan kesejahteraan materil dan
spiritual;
3. pasangan antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum; keserasiannya menghasilkan
keadilan
4. pasangan antara keketatan hukum dan keluwesan hukum; keserasiannya menghasilkan
kewibawaan hukum
5. pasangan antara kebebasan dan ketertiban; keserasiannya menghasilkan kedamaian
6. pasangan antara proteksi hukum dan restriksi hukum; keserasiannha menghasilkan
kemantapan
7. pasangan antara kebaruan dan kelestarian; keserasiannya menghasilkan perkembangan
kualitatif dan kuantitatif
Antinomi nila kepastian dengan nilai keadilan
Definisi atau arti kata kepastian berdasarkan KBBI :
pasti /pas·ti/ a sudah tetap; tidak boleh tidak; tentu; mesti: dia sudah berjanji besok
• pasti datang; jika diberkahi Tuhan, usaha kita
• pasti berhasil;
memastikan /me·mas·ti·kan/ v mengatakan dng pasti; menentukan; menetapkan dng
sungguh hati: kami sudah mempertimbangkan masak-masak sebelum memastikan akan
memungut seorang anak laki-laki;
pemastian /pe·mas·ti·an/ n proses, cara, perbuatan memastikan; penentuan;
penetapan: pemastian jadwal keberangkatan kapal itu dapat ditanyakan kpd syahbandar;
kepastian /ke·pas·ti·an/ n perihal (keadaan) pasti; ketentuan; ketetapan;
kepastian hukum perangkat hukum suatu negara yg mampu menjamin hak dan kewajiban
setiap warga negara
Teori Kepastian Hukum – Indonesia merupakan negara hukum yang tercermin dalam
perundang-undangan yang hadir dalam hukum Indonesia. Selain itu, hampir seluruh aspek
dalam kehidupan bermasyarakat diatur dalam hukum yang jelas yang ada di Indonesia.
Melalui hukum, pemerintah mampu mengatur dan menertibkan masyarakat sehingga,
kehidupan dalam bermasyarakat pun menjadi lebih tertib.
Dalam hukum, ada tiga hal yang wajib terkandung dalam hukum tersebut sebagai nilai
identitas dan salah satunya adalah asas kepastian hukum. Kepastian hukum sendiri memiliki
beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli.
Pengertian Kepastian Hukum
Secara normatif, kepastian hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan perundang-
undangan yang dibuat serta diundangkan dengan pasti. Hal ini dikarenakan kepastian hukum
dapat mengatur dengan jelas serta logis sehingga tidak akan menimbulkan keraguan apabila
ada multitafsir. Sehingga tidak akan berbenturan serta tidak menimbulkan konflik dalam
norma yang ada di masyarakat.
Sedangkan menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama
adanya peraturan yang memiliki sifat umum untuk dapat membuat seorang individu
mengetahui apa perbuatan yang boleh serta tidak boleh dilakukan. Sementara pengertian yang
kedua adalah keamanan hukum untuk seorang individu dari kesewenangan pemerintah sebab,
dengan adanya peraturan yang berisfat umum itu, individu dapat mengetahui apa yang boleh
dibebankan serta apa yang boleh dilakukan oleh negara terhadap seorang individu.
Arti keadilan
Keadilan menuntut agara semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan dengan sama.
Dalam arti materil hukum dituntut agar hukum sesuai mungkin dengan cita cita keadilan
dalam masyarakat.
Nilai keadilan berfungsi menentukan secara nyata apa yang pantas di terima oleh seseorang
sebagai konsekuensi lanjutan dari norma hukum yang mengaturnya
Dalam wilayah keadilan hal yang serupapun dapat terjadi, bermaknsa gagasan awal yang
sedianya terjadi, jika hidup maka gagasan awalnya adalah yang berhukum, artinya memenuhi
apapun yang tujuannya adalah untuk hidup dan juga merujuk pada fase akhir hidup yakni
mati untuk dapat dikatakan selesai hidup dan menuju Kembali pada fase yang lain
dunia/dimensi.
