Catatan atas laporan keuangan diadakan agar ia dapat dipahami oleh banyak
pihak, tidak hanya oleh manajemen entitas pelaporan. Laporan keuangan boleh
jadi mengandung informasi yang berpeluang menimbulkan kesalahpahaman di
antara pembacanya. Untuk mencegah terjadinya kemungkinan buruk itu, ia harus
menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
misalnya perkembangan posisi dan keadaan fiskal entitas pelaporan serta
bagaimana hal tersebut tercapai sehingga memudahkan pengguna dalam
memahami laporan keuangan.
3. Kebijakan PSAK
Harus adanya kepatuhan kepada SAK. SAK mengandung bagian-bagian yang
merupakan PSAK. PSAK ini mengatur segi pencatatan apa saja yang layak
dilakukan dalam akuntansi, misalnya pengakuan
5. Pengungkapan lainnya
Catatan atas laporan keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang jika
ia tidak diungkapkan akan menyesatkan pembacanya misalnya telah terjadi
penggantian manajemen, adanya kesalahan pencatatan pada manajemen
sebelumnya, penggabungan dan pemekaran entitas, dll.
3. Laporan Interim
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara
dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim: (1) harus dipandang
sebagai bagian yang integral dari periode tahuan; dan (2) dapat disusun secara
bulanan, triwulanan, atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi
seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan. Di
Indonesia, laporan keuangan interim dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan Keuangan Interim yang terdapat
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Secara konseptual, laporan keuangan interim (interim report) menyediakan
informasi yang lebih tepat waktu, tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan
laporan keuangan tahunan (annual report). Laporan keuangan interim
menunjukkan adanya trade-off antara ketepatan waktu dan kehandalan data-data
keuangan, karena memerlukan adanya estimasi untuk melakukan review piutang,
utang dagang/usaha, persediaan, dan informasi lainnya yang mendukung
pengukuran yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan. Kebutuhan
minimum pengungkapan sebagaimana diatur dalam APB Opinion Nomor 28 tidak
mewajibkan penyajian keuangan yang wajar hasil operasi dan posisi keuangan
sesuai dengan PABU.
Berdasarkan APB Opinion Nomor 28, masing-masing periode interim
merupakan bagian integral dari laporan tahunan (annual report). Hasil
perhitungan periode interim harus didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik
yang digunakan dalam tahun terakhir penyusunan laporan keuangan. Meskipun
demikian, modifikasi tetap diperbolehkan untuk menyesuaikan periode interim
dengan periode tahunan supaya memiliki informasi yang berarti. Sebagai contoh,
laporan interim memodifikasi prosedur yang digunakan untuk penghitungan biaya
produksi dan biaya-biaya yang lain yang biasanya digunakan dalam laporan
tahunan.
Laporan keuangan interim meliputi: (1) neraca; (2) laporan laba/rugi; (3) saldo
laba interim; (4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan interim harus menyajikan secara komparatif dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Perhitungan laba/rugi interim harus mencakup periode sejak
awal tahun buku sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-
to-date).
Khusus untuk perusahan tertentu, antara lain bank dan asuransi, yang
mempunyai metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan
aktiva harus dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.