Anda di halaman 1dari 14

RESUME:PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA, MODERNISASI DAN

PEMBANGUNAN

KHAIRINA MAYARNI NST


22177007

A.PENDIDIKAN
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke
generasi di manapun di dunia ini (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Manan (1989) menyebutkan
bahwa dalam arti luas, pendidikan mencakup semua proses, kecuali yang bersifat genetis, yang
menolong membentuk fikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang

Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi
terhadap dan oleh sesama anggota manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Salah satu fungsi dari
sekolah mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam menjalankan fungsi sosial harus mampu
mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa merubah diri mereka dan
merubah masyarakatnya.
Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik sebab kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal, nonformal, dan informal. Sebaliknya
bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di
mana proses pendidikan itu berlangsung (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Pendidikan jika
diabaikan dapat diasumsikan sosial budaya suatu bangsa akan mengalami kepunahan karena
tidak ada proses transfer budaya sehingga tidak ada yang melestarikan dan mengembangkan
budaya.

Perubahan Sosial Budaya


. Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem
sosial. Struktur sosial merupakan bentuk jalinan di antara unsur-unsur sosial yang pokok dalam
masyarakat yang menunjukkan pada bentuk seluruh jaringan hubungan antarindividu dalam
masyarakat dimana terjalin interaksi dan komunikasi sosial.

C.CIRI-CIRI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat
mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan
perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.
c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan
di ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-
nilai lain yang baru.
d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual
saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
1. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Menurut Idi (2011) Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, baik
perubahan lambat dan perubahan cepat, yaitu evolusi,
a. Evolusi
Perubahan memerlukan waktu lama, dan rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat yang dinamakan evolusi . Ada sejumlah teori tentang evolusi,
yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori.
1) Unilinear Theories of evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaan)
mengalami perkembangan sesuatu melalui tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk-
bentuk sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap sempurna.
Pada tahap pertama dasarnya kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indra
manusia, dan tahap terakhir adalah kebenaran.
2) Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui
ntahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan
manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini
diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan kelompok homogen ke kelompok heterogen baik
sifat maupun susunannya.
3) Multilined Theorities of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan
tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya mengadakan penelitian perihal
pengaruh perubahan sistem pencaharian dan sistem berburu ke pertanian, terhadap
sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.
b. Revolusi
Perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dengan cepat dan menyangkut dasar-
dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat dinamakan revolusi. Dalam
revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana
sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang
bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.
Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu,
antara lain adalah:
1) Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat
harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan
untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
2) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
3) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk
kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
4) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya
adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat.
Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya perumusan sesuatu
ideologi tersebut.
5) Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan
faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat
gagal. Contoh dari perubahan revolusi adalah: Kemerdekaan Indonesia merupakan
revolusi dari Negara terjajah menjadi Negara merdeka.
c. Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial
yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya
perubahan mode pakaian tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat
dalam keseluruhannya, karena tidak mengakibatkan perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sebaliknya suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada
masyarakat agraris, misalnya merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh
besar pada masyarakat. Berbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan ikut
terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan
stratifikasi masyarakat dan seterusnya.
d. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan yang
tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan merupakan
perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan dahulu oleh pihak-pihak
yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang mengadakan
perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan
merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan
pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan masyarakat.

Secara umum, ahli sosiologi membedakan bentuk perubahan sosial menjadi dua:
1) Progress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan sehingga bisa
menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi masyarakat. Bentuk progress ini
dibedakan menjadi kemajuan yang dikehendaki, contohnya pembangunan listrik
masuk desa, intensifikasi pertanian, modernisasi desa, dan lain-lain. Kemajuan yang
tidak dikehendaki contohnya adalah akibat gunung meletus menyebabkan warga
masyarakat makin makmur dengan sawah pertanian yang bertambah subur serta
tambah pasir semakin melimpah untuk ditambang
2) Regress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran sehingga
kurang menguntungkan bagi masyarakat, seperti perang yang berakibat pada
kehancuran barang-barang, perabot, sarana infrastruktur masyarakat serta binasanya
ribuan hewan bahkan jiwa manusia.
2. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Menurut Murdock dalam Manan (1989: 50) faktor penyebab timbulnya perubahan
sosial budaya adalah:
a. Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.
b. Perubahan lingkungan geografis.
c. Perpindahan ke lingkungan baru.
d. Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan.
e. Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemi, perang, dan
depresi ekonomi.
f. Kelahiran dan kematian seorang pemimpin.
g. Penemuan.

