dengan ibu kota kabupaten yaitu Kota Benteng sekitar 46 km. Adapun
a. Visi
adalah :
Terwujudnya Desa Tanete yang Aman, Sehat, Sejahtera, dan
berakhlak mulia.
b. Misi
Tanete
perikanan
tentram
Tanete
3. Keadaan Masyarakat
a. Jumlah penduduk
suatu desa yang perlu mendapat perhatian besar agar aktif dan
Table 4.1
b. Pendidikan
Tanete.
Table 4.2
c. Mata Pencaharian
petani. Hal itu dikarenakan sudah sejak dahulu para orang tua
Desa Tanete
Table 4.3
Petani 1108
Nelayan 294
Pedagang 128
ASN 20
Tukang Kayu 33
Tukang Batu 28
Guru 51
Tenaga Honorer 16
Tenaga Kontrak 31
Bidan/ Perawat 18
TNI/ Polri 1
Pensiunan 15
Sopir/ Angkutan 24
Buruh 129
Jasa Persewaan 20
Swasta 32
Sumber Data : Data Desa Tanete 2020
atau dengan kata lain sudah turun temurun. Berikut adalah data
Table 4.4
petani kelapa. Mulai dari proses panjat, pemisahan biji kelapa dari
untuk menjadi kopra. Dan harga yang jual yang diperoleh hanya
sekitar 4 ribu sampai 5 ribu /kg nya. Dengan harga yang tidak
begitu saja tanpa diolah ataupun kalau dijual tidak ada yang mau
membeli.
petani kelapa dari dusun Unjuruiya serta hal sama juga yang
kata bapak Hasanuddin petani kelapa dari dusun Unjuruiya serta hal
“Kelapa ini selalu saya olah menjadi kopra. Dan kadang juga
beberapa biji dibawah pulang ke rumah untuk diolah menjadi minyak
kelapa untuk dikonsumsi sendiri”
“Jadi setiap kelapa yang diperoleh memang sudah sejak
dahulu saya selalu olah menjadi kopra. Untuk pengolahan kelapa
menjadi minyak kelapa kadang kadang masih kami masih lakukan
akan tetapi untuk konsumsi pribadi saja, dan hasil samping seperti
sabut kelapa dibiarkan begitu saja akan tetapi untuk tempurung
kelapa saat ini sudah ada yang mau membeli sehingga dijual ke
pembeli khusus yang akan mengolah tempurung kelapa menjadi
arang”
Selain itu pendapat berbeda yang disampaikan oleh beberapa
olahan kelapa berikut adalah kata ibu Denta Pakja petani kelapa dari
Dusun Parangia dengan usaha sampingan sebagai pedagang dimana
“Jadi yang menjadi kendala lain itu yang kami rasakan adalah dari
segi prosesnya dalam pengolahan kelapa menjadi kopra karena
membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak karena semua serba
manual. Selain dari itu, proses pengangkutan hasil kopra untuk
dibawah ke kampung juga menjadi kendala karna kebun kelapa saya
lumayan jauh dari kampung jadi untuk proses pengangkutannya
lumayan susah apalagi ketika musim hujan.”
Kemudian peneliti menanyakan kembali mengenai harga pasaran
kelapa jika dijual perbiji dan harga kopra per kg nya. Berikut adalah
kata bapak…………… yang merupakan petani kelapa dari
Untuk harga kopra sendiri tidak menentu, namun untuk saat ini
harga kopra yaitu sekitar 4.000-5000/kg, menurut saya harga ini tidak
sesuai dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan tapi mau
bagaimana lagi daripada kelapa dibiarkan begitu saja tanpa
pengolahan.
Berikut adalah kata bapak…….. yang juga memiliki perkebunan
Harga kelapa jika dijual perbiji sekiratan Rp. 800 sampai Rp. 1000
per bijinya. Tergantung kesepakatan dengan pembeli kelapa dimana
harga perbiji tersebut didasarkan harga jual kopra per kgnya. Agar
para petani kelapa yang membantu mengolah kelapa ini juga
mendapat untung.
Untuk penghasilan kelapa dari kelapa sendiri lumayan bisa untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari. Akan tetapi harga kelapa dipasaran
tidak sesuai dengan banyaknya tenaga yang kami keluarkan dalam
pengolahan kelapa ini. Minsalnya saja untuk pengolahan kelapa
menjadi kopra yaitu sebanyak 2000 biji kelapa. 2000 biji kelapa bisa
menghasilkan sekitar 5 Ton kopra. Harga /ton kopra 400.000
Kemudian peneliti bertanya tentang bantuan yang diperoleh para
petani kelapa dan upaya pemberdayaan petani kelapa dari
pemerintah, berikut adalah kata bapak dg gassing petani kelapa dari
dusun parangia.
Kalau bantuan terkait pengolahan kelapa ini saya rasa belum ada.
Namun untuk bantuan sembako seperti beras saya selalu dapat.
