Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum kondisi objektif masyarakat Desa Cikole itu awalnya merupakan daerah
produksi palawija sehingga sebagian besar masyarakatnya mengembangkan pertanian,
dilihat dari lahan – lahan pertanian yang masih dapat dilihat ketika kami memeasuki desa
cikole. Wilayah desa ini sebagian besar merupakan dataran tinggi.

Keadaan ini cocok untuk tanaman sayuran dan palawija serta ada pula tanaman kopi.
Desa cikole jga merupakan salah satu desa yang hasil pertaniannya di pasarkan ke beberapa
wilayah bahkan hingga ke pulau jawa karena letaknya yang erada di kaki gunung maka hal
tersebut menjadikan tanah di wilayah cikole sangat subur sehingga masyarakat menanam
berbagai jenis sayuran sebagai hasil dari pertaniannya. Sayuran yang di hasilkan seperti
tomat, cabe dan sebagainya

Selain pertanian desa cikole jga mengembangkan sector pariwisata hal ini terlihat dari
banyaknya wisata yang di bangun di wilayah desa cikole. Pariwisata yang di bangun biasanya
wisata out bond dan wisata keluarga, cikole memiliki beberapa jenis mata pencharian selain
menjadi petani sayuran, peternak, masyarakat juga banyak yang mengembangkan
perdagangan karena banyaknya wisatawan yang datang ke desa cikole.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Desa Cikole ?
2. Bagaimana awal pembangunan Tempat Wisata Hutan Pinus Pall 16 ?
3. Bagaimana Perubahan di masyarakat setelah adanya Wisata Hutan Pinus Pall 16 ?

1.3 Tujuan Penulis


1. Untuk mengetahui sejarah Desa Cikole.
2. Untuk mengetahui awal pembangunan tempat wisata Hutan Pinus Pall Cikole
3. Untuk mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi di Desa Cikole setelah adanya
tempat Wisata Hutan Pinus Pall 16.

1.4 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini kami menggunakan metode antara lain :
1. Dengan melakukan observasi ke lapangan, yaitu Kantor Desa Cikole dan tempat
Wisata Hutan Pinus Pall 16
2. Melakukan wawancara langsung dengan salah satu narasumber yang menjadi
pengelola di Kantor Desa Cikole dan tempat Wisata Hutan Pinus Pall 16

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Dilakukan pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2019 yang berlokasi di Desa Cikole
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Waktu penelitian ini dilakukan diluar
jam kuliah.
BAB ll

METODOLOGI PENGUMPULAN DATA

2.1 Data Primer

yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan
yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

2.2 Data Sekunder

yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Selain data primer, sumber data yang dipakai peneliti adalah sumber data sekunder, data
sekunder didapat melalui berbagai sumber yaitu literatur artikel, serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III
TEORI PERUBAHAN SOSIAL

3.1 Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di


dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai,
sikap, dan pola perilaku diantara kelompok masyarakat. Selain itu, terdapat beberapa
perbedaan pendapat menurut para ahli tentang pengertian perubahan sosial. Ada beberpa para
ahli sosiolog yang mendefinisikan perubahan sosial sebagai berikut :

1. Macvler : Perubahan- perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan


dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap
keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
2. Kingsley Davis : perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
3. Gilin dan gilin : perubahan - perubahan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
4. William F Ogburn : rumah lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah
pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
5. Herbert Blummer (1955) : menurut beliau melihat perubahan sosial sebagai usaha
kolektif untuk menegakkan terciptanya tata kehidupan baru
6. Ralp Tunner dan Lewis M.Killin (1962) : perubahan sosial sebagai kolektivitas yang
bertindak terus menerus, guna meningkatkan perubahan dalam masyarakat atau
kelompok.1

Setiap individu, masyarakat, ataupun kelompok pasti selalu mengalami perubahan-


perubahan, termasuk pada masyarakat primitive atau masyarakat kuno sekali pun. Jadi,
memang perubahan itu normal adanya.