Menurut Soeryono (1990) menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat.
a. Faktor internal
1) Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa,
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang
hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik
atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual
atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya
tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan, misalnya
dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat
memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada
masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
a) Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu
dalam suatu masyarakat. Contoh penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-
lain.
b) Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh
masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari
discovery. Contohnya adalah mobil, kreta api, dan lain-lain.
c) Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang
ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal
serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan
menjadi invention, proses inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai
berikut:
a) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c) Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
3) Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat
mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa
perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh teknologi dalam industri
tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak
membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan
manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi
juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat
menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh teknologi komunikasi seperti
dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara
langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya
hidup, kekerasan, dan lainya.
4) Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif,
namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat
berupa hal-hal berikut:
a) Pertentangan antara individu di dalam masyarakat.
b) Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat.
c) Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
d) Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat.
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya
bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan
terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di
dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
5) Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk
menerima unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan
budayanya. Oleh karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah
terjadinya perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh melalui pendidikan,
seorang anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga
dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk
memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.
6) Pemberontakan atau revolusi
Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh revolusi kemerdekaan
Indonesia.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat
membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana
alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat.
Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak
porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih
profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut.

2)Peperangan
3)kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
4) kontak kebudayaan dengan masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut:
a) Difusi kebudayaan, penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain.
b) Akulturasi kebudayaan, pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana
kebudayaan asli masih tampak.
c) Asimilasi kebudayaan, proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan atau
lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi, pernikahan
campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain.

Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktor-


faktor pendorong jalannya perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan akan
situai yang lain.
2) Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang
seharusnya bisa ada.
3) Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau kompetisi, keharusan-
keharusan menyesuaikan diri, dan sebagainya.
4) Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi dan
peningkatan, misalnya produktivitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan


Laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar,
yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
b. Kontak dengan Budaya Lain
c. Sikap menghargai hasil karya orang lain
d. Sistem pendidikan yang maju
e. Keinginan untuk maju
f. Toleransi terhadap perubahan
g. Penduduk yang heterogen
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
i. Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang
lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju.
Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik.
j. Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
k. Sikap mudah menerima hal-hal baru

Factor penghambat perubahan social budaya


a.kurangnya berhubungan dengan mayarakat lain
b.masyarakat behubungan dan bersikap tradisional
c.pendidikan yang rendah
d. Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested interest)
e.Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya.Oleh karena
itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk
menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.
f.Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
g.adanya hambatan ideologis
h.adat atau kebiasaan

MODERNISASI DAN PEMBANGUNAN


Proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai berikut:
1. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana menuju kepada
tatanan yang lebih maju dan kompleks.
2. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan kecenderungan
yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama proses homogenisasi ini adalah
perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi.
3. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindarkan dan tidak dapat
dihentikan.
4. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat dihindari adanya
dampak (samping).
5. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner; hanya waktu dan sejarah yang dapat
mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat serta dampaknya

Ada dua paradigma dalam pembangunan yaitu paradigma modernisasi dan paradigma
ketergantungan (Manan, 1989).
1. Pokok paradigma modernisasi
a. Pembangunan adalah suatu proses yang spontan, tidak dapat dibalikkan dan menjadi
sifat dari masing-masing Negara.
b. Pembangunan secara tersirat menuju ke differensiasi struktural dan spesialisasi
fungsional.
c. Proses pembangunan dapat dibagi menjadi tahap-tahapan yang berbeda, yang
menunjukkan tingkat pembangunan yang dicapai oleh setiap masyarakat.
d. Pembangunan dapat dirangsang oleh persaingan ekstern atau ancaman militer dan intern
serta modernisasi sektor-sektor tradisional.
2. Pokok paradigma ketergantungan
a. Rintangan-rintangan yang paling penting bagi pembangunan bukan tidak adanya modal
atau kecekatan kewiraswataan. Hal-hal ini bersifat eksternal bagi perekonomian yang
kurang berkembang.
b. Proses pembangunan dianalisa dalam arti hubungan antara kawasan-kawasan, yaitu
pusat dan pinggiran.
c. Karena kenyataan bahwa kawasan pinggiran itu kehilangan hak atas surplusnya,
pembangunan di pusat secara tersirat. Berarti keterbelakangan di derah pinggiran.
d. Bagi suatu Negara pinggiran perlu memisahkan diri dan berjuang untuk mandiri.

