Hirschman
Hirschman mendefinisikan bahwa perubahan sosial budaya terjadi karena dipengaruhi oleh
komunikasi, cara dan pola pikir masyarakat. Termasuk juga dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal bisa dipengaruhi oleh konflik, perubahan jumlah penduduk,
revolusi, penemuan baru dan masih banyak lagi.
Terjadinya perubahan sosial budaya yang dipengaruhi oleh faktor eksternal menurut
Hirschman bisa disebabkan oleh faktor bencana alam, pengaruh kebudayaan masyarakat lain,
peperangan dan perubahan iklim sekalipun bisa berpengaruh.
Max Iver
Max Iver salah satu ahli sosiologi yang juga angkat bicara tentang perubahan sosial budaya.
Dimana sosial budaya diartikan sebagai perubahan sosial yang bersifat kesinambungan
dengan hubungan sosial.
Max Weber
Beda dengan pendapat Max Weber, yang mana perubahan sosial budaya adalah situasi yang
terjadi di dalam masyarakat yang diakibatkan oleh ketidaksamaan dengan unsur-unsur yang
sudah ada.
Gillin
Berbeda dengan pendapat Gillin, yang mendefinisikan bahwa perubahan sosial budaya
sebagai cara hidup yang dipengaruhi oleh perubahan kondisi kebudayaan material, perubahan
kondisi geografis, komposisi penduduk, ideologi dan dank arena dipengaruhi oleh hasil
penemuan baru.
W. Kornblum
Terjadinya perubahan sosial budaya menurut W. Kornblum karena disebabkan oleh
perubahan susunan budaya. Baik itu perubahan yang bersifat bertahap ataupun dalam jangka
waktu yang lama.
Kingsley Davis
Dalam buku Human Society, Kingsley Davis mendefinisikan perubahan sosial budaya
sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Selo Sumardjan
Lebih sederhana, Selo Sumardjan mengatakan bahwa perubahan sosial budaya adalah
perubahan di lembaga kemasyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial budaya
terjadi karena terjadi perubahan struktur dan terjadinya perubahan fungsi sosial. Ketika
perubahan sosial mengalami perubahan, secara otomatis akan mempengaruhi budaya di
masyarakat itu sendiri.
Faktor perubahan sosial budaya
Jika kita sudah memahami apa itu arti perubahan sosial budaya, mungkin ada yang
penasaran, faktor apa sih yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya? Sebenarnya
di pengertian para ahli sudah disebutkan faktor perubahan sosial, diantaranya sebagai berikut.
Munculnya Konflik
Dalam hidup bersosial, sudah sewajarnya jika menemukan konflik atau pertentangan.
Umumnya, konflik muncul karena disebabkan adanya kemajemukan yang melahirkan
berbagai karakter dan sifat. Sehingga timbulah sebuah pertentangan satu dengan yang lain.
Lahirnya konflik atau pertentangan inilah yang mendorong sebagian orang mencari problem
solving atas masalah yang terjadi. Dengan kata lain, kehadiran konflik satu sisi mendorong
untuk melakukan kreativitas dan mendorong seseorang untuk menciptakan alternatif
pemenuhan sumber kebutuhan.
Terjadi Revolusi
Faktor penyebab perubahan sosial budaya yang lain adalah karena terjadi pemberontakan
atau revolusi. Nah, untuk kasus ini, umumnya terjadi dari luar masyarakat. Revolusi
terbentuk di luar lingkungan alam fisik sekitar masyarakat. Misalnya, karena terjadi bencana
alam atau terjadi perang.
Satu sisi, jika lapisan masyarakat tidak memiliki dasar nasionalisme yang tinggi, budaya lama
warisan leluhur kita yang filosofis akan ditinggalkan dan budaya lama akan hilang.
Motivasi Berprestasi
Terjadinya perubahan sosial budaya bisa juga disebabkan karena lapisan masyarakat
memiliki motivasi berprestasi (motivasi untuk maju) lebih besar. Tentu saja ini hal yang
positif yang patut dipertahankan agar terjadi perubahan sosial yang bersifat positif. Karena
kunci kesuksesan sebuah Negara adalah kesadaran kolektif untuk berpikiran maju.
Akulturasi
Penyebab terjadinya perubahan sosial budaya yang sering kamu rasakan adalah akulturasi.
Akulturasi adalah pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda dan saling
mempengaruhi. Proses akulturasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang terjadi
secara berkelanjutan, sehingga tidak terasa terjadi perubahan budaya.
Asimilasi
Selain proses akulturasi ada juga proses asimilasi yaitu paduan dua budaya yang berbeda.
Dimana kedua budaya tersebut berkembang secara berangsur-angsur sehingga memunculkan
budaya baru.
Itulah beberapa faktor penyebab perubahan sosial budaya. Di Indonesia perubahan sosial
budaya sangat banyak. Apalagi Indonesia salah satu Negara jajahan dari beberapa Negara
yang tiap penjajah masuk ke Indonesia membawa pengaruh dari negaranya masing-masing.
Dicontoh bagian bawah nanti akan kita berikan contoh-contohnya.
Ternyata perubahan sosial budaya memiliki beberapa bentuk yang tidak disadari oleh banyak
orang. Apa saja sih bentuk-bentuknya. Berikut ulasannya.
Evolusi dan Revolusi
Saat pemilu, kamu mungkin sudah tidak asing dengar kata evolusi dan revolusi bukan? Nah,
berikut perbedaan antara evolusi dan revolusi
1. Evolusi
Penggunaan kata evolusi mengacu pada perubahan sosial yang memakan waktu yang lama
tanpa ada kehendak dari masyarakat. Terbentuknya revolusi dipengaruhi oleh dorongan
masyarakat agar bisa menyesuaikan diri terhadap perkembangan masyarakat yang terjadi
waktu itu.
