Anda di halaman 1dari 20

MIKROORGANISME PENGURAI

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata Kuliah “MIKROBIOLOGI
LINGKUNGAN”

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Alicia Claudia (P21335120004)
Bryan Novianjaya P (P21335120007)
Elviyanti Hamonangan (P21335120013)
Galuh Pramuditha (P21335120016)
Isyfalana Noor Islam (P21335120019)
M. Rafli Azhari (P21335120024)
Mutiara Aini (P21335120025)
Nur Rokhmat Hendro (P21335120029)
Oktaviana Kharisma T (P21335120030)
Riezky Senja P (P21335120033)
Rosanti Rakan K (P21225120034)

PROGRAM STUDI D4 SANITASI LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 2
Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Adapun judul makalah ini
adalah MIKROORGANISME PENGURAI. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
informasi mengenai mikroorganisme pengurai. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Mikrobiologi semester tiga pada jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan
oleh dosen mata kuliah mikrobiologi Ibu Rahayu Winari, S.Pd., M.Pd.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan yang
penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi rekan-
rekan mahasiswa program studi Sarjana Terapan Kesehatan Lingkungan.

Jakarta, 26 September 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Jenis Mikroorganisme Pengurai ..................................................................................................3
B. Media yang Digunakan Oleh Mikroorganisme Pengurai ............................................................9
C. Proses Biologi Yang Terjadi Dalam Pengolahan Limbah Cair Dan Padat Oleh
Mikroorganisme .............................................................................................................................12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, seperti di dalam tanah, lingkungan akuatik, atmosfer,
dibawa arus udara dari permukaan bumi ke lapisan atmosfer, dari puncak gunung dan di dasar
lautpun mungkin dijumpai. Mikroorganisme hidup jika berada pada kondisi yang sesuai, yaitu
mendapatkan cukup makanan, kelembaban, dan suhu. Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan
dengan lingkungan abiotik dan biotik dari suatu ekosistem karena perannya sebagai pengurai
(Tarigan, 1988).

Mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah misalnya bakteri, jamur, Algae, Actinomycetes,
dan Protozoa. Semula mikrobia dianggap organisme yang bersifat merugikan namun tidak sedikit
mikrobia yang menguntungkan, misalnya bakteri pengikat nitrogen bebas (N2) dan Algae yang
dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah yaitu mengikat N2 serta Actinomycetes yang
menghasilkan antibiotik (Hardjowigeno, 1992).

Kandungan dan jenis mikrobia yang ditemukan dalam tanah tergantung pada jenis tanahnya.
Populasi bakteri meningkat bila dilakukan penambahan bahan organik (Suzuki, 1969 dalam
Dwidjoseputro, 2005). Faktor abiotik yang menentukan jenis dan keragamaan mikrobia adalah
komposisi tanah, pH, kelembaban, dan kedalaman tanah. Tanah yang ber-pH asam populasi fungi
dominan, sedangkan pada tanah yang digenangi air, mikrobia anaerob lebih dominan
(Supardi,1992).

Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam


lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat fisik, morfologi dan fisiologi. Beberapa
golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan sehingga cepat beradaptasi dengan kondisi
baru didukung oleh enzim adaptif yang lebih aktif di dalamnya, sehingga tidak mengherankan jika
dalam waktu singkat mikrobia dapat menyesuaikan diri walau pada mulanya lingkungan tersebut
bersifat racun terhadapnya. Namun ada pula golongan yang tidak peka terhadap perubahan
lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Actinomycetes termasuk dalam kelompok
jasad hidup yang sangat peka terhadap adanya perubahan lingkungan sehingga dengan adanya
perubahan yang kecil dalam temperatur atau cahaya akan cepat mempengaruhi kehidupan dan
aktivitasnya (Suriawiria, 1996).

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa saja jenis mikroorganisme pengurai?


2. Apa media yang digunakan oleh mikroorganisme pengurai (bahan organik dan anorganik)?
3. Bagaimana proses biologi yang terjadi dalam pengolahan limbah cair san padat oleh
mikroorganisme?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui jenis mikroorganisme pengurai.