3.2 Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Perubahan Sosial

Dalam setiap perubahan sosial tidak terjadi dengan begitu saja, biasanya selalu ada
alasan atau faktor yang mempengaruhi suatu perubahan itu sendiri. Baik itu berupa faktor
yang mendorong terjadinya perubahan ataupun faktor yang menghambat terjadinya
perubahan.

1. Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan sosial


Dalam faktor yang mempengaruhi suatu perubahan ada dua macam, yaitu
faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat.
a. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
 kontak dengan kebudayaan lain

 sistem pendidikan formal yang maju

 sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan - keinginan untuk maju

 toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang

 sistem terbuka lapisan masyarakat

1
Dwi, J Narwoko, dkk. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Prenada Media:2004. Hal 363.
 penduduk yang heterogen

 ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu

 orientasi ke masa depan

 nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidup.

b. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

 Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.

 Sikap masyarakat uang sangat tradisional.

 Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat atau vested intersts.

 Rasa takut akan terjadinya kegiyajan pada integrasi kebudayaan.

 Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.

 Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

 Adat atau kebiasaan. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruh dan tidak
mungkin diperbaiki.

2. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Selain faktor yang memepengaruhi ada juga faktor - faktor penyebab terjadinya
perubahan sosial. Pada dasarnya perubahan sosial terjadi, oleh karena anggota masyarakat
pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama.
Norma-norma dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap
tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru ada tiga faktor penyebab
utama dalam perubahan sosial, yaitu penimbunan (akumulasi) kebudayaan, pertambahan
penduduk dan penemuan-penemuan baru.

 Timbunan kebudayaan dan penemuan baru


Timbunan kebudayaan, merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang penting.
Kebudayaan dalam kehidupan masyarakat senantiasa terjadi penimbunan, yaitu suatu
kebudayaan semakin lama semakin beragam dan tambah secara akumulatif. Menurut
koentharaningrat, faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru
adalah sebagai berikut :
a) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaan
b) Kualitas dan ahli-ahli dalam suatu kebudayaan
c) Perangsang bagi aktivitas -aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

 Perubahan jumlah penduduk


Perubahan jumlah penduduk juga merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial,
seperti pertambahan atau kekurangannya penduduk pada suatu daerah tertentu.
Bertambahnya penduduk pada suatu daerah, dapat mengakibatkan perubahan pada struktur
masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatannya sementara pada
daerah yang lain terjadi kekosongan Sebagai akibat perpindahan penduduk tadi.