2. Revolusi
Sedangkan istilah revolusi lebih tepat digunakan untuk melakukan perubahan secara cepat
tanpa direncanakan sebelumnya. Kebalikan dari evolusi, jadi revolusi bisa terjadi karena
sudah direncanakan sebelumnya, meskipun demikian, ada juga yang tidak direncanakan.
1. Perubahan direncanakan
Sebaliknya, perubahan budaya yang tidak direncanakan terbentuk karena tanpa direncanakan
terlebih dahulu. Perubahan yang tidak direncanakan memiliki kecenderungan ditentang oleh
masyarakat yang bersangkutan.
2. Perubahan besar
Sebaliknya, perubahan besar akan mendapat pertentangan besar bagi masyarakat. Dikatakan
terjadi perubahan besar apabila menyangkut pada unsur-unsur struktur sosial yang memberi
pengaruh besar pada masyarakat. Sehingga jika unsur struktur sosial tersebut terlalu berubah
drastis, bisa menimbulkan perubahan reaksi dan pertentangan dari masyarakat.
Nah, itulah beberapa bentuk perubahan sosial budaya yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dari ketiga macam bentuk tersebut, apakah kamu juga pernah merasakan
perubahan tersebut? jawabannya boleh kamu masukan di kolom komentar di bawah ya.
Jika di paragraf di atas sudah membahas beberapa hal penting dalam perubahan sosial
budaya. Sekarang waktunya masuk ke bab contoh perubahan sosial budaya. Saat
membicarakan tentang contoh kasus, memang ada banyak sekali. Diantaranya sebagai
berikut.
Jika dulu menanam padi menggunakan cara manual, ditanam menggunakan tenaga manusia,
sekarang sudah bisa menggunakan mesin otomotif. Begitupun saat tiba waktu panen. Tidak
lagi dipanen dengan tenaga manusia, tetapi sudah bisa dipanen secara otomatis menggunakan
traktor. Kini, dunia pertanian sudah semakin canggih.
Tentu saja perubahan budaya ini ada sebagian yang menerima dengan baik dan ada juga yang
menolak. Bagi petani desa, terkendala oleh biaya akan menolak cara ini. karena mesin yang
digunakan pun harganya mahal. Namun sebagian yang punya uang, lebih memilih cara ini
karena lebih cepat proses kerjanya.
Karena faktor lingkungan yang tinggi menggunakan hijab inilah yang mendorong orang-
orang disekitar kita menggunakan hijab bukan karena kewajiban. Tetapi karena pengaruh
lingkungan dan fashion. Meskipun demikian, perubahan sosial budaya seperti ini tidak
sampai menimbulkan konflik dan pertentangan besar dalam masyarakat.
Sayangnya, bagi sebagian masyarakat justru terseret pada hal yang kurang baik. Misalnya
berpengaruh pada gaya hidup orang-orang barat seperti minum-minuman keras, terpengaruh
dalam budaya pergaulan yang tidak mengindahkan sopan santun kepada orang yang lebih tua
dan pengaruhi pola hidup.
Yap, beberapa masjid pasti ada menara. Kata menara inilah yang ternyata bentuk dari
akulturasi budaya. Seperti yang diceritakan oleh Gus Muwafiq tentang asal usul nama menara
di setiap masjid. Dahulu sebelum islam diperkenalkan, lelehur kita sudah memiliki keyakinan
sendiri.
Jadi sebelum Sayidina Ali ke Persia, para leluhur memiliki tuhan dan menyembah Api.
Begitu ikut islam, Apinya hilang. Tapi masih ada beberapa yang menyembah api di depan
masjid, dan dibangun tiang tinggi untuk api yang disebut manoro.
Akhirnya orang Majusi mampu menghilangkan api, dan terbentuklah menara di setiap
masjid. Kemudian dicontoh sedunia di setiap masjid dibuat menara. Nah, dari cerita ini
menunjukan bahwa terjadi akulturasi sosial budaya bahkan sebelum masa penjajahan masuk
di Indonesia.
Contohnya pada masjid Kotagede, bagian atap tersusun seperti kuil, hindu Asia Selatan.
Sedangkan dari pola arsitektur di dunia Islam, di sana juga ada corak Ottoman dari
Byzantium, Ada corak India dan Syro-egypto. Bahkan, banyak juga ditemukan bangunan
masjid yang dipengaruhi oleh seni bangunan era kerajaan Hindu-Budha.
Contoh perubahan sosial budaya kebudayaan jawa lama masa Mataram islam
Seperti yang dikutip oleh Fikrah, VOl. I, No. 2, Juli-Desember 2014 ternyata perubahan
sosial budaya sudah dilakukan sejak era Mataram Islam. Sultan Agung mengeluarkan
kebijakan agar kebudayaan lama Jawa (era Hindu-Budha) diakulturasikan dengan ajaran-
ajaran Islam. Kebijakan Sultan Agung ini menghasilkan akulturasi budaya, sebagai berikut.
Grebeg disesuaikan dengan hari besar Islam, yaitu hari raya idul fitri dan Maulid Nabi,
yang disebut Grebeg Poso dan Grebeg Mulud.
Gamelan Sekaten dibunyikan pada Grebeg Mulud, dipukul di halaman masjid Agung.
Tahun Caka (baca: Saka) -peninggalan era HinduBudha- yang berdasarkan perjalanan
matahari, tahun Caka pada tahun 1633 M telah menunjukkan tahun 15550 Saka tidak lagi
ditambah dengan hitungan matahari, tetapi dengan hitungan yang didasarkan pada perjalanan
bulan, sesuai dengan model tahun Hijriyah. Tahun yang baru disusun itu disebut tahun Jawa
dan sampai sekarang tetap dipakai.