2. Mengetahui media yang digunakan oleh mikroorganisme pengurai (bahan organik dan
anorganik).
3. Memahami proses biologi yang terjadi dalam pengolahan limbah cair dan padat oleh
mikroorganisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Mikroorganisme Pengurai

Mikroorganisme merupakan dasar fungsional untuk sejumlah proses penanganan air


limbah. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan dan pemeliharaan kultur mikroba yang cocok.
Proses penanganan air limbah secara biologis terdiri dari campuran mikroorganisme yang mampu
melakukan metabolisme pada limbah organik. Mikroorganisme yang ditemukan dalam air dan air
limbah digolongkan dalam empat kelompok yaitu: virus, organisme prokariotik, organisme
eukariotik, dan invertebrata sederhana. Organisme prokariotik dan eukariotik bersel tunggal,
sedangkan invertebrata bersel jamak. Virus adalah partikel-partikel yang tidak hidup yang
berikatan dengan organisme hidup. Bakteri suatu grup prokariotik, adalah organisme yang
mendapat perhatian utama, baik dalam air maupun dalam penanganan air limbah.

1. Bakteri

Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan air


limbah, karena beberapa jenis bersifat patogenik (menyebabkan penyakit) dan karena kultur
bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan mineral–mineral yang tidak
diinginkan dari air limbah.

Kebanyakan bakteri adalah kemoheterotrofik yaitu menggunakan bahan organik sebagai


sumber energi dan karbon. Beberapa spesies mengoksidasi senyawa-senyawa anorganik tereduksi
seperti NH3 untuk energi dan menggunakan CO2 sebagai sumber karbon. Bakteri ini disebut
kemoautotrof. Sebagian bakteri bersifat fotosintetik dan menggunakan sinar sebagai sumber energi
dan karbon dioksida sebagai sumber karbon. Bakteri kemoheterotrofik merupakan bakteri
terpenting dalam penanganan air limbah karena bakteri-bakteri ini akan memecah bahan organik.
Bakteri kemoautotrofik juga memegang peranan penting dalam penanganan limbah, terutama
bakteri nitrifikasi yang mengoksidasi amonia nitrogen menjadi nitrogen nitrat.

Bagian reaktif dari sel bakteri adalah membran sitoplasmik. Walaupun beberapa reaksi
enzimatik terjadi di luar membran, tetapi tidak ada reaksi yang melepaskan energi untuk digunakan
oleh sel. Sel bakteri mampu bertahan tanpa dinding sel tetapi tidak dapat hidup tanpa membran

3
sitoplasmik yang utuh. Semua bahan, organik atau anorganik, yang akan dimetabolisme oleh sel
harus melalui membran. Mekanisme transpor dari sebagian besar molekul yang melalui membran
diduga disebabkan karena reaksi-reaksi dengan sistem enzim spesifik yang disebut permease.
Molekul-molekul yang tidak mempunyai sistem permease tidak dapat memasuki sel dan oleh
karenanya tidak dimetabolisme. Hal ini menjelaskan mengapa bakteri menggunakan nutrien secara
selektif dan alasan mengapa diperlukan kultur campuran dalam penanganan air limbah. Setiap
jenis bakteri mempunyai kelompok senyawa yang dapat dimetabolisme yang berbeda. Dengan
demikian kultur campuran mempunyai kemampuan untuk memetabolisme berbagai jenis senyawa.
Suatu jenis bakteri mungkin mempunyai kemampuan untuk mensintesis sistem permease untuk
suatu bahan organik tertentu walaupun sistem ini secara normal tidak ada. Bila terdapat suatu jenis
bahan organik tertentu, maka sistem akan disintesis, dan bahan dimetabolisme.

Sebagian bakteri mempunyai kapsul atau lapisan lendir yang tebalnya bervariasi.
Komponen kimia yang terdapat dalam kapsul terdiri dari berbagai polimer organik seperti
polisakarida, polisakarida kompleks dan polipeptida. Selulosa, yang terdapat dalam sel tanaman
tetapi tidak dalam dinding sel bakteri, diketemukan dalam lapisan lendir dan kapsul dari beberapa
jenis bakteri.

Pemisahan lapisan lendir dari sel tidak akan mempengaruhi metabolisme sel atau laju
pertumbuhan. Akan tetapi, sifat-sifat antigenik tertentu akan berubah. Sebagai contoh, daya virulen
dari Streptococcus pneumoniae akan hilang bila lapisan kapsul dihilangkan.