ARAH PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


Adapun dampak negatif dari perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan adalh
sebagai berikut:
1. Westernisasi (meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve).
2. Sekularisme (pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan pandangan hidup
yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia, pada tingkatnya yang lebih
ekstrim, sekularisme merupakan pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya
kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham yang tidak
mengakui adanya Tuhan)
3. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang dan jasa
daripada membuatnya sendiri)
4. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan merupakan
keperluannya)
5. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau gengsi tertentu)
6. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam proses
pembangunan, misalnya karena menekankan atau memprioritaskan daerah atau golongan
sosial tertentu
7. Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakan remaja, prostitusi, dan
sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk menyesuaikan dengan taraf
hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dan ketrampilan yang memadai
(demonstration effect).

Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya


1. Teori orientasi nilai sosial budaya yang dikembangkan oleh Kluckhohn dan Strodtbeck
yang mana dalam teori ini mengatakan bahwa dalam masyarakat terlihat dimana orientasi
nilai-nilai yang menekankan pandangan waktu yang berorientasi kemasa depan, pandangan
terhadap alam yang menekankan bahwa hukum alam dapat diketahui dan dikuasai,
pandangan bahwa bekerja itu sesuatu yang dapat menimbulkan kerja yang lebih banyak,
pandangan bahwa semua manusia itu sama, semuanya merupakan orientasi nilai yang telah
membawa kemajuan.
2. Teori Pattern yang mana menurut teori ini masyarakat modren adalah masyarakat yang
menganut orientasi nilai yang mengutakan penilaian berdasarkan achivement atau
keberhasilan atau prestasi bukan status.
3. Teori Alisyahbana yang menekankan pengembangan nilai teori dan nilai ekonomi yang
merupakan aspek progresif dari suatu kebudayaan.
4. Selanjutnya teori Max Weber yang mana menurutnya panggilan hidup, pekerjaan atau karir
itu bukanlah suatu kondisi yang ditentukan oleh kelahiran, tetapi merupakan pekerjaan
yang dipilih dengan tepat dan dikerjakan dengna giat, harus dipilih sendiri dengan rasa
tanggung jawab keagamaan.
5. Hegen yang mengemukakan teori yang menjelaskan faktor-faktor yang bersifat motivasi
yang mempengaruhi perobahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.

Semua teori yang dikemukakan tersebut berisi tentang nilai-nilai, sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang kondusif untuk merobah sebuah masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modren yang mencerminkan tuntunan akan perlunya peninjauan dan perubahan
sosial budaya, modernisasi dan pembangunan.

A. Hubungan Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya terhadap Modernisasi


Pembangunan
Pendidikan memang meningkatkan pengetahuan, merubah nilai dan sikap, meningkatkan
keterampilan. Pendidikan dikatakan fungsional karena ia mempersiapkan manusia-manusia yang
akan merencanakan dan melaksanakan pembangunan. Pendidikan dikatakan disfungsional,
karena tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan yang meningkat yang berkembang karena
pendidikan tidak dapat dipenuhi oleh perkembangan di bidang-bidang lain.

Menurut Idi (2011) Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial
memiliki beberapa fungsi, yakni: (1) Melakukan reproduksi budaya. (2) Difusi budaya. (3)
Mengembangkan analisis kultur terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional. (4)
Melakukan perubahan-perubahan dan modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional. (5)
Melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah
ketinggalan.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Fardiansyah, Roni. 2013. Perubahan Sosial Budaya.


http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-perubahan-sosial-budaya.html.
(Online). Diakses: 10 Oktober 2015.

Hassan, F. 2004. Pendidikan Adalah Pembudayaan Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta:


Penerbit Buku Kompas.

Hunt, M. P. 1975. Foundations of Education Social and Cultural Perspectives. New York: Hold
Rinchars and Winston

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa.

Kartono, K. 1977. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Pradnya
Paramita.

Manan, Imran. 1989. Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

___________. 1989. Anthropologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Suardi. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Indeks.

Tilaar. 2012. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar PedagogikTransformatif untuk


Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, U., dan Sulo, S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai