PEMBANGUNAN
A.PENDIDIKAN
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke
generasi di manapun di dunia ini (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Manan (1989) menyebutkan
bahwa dalam arti luas, pendidikan mencakup semua proses, kecuali yang bersifat genetis, yang
menolong membentuk fikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang
Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi
terhadap dan oleh sesama anggota manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Salah satu fungsi dari
sekolah mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam menjalankan fungsi sosial harus mampu
mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa merubah diri mereka dan
merubah masyarakatnya.
Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik sebab kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal, nonformal, dan informal. Sebaliknya
bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di
mana proses pendidikan itu berlangsung (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Pendidikan jika
diabaikan dapat diasumsikan sosial budaya suatu bangsa akan mengalami kepunahan karena
tidak ada proses transfer budaya sehingga tidak ada yang melestarikan dan mengembangkan
budaya.
Secara umum, ahli sosiologi membedakan bentuk perubahan sosial menjadi dua:
1) Progress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan sehingga bisa
menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi masyarakat. Bentuk progress ini
dibedakan menjadi kemajuan yang dikehendaki, contohnya pembangunan listrik
masuk desa, intensifikasi pertanian, modernisasi desa, dan lain-lain. Kemajuan yang
tidak dikehendaki contohnya adalah akibat gunung meletus menyebabkan warga
masyarakat makin makmur dengan sawah pertanian yang bertambah subur serta
tambah pasir semakin melimpah untuk ditambang
2) Regress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran sehingga
kurang menguntungkan bagi masyarakat, seperti perang yang berakibat pada
kehancuran barang-barang, perabot, sarana infrastruktur masyarakat serta binasanya
ribuan hewan bahkan jiwa manusia.
2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Menurut Murdock dalam Manan (1989: 50) faktor penyebab timbulnya perubahan
sosial budaya adalah:
a. Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.
b. Perubahan lingkungan geografis.
c. Perpindahan ke lingkungan baru.
d. Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan.
e. Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemi, perang, dan
depresi ekonomi.
f. Kelahiran dan kematian seorang pemimpin.
g. Penemuan.
Menurut Soeryono (1990) menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat.
a. Faktor internal
1) Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa,
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang
hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik
atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual
atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya
tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan, misalnya
dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat
memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada
masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
a) Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu
dalam suatu masyarakat. Contoh penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-
lain.
b) Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh
masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari
discovery. Contohnya adalah mobil, kreta api, dan lain-lain.
c) Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang
ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal
serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan
menjadi invention, proses inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai
berikut:
a) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c) Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
3) Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat
mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa
perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh teknologi dalam industri
tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak
membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan
manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi
juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat
menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh teknologi komunikasi seperti
dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara
langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya
hidup, kekerasan, dan lainya.
4) Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif,
namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat
berupa hal-hal berikut:
a) Pertentangan antara individu di dalam masyarakat.
b) Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat.
c) Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
d) Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat.
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya
bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan
terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di
dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
5) Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk
menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan
budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah
terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh melalui pendidikan,
seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga
dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk
memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.
6) Pemberontakan atau revolusi
Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh revolusi kemerdekaan
Indonesia.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat
membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana
alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat.
Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak
porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih
profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut.
2)Peperangan
3)kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
4) kontak kebudayaan dengan masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut:
a) Difusi kebudayaan, penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain.
b) Akulturasi kebudayaan, pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana
kebudayaan asli masih tampak.
c) Asimilasi kebudayaan, proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan atau
lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi, pernikahan
campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain.
Ada dua paradigma dalam pembangunan yaitu paradigma modernisasi dan paradigma
ketergantungan (Manan, 1989).
1. Pokok paradigma modernisasi
a. Pembangunan adalah suatu proses yang spontan, tidak dapat dibalikkan dan menjadi
sifat dari masing-masing Negara.
b. Pembangunan secara tersirat menuju ke differensiasi struktural dan spesialisasi
fungsional.
c. Proses pembangunan dapat dibagi menjadi tahap-tahapan yang berbeda, yang
menunjukkan tingkat pembangunan yang dicapai oleh setiap masyarakat.
d. Pembangunan dapat dirangsang oleh persaingan ekstern atau ancaman militer dan intern
serta modernisasi sektor-sektor tradisional.
2. Pokok paradigma ketergantungan
a. Rintangan-rintangan yang paling penting bagi pembangunan bukan tidak adanya modal
atau kecekatan kewiraswataan. Hal-hal ini bersifat eksternal bagi perekonomian yang
kurang berkembang.
b. Proses pembangunan dianalisa dalam arti hubungan antara kawasan-kawasan, yaitu
pusat dan pinggiran.
c. Karena kenyataan bahwa kawasan pinggiran itu kehilangan hak atas surplusnya,
pembangunan di pusat secara tersirat. Berarti keterbelakangan di derah pinggiran.
d. Bagi suatu Negara pinggiran perlu memisahkan diri dan berjuang untuk mandiri.
Semua teori yang dikemukakan tersebut berisi tentang nilai-nilai, sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang kondusif untuk merobah sebuah masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modren yang mencerminkan tuntunan akan perlunya peninjauan dan perubahan
sosial budaya, modernisasi dan pembangunan.
Menurut Idi (2011) Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial
memiliki beberapa fungsi, yakni: (1) Melakukan reproduksi budaya. (2) Difusi budaya. (3)
Mengembangkan analisis kultur terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional. (4)
Melakukan perubahan-perubahan dan modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional. (5)
Melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah
ketinggalan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Hunt, M. P. 1975. Foundations of Education Social and Cultural Perspectives. New York: Hold
Rinchars and Winston
Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa.
Kartono, K. 1977. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Tirtarahardja, U., dan Sulo, S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.