Demikian , berarti dalam wilayah keadilan yang tidak adil makna gagasan yang terdapat
didalamnya berarti pemulihan yang berarti Kembali menjadi sama dengan awalnya, yakni
tidak ada penganiayaan dan tidak pula ada ganjaran yang dirasakan negative bagi pelaku, bila
penganiayan tidak terjadi.
Refleksi terhadap antinomi nilainya
Memandang kepastian hukum dan keiadlan, seperti memandang dua sisi mata uang, karena
keduanya harus ada, jika keadaan yang damai hendak dicapai. Sebuah keadilan tidak dapat
digapai, apabila kepastian tidak dipenuhi, karena subjek hukun tertentu dapat dihukum tanpa
memerhatikan terlebih dahuku apakah Tindakan yang dianggap sebagai suatu pelanggaran
atau kejahatan itu merupakan rumus delik.
Jadi apa yang pasti dalam hukum, belum tentu memberi keadilan begitu pula sebaliknya. Jadi
mengedpankan nilai keadilan saja belum tentu akan secara otomatis memberikan kepastian
hukum. Oleh sebab itu hukum yang pasti, harusnya juga adil dan hukum yang adil seharusnya
memberikan kepastian
Antinomi nilai individualism dengan nilai kolektivisme
Arti individualism
Individualisme 
merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan
kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang
individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang
intervensi dari masyarakat, negara dan setiap badan atau kelompok atas pilihan pribadi
mereka. Oleh itu, individualisme melawan segala pendapat yang menempatkan tujuan suatu
kelompok sebagai lebih penting dari tujuan seorang individu yang dengan sendiri adalah
dasar kepada setiap badan masyarakat.
Pendapat-pendapat yang di tentang termasuk holisme, kolektivisme dan statisme, antara lain.
Filsafat ini juga kurang senang dengan segala standar moral yang berlaku ke atas seseorang
karena peraturan-peraturan itu menghalangi kebebasan seseorang
Arti koletivisme
Pengertian kolektivisme disini tidak saja dipandang secara materil karena adanya kepentingan
ekonomis, tetapi juga karena factor factor non ekonomis pn dapat menjadi motif nilai
tersebut.
Soepomo (1903-1958) misalnya, juga turut memberikan pendapatnya tentang nilai
kolektivisme, yang setidaknya menolak pengertian kolektivisme yang bernuaansa ekonomis
saja, yakni Ketika soepomo mengenalkan adanya konsep persekutuan hukum di dalam
masyarakat adat Indonesia yang menjunjung sifat kekeluargaan dan kesatuan hidup bersama
Refleksi terhadap antinomi nilainya
Yang menjadi soal penting disni, dalam konteks hukum yang ideal, bukan mana yang lenbih
berat eksistensinya terhadap yang lainnya, bukanlah soal yang penting, apakah nilai
individualism ataukah kolektivisme? Karena dalam kontkes hukum yang ideal, ada satu
keseimbangan antar nilai-nilai tersebut, sehingga tercapat harmoni nilai yang sempurna bagi
tiap manusia maupun masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat berikut ini, Ketika perbedaan
derajat antinomisnya dapat diperhatikan dalam lingkup yang sederhana, yakni pada tataran
perundang-undangan, dimana dalam undang-undang tertentu, terdapat nili individualism yang
lebih dominan, atau sebaliknya, nilai kolektivitisme justru lebih dominan dari nilai
individualismenya
Antinomi nilai materialism dengan nilai spiritualisme
Arti materialism
Pengertian materialism disini adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu
yang termasuk kehidupna mansuai didalam alam kebendaan semata mata dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra
Dengan pengertian demikian, maka materialism pada intinya hanyalah berupa benda atau
materia yang menjadi dasar seluruh kehidupan manusia, dan karenanya diluar itu, tidak jadi
dasar eksistensi manusia.
Arti spiritualisme
Spiritualisme yang ada dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang artinya adalam aliran
filsafat mengumakan kerohanian
Spiritualisme merupakan Paham menyakini bahwa realitas yang ada dialam ini merupakan
cerminan dari kesadaran immaterial yang dibentuk oleh subjek absolut
Refleksi terhadap antinomi nilainya
Nilai materialism yang semakin menguat, apalgi semenjak kapitalisme Berjaya dalam setiap
sendi kehidupan manusia. sesungguhnya juga memengaruhi hukum hukum yang mengatur
Lembaga Lembaga perkawinan.
Antinomi nilai kebebasan dengan nilai ketertiban
Arti kebebesan
Arti: keadaan bebas; kemerdekaan
Tetapi pada arti umumnya artui kebebasan tidak dapat disamakan dengan sewenang wenang
karena pada dasarnya arti kebebesan tidak liar tidak terkekang tidak terpaksa
Arti ketertiban
Secara konsepsional, ketertiban itu sendiri dapat dimaknai sebagai keadaan yang serba teratur
baik, yang oleh C.J.M.Schuyt keadaan itu di cirikan dengan adanya; 1. dapat diperkiarakan
2, Kerjasama 3. pengendalian kekerasan 4. kesesuaian 5. langgeng 6. mantap 7. Berjenjang 8.
ketaatan 9. tanpa perselisihann 10. keseragaman 11. kebersamaan 12. ajeg 13. suruhan 14.
keburutan 15. corak lahir 16. Tersusun
Oleh sebab itu, ketertiban adalah nilai yang menghendaki keadaan yang teratur, karena
berdasarkan ciri-cirinya tadi diatas. Ketertiban merupakan nilai yang mengarahkan pada tiap-
tiap individu untuk bersikap dan bertindak yang seharusnya agar keadaan yang teratur
tersebut dapat dicapai dengan baik
Refleksi terhadap antinomi nilainya
Nilai kebebasan tanpa ketertiban, sama saja dengan kebebasan yang tidak rasional, atau
kebebasan yang dimilik oleh makhluk tidak berakal, seperti hewan. Hewan mempunyai
kebebasan yang hanya dibatasi oleh alam dan lingkungannya, karena akan terkungkung,
bahkan bisa jadi, hewan hewan itu dapat punah. Oleh sebab itu kebebsan hewan disni dapat
disamakan dengan keliaran, karena kebebsannya tidak membutuhkan suatu keadaan yang
tertib social.
Ketertiban yang amat ketat tanpa unsur nilai kebebasan sama sekali, juga bukan suatu nilai
orientasi hidup manusia. karena ketertiban dalam relasi social tanpa memberiekan kebebasan
berarti menolak eksistensi manusia sebagai individu.
Antinomi nilai inovasi dengan nilai konservasi
Arti inovasi
Inovasi memiliki pengertian sebagai berikut
Pemasukan atau pengenalan hal hal yang baru dan penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya
Dengan demikian, berdasarkan nilai inovasi, setiap individu tertentut mempunyai sikap atau
semangat untuk melakukan pembaruan-pembaruan dalam hidupnya, yang secara historis
telah dibuktikan dalam sejarah peradaban manusia, baik itu dalam bidang politik, ekonomi,
social, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi , dan lain sebagainya
Arti konservasi
Dalam KBBI saja pengertian konservasi pun mempunyai pemahaman yang demikian
Pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan
kemushana dengan jalan mengawetkan pengawetan
Refleksi terhadap antinomi nilainya
Nilai konservasi ini dianggap baik eksitensinya disempurnakan oleh nilai atinomisnya, yakni
nilai inovasi. Begitu pula sebaliknya. Dengan adanya nilai-nilai yang bersifat memperbaharui
dan melestarikan sekaligus, dimana relasinya bersifat antinomis manusia dapat menyikapi
hidupnya sejara bijak dan beradap.

Anda mungkin juga menyukai