 Pertentangan (conflict)
Pertentangan antara anggota- anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan
masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana dijelaskan
oleh roucek dan warren. Masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya
hubungan antara orang satu dengan orang atau kelompoknya lainnya. Individu cenderung
mencari jalannya sendiri-sendiri. Sementara itu kondisi sumber pemenuhan kebutuhan
semakin tervatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari, jika proses ini memuncak, maka
pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang bersangkutan.
3.3 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
1. Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi
a. Perubahan Secara Evolusi
Yang di maksud dengan perubahan evolusi adalah peurubahan -
perubahan sosial yang terjadi dalam proses yang lambat, dalam waktu yang
cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
beirsangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha -usaha masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana,
namun olehan karena masyarakat mengalami perkembangan, maka kemudian
bentuk sederhana berubah menjadi bentuk yang kompleks. Terdapat beberapa
teori tentang evolusi, yaitu :
 Unilinier Theoris Of Evolution, yaitu perkembangan masyarakat yang melalui
tahapan, dari tahap sederhana ke tahap yang lebih kompleks. Misalnya seperti
pada teori Durkheim tentang solidaritas masyarakat dari yang beroslidaritas
mekanis ke organis. Ada juga teori merton tentang masyarakat tradisional
yang berubah ke masyarakat modern.
 Universal Theoris Of Evolution, yaitu perkembangan masyarakat yang tidak
perlu melalui tahap-tahap yang tetap. Misalnya pada teori Herbert tentang
perkembangan masyarakat homogen ke heterogen, baik sifat maupun
susunan.
 Multilined Theori Of Evolution, yaitu perkembangan yang menekankan
terhadapa tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya
seperti, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem
berburu ke sistem pertanian.
b. Perubahan Secara Revolusi
Berbeda halnya dengan perubahan yang bersifat revolusi, dimana
perubahan berlangsung secara cepat dan tidakk ada kehendak atau
perencAperencAaan sebelumnya, secara sosiologis perubahan revolusi dapat
di artikan sebagai perubahan - perubahan sosial mengenai unsur -unsur
kehidupan atau lembaga -lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif
cepat. Menurut Soedjono, syarat -syarat terjadinya suatu revolusi adalah
sebagai berikut :
 Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam
masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus
ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan
keadaan tersebut
 Adanya seorang pemimpin astafirullah sekelompok orang yang di
anggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
 Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan -keinginan tersebut,
untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari
masyarakat, untuk di jadikan program dan arah bagi geraknya
masyarakat.
 Pemimpin tersebut harus dapat menUnjukan suatu tujuan pada
masyarakatmasyarakat, artinya adalah bahwa tujuan tersebut terutama
sifatnya konkret dan dapat dilihat oletyha masyarakat.
 Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat dia mana segala
keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan
revolusi.
2. Perubahan yang direncanakan dan Perubahan yang tidak direncanakan
a. Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan terhadap
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan pada perencanaan yang
matang oleh pihak pihak menghendaki perubahan - perubahan tersebut.
Menurut selo Soebardja dan Soelaeman soemardi, perubahan yang
direncanakan adalah perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu sebelumnya oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki
suatu perubahan dinamakan agent of change.
b. Perubahan yang tidak direncanakan
Sementara perubahan yang tidak di rencanakan merupakan perubahan
- perubahan yang berlangsung diluar kehendak dan pengawasan masyarakat.
Perubahan perubahan yang tidak di kehendaki ini biasanya lebih
menimbulkan pertentangan - pertentangan yang merugikan kehidupan
bermasyarakat yang berdangkutan. Dalam kondisi demikian anggota
masyarakat pada umumnya lebih sulit diarahkan untuk melakukan perubahan-
perubahan, lantaran kekecewaan mereka yang mendalam. Mungkin karena
pengalaman buruk mereka terhadap akibat akibat perubahan yang terjadi
sebelumnya yang tidak membuahkan kesejahteraan dan kepuasan atau
mungkin karena masyarakat masih mempunyai kepercayaan yang sangat kuat
terhadap kesucian dan kemampuan lembaga - lembaga sosial.
3. Perubahan kecil dan Perubahan besar
a. Perubahan kecil
Perubahan yang terjadi dimana ketika terjadinya perubahan tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti dalam masyarakat. Contohnya ini
seperti perubahan mode pakaian, yang dengan adanya perubahan ini tidak
mempengaruhi perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
b. Perubahan besar
Sebaliknya dengan perubahan kecil, kalau perubahan besar adalah
perubahan yang terjadi serta membawa pengaruh langsung atau berarti
terhadap masyarakat. Contohnya ini seperti industrialisasi yang terjadi pada
masyarakat agraris, dan dengan terjadinya perubahan ini tentu membawa
pengaruh yang besar dalam masyarakat.

BAB IV
HASIL WAWANCARA

4.1 Sejarah Desa Cikole

Desa Cikole adalah salah satu desa di kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat. Indonesia. Jarak dari Desa Cikole ke Lembang adalah 5,1 km. Luas
wilayah 8,06 km², sebesar 8,43% dari Lembang. Jumlah kepadatan penduduk di Cokele
adalah 879 jiwa/km². Menurut salah satu petugas perhutani yang bernama pak iyeng asal
muasal dari nama Cikole itu karena dulunya disini banyak sekali pisang kole dan para
masyarakat juga banyak menanam pisang kole sehingga setiap panen kenbanyakan
memproduksi pisang kole maka dari itu karena desa ini itu identik dengan pisang kole nya
maka dinamakanlah desa Cikole.

