Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
E-mail: anisrachmaningrum@gmail.com
2.
Program Studi S-1 Desain Interior
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
ABSTRACT
Surakarta City is a city full of history and cultural nuances. Surakarta city must have an
educational tool to get to know the city’s history. The interior design of the City Museum with a
post-modern style in Surakarta is designing the interior space in a building with a concept regard-
ing collecting and interpreting the history of the city of Surakarta to facilitate research, conser-
vation, education and recreation city of Surakarta. This design aims to create an interior that can
give the facility a museum with the theme of the S ati and post-modern style. John F. Pile design
methods used to achieve the visual impression and visual perception. The results are designs lob-
by space, showrooms, multimedia room, library, cafeteria, gift shop and administrative technical
work space, all the results of the design is expected to meet all aspects of the museum in the city of
Surakarta.
Surakarta, terutama para generasi muda yang dimilikinya. Pengutamaan kepada koleksi
tidak melewati periode peristiwa bersejarah itulah yang membedakan museum dengan
tersebut. lembaga-lembaga lainnya. Berdasarkan
buku pedoman Museum Indonesia bangunan
Perkembangan zaman pada era ini
museum setidaknya terdiri dari dua unsur, yakni
berdampak pada kebutuhan masyarakat yang
bangunan pokok dan bangunan penunjang.3
semakin kompleks. Masyarakat cenderung
membutuhkan tempat yang tidak hanya a. Bangunan pokok meliputi beberapa ruang
berfokus pada satu fungsi saja. Hal ini sebagai berikut:
menyebabkan dibutuhkannya area-area publik
1) Ruang pameran tetap
yang bisa mewadahi suatu kegiatan dengan hal
bernilai edukatif tetapi juga menyenangkan. 2) Ruang pameran temporer
Salah satu tempat yang berperan sebagai sarana
3) Ruang auditorium/ audiovisual
rekreasi dan media edukasi menarik adalah
museum. Keberadaan sebuah museum sangat 4) Ruang kantor/ administrasi dan perpustakaan
diperlukan bagi sebuah kota, hal ini berkaitan
dengan peranan museum, dimana menjadi 5) Ruang laboratorium konservasi
tongkat kesinambungan budaya masa lalu dan 6) Ruang penyimpanan koleksi
masa kini, media sumber belajar dan inspirasi
masyarakat. Memiliki manfaat bagi sejarah 7) Ruang bengkel kerja reparasi
sebagai sumber informasi mengenai kehidupan
masyarakat di masa lampau. b. Bangunan penunjang meliputi beberapa
ruang sebagai berikut:
Pengertian museum yang lebih mendalam
dan lebih bersifat internasional dikemukakan 1) Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
oleh Internasional Council of Museum (ICOM),
2) Ruang lobby
yakni :
3) Ruang toilet
Museum adalah lembaga non-profit
yang bersifat permanen yang melayani 4) Ruang pos jaga/ kemanan
masyarakat dan perkembangannya,
5) Ruang parkir dan taman
terbuka untuk umum, yang bertugas
untuk mengumpulkan, melestarikan, 6) Toko merchandise/ souvenir
meneliti, mengkomunikasikan,
Fungsi dari museum dapat dikemukakan
dan memamerkan warisan sejarah
dengan sembilan fungsi yakni pengumpulan
kemanusiaan yang berwujud benda
dan pengamanan warisan alam dan budaya,
dan tak benda beserta lingkungannya,
dokumentasi dan penelitian ilmiah, konservasi
untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan
dan preservasi, penyebaran dan perataan ilmu
hiburan.2
untuk umum, pengenalan kebudayaan antar
Museum dalam menjalankan daerah dan antar bangsa, visualisasi warisan
aktivitasnya, mengutamakan dan alam dan budaya, cermin pertumbuhan
mementingkan penampilan koleksi yang 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kecil Tapi
Indah Pedoman Pendirian Museum, (Jakarta, 2000), hal
2 Ali Akbar, Museum di Indonesia Kendala 9.
dan Harapan, (Jakarta, 2010), hal 39.
