Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Disusun oleh : (Kelompok 3)

Lilis Noviyatun (49401800032)

Nurulita Aprilianingsih (49401800039)

Rezza Dewi Tasya Puteri (49401800044)

Rosalinda (49401800047)

Septi Damayanti (49401800051)

Dosen Pembimbing :

Maya Indriastuti, SE. M.Si., Ak., CA

PRODI D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
A. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang memuat detail dan informasi mengenai profil
perusahaan, kebijakan akuntansi, dan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan. Ikhtisar
Kebijakan Akuntansi Catatan ini bisa menjadi penguat untuk komponen-komponen lain di dalam
laporan keuangan. Bagi setiap perusahaan, terutama jenis perusahaan terbuka atau Tbk, catatan
laporan keuangan ini sangat diperlukan untuk memperjelas laporan keuangan sehingga ada banyak
pemegang saham yang akan tertarik saat mereka menawarkan saham ke publik.

Sebuah catatan atas laporan keuangan harus dibuat secara rinci sesuai dengan kondisi akuntansi
perusahaan. Tidak ada satu informasi pun yang dapat tertinggal untuk dijelaskan dalam rincian
catatan tersebut. Dengan catatan atas laporan keuangan yang lengkap, maka calon pemegang
saham dapat mengetahui perusahaan secara detil serta memutuskan apakah mereka akan
menanamkan modal atau tidak pada perusahaan tersebut.

1. Fungsi Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan akan sangat diperlukan saat informasi-informasi


penting yang diperlukan tidak bisa dicantumkan dalam laporan keuangan seperti laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas serta
berbagai informasi lain yang harus dicantumkan. Informasi-informasi tersebut antara lain
seperti;

 Gabungan beberapa akun sejenis di dalam laporan keuangan. Hal ini harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan sehingga pengguna laporan ini dapat mengetahui akan
hal tersebut.
 Ketika sebuah perusahaan harus mendapatkan suntikan dana dari sumber lain guna
mendukung biaya operasional seperti pinjaman bank. Perusahaan tersebut tentunya harus
menggunakan salah satu aset untuk digunakan sebagai jaminan. Aset yang telah menjadi
jaminan bank harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan agar pengguna laporan
tersebut dapat mengetahui rincian ini. Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang harus
menjadi rincian detil dalam catatan setiap laporan keuangan.
2. Hal-hal yang Ditulis dalam Catatan Atas Laporan Keuangan

Di dalam sebuah catatan atas laporan keuangan, beberapa hal yang harus ditulis
secara umum adalah sebagai berikut;

 Ulasan umum tentang perusahaan yang bersangkutan


 Ikhtisar yang menjelaskan tentang kebijakan akuntansi perusahaan
 Menjelaskan semua hal pada setiap akun dalam laporan keuangan dan juga berbagai
informasi lainnya.
 Penjelasan tentang dasar yang diambil untuk menyusun laporan keuangan serta kebijakan
akuntansi yang diberikan pada setiap transaksi dan peristiwa penting dalam keuangan
perusahaan.
 Laporan yang tidak tercantum dalam laporan keuangan tapi diwajibkan di dalam PSAK.
 Berbagai informaski lainnya yang perlu disajikan dengan wajar tetapi tidak disajikan di
dalam laporan keuangan.

3. Bagian-Bagian dari Catatan Atas Laporan Keuangan


a. Bagian Pertama; berisi tentang gambaran umum perusahaan yang terdiri dari beberapa
hal seperti riwayat pendirian perusahaan, penawaran umum efek perusahaan, serta nama
anggota direksi dan dewan komisaris dan jumlah karyawan perusahaan.
b. Bagian Kedua; ikhtisar kebijakan akuntansi yang mengungkapkan dasar yang
digunakan untuk mengukur dan menyusun laporan keuangan serta kebijakan akuntansi
terhadap setiap peristiwa dan transaksi penting dalam perusahaan.
c. Bagian Ketiga; Mengungkapkan akun-akun dalam laporan keuangan, seperti kas,
investasi, wesel tagih, piutang usaha, persediaan, pajak dibayar dimuka, biaya dibayar
dimuka, aset lancar, aset tetap dalam berbagai jenis, hutang usaha, hutang pajak,
pinjaman jangka pendek, wesel bayar, pendapatan dimuka, dan segala informasi penting
lainnya yang harus dirincikan tentang akuntasi perusahaan. Hal ini juga termasuk
rekonsiliasi antara prinsip akuntansi di Indonesia yang berbeda dengan negara lain.
Informasi semacam ini diperlukan oleh perusahaan tertentu yang akan menjalin kerja
sama dengan perusahaan asing atau kepentingan lainnya.
Dan masih terdapat banyak lagi informasi yang perlu diungkapkan di dalam catatan atas laporan
keuangan perusahaan. Catatan itu harus dibuat terinci sesuai dengan akuntansi dan kebutuhan
perusahaan. Pembuatan catatan atas laporan keuangan terlihat sederhana namun dapat menguras
tenaga karena begitu detilnya rincian yang harus diungkapkan ke dalam catatan. Oleh karena itu,
seorang akuntan harus jeli dalam membuat catatan ini agar semua hal yang perlu diungkapkan
dapat tertulis sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Catatan atas laporan keuangan umumnya diperlukan oleh perusahaan yang harus mengungkapkan
laporan keuangan secara terperinci hingga yang paling kecil. Diperlukan keahlian seorang akuntan
professional untuk membuat catatan laporan keuangan semacam ini.

B. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

Menurut PSAK 25, kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan,
dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Dalam praktik, entitas memiliki cukup banyak keleluasaan dalam
menetapkan kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi ditetapkan secara resmi oleh
manajemen dan dijadikan sebagai salah satu pijakan auditor dalam menilai kesesuaian
laporan keuangan dengan standar akuntansi keuangan dan prinsip akuntansi berterima
umum.

Kebijakan akuntansi secara eksplisit didefinisikan dalam PSAK 25/IAS 8 karena standar
akuntansi mengharuskan entitas untuk mengungkapkan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Contoh kebijakan akuntansi adalah:

 Penentuan nilai minimum kapitalisasi item aset tetap.


 Pemilihan model nilai wajar atau model biaya dalam pengukuran aset tak berwujud
setelah pengakuan awal.
 Penentuan apakah akan menggunakan opsi nilai wajar atau biaya diamortisasi untuk
liabilitas keuangan jangka panjang.
C. Pertimbangan Kritis Akuntansi dan Estimasi Akuntansi yang Signifikan
Estimasi akuntansi diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan sebagai akibat
dari ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis. Contoh estimasi akuntansi
adalah estimasi dalam menentukan piutang tidak tertagih, nilai wajar instrumen
keuangan, umur manfaat aset tetap, dan kewajiban garansi.

Estimasi akuntansi dapat berubah karena adanya informasi baru atau tambahan
pengalaman. Perubahan estimasi akuntansi diperlakukan secara prospektif pada
periode perubahan, atau pada periode perubahan dan periode mendatang jika
dampaknya lebih dari satu periode. Perubahan estimasi akuntansi yang
mengakibatkan berubahnya aset dan liabilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas,
harus diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat aset, liabilitas, atau ekuitas terkait
pada periode perubahan. Pengungkapan perubahan estimasi akuntansi tidak
sekompleks pengungkapan perubahan kebijakan akuntansi. Entitas yang melakukan
perubahan estimasi akuntansi harus mengungkapkan:

1. Sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berpengaruh pada periode
berjalan, atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, jika
mengestimasi dampak pada periode mendatang praktis dilakukan.
2. Ketidakpraktisan dalam mengungkapkan dampak pada periode mendatang
sehingga tidak diungkapkan.

Kesalahan

Kesalahan dapat terjadi dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau


pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan karena adanya kesalahan aplikasi
kebijakan atau kesalahan interpretasi fakta dan keadaan yang ditemui pada tanggal
pelaporan. Kesalahan yang material mengakibatkan laporan keuangan tidak sesuai lagi
dengan SAK. Kesalahan yang ditemui pada periode berjalan, sebelum laporan
keuangan diterbitkan, harus diperbaiki pada periode tersebut.
Kesalahan material yang terjadi pada periode sebelumnya harus dikoreksi
secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah
kesalahan tersebut ditemukan, dengan salah satu dari dua cara berikut:

1. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu di mana kesalahan terjadi.
2. Menyajikan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu paling
awal, jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu yang paling awal.

Aturan ketidakpraktisan penerapan retrospektif untuk kesalahan sama dengan


aturan ketidakpraktisan penerapan retrospektif terkait perubahan kebijakan akuntansi.
Kesalahan yang terjadi, selain harus dikoreksi, juga harus dilengkapi dengan
mengungkapkan hal-hal berikut:

1. Sifat kesalahan periode lalu.


2. Untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis, jumlah koreksi untuk setiap item
laporan keuangan yang terkena dampak dan yang terkait laba per saham dasar dan
dilusian (jika menerapkan PSAK 56 Laba Per Saham).
3. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal.
4. Jika penerapan retrospektif tidak praktis, keadaan yang menyebabkan
ketidakpraktisan serta penjelasan bagaimana dan mulai kapan kesalahan telah
dikoreksi.

Perubahan klasifikasi atau penyajian

Entitas bisa saja melakukan perubahan klasifikasi atau penyajian item atau pos
laporan keuangan walaupun tidak ada perubahan kebijakan akuntansi, yang
dimaksudkan untuk menyajikan laporan keuangan secara lebih tepat. Perubahan
klasifikasi atau penyajian mengharuskan entitas melakukan penyajian kembali laporan
keuangan komparatif, sepanjang praktis, dan memberikan pengungkapan terkait yang
diperlukan. Sebagai contoh, entitas A sampai dengan tahun 2018 menyajikan seluruh
kewajiban bersih imbalan pasca kerja sebagai liabilitas jangka panjang. Mulai tahun
2019, entitas A ingin membagi liabilitas tersebut ke dalam porsi jangka pendek dan
jangka panjang. Jika informasi yang cukup tersedia, laporan keuangan tahun 2018
harus disajikan kembali, dan laporan posisi keuangan per awal periode komparatif juga
harus disajikan.

D. Kelangsungan Usaha

Anda mungkin juga menyukai