SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
TUGAS
SEJARAH HUKUM
Disusun Oleh :
Pasal 1 Pasal 1
NASKAH UNDANG-UNDANG DASAR NASKAH LENGKAP UNDANG-
1945 (ASLI) UNDANG DASAR 1945 (PERUBAHAN
I,II, DAN III)
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, (1) Negara Indonesia adalah Negara
yang berbentuk Republik. Kedaulatan ada di Kesatuan, yang berbentuk Republik
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya (tetap)
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar (Perubahan Ketiga)
(3) Negara Indonesia adalah Negara
hukum (Perubahan Ketiga)
PERMASALAHAN
Perubahan Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 dan kaitannya dengan paham yang berdaulat adalah
Seluruh sistem tata Negara yang didesain dan kemudian dituangkan dalam UUD 1945,
berpangkal tolak dari faham : yang berdaulat adalah seluruh rakyat bukan individu
(Pidato Soekarno dalam Rapat Besar BPUPKI, tanggal 15 Juli 1945). Berbeda dengan faham
kebanyakan bangsa barat yang menganut bahwa yang berdaulat adalah individu yang terlahir
dari semangat renaisance XVII. Berkenaan dengan itu, kedaulatan seluruh rakyat dalam
keadaan seutuhnya oleh para pendiri Negara diembankan kepada MPR dalam bentuk tiga
kekuasaan yang memang mempersyaratkan legitimasi kehendak seluruh rakyat tidak cukup
dan
Perubahan Ketiga UUD 1945, khususnya Pasal 1 ayat (2) berakibat hukum tercabutnya dasar
eksistensi konstitusional MPR. Akibat hukum ini menyangkut kepentingan seluruh rakyat.
Berkenan dengan itu, demi mudah dipahaminya oleh khalayak dalam mengkaji Perubahan
UUD 1945, khususnya terhadap Pasal 1 ayat (2), makalah ini mengikuti sistematik jalan
(1) Menjelaskan pengertian konstitusi dalam arti sempit dan luas sekaligus menunjukkan
bahwa UUD 1945 menganut paham konstitusi dalam arti yang kedua. Dengan demikian
(2) Menjelaskan pengertian amandemen, baik secara etimologik maupun yang dianut oleh
(3) Mendiskusikan persoalan : perubahan Pasal 1 ayat (2) dalam kaitannya dengan faham
I.Pengertian Konstitusi
Paham yang dikemukakan oleh Edward S.Corwin dari Amerika Serikat. Menurutnya
premabul konstitusi itu secara hukum tidak merupakan bagian dari konstitusi, ia sekadar
bersifat normatif tetapi berkwalifikasi sebagai konsep dalam keadaan diam yang
mengungkapkan bahwa konstitusi itu merupakan kontrak sosial yang didasari oleh ex
ante pactum (perjanjian yang ada sebelumnya). Sedangkan konstitusionalisme dalam arti-
sekedar rumusan yang bersifat yuridik normatif. Tetapi menurut Abdul Kadirbesar baik
Oleh karena itu, pada setiap negara hukum dapat dipastikan memiliki konstitusi, hal
ini dikarenakan pada negara hukum, materi muatan hukum itu sendiri dituangkan dalam
bentuk tertentu dengan struktur tertinggi yang berupa konstitusi, baik yang dituangkan
dalam dokumen hukum tertulis (written constitutions) maupun tidak tertulis (unwritten
constitutions). Hal ini berkaitan dengan Dalam pengertian konstitusi dalam arti sempit
dan dalam arti luas. Pengertian konstitusi dalam arti sempit hanya meyangkut dokumen
hukum saja, yang di dalam mengatur pembagian kekuasaan negara, fungsi, tugas antar
lembaga dan hubungan atara kekuasaan pemerintah dengan hak-hak rakyat. Jika pada
pengertian konstitusi dalam arti sempit hanya meyangkut dokumen hukum saja maka
pengertian konstitusi dalam arti luas tidak hanya menyangkut dokumen hukum saja
melainkan juga menyangkut aspek di luar hukum. Menurut Boligbroke konstitusi dalam
arti luas adalah seluruh hukum, institusi dan kebiasaan yang dilalirkan dari prinsip-prinsip
alasan yang pasti dan tertentu, yang membentuk seluruh sistem yang disepakati
Untuk memahami sebuh materi muatan konstitusi, tidak hanya cukup dengan
institutionals. Hal ini diperlukan untuk melihat konstitusi secara keseluruhan secara utuh.