Desa Cikole meruapakan salah satu desa yang mengembangkan sektor pariwisata hal
ini terlihat dari banyaknya wisata – wisata yang dibangun di wilayah Desa Cikole. Memasuki
tahun 2000an Lembang mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan keadaan
wilayahnya yang merupakan bukit sehingga memiliki pemandangan serta udara yang sejuk.
Pariwisata yang dibangun biasanya wisata outbond dan wisata keluarga. Berkembangnya
sektor lain selain pertanian juga menjadikan masyarakat Cikole memiliki beberapa jenis mata
pencaharian selain mereka sebagai petani sayuran, peternak, masyarakat juga banyak yang
mengembangkan perdagangan karena banyaknya wisatawan yang datang ke wilayah Desa
Cikole salah satunya tempat yang kami ingin tau dan untuk bisa di wawancarai yaitu wisata
hutan pinus GRafika Cikole harga tiketnya hanya 10.000 perorang, pemandangannya sangat
indah dan cocok untuk destinasi wisata liburan keluarga dan untuk merefreskan pikiran
setelah berhari hari bekerja.

Disini terdapat hutan pinus Grafika Cikole. Grafika Cikole merupakan destinasi
wisata alam yang terletak diperbukitan seluas 9 hektar. Dengan ketinggian wilayah 1400
meter diatas permukaan air laut dan dikelilingi oleh hutan pinus membuat udara menjadi
sejuk. Ketika siang hari suhunya mencapai 20 derajat celcius sementara di malam hari sekitar
5 derajat celcius. Wisata rumah hobbit di Bandung ini terletak di jalur wisata menuju air
panas ciater dan tangkuban perahu tepatnya di jalan raya tangkuban perahu km 8, Lembang
Bandung. Di kawasan ini terdapat sebuah bumi perkemahan dengan fasilitas pelatihan di luar
ruang (outbound) dan villa-villa yang dibuat seperti hutan di wilayah Eropa.

4.2 Letak Geografis Desa Cikole

Desa Cikole merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Desa Cimalaka.
Lokasinya berada di bagian barat daya wilayah kecamatan dan berbatasan langsung dengan
Kecamatan Sumedang Utara. Jika dilihat dari pusat Kecamatan Cimalaka posisi Desa Cikole
berada di sebelah barat. Jarak dengan pusat kecamatan sekitar dua kilometer.

Berdasarkan data Kecamatan Cimalaka dalam Angka tahun 2014 yang dikeluarkan
oleh BPS Kabupaten Sumedang, pada tahun 2013 Desa Cikole memiliki status sebagai
pedesaan dengan klasifikasi sebagai desa swakarsa madya. Secara topografis, wilayah Desa
Cikole memiliki bentang permukaan berupa dataran. Ketinggian lokasi dimana kantor desa
berada sekitar 606 meter di permukaan laut. Secara geografis, wilayah Desa Cikole
dikelilingi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut: Desa Trunamanggala dan Desa Citimun di
sebelah utara, Desa Licin dan Desa Galudra di sebelah timur, Desa Galuddra dan Desa
Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara di sebelah selatan serta Desa Trunamanggala dan Desa
Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara di sebelah baratnya. Secara administratif, Desa Cikole
terbagi ke dalam dua buah dusun yaitu Dusun I Cikole dan Dusun II yang meliputi Kampung
Cibunut dan Neglasari. Sementara jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangganya masing-
masing sebanyak empat RW dan 13 RT.