peradaban umat manusia, dan yang terakir kreatif yang secara resmi masuk dalam jaringan
pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur UCCN (Unesco Creative City Network),
kepada Tuhan Yang Maha Esa.4 Tugas yaitu: Bandung dan Surakarta sebagai kota
museum yang dijalankan yakni pengumpulan desain, Yogyakarta dan Pekalongan sebagai
atau penggandaan, pemeliharaan, konservasi, kota craft and folk art.7 UCCN adalah
penelitian, pendidikan, dan rekreasi.5 Program yang diluncurkan oleh UNESCO
Perancangan Museum Kota Surakarta harus pada tahun 2004 dengan misi membentuk
memiliki kesembilan fungsi tersebut. kerjasama internasional antara kota-kota
yang menempatkan kreativitas sebagai faktor
Kota Surakarta mempunyai sejarah
strategis untuk pembangunan berkelanjutan
yang sangat patut untuk dijadikan edukasi, hal
dengan melibatkan semua pihak terkait, yaitu
ini mengakibatkan Surakarta harus mempunyai
pemerintah, swasta, organisasi profesional,
suatu wadah sebagai sarana edukasi mengenal
komunitas, dan institusi budaya.8 Hal tersebut
sejarah kota. Definisi Museum Kota
menjadikan proses pertukaran pengalaman,
merupakan lembaga yang terletak di daerah
pengetahuan, dan sumber daya sebagai jalan
kota utama dengan perihal mengumpulkan dan
untuk mengangkat industri kreatif lokal dan
menafsirkan sejarah kota mereka.6 Museum
menumbuhkan kerjasama di seluruh dunia
sejarah mencakup pengetahuan sejarah yang
dalam pembangunan perkotaan.
kaitannya dengan masa kini dan masa depan.
Di kota Surakarta terdapat lima museum Di Surakarta ada SCCN (Solo Creative
yang mampu menjadikan daya tarik para City Network) sebagai forum yang bertujuan
masyarakat Surakarta. Lima museum tersebut memfasilitasi dan mensinergikan aktifitas
adalah museum Radya Pustaka, Museum Pura kreatif serta mencanangkan kota kreatif
Mangkunegaran, Museum Pers Nasional, berbasis desain di Surakarta. Di dalam surat
Musem Keraton Kasunanan, dan Museum kabar Kompas :
Lukis Dullah. Kelima museum di Surakarta
Untuk menjadi kota kreatif berbasis
belum ada satupun yang mampu memfasilitasi
desain, Kota Solo harus membenahi
dan menceritakan bagaimana sejarah Kota
banyak hal, terutama infrastruktur yang
Surakarta. Menyangkut hal tersebut, Surakarta masih sangat kurang, seperti galeri kota,
membutuhkan museum yang mampu museum kota, dan pusat desain seperti
memfasilitasi sejarah kota Surakarta agar yang dimiliki banyak kota desain di dunia.
seluruh masyarakat memahami bagaimana Namun, pembenahan yang dilakukan
sejarah kota tersebut. harus tetap mempertahankan ciri khas
Bersamaan dengan hal tersebut pada lokal.9
tahun 2014 Kementerian Pariwisata dan Salah satu dari tiga insfrastruktur yang
Ekonomi Kreatif era Mari Elka Pangestu telah terutama dibenahi adalah museum kota. Tugas
memfasilitasi empat kota untuk dijadikan kota yang dijalankan oleh sebuah museum sebagai
4 Ali Akbar, Museum di Indonesia Kendala dan 7 Titik Anas, Dkk. Ekonomi Kreatif Kekuatan
Harapan, Jakarta, 2010, hal 13. Indonesia Menuju 2015. (Pen: Kementrian Pariwisata
5 http://etd.eprints.ums.ac.id/6643/I/ dan Ekonomi Kreatif, 2014), hal 45
D300040009.pdf diunduh pada tanggal 13 Agustus 2016 8 Titik Anas, 2014 a, hal. 53
pukul 19.35 WIB 9 Bentuk Zona-zona Kreatif Beri Tempat Mas-
6 Anonim Jurnal of Museum Education, vol 38, yarakat Solo untuk Berkreasi”, dalam KOMPAS, 12 Feb-
Number 1 March 2013. hal 3-8. ruari 2015
pengumpulan dan penggandaan, pemeliharaan visi dan pergerakan, pengguna atau penikmat
aspek teknis dan aspek administrasi, menerima kesan atau suatu yang abstrak,
konservasi, penelitian intern dan ekstern, bahkan pada karakter emosional. Visual
pendidikan formal dan non formal, yang impression menggambarkan kesan suatu ruang
terakir yakni rekreasi.10 Untuk mendukung yang diterima oleh penikmat seperti halnya
adanya Museum Kota diperlukan fasilitas yang ceria, sepi, tertekan, dan lain-lain.