Akan tetapi, historical theories bukanalah hal yang paling utama didalam interpretasi
yang sedang terjadi pada saat konstitusi berlaku. Hal ini berarti bagaimankah teks
konstitusi dipahami dalam konteks konstitusi pada saat itu. John Ferejohn mengatakan
konstitusi haruslah dipahami secara historis dan cultural atau adanya historis dan cultural
historis dan cultural untuk mengetahui kekuatan teks konstitusi. Sedangkan forward-
looking dalam mempertimbangkan efek dari keadaan hukum atas fungsi sistem politik
Wheare berpendapat bahwa preambule konstitusi yang memang tidak merupakan bagian dari
kosntitusi, dan dengan demikian, juga bukan bagian dari konstitusi, dan dengan demikian
juga bukan bagian dari hukum. Apabila preambule diadakan, ia merupakan tempat yang
semata-mata (stricly) untuk menuliskan proses faktual mengenai terjadinya konstitusi, dengan
maksud agar konstitusi memiliki wibawa sebagai hukum tertinggi (K.C.Wheare, 1960:72).
Dalam kaitan ini, Wheare mencontohkan rumusan Preambule Konstitusi Amerika Serikat.
Fungsi preambul, dalam paham konstitusi dalam arti sempit, fungsi preambule adalah sekadar
sebagai tempat untuk menyatakan siapa pembuat konstitusi dan adakalanya dimulai denan
pernyataan mengenai tujuan besar yang telah ditetapkan oleh kostitusi dan pemerintahan
negara yang diharapkan untuk diwujudkan serta tidak mempunyai watak normatif.
Para pendiri negara Republik Indonesia menganut paham konstitusi dalam pengertian luas,
yaitu konstitusi sebagai piagam pernyataan bangsa. Pembukaan UUD 1945 mengandung:
(d) Embanan
Dalam rangka interaksi sistemik antarsubstansi yang terkandung dalam empat alinea
Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila sebagai pembimbingnya inilah para pendiri negara
tidak lain adalah Pancasila itu sendiri-dalam pasal-pasalnya (Penjelasan UUD, angka III)
Ideologi adalah setiap struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat keyakinan mengenai
mengenai sifat hakikat manusia dan alam semesta dimana ia hidup didalamnya. Suatu
pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebut interdependen dan suatu dambaan agar
keyakinan-keyakinan termaksud dihayati, dan pernyataan pendirian itu diakui sebagai
kebenaran oleh segenap orang yang menjadi anggota penuh dari kelompok sosial yang
bersangkutan.
Ideologi Pancasila
Terkait dengan Ideologi Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
berkualifikasi sebagai dasar negara. Sejak diselenggarakannya Rapat Besar pertama BPUPKI,
apa yang kita kini kenal dengan nama Pancasila, memang sadar diniatkan oleh para pendiri
negara kita untuk dijadikan dasardari Negara Indonesia Merdeka yang pada waktu itu hendak
didirikan.
Dalam rangka mendirikan suatu negara, politik yang pertama kali dilakukan oleh tiap
dianutnya yang masih bersifat umum-universal itu kedalam pengertiannya, dan ditunagkan
Ideologi Pancasila memuat (1) cita-cita bangsa indonesia megenai kebersamaan hidup ideal
yang bertumpu pada keadilan (2) asas kerohanian pengorganisasian negara (3) moralitas
penyeleggaraan negara
a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
perwakilan
d. Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
Keempat PP tersebut adalah wujud transformasian dari ideologi (dasar negara) Pancasila
yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain, 4PP adalah ideologi
Nilai integrasi
Merujuk pada ungkapan yang ditulis dengan huruf miring pada tiap pokok pikiran yang
terkandung di dalam pembukaan UUD 1945, terungkap bahwa nilai intrinsik yang
1. Pendekatan-adendum
Urutan penomoran ayat yang tidak konsisten diemplementasikan. Secara konseptual, ayat
dari suatu pasal UUD 1945 (asli) yang tetap diberlakukan tidak dimuat lagi dalam perubahan.
