1
itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan
seterusnya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu respons
ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama :
1. Faktor alam
2. Faktor teknologi
3. Faktor kebudayaan
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam apabila yang
dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali menentukan perubahan sosial.
Hubungan korelatif antara perubahan slam dan perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu
kelihatan, karena jarang sekali alam mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada
maka prosesnya itu adalah lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya
daripada perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan
tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu bisa di lihat
nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang mengubah dan
memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam masyarakat
modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi
teknologi komunikasi yang demikian pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam
perubahan sosial itu.
2
hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens penerima yang
menghendaki. Kami tidak memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika
inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi,
adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi.
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga
terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor
pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat
yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan.
Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka
terhadap hal yang baru serta adat yang berlaku.
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan
lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak direncanakan.
Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada masyarakat yang sedang
mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu penemuan teknologi baru dapat
mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari perubahan sosial antara lain
meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial, teknologi serta cultural.
3
Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok
dengan kelompok.
Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Pemberontakan dari para mahasiswa, menurunkan rezim Suharto pada jaman orde
baru. Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara dimana sistem
pemerintahan yang militerisme berubah menjadi demokrasi pada jaman refiormasi.
Sistem komunikasi antara birokrat dan rakyat menjadi berubah (menunggu apa yang
dikatakan pemimpin berubah sebagai abdi masyarakat).
4
Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)
Cenderung menolak terhadap hal-hal baru
5
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau
menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal,
rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi.
Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai
nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas
atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values.
Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti
barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara
turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms)
yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok
(masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang
berlaku bagi nilai-nilai atau values.
Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan
atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai
atau value ini. Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian
yang disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-
norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok
akan lebih cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah
sebagai berikut,
ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat
kemajuan atau proses modernisasi,
ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam
menghadapi proses modernisasi,
ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru.
Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka
ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau
orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan
terhadap tahyul
6
masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi
menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang
berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan
kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu
pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat
yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global
pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau
masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan
kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah
sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu
merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi
dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk
mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah,
nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan
cermat mencoba merencanakan masa depannya,
nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan
mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan
inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih
dari iptek produk asing, namun dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang
sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek baru,
nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai
tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa
gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada
konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985),
yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai
tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup
seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil
alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi
dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu
masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau
7
mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di
Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di
Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan
bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-
nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat
perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti
halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat
modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek
fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan
seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan
yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam
ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan
memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi.
Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi
kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan.
Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang
semakin ruwet dan kompleks.
8
Dalam perubahan sosial, individu atau kelompok merupakan subjek sekaligus objek
dari perubahan itu sendiri. Individu atau kelompok adalah pelaku perubahan sosial. Dan bila
individu atau kelompok ditempatkan sebagai objek berarti merekalah yang menerima
pengaruh perubahan sosial baik positif maupun negatif.
Individu
Kata individu berasal dari Bahasa Yunani 'individium' yang berarti “tidak terbagi”.
Sementara itu, menurut konsep Sosiologis individu berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri. Menurut (Dr. A. Lysen) kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan
yang tidak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa individu merupakan seseorang atau pribadi
orang yang terpisah dari orang lain yang hidupnya berdiri sendiri, bersifat bebas serta tidak
mempunyai hubungan organik dengan sesamanya ataupun oranglain.
Kelompok sosial
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menyatakan, kelompok sosial merupakan kumpulan
manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi. Soerjono
Soekanto berpendapat bahwa kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan
manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka secara timbal balik dan
saling mempengaruhi. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa kelompok sosial adalah sekumpulan
manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir secara
berulang-ulang, serta memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.
Lahirnya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk berhubungan,
tapi tidak semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Soerjono
Soekanto (1982 : 111) mengemukakan persyaratan terbentuknya kelompok sosial, yaitu :
Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam kelompok
Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan
yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor tersebut dapat berubah nasib yang
sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama ataupun ideologi yang sama.
Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku.
9
Menurut Mac Iver (1961: 213) kelompok sosial adalah: kelompok yang terbentuk
melalui proses interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam
kehidupan bersama berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan memilki
kebersamaan tolong menolong.
Dalam pembentukan kelompok sosial ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya adalah kepentingan yang sama, darah dan keturunan yang sama, geografis, dan
daerah asal yang sama.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam
makalah ini adalah :
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial
dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu
selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial.
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses di mana
ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses dimana ide-ide baru itu
dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni perubahan-
perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan
inovasi.
Perubahan sosial selalu menimbulkan perubahan dalam masyarakat, salah satunya adalah
globalisasi yang menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negative dari sisi
positif misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dinikmati
seluruh kelompok sosial masyarakat.
10