Lapisan lendir diduga berfungsi sebagai pengikat untuk partikel-partikel flok bakteri.
Partikel-partikel ini terdiri dari sejumlah besar sel-sel individu, yang terbentuk dalam proses
penanganan limbah secara biologis dan memungkinkan pemisahannya dengan sedimentasi
gravitasi. Lapisan lendir dari jenis bakteri yang digunakan dalam proses lumpur aktif (activated
sludge) lebih banyak terdapat pada kultur tua atau yang sedang istirahat. Kultur-kultur yang
tumbuh dengan cepat biasanya mempunyai sedikit lapisan lendir, dan flokulasi juga menjadi
rendah.

Beberapa jenis bakteri bersifat motil karena mempunyai flagela. Bakteri motil umumnya
tidak terlalu diinginkan dari sudut penanganan limbah, tetapi bakteri ini dapat memberikan
tanggapan terhadap gradien fisik dan kimia dengan bergerak dari kondisi yang kurang
menguntungkan menuju kondisi yang lebih baik.

4
Bakteri aerob dan fakultatif bergerak aktif dalam semua unit penanganan aerobik,
sedangkan bakteri anaerob fakultatif dan obligat bergerak aktif dalam unit penanganan anaerobik.
Bakteri terdapat dalam berbagai bentuk, biasanya modifikasi dari silinder atau ovoid (bulat),
dengan ukuran beberapa mikrometer. Bakteri ini terdapat dalam proses penanganan limbah dalam
bentuk gumpalan dari berbagai bentuk dan jenis.

2. Fungi

Fungi adalah mikroorganisme nonfotosintesis, bersel jamak, aerobik, bercabang,


berfilamen, dan memiliki kemampuan memetabolisme makanan terlarut. Bakteri dan fungi dapat
melangsungkan metabolisme bahan organik dari jenis yang sama. Kondisi lingkungan akan
menentukan kelompok mikroorganisme mana yang akan berkembang pesat. Fungi akan banyak
terdapat bila limbah mempunyai pH rendah, kadar air rendah, nitrogen rendah, dan bila nutrien
tertentu tidak ada. Komposisi sel fungi dapat dinyatakan secara empiris sebagai C10H17O6N.

Fungi tidak aktif dalam sistem anaerobik. Oleh karena sel-sel fungi berisi lebih sedikit
nitrogen daripada sel bakteri, fungi akan berkompetisi lebih baik dalam limbah yang mempunyai
kadar nitrogen yang rendah daripada yang dibutuhkan untuk sintesis bakteri. Kebanyakan fungi
tumbuh baik pada pH 4 hingga 5, yang dalam kondisi ini bakteri sulit berkompetisi. Sifat
membentuk filamen dari fungi membuat organisme ini kurang diinginkan dalam unit penanganan
limbah secara biologik, karena tidak dapat mengendap dengan baik. Di bawah kondisi normal yang

5
ada dalam kebanyakan proses penanganan air limbah, umumnya fungi tidak akan banyak
berkembang.

3. Virus

Virus berada di antara benda-benda hidup dan tak hidup. Virus ini bukan merupakan
organisme sempurna, terbentuk dari lapisan pelindung protein yang mengelilingi serabut asam
nukleat. Semua virus adalah parasit obligat karena cara reproduksinya melibatkan sel-sel hidup
tersebut untuk memproduksi partikel virus baru.

Replikasi partikel-partikel virus dimulai dengan adsorbsi virus pada sel yang peka. Virus
sangat spesifik terhadap sel inangnya, oleh karena itu jenis sel sangat penting. Hanya asam nukleat
dari virus yang memasuki sel. Asam nukleat ini kemudian bermigrasi menuju nukleus sel, dan
dengan cara tertentu, memerintahkan mekanisme sintesis untuk memproduksi partikel-partikel
virus baru. Setelah sejumlah partikel baru diproduksi, membran sel akan pecah, dan partikel
dilepaskan ke dalam lingkungan. Waktu yang diperlukan mulai dari penetrasi sampai pelepasan
partikel dapat berlangsung hanya dalam 20 menit.

Perhatian utama pada virus bila terdapat dalam air adalah terhadap kesehatan masyarakat.
Sejumlah penyakit virus digolongkan sebagai berasal dari atau ditularkan melalui air (waterborne),
termasuk infeksi polio, hepatitis, dan virus Coxsackie. Konsentrasi virus dalam air buangan adalah
1 sampai 2/ml. Akan tetapi mengingat satu viron tunggal dapat menyebabkan infeksi, maka
konsentrasi yang rendah belum menjamin keamanan.