Contohnya, dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 tidak dicantumkan Pasal 1 Ayat (1). Dengan
demikian, Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 (asli) masih berlaku. Ternyata pendekatan-
Semangat yang terkandung dalam Pasal 22C dan Pasal 22D adalah bikameralisme. Dalam hal
ini, vertical checks and balances system within legislative power. Apabila hal itu
dikehendaki, kekuasaan DPR dan DPD meliputi obyek yang sama, yaitu pembuatan UU,
penyusunan budget, dan pengawasan. Apabila kekuasaan tersebut tidak sama, vertical checks
and balances system antara DPR dan DPD tidak bisa diwujudkan.
3. Pemilihan Umum
Pasal 6A yang mengatur pemilihan pasangan Presiden dan Wapres secara langsung oleh
rakyat mengandung konsekuensi terjadinya dampak politik yang berwujud spoil system.
Dalam sistem dua partai spoil system terjadi secara pasti, yaitu para pejabat eksekutif diisi
oleh anggota partai politik yang menang dalam pemilu; dan semua pejabat eksekutif dari
partai yang kalah diberhentikan. Pasal 22E Ayat (2) yang mengatur pemilu yang tidak
Pasal 24A Ayat (2)-(5), Pasal 24B, dan Pasal 24C Ayat (2)-(4) Perubahan Ketiga UUD 1945
(tentang syarat personalia pengisian anggota MA, KY, dan MK), karena sifat bawaan dari
persyaratan anggota dan prosedur penetapan anggota ketiga lembaga tersebut bersifat
5. Salah konsep
Misalnya pasal 30 Ayat (2) Perubahan Ketiga UUD 1945 (tentang kekuatan utama dan
negara harus terumus secara eksplisit dan pasti, tidak boleh terbuka seperti rumusan
Pasal 23E Ayat (3) Perubahan Ketiga UUD 1945 (tentang BPK) yang terumus “Hasil
Pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakila dan/atau badan sesuai UU.”
SISTEM MULTI-PARTAI
Baik dalam sistem pemerintahan presidensial atau dalam sistem pemerintahan parlementer,
kepala pemerintahan yang dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu secara alami,
Dalam sistem pemerintahan parlementer spoil system langsung diterima oleh sistem politik,
karena letgitimasi dari spoil system adalah partai pemenang pemilu. Namun, dalam sistem
pemilihan presiden langsung oleh rakyat, karena legitimasi dari spoil system adalah presiden
terpilih, maka meskipun secara rasional memang bisa diterima, tetapi pada permulaannya
mengalami uneasyness. Baru setelah menjadi konvensi ketatanegaraan, spoil system tidak
lagi mengalami keengganan psikologik. Pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat akan
mampu mengelola spoil system, tanpa menyentuh rasa keadilan para pemilih dalam pemilu,
apabila menganut sistem dua partai. Pada sistem multipartai, batas dari spoil system menjadi
rumit, karena batas termaksud akan mengikuti pola komposisi koalisi partai.
PROPOSISI I
Perubahan I, II, III, dan Rancangan Perubahan IV UUD 1945 berkualifikasi pembuatan UUD
baru.
1. Premis
Menurut Bolingbroke (K.C. Wheare, 1969) “Konstitusi adalah seluruhan hukum, institusi,
dan kebiasaan yang dialirkan dari prinsip-prinsip alasan yang pasti dan tertentu, yang
2. Penjelasan
Prinsip-prinsip alasan yang pasti dan tertentu itu dapat berwujud pandangan hidup, cita-
cita, molaritas, keyakinan filasafati, keyakinan religius, maupun keyakinan politik, dari
suatu bangsa. Prinsip ini apabila diformulasikan sebagai ketentuan hukum normatif, akan
menempatkan the believes and ideals of the nation di dalam Preambul Konstitusi.
Prinsip non hukum yang dituangkan dalam Preambul itu, dalam ilmu hukum dikenal
bersifat umum, mendahului semua hukum dan memberi makna pada hukum, sehingga
membatasi hukum, dalam arti: apa yang tidak dapat dipersatukan dengannya, adalah
Para pakar konstitusi yang menganut faham konstitusi dalam arti luas berpendapat bahwa
Preambul adalah bagian inherent dari konstitusi; bagian yang tak terpisahkan dari dan
sekaligus yang memberi kualitas pada konstitusi. Preambul berfungsi sebagai pemberi
kualitas pada konstitusi; menentukan karakter dari dan sekaligus memberi watak normatif
Esensi yang terkandung di dalam premis adalah: “UUD menciptakan pokok pikiran ini –
UUD 1945 menganut empat faham instrinsik yang terkandung di dalam empat Pokok
mayoritas rakyat.
3. Fakta Perubahan, Analisis, dan Simpulan terhadap Perubahan I, II, III, dan
3.1.1 Fakta
Pasal 6 Ayat (2) UUD 1945 menyatakan “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
MPR dengan suara yang terbanyak” diubah menjadi “Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh Rakyat (Perubahan Ketiga UUD
1945).
3.1.2 Analisis
Analisis dari Pasal 6 Ayat (2) UUD 1945 adalah mengganti faham “yang berdaulat
adalah seluruh rakyat” dengan faham “yang berdaulat adalah individu”. Secara
individualisme.
3.1.3 Simpulan
Perubahan Ketiga UUD 1945 terhadap Pasal 6 Ayat (2) UUD 1945 merupakan
3.2.1 Fakta
3.2.2 Analisis
Manusia menciptakan Iptek atas dasar untuk mendapatkan kenyamanan. Hal ini
membuat manusia mudah dalam menguasai dan memanfaatkan potensi alam bagi
kepentingan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang tercipta oleh adanya
Iptek ialah efisiensi dan efektivitas, yaitu dengan waktu yang pendek manusia
mampu merubah potensi alam menjadi benda, energi, dan informasi, yang
semuanya menjadi kenyamanan hidup bagi manusia. Dampak dari efiensi dan
efektivitas yang bebas nilai pada kehidupan masyarakat membuat manusia dan
ekonomi nasional, dua diantaranya adalah asas kebersamaan dan asas efisiensi.
antara input dan output, yang menunjukkan nilai output lebih besar dari input.
Efisiensi yang dicantumkan dalam Ayat (4) Rancangan Perubahan UUD 1945
3.2.3 Simpulan
3.3.1 Fakta
Pasal 2 Ayat yang menetapkan: “MPR terdiri atas anggota DPR, ditambah dengan
utusan dari daerah dan golongan, menurut aturan yang ditetapkan UU” dan
Penambahan Pasal 22C, 22D, 22E Perubahan Ketiga UUD 1945 diubah menjadi:
- “MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilu, ditambah
3.3.2 Analisis
berdaulat tersusun oleh 3 komponen, yaitu: (1) golongan politik (para anggota DPR)
(2) para utusan yang merepresentasikan kepentingan kehidupan di daerah, dan (3)
anggota MPR agar MPR merupakan jelmaan dari seluruh rakyat yang berdaulat, oleh
3.3.3. Simpulan
bahwa Pasal 22C, 22D, dan 22E Perubahan Ketiga UUD dan Pasal 2 Rancangan
Perubahan Ketiga dengan menambahkan Pasal 24B dan Pasal 24C yang berturut-turut
memberlakukan lembaga baru, yaitu KY dan MK, dengan nalaran yang sama yang
terkandung di dalam Nomor 3.3.3 juga merupakan bagian dari Pembuatan UUD baru.
meskipun redaksi diktumnya sedikit berbeda, namun esensinya sama dengan Aturan
Suatu pemecahan- ekuilibrum mengenai suatu masalah-koordinasi itu tidak harus bersifat simetrik
(dalam arti bahwa para pihak yang berkoordinasi, semuanya berpendapat sama mengenai berbagai
pemecahan ekuilibrim yang tersedia, karena antar subyek yang berelasi subyek simetrik tidak
mungkin berinteraksi.