Untuk wilayahnya sendiri Desa Cikole memiliki wilayah yang memanjang dari utara
ke selatan. Sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian baik berupa pesawahan
maupun lahan perkebunan dan ladang. Berdasarkan sumber data yang sama, pada tahun 2013
Desa Cikole memiliki luas wilayah sebesar 267,9 hektar. Dari luas wilayah tersebut, luas
wilayah yang dipergunakan sebagai lahan pertanian sekitar 53,8 persen atau seluas 144,2
hektar. Jenis lahan pertanian yang dominan adalah lahan pertanian kering seperti perkebunan,
huma dan ladang dengan luasan mencapai 126 hektar. Sementara luas lahan pertanian berupa
pesawahan seluas 18,2 hektar. Kemudian luas lahan yang dipergunakan untuk pemukiman
dan pekarangan sebesar 102,6 hektar. Sisanya seluas 21,1 hektar dipergunakan untuk
penggunaan lainnya seperti lahan fasilitas umum dan lainnya.

Pada tahun 2013, Desa Cikole dihuni penduduk sebanyak 3.560 orang. Jumlah
penduduknya memiliki rincian sebagai berikut, sejumlah 1.853 orang berjenis kelamin laki-
laki ditambah sejumlah 1.707 orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarganya
sebanyak 890 KK. Kepadatan penduduk Desa Cikole sebesar 1.328 jiwa menghuni tiap
kilometer luas wilayahnya.

4.3 Perubahan Yang Terjadi


Perubahan akan selalu terjadi pada setiap indivdu ataupun masyarakat, pada suatu
tempat atau wilayah, pada suatu struktur atau sistem. Dan biasanya perubahan yang sering
terjadi itu pada diri individu. Tetapi disini tidak akan dijelaskan tentang perubahan pada
individu, melainkan perubahan yang terjadi di Desa Cikole. Setelah kami melakukan sebuah
observasi terhadap suatu desa untuk melihat perubahan yang terjadi disana. Dan yang kami
dapatkan setelah melakukan wawancara dengan salah satu warga dari Desa Cikole sekaligus
ebagai anggota dari kelompok LBH. Beliau menerangkan bahwa perubahan yang secara
signifikan terjadi di daerah tersebut adalah pada sektor ekonomi dan pendidikan. Kami akan
menguraikan dengan jelas perubahan-perubahan yang terjadi di desa ini.

1. Sektor Ekonomi

Ekonomi merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, dengan adanya


ekonomi ini hidup masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.pada sektor ini lah yang sering
terjadinya perubahan, baik secara evolusi maupun revolusi. Dan ada yang direncanakan atau
dikehendaki da nada yang tidak disengaja atau tidak dikehendaki.

Jika dari Desa Cikole ini kami menyimpulkan dari perkataaan narasumber bahwa
perubahan yang sangat membantu masyarakat di sekitaran Desa Cikole itu lebih banyak
terjadi pada bidang atau sektor ekonomi. Mau dimana daerah manapun biasanya dalam setiap
kehidupan sektor ekonomi lah yang sering mengalami perubahan.

Seperti pada Desa Cikole ini yang awalnya sektor ekonomi dulunya hanya berharap
dari penghasilan hutan produksi. Sekian lama masyarakat bergantung hidup dengan begitu,
tiba-tiba pemerintah menjadi status dari hutan itu sebagai hutan yang tidak bisa digunakan
atau ditebang untuk memenuhi faktor ekonomi. Karena sebelumnya telah terjadi banjir
karena ditebangnya pohon disana. Ketika warga masih bisa memanfaatkan lahat itu, biasanya
sebagian warga ada yang menanam kopi. Tapi untuk kopi sampai sekarang amsih terus
dikembangkan.
Baru munculah ide untuk memanfaatkan hutan yang ada tapi tidak dengan
merusaknya sama sekali. Para anggota kelompok LBH ini lah yang menggagas awal dai
tempat wisata bernama Hutan Pinus Fall 16 ini. Sampai saat ini pun tempat wisata itu ramai
dikunjungan oleh orang-orang. Dan penjelasan yang dituturkan oleh Bapak Iyen, bahwa
dengan adanya tempatt wisata ini sangat sekali membantu ekonomi dari masyarakat sekitar.
Yang awalnya hanya dari kopi yang tidak dengan baik menutupi kebutuhan masyarakat,
tetapi dengan adanya tempat wisata ini sangat sekali membantu meningkatkan tingkat
penghasilan masyarakat.

Perubahan setelah didirikannya tempat wisata ini salah satunya berkurang tingkat
penganguran dalam masyarakat, meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, dan membuat
semakin maju juga teknologi serta sarana dan pra sarana di Desa Cikole, lalu membuat orang
yang tadinya tidak mau berkunjung tetapi setelah adanya wisata itu banyak norang-orang
yang mengunjungi Desa Cikole ini.

2. Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan pada masyarakat cikole pada umumnya adalah heterogen yaitu
bermacam – macam dari mulai lulusan SD , SMP, SMA DAN ada yang sampe universitas
.tapi kebanyakan pada masyarakat desa cikole yang sudah lanjut usia yaitu lulusan dari SD.
Tapi pendidikan itu tidak membatasi ilmu masyarakat cikole untuk mengolah pariwisata dan
pemberdayaan sumberdaya manusianya untuk meningkatkan dan memajukan desa maupun
sejhteraan masyarakatnya. Karena dengan berpendidikan lulusan sd tetapi mereka. Dengan
di bangunya tempat wisata wisata di cikole juga tidak hanya mempengarhi perubahan
ekonomi atau sosial tetapi juga berpngaruh trhadap sector pendidikan dimana masyarakat
cikole juga bisa menerima proses belajar. Bak itu secara langsung maupun tidak langsung.

Ccontohnya: dengan aanya pengunjung masyarakat desa jadi mengetahuhi


kebudayaan dari luar yang di bawa oleh pengunjung yaitu seperti cra berbicara, ccara
menanam pohon, cara mengelola tanhah dengan penghijauan, apabila sedang melakukan
penghijauan masyarakat cikole bisa mendapatkan ilmu untuk bisa menciptakan alat atau
teknolgi agar membantu pekerjaann. Dan sistem pendidikan yang ada di desa cikole sudah
mempunyai kualitas yang baik dan bagus.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di


dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai,
sikap, dan pola perilaku diantara kelompok masyarakat.
Desa Cikole adalah salah satu desa di kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat. Indonesia. Jarak dari Desa Cikole ke Lembang adalah 5,1 km. Luas
wilayah 8,06 km², sebesar 8,43% dari Lembang. Jumlah kepadatan penduduk di Cokele
adalah 879 jiwa/km². Menurut salah satu petugas perhutani yang bernama pak iyeng asal
muasal dari nama Cikole itu karena dulunya disini banyak sekali pisang kole dan para
masyarakat juga banyak menanam pisang kole sehingga setiap panen kenbanyakan
memproduksi pisang kole maka dari itu karena desa ini itu identik dengan pisang kole nya
maka dinamakanlah desa Cikole.

Perubahan akan selalu terjadi pada setiap indivdu ataupun masyarakat, pada suatu
tempat atau wilayah, pada suatu struktur atau sistem. Dan biasanya perubahan yang sering
terjadi itu pada diri individu. Tetapi disini tidak akan dijelaskan tentang perubahan pada
individu, melainkan perubahan yang terjadi di Desa Cikole. Setelah kami melakukan sebuah
observasi terhadap suatu desa untuk melihat perubahan yang terjadi disana. Dan yang kami
dapatkan setelah melakukan wawancara dengan salah satu warga dari Desa Cikole sekaligus
ebagai anggota dari kelompok LBH. Beliau menerangkan bahwa perubahan yang secara
signifikan terjadi di daerah tersebut adalah pada sektor ekonomi dan pendidikan. Kami akan
menguraikan dengan jelas perubahan-perubahan yang terjadi di desa ini.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai