Nim : 7203342013 Kelas : Pendidikan Akuntansi Kelas A Mata Kuliah: Akuntansi Pajak
1. Ketentuan Revaluasi Aset Tetap,Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Penghasilan (UU PPh), Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karenaperkembanganharga. Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Dalam keadaan demikian, Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi) atau indeksasi biaya dan penghasilan. Hal ini kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan. Dalam PMK tersebut dinyatakan bahwa perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Adapun perusahaan yang dapat melakukan revaluasi menurut PMK 79/2008 adalah wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, perusahaan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak. Dirjen Pajak diberi wewenang untuk menerbitkan surat keputusan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan atas permohonan yang diajukan oleh perusalaan.
2. Jurnal PT.Terus Maju :
Kas/Piutang Rp.36.000.000 - Penjualan sewa mobil - Rp.36.000.000 (Rp. 12.000.000/bulan x 3 mobil = Rp.36.000.000)
Jurnal PT. Maju Jaya :
Biaya sewa mobil Rp. 36.000.000 - Utang Sewa/kas - Rp. 36.000.000 (Rp. 12.000.000/bulan x 3 mobil = Rp.36.000.000) 3. Agar laporan keuangan bermanfaat bagi para pemakainya, maka diperlukan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdiri dari: dapat dipahami, relevansi, keandalan, dapat diperbandingkan (Standar Akuntansi Keuangan, 1999 ; 9 -14): • Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. • Relevansi Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. • Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. • Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 4. Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan rekonsiliasi fiskal, antara lain: Mengenal terlebih dahulu penyesuaian fiskal yang diperlukan • Menganalisa elemen-elemen penyesuaian guna menentukan pengaruhnya terhadap laba usaha kena pajak • Menyesuaikan atau mengoreksi fiskal dengan melakukan koreksi fiskal positif dan negatif • Menyusun laporan keuangan secara fiskal sebagai lampiran SPT tahunan pajak penghasilan 5. Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya. Menurut Putra (2012) penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal terbagi kedalam 4 kelompok yaitu : 1) Perbedaan prinsip akuntansi Beberapa prinsip SAK yang telah diakui secara umum tetapi tidak diakui dalam fiskal antara lain : a) Prinsip konservatisme, penilaian persediaan akhir berdasarkan metode “terendah antara harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai taksiran realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakuidalam fiskal. b) Prinsip harga perolehan, dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur biaya tenaga kerja yang berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai pengurangan/biaya. c) Prinsip pemadanan (matching), akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan pada saat aset tersebut menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai sebelum menghasilkan. 2) Perbedaan metode dan prosedur akuntansi a) Metode penilaian persediaan b) Metode penyusutan dan amortisasi c) Metode penghapusan piutang 3) Perbedaan perlakuan dan pengakuan penghasilan dan biaya a) Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi bukan merupakan objek pajak penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total PKP atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. b) Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi pengenaan pajaknya bersifat final. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total PKP atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. 4) Imbalan dengan jumlah melebihi kewajaran, sesuai dengan pasal 9(1) UU PPh.