mewadahi dengan batasan ruang lingkup garap
seperti area lobby, area pamer, area edukasi,
area kerja teknis administrasi, area refresment, PEMBAHASAN
dan area service.
1. Pendekatan Desain
Pemerintah Kota Surakarta menerapkan
Pada perancangan interior pendekatan
konsep perencanaan dan pembangunan kota
pemecahan desain berfungsi sebagai cara
dengan pembagian wilayah meliputi Solo Utara
mengatasi dan menyelesaikan persoalan desain
dan Solo Selatan. Wilayah Solo Selatan khusus
yang ada. Perancangan Museum Kota dengan
sebagai area pusaka budaya Kota, sedangkan
gaya post-modern di Surakarta ini merupakan
wilayah Solo utara sebagai Solo Masa depan.
upaya untuk mengenal dan mempelajari sejarah
Berdasarkan hal tersebut di atas pemilihan
kota yang akan berdampak positif terhadap
tempat berdirinya Museum Kota dibagian area
arah pembangunan kota dalam Prespektif masa
edukasi Solo Utara.
depan serta upaya untuk membentuk Kota
Perancangan interior Museum Kota Surakarta sebagai Kota Kreatif yang berbasis
di Surakarta ini bertujuan untuk memberikan desain yang terdiri atas beberapa fasilitas,
fasilitas kegiatan observasi, konservasi, edukasi yaitu: area lobby museum, area pamer, area
dan rekreasi. Tujuan yang kedua Mewujudkan edukasi, area refreshment, dan area service.
tema Matah Ati dengan gaya post-modern pada Kelengkapan area tersebut sebagai bentuk
Desain Interior Museum Kota di Surakarta. pemenuhan fasilitas yang diharapkan menjadi
faktor utama yang menarik wisatawan baik
1. Metode Desain
wisatawan lokal, nasional dan internasional.
Tahapan proses desain pada perancangan Mewujudkan hal tersebut diperlukan beberapa
interior museum kota di Surakarta mengacu pendekatan pemecahan desain, diantaranya
pada proses desain John F. Pile. Menurut John sebagai berikut.
F.Pile dalam Interior Design, Visi sebagai hal
a. Pendekatan fungsi
utama dimana desain dan gagasan di belakang
tersebut akan menjangkau pendengar, maka Francis D.K Ching mengemukakan pendekatan
desain dasar harus terkait dengan bidang fungsi yang sesuai kriteria meliputi:11
tersebut, keduanya antara ilmiah dan artistik
1) Pengelompokan furniture yang spesifik
disebut dengan visual perseption. Di sisi
aktivitasnya
lain, desainer harus menampilkan visual
impression yaitu suatu tambahan terhadap 2) Dimensi dan ruang gerak yang dapat
pemahaman kenyataan yang datang dengan dikerjakan
10http://etd.eprints.ums.ac.id/6643/1/
D300040009.pdf diunduh pada tanggal 02 April 2015 11 Francis D.K Ching, edisi kedua Desain Inte-
pukul 14.38 WIB rior dengan Ilustrasi. (Jakarta : Erlangga , 2011), hal 36
3) Jarak sosial yang memadai sederhana sekali, melainkan kaya akan isi
maupun unsur-unsur yang saling berlawanan
4) Privasi visual dan akustik yang memadai
ataupun mengandung perbedaan-perbedaan
5) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang yang halus.
