Anda di halaman 1dari 6

1.

Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2010),


yang dimaksud dengan catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan
-penjelasan mengenai nilai, angka, maupun unsur-unsur lain yang terdapat dalam
laporan keuangan, termasuk kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan.

Catatan atas laporan keuangan diadakan agar ia dapat dipahami oleh banyak
pihak, tidak hanya oleh manajemen entitas pelaporan. Laporan keuangan boleh
jadi mengandung informasi yang berpeluang menimbulkan kesalahpahaman di
antara pembacanya. Untuk mencegah terjadinya kemungkinan buruk itu, ia harus
menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
misalnya perkembangan posisi dan keadaan fiskal entitas pelaporan serta
bagaimana hal tersebut tercapai sehingga memudahkan pengguna dalam
memahami laporan keuangan.

Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh interpretasi yang keliru dari


pembaca laporan keuangan. Contoh umumnya adalah pembaca yang terbiasa
dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami
konsep akuntansi akrual, pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor
komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
keuangan perusahaan, dan sebagainya.

Catatan atas laporan keuangan biasanya terdiri dari 5 pengungkapan, seperti:

1. Umum/ Penjelasan perusahaan


Di bagian ini diungkapkan sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, AD/
ART, penubuhan badan hukum, penyertaan dan penawaran saham, serta
informasi jajaran direksi dan komisaris.

2. Kebijakan akuntansi penting beserta pos-pos laporan keuangan


Kebijakan akuntansi ini seperti pengukuran laporan keuangan, asumsi dasar
penyusunan laporan keuangan, penggunaan multicurrency, dan alasan lainnya.

3. Kebijakan PSAK
Harus adanya kepatuhan kepada SAK. SAK mengandung bagian-bagian yang
merupakan PSAK. PSAK ini mengatur segi pencatatan apa saja yang layak
dilakukan dalam akuntansi, misalnya pengakuan

4. Pengguna laporan keuangan


Ungkapkanlah siapa saja pihak yang dapat menggunakan laporan keuangan ini
misalnya masyarakat am, investor, pemerintah, dll.

5. Pengungkapan lainnya
Catatan atas laporan keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang jika
ia tidak diungkapkan akan menyesatkan pembacanya misalnya telah terjadi
penggantian manajemen, adanya kesalahan pencatatan pada manajemen
sebelumnya, penggabungan dan pemekaran entitas, dll.

2. Pengungkapan Transaksi atau Kejadian Khusus


Transaksi pihak yang terkait, kesalahan dan ketidakwajaran, serta tindakan
melawan hukum merupakan masalah yang sensitif dan sulit. Akuntan/auditor yang
bertanggung jawab atas pelaporan jenis transaksi ini harus sangat berhati-hati
untuk memastikan keseimbangan antara hak perusahaan pelapor dan kebutuhan
pemakai laporan keuangan.

Transaksi pihak yang terkait terjadi apabila suatu perusahaan melakukan


transaksi dimana salah satu pihak yang melakukan transaksi itu mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan pihak lainnya secara signifikan, atau
dimana pihak yang tidak terlibat dalam transaksi mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi kebijakan kedua pihak yang melakukan transaksi.

Seorang akuntan diharapkan untuk melaporkan substansi ekonomi dan


bukannya format hukum dari transaksi tersebut serta membuat pengungkapan
yang memadai. FASB Statement No. 57 mengharuskan pengungkapan berikut
untuk transaksi pihak terkait yang material :

1. Sifat hubungan pihak yang terlibat.


2. Uraian tentang transaksi untuk setiap periode dimana laporan laba rugi
disajikan.
3. Jumlah uang yang terlibat dalam transaksi untuk setiap periode di mana
laporan laba rugi disajikan
4. Jumlah yang terhutang dari atau kepada pihak terkait pada setiap tanggal
neraca yang disajikan

Banyak perusahaan terlibat dalam transaksi pihak terkait. Namun, kesalahan,


ketidakseimbangan, dan aksi illegal adalah kasus luar biasa alih-alih kasus umum
dalam transaksi seperti ini. Kesalahan (errors) didefinisikan sebagai kesalahan
yang tidak disengaja, sedangkan ketidakwajaran adalah distorsi laporan keuangan
yang disengaja. Jika kesalahan ditemukan, maka laporan keuangan harus
dikoreksi.

Tindakan melawan hukum mencakup hal-hal seperti kontribusi politik yang


illegal, praktek suap, pemberian komisi, serta pelanggaran hukum dan peraturan
lainnya. Dalam situasi ini, seorang akuntan/auditor harus mengevaluasi kelayakan
pengungkapan dalam laporan keuangan.