Berikut juga adalah kata bapak Dg. Silasa Petani kelapa dari
dusun barro terkait bantuan yang di peroleh
Saya sendiri tidak pernah mendapat bantuan. Kemarin ada
beberapa masyarakat yang mendapat bantuan berupa uang tapi kami
tidak dapat.
Berikut juga adalah kata bapak ….. petani kelapa dari dusun ….
Terkait upaya pemberdaayaan dan bantuan yang diperoleh.
Namun bentuk pengolahan lain yang dilakukan oleh bapak
sewang Dari dusun parangia yakni mengolah kelapa menjadi kopra
putih, berikut adalah hasil wawancara saya dengan informan :
Peneliti bertanya tentang sudah berapa lama bapak
menjalankan usaha kopra putih ini ? Informan pun menjawab :
Saya sudah menjalankan ini sudah 1 tahun lebih
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang apa yang
melatarbelakangi bapak dalam pengolahan kelapa menjadi kopra
putih ? informan pun menjawab :
Awalnya saya juga adalah petani kelapa yang biasa mengolah
kopra dengan cara pembakaran atau kopra asap. Saya sering melihat
kelapa masyarakat yang dibiarkan begitu saja yang disebabkan harga
kopra asap yang tidak pasti. Namun setelah saya mengetahui
mengenai pengolahan kopra putih dan kelebihan kopra putih saya
mencoba menjalankan usaha ini dan Alhamdulillah saya sudah ada 4
orang pekerja yang membatu saya mengolah kelapa menjadi kopra
putih.
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang bagaimana perbedaan
pengolahan kopra putih dengan kopra asap ? informan pun menjawab
Umumnya pengolahan kopra putih hampir sama dengan kopra
biasa, namun yang membedakannya terletak pada proses
pengeringannya dimana kopra biasa dikeringkan dengan cara di
panggang sementara kopra putih dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari dengan terlebih dahulu di lakukan
pengasapan selama 1 malam dengan menggunakan obat khusus
untuk kelapa yang akan diolah menjadi kopra putih agar kelapa tidak
berjamur. Obat tersebut dibakar dan di simpan di bawah kelapa yang
telah dibelah kemudian di tutup menggunakan tenda hingga asap dari
obat tersebut tidak keluar dari tenda sehingga mengasapi kelapa .
setalah pengasapan barulah kelapa tersebut siap untuk dikeringkan,
pengeringan kelapa ini bisa sampai 5 hari kemudian setelah dianggap
kering kelapa tersebut di cungkil untuk dipisahkan dari batok
kelapanya. Setelah itu barulah kelapa kopra putih siap untuk dijual.
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang bagaimana perbedaan
harga jual antara kopra putih dan kopra biasa ? informan pun
menjawab:
Harga kopra putih lebih tinggi di banding kopra biasa. Harga
kopra putih saat ini yaitu 700 ribu per tonnya. Berbeda dengan harga
kopra biasa yang harganya tidak stabil, harga jual kopra putih sendiri
tetap.
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang apakah kelapa yang
diolah menjadi kopra putih adalah kelapa milik sendiri ? informan oun
menajwab :
Tidak, saya kebanyakan membeli kelapa dari warga namun ada
juga kelapa dari kebun kelapa saya.
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang berapa harga beli
kelapa per biji tersebut ? informan pun menjawab :
Untuk harga kelapa perbiji dari masyarakat tidak menentu.
Kadang saya mendapat harga Rp. 850 per biji kadang juga Rp. 1000
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang apakah ada kendala
yang dihadapi dalam pengolahan dan pemasaran kelapa kopra
putih ? informan pun menjawab :
Untuk kendala pengolahan biasa dari cuaca sehingga
berpengaruh dari lamanya proses pengeringan untuk kendala
pemasaran saya rasa sejauh ini belum ada karena tempat saya ini
dekat dengan jalan raya jadi mudah untuk saya melakukan penjualan,
sehingga pengumpul bisa langsung mengambil kesini.
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang berapa rapa rata
pendapatan perbulan dari pengolahan kopra putih ?
Untuk pendapatan tergantung dari banyaknya kelapa yang
diolah. Terkadang bisa sampai 10 juta lebih, tetapi banyak juga
pengeluaan yakni harus membayar upah pekerja. Dan memutar uang
lagi untuk dijadikan modal.
Kemudian peneliti betranya lagi tentang bagaimana harapan
dari bapak kepada pemerintah mengenai pemberdayaan petani
kelapa ? informan pun menjawab :
menjawab:
Salah satu hal yang mnejadi kendala para petani kelapa yaitu
“Saat ini saya biasa meminta 4000 per pohon. Tetapi terkadang
ada warga yang meminta per banyaknya buah kelapa yang dipanjat.
Karna terkadang dalam satu pohon ada yang buahnya banyak ada
yang buahnya sedikit.”
Kemudian peneliti bertanya lagi dalam satu pohon berapa
menjawab :
satu pohon”.
