Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab
intern atau sebab-sebab ekstern. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam
masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.
A. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut ini.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 yang
berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi yang otoriter dan mengubah
sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai
pemimpinnya.
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat
baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan
lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan
pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan
pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan
negara hingga tatanan dalam keluarga.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari
luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa
masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah
kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal
yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan
alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar
juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola
kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang
antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat
memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka
disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural
animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka
akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
f . Heterogeni
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar
belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan
mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan
pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan
sosial.
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain,
misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum
bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup
diri dari pengaruh-pengaruh asing.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai
dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan
kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau
kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-
royong di dalam kehidupan masyarakat kota.
D. Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola, dan kondisi
kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa menentukan sikap
terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sikap apriori
yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian kedepankan,
mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab
terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang berujung
pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat dan
modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima setiap
perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan
membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan
sosial budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut
mengarah pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian
diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis
terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di
masyarakat. Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya
khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus
kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita. Dalam
pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas
pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma
kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan lestarikan.
A Modernisasi dan Globalisasi
Di era modernisasi dan globalisasi bangsa-bangsa di dunia tidak dapat menutup diri dari pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain. Pergaulan itu membawa pengaruh bagi bangsa yang berinteraksi.
1. Pengertian Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
a. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis
dan politis.
b. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku
Sosiologi: suatu pengantar) Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern
mencakup pengertian sebagai berikut.
a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam
masyarakat.
2. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi
secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya
kemajuan di bidang komunikasi dunia. Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya
batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi. Globalisasi terjadi karena faktor-faktor
nilai budaya luar, seperti:
a. selalu meningkatkan pengetahuan; f. etos kerja;
b. patuh hukum; g. kemampuan memprediksi;
c. kemandirian; h. efisiensi dan produktivitas;
d. keterbukaan; h. keberanian bersaing; dan
e. rasionalisasi; i. manajemen resiko.
Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang
dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang
tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak
globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan
masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental. Unsur globalisasi yang sukar diterima
masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Teknologi yang rumit dan mahal.
b. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.
c. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Modernisasi dan globalisasi membawa dampak positif ataupun negatif terhadap perubahan Sosial
dan budaya suatu masyarakat.Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah sebagai
berikut.
a. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
b. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.
c. Pendidikan formal di sekolah.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk
sosial.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus
modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan
individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Sedangkan perilaku masyarakat yang tidak bisa menerima perubahan sosial budaya, di antaranya
sebagai berikut.
1. Perilaku masyarakat yang bersifat tertutup atau kurang membuka diri untuk berhubungan dengan
masyarakat lain;
2. Masih memegang teguh tradisi yang sudah ada;
3. Takut akan terjadi kegoyahan dalam susunan/struktur masyarakat, jika terjadi integrasi
kebudayaan;
4. Berpegang pada ideologinya dan beranggapan sesuatu yang baru bertentangan dengan idielogi
masyarakat yang sudah ada
Masyarakat tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya,
namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan unsur
budaya asing tersebut membawa kemudahan bagi kehidupannya. Pada umumnya, unsur budaya
yang membawa perubahan sosial budaya dan mudah diterima masyarakat adalah, jika:
1. unsur kebudayaan tersebut membawa manfaat yang besar,
2. peralatan yang mudah dipakai dan memiliki manfaat,
3. unsur kebudayaan yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur
tersebut.
Sebaliknya, masyarakat modern yang memiliki pola pikir yang berbeda. Unsur yang terkandung
dalam pola pikir masyarakat modern adalah:
1. bersifat dinamis atau selalu berubah mengikuti perkembangan zaman,
2. berdasarkan akal pikiran manusia dan senantiasa mengembangkan efisiensi dan efektivitas, serta
3. tidak mengandalkan atau mengutamakan kebiasaan atau tradisi masyarakat.
Lembaga sosial
Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah satu
jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan
antar manusia saat mereka menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan
keteraturan hidup.
Fungsi lembaga sosial adalah untuk memberikan pedoman kepada anggota masyarakat
tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan
pokok, menjaga keutuhan dari masyarakat, sebagai paduan masyarakat dalam mengawasi tingkah
laku anggotanya.
Mula-mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-kelamaan norma
tersebut dibuat secara sadar.
Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga sosial. Namun, tidak semua norma-
norma yang ada dalam masyarakat merupakan lembaga sosial karena untuk menjadi sebuah
lembaga sosial sekumpulan norma mengalami proses yang panjang.
Menurut Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan atau institutionalized, yaitu
proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau bagaimana suatu pola perilaku yang mapan
itu terjadi. Dengan kata lain, pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan terujinya sebuah
kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi/ lembaga yang akhirnya harus menjadi paduan
dalamkehidupan bersama.
1. Sebagian besar anggota masyarakat atau sistem sosial menerima norma tersebut.
2. Norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial tersebut.
3. Norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.
Dikenal empat tingkatan norma dalam proses pelembagaan, pertama cara (usage) yang menunjuk
pada suatu perbuatan. Kedua, kemudian cara bertingkah laku berlanjut dilakukan sehingga menjadi
suatu kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang dalam setiap usaha mencapai tujuan
tertentu. Ketiga, apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai patokan atau norma pengatur
kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat unsur pengawasan dan jika terjadi
penyimpangan, pelakunya akan dikenakan sanksi. Keempat, tata kelakuan yang semakin kuat
mencerminkan kekuatan pola kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya. Tata kelakuan
semacam ini disebut adat istiadat (custom). Bagi anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat,
maka ia akan mendapat sanksi yang lebih keras. Contoh, di Lampung suatu keaiban atau pantangan,
apabila seorang gadis sengaja mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan,
akibatnya ia dapat dikucilkan dari hubungan bujang-gadis karena dianggap tidak suci.
Lembaga sosial umumnya didirikan berdasarkan nilai dan norma dalam masyarakat, untuk
mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang isebut norma sosial yang
membatasi perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk
suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang
telah mengalami proses penerapan ke dalam institusi atau institutionalization menghasilkan lembaga
sosial.
Ciri dan Karakter
Meskipun lembaga sosial merupakan suatu konsep yang abstrak, ia memiliki sejumlah ciri dan
karakter yang dapat dikenali.
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga Sosial" (General
Features of Social Institution) menguraikan sebagai berikut:
1. Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud
melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan,
tata kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit yang
fungsional.
2. Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh karena
lembaga sosial merupakan himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok,
maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan dibakukan.
3. Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga pendidikan
sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga
lembaga perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain.
4. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga
sosial. Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta masjid, gereja, pura, dan wihara untuk
lembaga agama.
5. Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-simbol
tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar tujuan dan fungsi
lembaga yang bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera
dan lagu kebangsaan untuk negara, serta seragam sekolah dan badge (lencana) untuk
sekolah.
6. Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuan,
tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum perkawinan untuk lembaga
perkawinan.
Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula mengemukakan karakteristik dari
lembaga sosial. Menurutnya terdapat sembilan ciri khas (karakteristik) lembaga sosial sebagai
berikut.
1. Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat istiadat
yang hidup dalam ingatan maupun tertulis.
2. Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan saling
berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut.
3. Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks kebutuhan
tertentu, yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan.
4. Mempunyai perlengkapan dan peralatan.
5. Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok- kelompok yang
bersangkutan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.