memadai
3) Kesungguhan (Intensity) suatu benda estetis
Perancangan Interior Museum Kota dengan yang baik harus mempunyai suatu kualitas
Gaya Post-modern di Surakarta meliputi tertentu yang menonjol dan bukan sekedar
beberapa fasilitas, yaitu: area lobby museum, sesuatu yang kosong. Tidak menjadi soal
area pamer, area edukasi, area refreshment, kualitas apa yang dikandungnya.
area kerja teknis administrasi dan area service. Pendekatan tema dan gaya
b. Pendekatan ergonomi
Untuk memenuhi fungsi pada ruang agar
mampu memfasilitasi pengguna dalam
beraktivitas di dalamnya diperlukan beberapa
disiplin ilmu. Disiplin ilmu ergonomi
memberikan pemecahan pada psikologi dan
perilaku pengguna desain dalam beraktivitas,
baik dari segi kenyamanan maupun
keamanannya. Guna memperoleh desain yang
aman dan nyaman pada Perancangan Interior
Museum Kota dengan Gaya Post-modern di Tema Perancangan Interior Museum Kota di
Surakarta menggunakan pendekatan ergonomi. Surakarta adalah “Matah Ati”. Pengambilan
Ilmu ergonomi dan atropometri yang nantinya tema ini berdasarkan Analisis penulis terhadap
akan menjadi standarisasi ukuran dan bentuk karakter masyarakat kota Solo yang dapat di-
interior, baik pada unsur pembentuk ruang, wakili oleh sosok Matah Ati.
pengisi ruang, maupun pengkondisian ruang. Pemilihan gaya pada perancangan interior mu-
c. Pendekatan Estetika seum kota ini didasarkan pada konsep perkem-
bangan dan penataan kota Surakarta kede-
Monroe Beardsley dalam Problem in the pannya. Kota Surakarta mempunyai konsep
Philosopy of Criticism yang menjelaskan perkembangan dan penataan kota dengan mem-
tiga ciri yang menjadi sifat-sifat membuat bawa kota Surakarta lebih ke arah modern dan
baik (indah) dari benda-benda estetis pada tetap mempertahankan nilai kebudayaan yang
umumnya, ketiga ciri yang dimaksud ialah:12 terkadung di dalamnya. Bermacam-macam
gaya interior dan sejarahnya yang mempunyai
1) Kesatuan (Unity) ini berarti bahwa benda-
konsep sama dengan konsep perkembangan
benda estetis ini tersusun secara baik atau
kota untuk kedepannya dan konsep muse-
sempurna bentuknya.
um kota itu sendiri adalah gaya post modern.
2) Kerumitan (Complexity) benda estetis
atau karya seni yang bersangkutan tidak
2. Ide Perancangan
Perancangan Interior Museum Kota dengan
Gaya Post-modern di Surakarta berusaha
mewujudkan karakter kota Surakarta melalui
analisis karakter masyarakarat wanita Jawa
yang telah diwakili oleh Karakter Matah Ati
dan dengan menggunakan gaya terpilih Post
Modern. Perancangan dapat memberikan efek
wujud visual dan kesan visual yang menge- 3. Layout
sankan bagi para pengunjung guna memun-
culkan visual perception dan visual impression a. Peletakan isian ruang disesuaikan dengan
dari tema Matah Ati dan gaya post-modern. fungsi pada setiap ruang, mampu menun-
jang produktifitas, dan efisiensi kerja.
b. Desain dan ukuran diupayakan mempunyai
kesatuan bentuk, demi tercapainya visual
perseption yang unity pada interior.
c. Desain layout sebisa mungkin mempermu-
dah akses sirkulasi gerak pengguna b. Penggunaan material tambahan seperti pla-
fon lumbersering dan HPL yang digunakan
d. Pengelompokan ruang, kesesuaikan desain,
sebagai aksen pada ruang-ruang tertentu.
bentuk dan ukuran pada lay out, akan mem-
berikan kenyamanan dan efisiensi waktu c. Adanya unsur garis lengkung, vertical dan
bagi pengguna. horizontal membuat ruangan terkesan lebih
feminim dan dinamis.