Aktivitas virus tidak menurun ketika berada di luar sel inang. Oleh karena itu pencegahan
infeksi oleh virus dalam air dibutuhkan apakah dengan memisahkannya atau membunuhnya.
Proses-proses koagulasi, sedimentasi dan filtrasi dapat menghilangkan partikel virus dalam air
sebanyak 99 persen. Dalam studi ini, uji dilakukan terhadap contoh air yang telah diinokulasi
dengan konsentrasi virus yang tinggi (>105 /1). Apakah hal ini juga terjadi pada konsentrasi virus
yang rendah, belum diketahui. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa virus yang diadsorbsi oleh
koagulan tetap mempertahankan aktivitasnya. Klorin dan ozon merupakan desinfekan yang baik
untuk virus. Ozon lebih efektif daripada klorin, tetapi waktu kontak yang diperlukan relatif lama.

6
4. Protozoa

Protozoa adalah kelompok organisme yang umumnya motil, bersel tunggal dan tidak
mempunyai dinding sel. Kebanyakan protozoa adalah predator, seringkali memakan bakteri.
Protozoa juga dicirikan oleh sel eukariotik, yang mempunyai membran inernal dan lebih kompleks
daripada sel prokariotik bakteri. Protozoa yang ditemukan dalam sistem penanganan aerobik
antara lain flagelata, siliata yang bebas bergerak, dan siliata batang yang terikat pada partikel
padatan dengan cabang-cabang.

Protozoa penting dalam penanganan limbah karena organisme ini akan memakan bakteri,
sehingga jumlah sel bakteri yang ada tidak berlebihan. Di samping itu, protozoa akan mengurangi
bahan organik yang tidak dimetabolisme dalam sistem penanganan dan membantu menghasilkan
efluen dengan mutu yang lebih tinggi dan lebih jernih. Protozoa yang sering ditemukan dalam
proses penanganan air adalah vortisela.

Masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan adanya protozoa adalah disentri amuba.
Penyakit ini disebabkan oleh organisme Entamoeba histolytica. Unit lumpur aktif yang bebas dari
protozoa menghasilkan efluen yang sangat keruh. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya sejumlah
besar bakteri yang terdispersi. Sebagai hasilnya, BOD dan padatan yang tidak terendap dari efluen
tinggi. Penambahan protozoa siliata akan meningkatkan mutu efluen dan menurunkan jumlah
bakteri.

Protozoa umumnya membutuhkan nutrisi yang lebih kompleks daripada bakteri dan
kapang. Protozoa ditemukan dalam penanganan anaerobik padatan selokan dan dalam sistem
penanganan limbah hewan, terutama limbah ruminansia. Peranan protozoa dalam sistem ini tidak
diketahui, tetapi diperkirakan sama seperti pada sistem aerobik yaitu memetabolisme bahan
partikulat dan bakteri, dan penjernihan efluen akhir.

5. Ganggang (Algae)

Ganggang adalah organisme autotrof fotosintetik. Komposisi sel ganggang dapat


dinyatakan dengan C106H108O45N16P. Oleh karena kebutuhan nutrisi dari jenis ganggang berbeda,
maka rumus ini merupakan rata-rata empirik. Ganggang memperoleh energi dari sinar matahari
dan menggunakan bahan anorganik seperti karbon dioksida, amonia atau nitrit, dan fosfat dalam

7
sintesis sel-sel tambahan. Dalam fotosintesis akan terbentuk molekul oksigen, seperti terlihat pada
persamaan di bawah ini:

Oksigen dilepaskan ke dalam lingkungan dan digunakan oleh bakteri pada waktu
metabolisme bahan-bahan organik. Rancangan dan pengelolaan kolam oksidasi berusaha untuk
mensetimbangkan kedua kelompok organisme.

Ganggang memperoleh karbon dioksida dari sumber-sumber berikut ini, dalam air atau
limbah cair: (a) absorbsi dari udara, (b) respirasi aerobik dan anaerobik dari organisme
heterotrofik, dan (c) alkalinitas bikarbonat. Ketika karbon dioksida dikeluarkan dari air limbah
oleh ganggang yang tumbuh, pH akan naik. Nilai pH setinggi 10 tidak umum dalam sistem
ganggang yang aktif seperti kolam oksidasi dan unit serupa. Walaupun pertumbuhan ganggang
dapat dikendalikan dengan membatasi karbon, karbon dari alkalinitas dan produksi bakteri akan
menyediakan sejumlah karbon yang dapat digunakan untuk pertumbuhan ganggang. Karbon
dalam sistem alamiah jarang membatasi pertumbuhan ganggang.