konstitualisme pada dirinya, pemerintahan demokratik tidak mungkin terwujudkan, meskipun pada
mulanya ia dilahirkan dari logika demokrasi liberal. Namun lebih substansial dari pada itu,
Konstitualisme modern hampr semua berbentuk konstitusi tertulis oleh rakyat berdaulat tidak lagi
mengejewantahkan diinya sebagai piranti-politik normaatif dari rakyat berdaulat dalam usahanya
Pembatasan kekuasaan tidak lagi didasarkan pada motivasi kecurigaan rakyat kepada lembaga
eksekutif, tetapi teralir dari rasio demokratik yang jernih. Karena itu dictum pembatasannya tidak lagi
siwujudkan sebagai aturan maupun larangan normative yang dikenakan pada tingkah laku dari
Menurut pendaapat James Johnson yang memandang konstitusi sebagai mekanisme koordinasi
( Johnson dalam Ferejohn 2001:100). Dengan kata lain rakyat berdaulat member segala kekuasaan
dan wewenang yang diperlukan kepada institusi negara,melalui pernyataan yang dituangkan dalam
Merujuk pada pengertian konstitualisme dalam arti dinamik berkaitan secara fungsional dengan
proses amandemen , dan sama sekali tidak berkaitan dengan proses pembuatan konstitusi baru.
Interpretasi historik dan kulturaldan konvensional dan pemahaman mula para pendiri Negara yang
melatar belakangi konstitusi,yang faham oleh konstitusionalme dalam arti dinamik harus dilakukan
dan diperhitungkan , membuktikan sendiri bahwa konstitusionalme dalam arti dinamik relevan
dengan proses amandemen. Sedangkan pembuatan konstitusi baru, sama sekali tidak terkait dengan
konstitusionalme dalam arti dinamik maupun dalam arti statistic, karena pembuatan konstitusi baru
dengan sendirinya didahului dengan pemutusan (break). hubungan dengan masa lampau, baik sebagai
akibat dari terjadinya revolusi,penggantian dasar ideology negara, maupun untuk memenuhi
Amandemen konstitusi dalam naskah the constitution of The United State of America, tertulis
Dan dari sumber yang dikemukakan, tidak ada mengemukakan tindakan-amademen yang sifatnya
mengganti, karena mengganti kata, ungkapan atau, atau teks pasal , niscaya berdampak tergantinya
b. Konstitusi baru
Seperangkat keyakinan tertuang secara sistematik dalam suatu naskah bersejarah, atau naskah resmi,
seperti The declaration of independence dari bangsa America, dan pembukaan UUD 1945 (asli).
Idologi bangsa Indonesia yang terurai dalam pembukaan UUD 1945 beserta konsep- konsep
bawaannya, menjadi 36 pasal yang dituangkan dalam batang tubuh UUD 1945. Dua dokumen historic
ini beserta hubungan fungsional antara dokumen tersebut merupakan rujukan dalam melakukan
interpretasi historik dan cultural,yang hasilnya berdaya memperkaya lingkup makna dari teks pasal
yang akan dikenai amandemen dalam kaitannya dengan persoalan spesifik yang ditimbulkan oleh
tuntutan reformasi.
Proses Amandemen didahului dengan disepakati nya lima butir rambu-rambu amandemen oleh
Transformasi adalah mengubah tampilan keluardari suatu obyek tersebut dapat dipergunakan
untuk keperluan lain. Pasal 37 tidak termasuk pasal yang yang berkategori transmission dari
dasar negara pancasila.,karena merupakan pasal universal yang bersumber pada teori
konstitusi.
5. Memasukkan norma-norma dasar yang terdapatdalam penjelasan UUD 1945 kedalam pasal-
Sebagai contoh dapat dikemukakan dengan merujuk pada konversi dan pemahaman pertama dari para
“Presiden republik Indonesia sebagai kepala pemerintahan dan sebagai bapak bangsa, dipilih melalui
musyawarah oeh jelmaan seluruh rakyat yang terhimpun dalam MPR (Pasal 6 ayat (2)).