Rosalinda (49401800047)
Dosen Pembimbing :
PRODI D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
A. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang memuat detail dan informasi mengenai profil
perusahaan, kebijakan akuntansi, dan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan. Ikhtisar
Kebijakan Akuntansi Catatan ini bisa menjadi penguat untuk komponen-komponen lain di dalam
laporan keuangan. Bagi setiap perusahaan, terutama jenis perusahaan terbuka atau Tbk, catatan
laporan keuangan ini sangat diperlukan untuk memperjelas laporan keuangan sehingga ada
banyak pemegang saham yang akan tertarik saat mereka menawarkan saham ke publik.
Sebuah catatan atas laporan keuangan harus dibuat secara rinci sesuai dengan kondisi akuntansi
perusahaan. Tidak ada satu informasi pun yang dapat tertinggal untuk dijelaskan dalam rincian
catatan tersebut. Dengan catatan atas laporan keuangan yang lengkap, maka calon pemegang
saham dapat mengetahui perusahaan secara detil serta memutuskan apakah mereka akan
menanamkan modal atau tidak pada perusahaan tersebut.
Gabungan beberapa akun sejenis di dalam laporan keuangan. Hal ini harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan sehingga pengguna laporan ini dapat mengetahui
akan hal tersebut.
Ketika sebuah perusahaan harus mendapatkan suntikan dana dari sumber lain guna
mendukung biaya operasional seperti pinjaman bank. Perusahaan tersebut tentunya harus
menggunakan salah satu aset untuk digunakan sebagai jaminan. Aset yang telah menjadi
jaminan bank harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan agar pengguna
laporan tersebut dapat mengetahui rincian ini. Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang
harus menjadi rincian detil dalam catatan setiap laporan keuangan.
2. Hal-hal yang Ditulis dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
Di dalam sebuah catatan atas laporan keuangan, beberapa hal yang harus ditulis
secara umum adalah sebagai berikut;
Catatan atas laporan keuangan umumnya diperlukan oleh perusahaan yang harus
mengungkapkan laporan keuangan secara terperinci hingga yang paling kecil. Diperlukan
keahlian seorang akuntan professional untuk membuat catatan laporan keuangan semacam ini.
Menurut PSAK 25, kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik
tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dalam
praktik, entitas memiliki cukup banyak keleluasaan dalam menetapkan kebijakan akuntansi.
Kebijakan akuntansi ditetapkan secara resmi oleh manajemen dan dijadikan sebagai salah satu
pijakan auditor dalam menilai kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi keuangan
dan prinsip akuntansi berterima umum.
Kebijakan akuntansi secara eksplisit didefinisikan dalam PSAK 25/IAS 8 karena standar
akuntansi mengharuskan entitas untuk mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan. Contoh kebijakan akuntansi adalah:
Estimasi akuntansi dapat berubah karena adanya informasi baru atau tambahan
pengalaman. Perubahan estimasi akuntansi diperlakukan secara prospektif pada periode
perubahan, atau pada periode perubahan dan periode mendatang jika dampaknya lebih dari
satu periode. Perubahan estimasi akuntansi yang mengakibatkan berubahnya aset dan
liabilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, harus diakui dengan menyesuaikan jumlah
tercatat aset, liabilitas, atau ekuitas terkait pada periode perubahan. Pengungkapan
perubahan estimasi akuntansi tidak sekompleks pengungkapan perubahan kebijakan
akuntansi. Entitas yang melakukan perubahan estimasi akuntansi harus mengungkapkan:
1. Sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berpengaruh pada periode berjalan,
atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, jika mengestimasi dampak
pada periode mendatang praktis dilakukan.
2. Ketidakpraktisan dalam mengungkapkan dampak pada periode mendatang sehingga tidak
diungkapkan.
Kesalahan
Kesalahan material yang terjadi pada periode sebelumnya harus dikoreksi secara
retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah kesalahan
tersebut ditemukan, dengan salah satu dari dua cara berikut:
1. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu di mana kesalahan terjadi.
2. Menyajikan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu paling
awal, jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu yang paling awal.
Entitas bisa saja melakukan perubahan klasifikasi atau penyajian item atau pos
laporan keuangan walaupun tidak ada perubahan kebijakan akuntansi, yang dimaksudkan
untuk menyajikan laporan keuangan secara lebih tepat. Perubahan klasifikasi atau penyajian
mengharuskan entitas melakukan penyajian kembali laporan keuangan komparatif, sepanjang
praktis, dan memberikan pengungkapan terkait yang diperlukan. Sebagai contoh, entitas A
sampai dengan tahun 2018 menyajikan seluruh kewajiban bersih imbalan pasca kerja sebagai
liabilitas jangka panjang. Mulai tahun 2019, entitas A ingin membagi liabilitas tersebut ke
dalam porsi jangka pendek dan jangka panjang. Jika informasi yang cukup tersedia, laporan
keuangan tahun 2018 harus disajikan kembali, dan laporan posisi keuangan per awal periode
komparatif juga harus disajikan.
D. Kelangsungan Usaha
Dalam melakukan pembuatan suatu laporan keuangan, kita harus berpedoman
kepada suatu standar yang telah diakui. Hal ini menjadi penting mengingat suatu laporan itu
disajikan untuk berbagai kalangan yang berkepentingan dan juga laporan keuangan itu harus
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan lainnya, sehingga dibutuhkanlah satu standar
keuangan yang sama sebagai acuan.
Kelangsungan Usaha, Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Menurut Aji Dedi
Mulawarman, going concern atau kelangsungan usaha adalah suatu keadaan di mana
perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini dipengaruhi
oleh keadaan financial dan non financial.
gan usaha (going concern) mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus berlanjut
sampai waktu yang tidak ditentukan. Implikasi asumsi ini, pada keadaan luar biasa, nilai
laporan likuidasi untuk aset dan ekuitas adalah ‘pelanggaran’ atas konsep atau asumsi dasar
ini. Sebab asumsi kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak untuk dilikuidasi dalam
jangka pendek. Belkaoui (1992) menambahkan bahwa dengan adanya konsep ini (going
concern) entitas akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk mewujudkan proyek-
proyeknya, komitmen, dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Konsep kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan
untuk dilikuidasi dalam masa yang akan datang yang dapat diketahui dari sekarang. Jadi
laporan keuangan yang dibuat merupakan suatu pandangan sementara atas keadaan keuangan
perusahaan dan merupakan sebuah bagian dari seri laporan yang berkelanjutan, selain itu
juga, konsep ini sangat berperan dalam menentukan harga perolehan dan juga penilaian asset
tetap.
Jadi Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan
adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan
kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka
pendek.
Menurut pendapat saya konsep kelangsungan usaha (going concern) itu ada
perlunya juga namun sebenarnya biasa saja. Tidak ada hal yang sangat istimewa dengan
konsep kelangsungan usaha. Setiap perusahaan memang diharapkan dapat bertahan
selamanya, tetapi tuhan dan manajemen yang bagus atau tidak yang menetukan semuanya
itu. Selayaknya manusia, perusahaan juga mempunyai umur tertentu. Perusahaan
mungkin akan melakukan merger ataupun akuisisi untuk melangsungkan kegiatan
usahanya. Jika kelangsungan usaha dimaknai sebagai bentuk perjuangan kepada tuhan,
maka itu memiliki makna untuk selamanya, tetapi jika kelangsungan usaha memiliki
makna sebagai usia hidup perusahaan, maka tentu akan ada akhirnya.