Ganggang akan berkembang banyak bila sinar matahari cukup menembus cairan.
Ganggang tidak akan tumbuh baik bila cairan sangat keruh seperti pada unit lumpur aktif dan lagun
teraerasi, di mana sinar matahari tidak dapat masuk, atau bila warna cairan sangat gelap. Bila tidak
ada sinar matahari, maka fotosintesis akan terhenti dan respirasi endogenes dari ganggang akan
berlangsung dengan cara yang sama seperti pada bakteri. Dengan demikian ganggang memberikan
tambahan kebutuhan oksigen pada unit yang digunakan. Jenis ganggang yang paling penting dalam
air dan penanganan air limbah adalah ganggang biru-hijau dan ganggang hijau.

a. Ganggang biru hijau


Kelompok ini agak berbeda dari jenis ganggang lain karena selnya prokariotik. Walaupun
fotosintesis merupakan proses konversi energi yang paling utama, sebagian ganggang biru-
hijau dapat memecah bahan organik kompleks. Fiksasi nitrogen diamati terjadi pada
beberapa jenis ganggang biru-hijau. Ganggang biru-hijau selalu mempunyai sel-sel yang

8
tidak khusus, misalnya setiap sel tidak tergantung pada sel lain untuk metabolisme. Jenis
tertentu tumbuh dalam bentuk filamen dan sering menimbulkan masalah dalam danau. Di
antaranya adalah Nostoc dan Oscillatoria.
Dua kelompok ganggang biru-hijau, Microcystis dan Anabaena, menghasilkan toksin yang
dapat menimbulkan penyakit atau kematian pada burung dan mamalia yang meminum air.
Ekskresi dari ganggang biru-hijau sering menimbulkan masalah rasa dan bau air. Oksidasi
senyawa-senyawa penyebabkan bau, akan tetapi dengan klorin atau ozon dapat mutu air
dapat diperbaiki. Ada pun dengan tambahan penanganan dengan karbon aktif biasanya
akan menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi.
b. Ganggang hijau
Ganggang hijau seperti kelompok lain kecuali biru-hijau, dicirikan oleh sel eukariotik.
Ganggang hijau ini mempunyai dinding sel yang kaku seperti pada tanaman dan sangat
fotoautotrof. Dua ganggang hijau yang uniseluler, Chlorella dan Senodesmous, umum
terdapat sebagai jenis pradominan dalam kolam aksidasi limbah.
6. Rotifer

Organisme multiseluler yang dapat memecah makanan padat, seperti rotifer, ditemukan
dalam sistem yang mengandung oksidasi terlarut yang sangat stabil setiap saat. Rotifer memecah
partikel padatan yang sebagian dari partikel tersebut tidak dapat digunakan oleh protozoa dan juga
membantu dalam menghasilkan efluen yang tidak keruh.

7. Crustacea

Crustacea adalah organisme multiseluler dengan kulit yang keras. Organisme ini tumbuh
dalam sistem yang cukup stabil, yang menggunakan organisme yang lebih kecil sebagai sumber
makanan utamanya. Dengan melakukan hal ini, maka organisme tersebut membantu menghasilkan
efluen jernih yang merupakan indikasi efluen bermutu tinggi yang dihasilkan dari suatu teknik
penanganan limbah cair secara aerobik.