6. Desain Ruang
4. Lantai
a. Pemilihan material lantai sesuai dengan
fungsi kegiatan pada ruangan.
b. Pemilihan material dan motif lantai sesuai
dengan kegiatan, sehingga dapat memberi-
kan kenyamanan pada pengguna ruang.
c. Pemilihan motif dan warna material lan-
tai di upayakan memiliki kesatuan dengan
skema warna dan unsur pembentuk lainnya. a. Lobby
c. Ruang Multimedia
a. Ruang Perpustakaan
e. Cafeteria
c. Perpustakaan
bagai tempat bersantai para pengunjung Basuki Sulistyo. 2003. Pengantar Ilmu
setelah lelah berkeliling area museum kota. Perpustakaan, (Jakarta: Iniversitas
Terbuka, Depdikbud)
6. Toko Cinderamata berfungsi sebagai tem-
pat yang mewadahi kegiatan memajang, Dharsono. 2007. Kritik Seni. (Bandung:
meyimpan, dan menjual benda-benda atau Rekayasa Sains)
barang yang bersifat oleh-oleh atau cend-
Anita Chairul Tanjung. 2013. Pesona Solo.
eramata yang berkaitan dengan museum
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama)
kota.
Edi Tri S, Sunarmi. Ahmad Fajar A. 2002. Buku
7. Ruang Kerja Teknis Administrasi berfungsi
Ajar Mata Kuliah Desain Interior Public,
sebagai area kerja pengelola museum yang
(Surakarta: UNS Press)
mengutamakan efisiensi, efektifitas, pro-
duktifitas, kemananan, dan kenyamanan Eddy S Marizar. 2005. Designing Furniture,
bagi seluruh pengelola dalam bekerja. (Yogjakarta: Media Presindo Yogjakarta
Perancangan Interior Museum Kota Endy marlina. 2008. Panduan Perancangan
dengan Gaya Post-Modern di Surakarta ini Bangunan Komersial. (Yogyakarta: Andi.
menghadirkan tema Matah Ati dengan gaya 2008).
post-modern. Penerapan tema interior berdasar-
Ernest Neufrat. 1996. Data Arsitek Jilid 2,
kan analisis terhadap karakter masyarakat kota
(Ciracas, Jakarta: Penertbit Erlangga)
Solo yang dapat diwakili oleh sosok matah ati
dan dapat menjadi salah satu sarana masyarakat Francis D.K Ching. 2011. Edisi Kedua Desain
dapat mengenal nama yang selama ini teng- Interior Dengan Ilustrasi, (Jakarta: PT
gelam tetapi memiliki peran yang amat pent- Indeks).
ing. Penerapan gaya post-modern pada interior
Museum Kota didasarkan pada konsep perkem- Hadisutjipto. 1998. Museum di Indonesia dan
bangan dan penataan kota kedepannya, konsep Harapan, (Jakarta)
perkembanagan kota dan penataan kota lebih John F. Pile. 1988. Interior Design. (New
kearah modern dengan tetap membawa dan York: Harry N. Abrams, Inc)
mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang
terkandung. J. Pamudji Suptandar, 1999, Pengantar
Merencana Interior Untuk Mahasiswa
Desain Dan Arsitektur, Djambatan,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
A. A. M. Djelantik. 1999. Estetika Sebuah Julius Panero, Martin Zelnik, 2003, Deimensi
Pengantar. (Bandung: Masyarakat Seni Manusia dan Ruang Interior, Erlangga,
Pertunjukan Indonesia) Jakarta.
Ali Akbar. 2010. Museum di Indonesia Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah, 2013,
Kendala dan Harapan. (Jakarta) Teori Arsitektur, Yogjakarta.
Artini Kusmiati. 2004. Dimensi Estetika Pada Penelitian LPPM ITB, 2005, Proses
Karya Arsitektur dan Disain. (Jakarta: Transformasi Nilai Estetis pada Karya
Ikrar Mandiri abadi) Desain Indonesia Periode Tahun 1900-