“Kalo terkait kelapa belum ada, tapi kemarin ibu saya mendapat
bantuan ternak ayam pedaging akan tetapi sampai sekarang banyak
yang mati”.
Kemudian peneliti bertanya lagi tentang bagaimana harapan
pun menjawab :
baru dan baru dilantik pada akhir tahun 2019, maka dari itu untuk
yang dilakukan oleh kepala pemerintah yang baru. Maka dari itu
mulai dari para orang tua, kelapa yang dihasilkan selalu di olah
mengolah kelapa dari kebun kelapa sendiri. Dan rata rata masyarakat
di Desa Tanete memiliki lebih dari satu kebun kelapa. Kalau dahulu
selain itu ada yang beternak, berdagang, nelayan, dan lain lain.
tambah dari usaha tani kelapa belum diperoleh secara optimal. Untuk
batok kelapa menjadi arang. Namun untuk sabut kelapa sendiri masih
dibiarkan begitu saja padahal ada banyak sekali kerajinan yang bisa
harga kelapa kopra lagi turun banyak petani kelapa yang malas
untung yang didapatkan sedikit tetapi tetap saja ada petani kelapa
Akan tetapi rata rata yang membeli kelapa perbiji adalah yang akan
putih memang sengaja membeli kelapa perbiji dari petani kelapa, hal
tersebut sedikit menjadi solusi bagi petani kelapa dalam menjual buah
kelapa yang dimiliki. Namun di Desa Tanete sendiri saat ini baru 1
menjadi kopra asap. Padahal untuk harga jual dipasaran harga kopra
putih lebih tinggi lebih tinggi dibanding kopra asap dan juga harganya
ketika harga kopra lagi rendah dan tidak mau mnegolah kelapa
tanpa pengolahan, ketika harga kopra turun dan tidak ada satupun
selama empat bulan sekali baru bisa dipanen ketika musim panen
berikutnya tiba dalam hal ini empat bulan kemudian setelah kelapa
dapat dipanen pada saat berumur emat bulan. Hal ini tentunya
pemerintah.
4000 sampa 5000 an per kg nya. Untuk harga kopra asap sendiri
selalu tidak pasti, berbeda dengan harga kopra putih yang harganya
Dimana
Pd = Pendapatan ( Rp)
Jadi untuk 3000 biji kelapa bisa menghasilkan sekitar 7,5 ton kopra
biji kelapa. Maka pendapatan kotor untuk kopra asap jika dikalikan
dengan harga tertinggi penjualan kopra asap yaitu 5 ribu per kg nya
yakni sebanyak Rp. 3.500.000, harga untuk sewa panjat yaitu 4 ribu
per pohon. Untuk 3000 biji di perkirakan sekitar 150 pohon kelapa
kopra asap adalah sebanya Rp. 2.250.000, itu artinya rata rata
lagi jika kelapa yang diolah adalah kelapa milik orang lain karena
olah.
kopra putih selalu membeli kelapa per biji dari warga dengan harga
Rp. 850 per bijinya. Dengan demikian harga untuk 3.000 biji kelapa
banyaknya kelapa yang diolah dengan upah 150/ biji. Maka biaya
kopra putih yaitu Rp. 7000/ kg nya. Maka pendapatan kotor dari
menjadi kopra putih untuk 3000 biji kelapa adalah sebesar Rp.
dilakukan terus menerus dan dalam 1 bulan kelapa yang diolah bisa
2. Upaya Pemberdayaan
buat sendiri oleh masyarakat dengan ukuran mulai dari 2x2 meter
bahkan lebih besar dari itu. Setelah kelapa kering kemudian kelapa
3. Langkah Pemberdayaan
a. Pemungkinan (enabling)
lainnya.
b. Emprowing ( penguatan )
masyarakat.
dan suasana yang baik. Untuk itu perlu ada program khusus bagi
c. Protecting (perlindungan)
pengolahan kopra.
Sasaran Pengembangan
(b) Introduksi bibit unggul pada peremajaan kelapa sebesar 50.000 Ha/tahun atau
10 % dari areal kelapa yang akan diremajakan.
(c) Pemanfaatan areal diantara kelapa dengan tanaman sela yang bernilai ekonomi
dan mempunyai pasaran luas.
(d) Penyediaan sarana produksi dan alat pengolahan yang penanganannya oleh
kelompoktani/gapoktan untuk optimalisasi usahatani dan pengembangan produk.
KOPRA merupakan daging buah kelapa yang sudah melewati proses pengeringan. Kopra
biasanya dijadikan sebagai produk turunan kepala yang tentu saja memiliki peranan cukup
penting sekali sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Adapun teknik
dalam pengelolaan kopra sendiri ada tiga macam, yakni proses pengeringan dengan sinar
matahari, proses pengeringan dengan pengarangan di atas api, dan proses pengeringan dengan
pemasanan tak langsung. Kopra yang baik memiliki kandungan air sekitar 6 – 7 persen
4. Kendala Pemberdayaan
sebagai berikut:
rendah.