B. Media Yang Digunakan Oleh Mikroorganisme Pengurai

Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis yang tumbuh alami
atau sengaja diberikan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos.
Jumlah dan jenis mikroorganisme menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau

9
pengomposan. Proses dekomposisi bahan organik di alam tidak dilakukan oleh satu
mikroorganisme monokultur tetapi dilakukan oleh konsorsia mikroorganisme

 Bakteri perombak bahan organik

Bakteri perombak bahan organik dapat ditemukan di tempat yang mengandung senyawa
organik berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik di laut maupun di darat. Berbagai
bentuk bakteri dari bentuk yang sederhana (bulat, batang, koma, dan lengkung), tunggal sampai
bentuk koloni seperti filamen/spiral mendekomposisi sisa tumbuhan maupun hewan. Sebagian
bakteri hidup secara aerob dan sebagian lagi anaerob, sel berukuran 1 µm - ≤ 1.000 µm. Dalam
merombak bahan organik, biasanya bakteri hidup bebas di luar organisme lain, tetapi ada sebagian
kecil yang hidup dalam saluran pencernaan hewan (mamalia, rayap, dan lain-lain). Bakteri yang
berkemampuan tinggi dalam memutus ikatan rantai C penyusun senyawa lignin (pada bahan yang
berkayu), selulosa (pada bahan yang berserat) dan hemiselulosa yang merupakan komponen
penyusun bahan organik sisa tanaman, secara alami merombak lebih lambat dibandingkan pada
senyawa polisakarida yang lebih sederhana (amilum, disakarida, dan monosakarida). Demikian
pula proses peruraian senyawa organik yang banyak mengandung protein (misal daging), secara
alami berjalan relatif cepat.

 Fungi perombak bahan organik

Fungi terdapat di setiap tempat terutama di darat dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Pada
umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa
tanaman (hemiselulosa, selulosa, dan lignin). Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi
selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa (Alexander, 1977).

Sebagian besar fungi bersifat mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan memakai mikroskop);
hanya kumpulan miselium atau spora yang dapat dilihat dengan mata. Tetapi fungi dari kelas
Basidiomycetes dapat diamati dengan mata telanjang sehingga disebut makrofungi. Makrofungi
menghasilkan spora dalam bangunan yang berbentuk seperti payung, kuping, koral atau bola,
bahkan beberapa makrofungi tersebut sudah banyak dibudidayakan dan dimakan. Pertumbuhan
hifa dari fungi kelas Basidiomycetes dan Ascomycetes (diameter hifa 5–20 µm) lebih mudah
menembus dinding sel-sel tubular yang merupakan penyusun utama jaringan kayu. Pertumbuhan

10
pucuk hifa maupun miselium (kumpulan hifa) menyebabkan tekanan fisik dibarengi dengan
pengeluaran enzim yang melarutkan dinding sel jaringan kayu.

Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar fungi menghasilkan zat yang bersifat racun
sehingga dapat dipakai untuk mengontrol pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu,
seperti beberapa strain Trichoderma harzianum yang merupakan salah satu anggota dari
Ascomycetes, bila kebutuhan C tidak tercukupi akan menghasilkan racun yang dapat
menggagalkan penetasan telur nematoda Meloidogyne javanica (penyebab bengkak akar)
sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan bersifat parasit pada telur atau anakan nematoda
tersebut.

 Media Pertumbuhan Organisme Pengurai

Berdasarkan komposisi kimiawi komponen penyusun medium, maka medium dibedakan


menjadi 2 kategori yaitu medium kompleks (complex) dan sintetik (defined). Medium kompleks
tersusun atas bahan-bahan dengan macam dan komposisi tidak semua diketahui dengan pasti.
Medium sintetik tersusun atas bahan macam dan komposisinya diketahui dengan pasti. Misalnya
medium untuk menumbuhkan Escherichia coli

Medium dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan konsistensinya yaitu medium cair, semipadat,
dan padat. Medium cair (liquid, broth) hanya mengandung nutrient-nutrian yang dilarutkan dalam
aquades. Contoh medium cair adalah Nutrient Broth (NB), glukosa broth, dan lain Medium ini
dapat digunakan untuk perbanyakan (propagasi) mikroorganisme dalam jumlah besar, uji
fermentasi, dan berbgai uji lain

Medium padat (solid) mengandung nutrien aquades ditambah bahan pemadat (solidifying
agent) yaitu agar. Medium padat sering digunakan untuk isolasi mikroorganisme, uji aktivitas
biokimiawi, perhitungan jumlah mikroorganisme, dan lain-lain. Sedangkan medium semipadat
(semisolid) sama dengan medium padat tetapi konsentrasi bahan pemadat lebih sedikit, sehingga
konsistensinya lebih seperti jeli. Medium semipadat ini sering digunakan untuk eksperimen
motilitas mikroorganisme ataupun hidrolisis gelatin.