3. Laporan Interim
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara
dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim: (1) harus dipandang
sebagai bagian yang integral dari periode tahuan; dan (2) dapat disusun secara
bulanan, triwulanan, atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi
seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan. Di
Indonesia, laporan keuangan interim dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan Keuangan Interim yang terdapat
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Secara konseptual, laporan keuangan interim (interim report) menyediakan
informasi yang lebih tepat waktu, tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan
laporan keuangan tahunan (annual report). Laporan keuangan interim
menunjukkan adanya trade-off antara ketepatan waktu dan kehandalan data-data
keuangan, karena memerlukan adanya estimasi untuk melakukan review piutang,
utang dagang/usaha, persediaan, dan informasi lainnya yang mendukung
pengukuran yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan. Kebutuhan
minimum pengungkapan sebagaimana diatur dalam APB Opinion Nomor 28 tidak
mewajibkan penyajian keuangan yang wajar hasil operasi dan posisi keuangan
sesuai dengan PABU.
Berdasarkan APB Opinion Nomor 28, masing-masing periode interim
merupakan bagian integral dari laporan tahunan (annual report). Hasil
perhitungan periode interim harus didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik
yang digunakan dalam tahun terakhir penyusunan laporan keuangan. Meskipun
demikian, modifikasi tetap diperbolehkan untuk menyesuaikan periode interim
dengan periode tahunan supaya memiliki informasi yang berarti. Sebagai contoh,
laporan interim memodifikasi prosedur yang digunakan untuk penghitungan biaya
produksi dan biaya-biaya yang lain yang biasanya digunakan dalam laporan
tahunan.

Pada umumnya, laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan bisnis adalah


tahun fiskal penuh. Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan untuk
periode akuntansi interim sebagai bagian dari tahun fiskal. Pada dasarnya, ada dua
pandangan sehubungan dengan laporan keuangan interim adalah sebagai berikut:

a. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode


akuntansi dan menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode
ditentukan dengan cara yang sama, seperti pada periode tahunan.
b. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang
integral dengan periode tahunan.

Di Indonesia, laporan keuangan interim dikembangkan berdasarkan


pandangan yang kedua yang menganggap laporan keuangan interim sebagai
bagian integral dengan periode tahunan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan


Keuangan Interim berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan
laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya:
pasar modal, dan lain-lain. Untuk industri yang telah diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) industri yang bersangkutan secara khusus, misalnya
perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut.

Laporan keuangan interim meliputi: (1) neraca; (2) laporan laba/rugi; (3) saldo
laba interim; (4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan interim harus menyajikan secara komparatif dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Perhitungan laba/rugi interim harus mencakup periode sejak
awal tahun buku sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-
to-date).

Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok


lancar dan tidak lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan
jangka panjang sesuai laporan keuangan tahunan. Kalau suatu aktiva dan
kewajiban dapat atau harus direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari
tanggal neraca interim, maka aktiva tersebut digolongkan sebagai lancar; atau
kewajiban tersebut digolongkan sebagai jangka pendek; kalau tidak aktiva
tersebut digolongkan sebagai tidak lancar atau kewajiban tersebut digolongkan
sebagai jangka panjang.

Khusus untuk perusahan tertentu, antara lain bank dan asuransi, yang
mempunyai metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan
aktiva harus dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 

Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal


laporan keuangan interim, maka data berikut merupakan data minimum yang
harus dilaporkan:

1. Pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan,


pos luar biasa (termasuk pengaruh terhadap pajak penghasilan yang
terkait), pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, perubahan
akuntansi, dan laba bersih.
2. Data laba bersih per saham untuk setiap periode interim yang
disajikan.
3. Pendapatan dan beban musiman.
4. Perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan.
5. Pelepasan suatu segmen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa,
dan tidak sering terjadi.
6. Kewajiban kontinjen.
7. Perubahan akuntansi.
8. Perubahan yang material pada unsur laporan arus kas.

Laporan keuangan interim terakhir, misalnya laporan keuangan interim


triwulan keempat, tidak perlu disusun karena pada dasarnya laporan keuangan
tersebut dapat digantikan dengan laporan keuangan tahunan. Dalam hal laporan
keuangan interim triwulan keempat hendak diterbitkan, maka penerbitannya
dilakukan bersamaan dengan penerbitan laporan keuangan tahunan. Di samping
itu, isi dari laporan keuangan interim triwulan keempat harus merupakan selisih
dari laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim sebelumnya tahun
yang bersangkutan. 

Anda mungkin juga menyukai