11
Medium menurut kegunaannya dibedakan menjadi 3 yaitu media selektif, diferensial, dan
pengayaan. Medium selektif merupakan medium yang ditambah zat kimia tertentu bersifat selektif
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain sehingga hanya mikroorganisme tertentu yang
dapat tumbuh contohnya medium MacConkey Agar untuk mendeteksi E. coli. Medium diferensial
merupakan medium yang dapat digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme yang satu
dengan yang lain ditandai dengan adanya suatu reaksi atau ciri khas misalnya Blood Agar. Medium
diperkaya (enrichment media) merupakan medium yang ditambah zat-zat tertentu (serum, darah,
ekstrak tumbuhan, dll) sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu.

C. Proses Biologi Yang Terjadi Dalam Pengolahan Limbah Cair Dan Padat Oleh
Mikroorganisme

Proses pengolahan air limbah dengan aktifitas mikroorganisme biasa disebut dengan “Proses
Biologis”. Pengolahan secara biologi Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor) dan
reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

 Proses Pertumbuhan Tersuspensi (suspended growth proccesses)

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam


keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini.

Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch
dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

12
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain,
yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak
diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan
lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan
tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di
dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas
efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup
dengan waktu detensi 3-5 hari saja.

 Proses Pertumbuhan lekat (attached growth proccesses).

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan
membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini, antara lain:

1. trickling filter

2. Cakram biologi

3. Filter terendam

4. Reaktor fludisasi

Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%- 90%. Ditinjau
dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis:

- Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;


- Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih
ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih
ekonomis. Pengolahan air limbah secara biologis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni
proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan
melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam.

13
Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan
aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan
mikroorganime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa
contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/konvesional
(standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch
(kolam oksidasi sistem parit) dan lainya.

Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan
menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama
sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada
dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau
memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses
pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization
pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses biologis
dengan biakan tersuspensi. Secara garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah secara
biologis dapat dilihat

Diagram Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Air

limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar melampaui nilai yang ditetapkan.
Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak dan lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium,
nikel,plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari beberapa alat. Untuk

14
menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan dengan metode aerasi dan ternyata metode ini juga
cukup baik untuk melakukan pengeridapan suspensi solid.

Perlakuan terhadap limbah dengan metode tertiary treatment adalah menggunakan organisme
perombak limbah. Karena metode ini sering juga disebut metode biologi yaitu memanfaatkan
kehidupan bakteri dalam merombok limbah . Pengolahan limbah dengan cara biologis dapat
dilakukan dengan dua cara , yaitu ,

(1) Aerobic treatment dan

(2) Anaerobic treatment .

Kedua metode ini mempunyai proses yang berbeda, karena proses aerobic membutuhkan oksigen
dalam prosesnya, sedangkan proses anerobic harus memimumkan oksigen agar proses
perombokan limbah dapat berlangsung secara sempurna.

15
BAB III

KESIMPULAN

Mikroorganisme merupakan dasar fungsional untuk sejumlah proses penanganan air


limbah. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan dan pemeliharaan kultur mikroba yang cocok.
Proses penanganan air limbah secara biologis terdiri dari campuran mikroorganisme yang mampu
melakukan metabolisme pada limbah organik. Mikroorganisme yang ditemukan dalam air dan air
limbah digolongkan dalam empat kelompok yaitu: virus, organisme prokariotik, organisme
eukariotik, dan invertebrata sederhana.Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan
aktivator biologis yang tumbuh alami atau sengaja diberikan untuk mempercepat pengomposan
dan meningkatkan mutu kompos.

Jumlah dan jenis mikroorganisme menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau


pengomposan. Proses dekomposisi bahan organik di alam tidak dilakukan oleh satu
mikroorganisme monokultur tetapi dilakukan oleh konsorsia mikroorganisme. Proses pengolahan
air limbah dengan aktifitas mikroorganisme biasa disebut dengan “Proses Biologis”. Pengolahan
secara biologi Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor) dan reaktor pertumbuhan lekat
(attached growth reaktor).

16
Daftar Pustaka

https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PANG4323-M1.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/anna-rakhmawati-ssimsi/ppm-2012-bahan-
segar.pdfhttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/anna-rakhmawati-ssimsi/ppm-2012-
bahan-segar.pdf

https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/10organisme%20perombak.pd
f

https://inspire.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2018-04-30berkas1964061019900320016.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai