Anda di halaman 1dari 13

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH B

“ Memahami Dan Melakukan Pengamatan Perilaku Manusia Terhadap Pengelolaan Sampah”

Disusun Oleh
Nama : Ainundita Paramananda
NIM : P21335190005
Kelompok : 12

PROGRAM STUDI SARJANA


TERAPAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 2
JAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. Atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah Penyehatan
Tanah dan Pengelolaan Sampah B.

Dalampenyusunanmakalahinitentunyataksedikithambatanyangkamihadapi.Akan
tetapihambatanituberhasilkamiatasiberkatsemangat,kerjakeras,doadanbimbingandosen kami
yakni Ibu Catur Puspawati, ST, MKM, Bapak Tugiyo, SKM,M.Si.

Dengan disusunnya makalah ini kami harap dapat memberikan pengetahuan baru bagi
para pembaca mengenai Memahami Dan Melakukan Pengamatan Perilaku Manusia Terhadap
Pengelolaan Sampah. Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, jurnal, dan berita.

Kami harap makalah ini dapat memperikan ilmu yang bermanfaat dan dapat
memperluas ilmu para pembaca, khususnya mahasiswa/I Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II jurusan Kesehatan Lingkungan. Kami sadar bahwa selama penulisan makalah ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap dosen pembimbing kami dapat
memberikanmasukannyaagarkamidapatmemperbaikikesalahankamidanmembuatmakalah
dengan lebiih baik lagi. Begitupun kepada pembaca, kami sangat terbuka untuk menerima
kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 15 Mei 2022

Penulis

i
Daftar Isi

KataPengantar...................................................................................................................i

DaftarIsi..............................................................................................................................ii

PEMBAHASAN.................................................................................................................1

1. Pengertian Perilaku.......................................................................................................1

2. Unsur-UnsurPerilaku....................................................................................................1

3. Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah........................................................8

4. Membuat InstrumenPengelolaan Sampah..................................................................8

DaftarPustaka....................................................................................................................10

ii
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perilaku

Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme dalam hal ini manusia terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan yang menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
(Notoatmojdo,1997) Perilaku atau aktifitas individu dalam pengertian yang lebih luas
mencakup perilaku yang nampak (over behavior) dan perilaku yang tidak nampak (inert
behavior). Perilaku manusia tidak muncul dengan sendirinya tanpa pengaruh stimulus yang di
terima,baikstimulusyangbersifateksternalmaupuninternal.Namundemikian,sebagianbesar
perilaku manusia adalah akibat respon terhadap stimulus eksternal yang diterima
(Bimo,1999:12).

Selanjutnya perilaku adalah sikap yang diekspresikan (Myers,1983). Perilaku dengansikap


saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sementara (Lewin,1951)
merumuskan satu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah
fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) dengan rumus: B = f (P.E). Karakteristik
individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-
faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar
dalam menentukan perilaku bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada
karakteristik individutersebut.

2. Unsur-UnsurPerilaku

 Pengetahuan

Sebagaimana diketahui bahwa pengetahuan menurut Mardikanto (1993) berasal dari


kata “tahu” yang diartikan sebagai pemahaman seseorang tentang sesuatu yang nilainya lebih
baik dan bermanfaat bagi dirinya. Pengertian tahu dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengidentifikasi setiap ragam stimulus yang berbeda, memahami beragam konsep, pikiran
bahkan cara pemecahan terhadap masalah tertentu, sehingga pengertian tahu tidak hanya
sekedar mengemukakan/mengucapkan apa yang diketahui, tetapi sebaliknya dapat
menggunakan pengetahuan dalam praktek dan tindakannya.

1
Selanjutnya Wiriaatmadja 1990 berpendapat bahwa pengetahuan adalah aktivitas atau
kegiatan yang melihat penyelesaian sesuatu dengan baik dalam jenis, jumlah dan bentuk atau
barang maupun dalam kegiatan informasi dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh
seseorang dari kegiatan yang dilakukannya. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh setelah
melakukan penginderaan melalui panca inderanya. Oleh karena itu tindakan yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan akan langsung dirasakan manfaatnya dibandingkan dengantindakan
tanpa didasari pengetahuan. Hal ini sesuai pendapat Ray (1998) yang menyatakan bahwa
pengetahuan terjadi pada saat atau unit pengambil keputusan lainnya, kontak dengan inovasi
dan mendapatkan suatu fungsi inovasi tersebut. Jadi fungsi pengetahuan pada intinya bersifat
kognitif atau sekedarmengetahui.

DepdikbudRI(2000)menyebutkanbahwapengetahuanyangdimilikiseseorangadalah
hasil belajar baik formal maupun non formal dan terutama hasil interaksi dengan masyarakat.
Selajutnya disebutkan bahwa luasnya cakrawala budaya seseorang tidak terlepas dari
pengetahuannya dalam hidup bermasyarakat. Akibatnya, pengetahuan seseorang tidaklah
berbedajauhdenganwargalainnya,apabilapengetahuanyangdidapatkansemata-mataberasal dari
interaksi sosial dengan sesama warga tempat iahidup.

Wahyu (1986) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan produk akhir dari


kegiatan berpikir manusia, sedangkan Ahmadi (1991) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan
yang keliru.

Pemindahan pengetahuan merupakan titik berat pada proses belajar mengajar (Suparta
et al., 2009). Selanjutnya Winkel (1986) yang dikutip oleh (Suparta et al., 2009) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksiaktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahamandannilai-nilaisikap.Semakintinggitingkatpendidikanseseorangberartisemakin
tinggi juga pengetahuannya, sehingga dengan pengetahuan yang tinggi orang lebih tanggap
terhadap keadaan sekitarnya (Ahmadi,1991).

Menurut Soekanto (1985), pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai
hasil proses panca indera, yang berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhyul (superstitions)
dan penerangan yang keliru (misinformation). Selanjutnya disebutkan bahwa pengetahuan
berbedadenganbuahpikiran(ideas),karenatidaksemuabuahpikiranmerupakanpengetahuan.

2
Pengetahuanitubisadiperolehdaripengalaman-pengalaman,baikdaripengalamandirisendiri
maupun pengalaman oranglain.

Pengetahuan merupakan aspek perilaku, yang terutama berhubungan dengan


kemampuan mengingat materi yang dipelajari dan kemampuan mengembangkan intelegensia.
Unsur-unsur perilaku pengetahuan tersebut termasuk dalam golongan aspek perilaku
pengetahuan. Sehingga pengetahuan dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat dari suatu yang telah dilakukan atau yang dipelajari (Soedijanto, 1987).

Perubahan pada pengetahuan seseorang merupakan manifestasi dari proses belajar


(Effendi dan Praja, 1984). Perubahan–perubahan yang terjadi sebagai hasil proses belajar
antara lain: 1) Pengetahuan baik jenis maupun jumlahnya, 2) Keterampilan dalam
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan tujuan, 3) Kecakapan dalam berpikir, dan 4)
Sikap.

SelajutnyaRogersdanShoemaker(1971),menyatakanbahwadalamtahappengenalan
inovasi ada tiga tipe pengetahuan yaitu : kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi,
pengetahuan teknis dan pengetahuan prinsip. Pada tipe pengetahuan/kesadaran seseorang
cenderungmembukadiriterhadapide-ideyangsesuaidenganminat,kebutuhandansikapyang ada
padanya. Pengetahuan teknis meliputi informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian
atau penggunaan suatu inovasi. Pengetahuan prinsip berkenaan dengan fungsinya
suatuinovasi.

Pengetahuan petani sangat menunjang kelancaran dalam berkomunikasi dan


mengadopsi teknologi baru. Supriyanto, 1978 (dalam Arthanu, 1985) mengatakan bahwa
tingkat pengetahuan petani mempengaruhi ia dalam mengadopsi teknologi baru dan
kelanggengannya dalam melaksanakan usaha tani.

Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan


merupakan hasil pemahaman seseorang terhadap suatu obyek, yang diperoleh baik secara
formal maupun non formal melalui pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain,
sehingga mereka lebih terbebas dari keterbatasan dan subyektifitasnya. Dengan adanya
pemahaman seseorang tentang suatu hal secara obyektif atau seseorang memilikipengetahuan
yangmemadaiterhadapsuatuhalmakadiharapkandapatmemberikanperansertasecaralebih
optimal dalam kegiatan produksi sehingga dapat meningkatkan produktifitasnya terhadap hal
tersebut, guna mewujudkan tujuanbersama.

3
 Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat saraf dan otot-otot
(Neuromuscular)yanglazimnyatampakdalamkegiatanjasmaniah,sepertimenulis,mengetik,
olahraga dan sebagainya (Muhibbin, 1995). Sedangkan Reber (1998) yang dikutip oleh
Muhibbin (1995) menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola
tingkahlakuyangkompleksdantersusunrapisecarameluasdansesuaidengankeadaanuntuk
mencapai hasiltertentu.

Ahmadi (1991) berpendapat bahwa keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan


formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal misalnya sekolah dan pendidikan non-
formal diperoleh dari luar sekolah. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh
seseorang berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari secara sadar maupun tidak sadar,
sepanjang hidupnya, di dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam lingkungan
pekerjaan sehari-hari.

Supriatna (2000) menyatakan metode pendidikan luar sekolah atau keterampilan bagi
orang dewasa seperti petani peternak dalam rangka memperoleh pengetahuan, pengalaman,
sikap, kepercayaan, keahlian dan partisipasi sosial dilakukan dengan menerapkan metode
andragogi.Alasannyaadalah:pertama,adanyakonsepdiriorangdewasalebihmengarahpada self
directing, kedua, berorientasi pada pekerjaan praktis dan ketiga dapat menunjang pemecahan
masalahhidupnya.

 Sikap

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi
dibentuk sepanjang pengetahuannya. Peranan sikap dalam kehidupan manusia adalah relatif
besar, sebab apabila sudah dibentuk dalam diri manusia, maka sikap manusia itu turut
menentukantingkahlakunyaterhadapobyektersebut.Adanyasikapinimenyebabkanmanusia
bertindaksecarakhasterhadapobyeknya.Sebagaimanahalnyadengankonseplainnya,banyak para
ahli memberikan definisi sikap dengan redaksi yang berbeda, tetapi pada prinsipnya ada
unsur-unsur yang sama. Tertentu, baik pada diri sendiri maupun luar diri sendiri. Keadaan ini
mencakup penilaian positif atau negatif serta kesediaan untuk bereaksi terhadap situasi atau
obyek tertentu dengan cara khas, sehingga dapat diramalkan. Disisi lain, sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak dengan cara konsisten terhadap situasi atau obyek tertentu
(Depdikbud RI,2000).

4
Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan
seseorang mengenai obyek, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar
kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang
dipilihnya. Di lain pihak, Dayakisni dan Hudaniah (2001) menyimpulkan bahwa sikap
merupakan kecenderungan untuk bertindak, untuk bereaksi terhadap rangsangan, oleh karena
itu manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebihdahulu
sebagai tingkah laku yang masihtertutup.

Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana
komponen-komponen tersebut menurut Allfort yang dikutip oleh Dayakisni dan Hudaniah
(2001) ada tiga yaitu :

(1) komponenkognitif,yaitukomponenyangtersusunatasdasarpengetahuanatauinformasi yang


dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan
terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut;
(2) komponen afektif, yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi
sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai
yangdimilikinya;
(3) komponen konatif, yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan
dengan obyek sikapnya. Sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor
internal(faktorfisiologisdanpsikologis)sertafaktoreksternaldapatberwujudsituasiyang
dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat (Walgito,2003).

Soetarno (1994) menyebutkan bahwa sikap memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri sikap
tersebut adalah sebagai berikut:

(1) sikap tidak dibawa seseorang sejak ia lahir, melainkan dibentuk sepanjang
perkembangannya;
(2) sikap dapat berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapatdipelajari;
(3) sikap tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan suatuobyek;
(4) obyek suatu sikap dapat tunggal ataumajemuk;
(5) sikap mengandung motivasi dan perasaan. Pengetahuan mengenai suatu obyek tanpa
disertai motivasi belum berartisikap.

Sikap merupakan proses sosialisasi, yaitu pembentuk sikap-sikap sosial pada seseorang
karena adanya interaksi manusia atau individu (Mar’at, 1984). Seseorang bereaksi sesuai

5
denganrangsanganyangditerimanya.Padatahappersuasi,dariprosespengambilankeputusan
inovasi seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Sebelum
orang mengenal suatu ide baru, iya tidak dapat membentuk sikap tertentu tehadap inovasi
tersebut, (Rogers dan Shoemaker, 1971). Sikap ini merupakan masalah penting dalam
menentukan corak atau warna dari tingkah laku atau perbuatan seseorang (Walgito,2003).

Sikap adalah determinan perilaku, karena berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan
motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang dipelajari dan
diorganisasi menurut pengalaman, dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi
seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan
(Winardi, 2004).

Dari definisi tentang sikap diatas, menimbulkan implikasi-implikasi (Azwar, 2003)


yaitu :

1) sikapdipelajari,
2) sikap menentukan predisposisi seseorang terhadap aspek-aspek tertentu.
3) sikap memberikan landasan emosional dari hubungan – hubungan antar pribadi seseorang
dan identifikasi dengan pihaklain.
4) sikap organisasi dan mereka erat sekali dengan intikepribadian.

Ada dua tingkatan sikap terhadap inovasi yaitu : 1) sikap terhadap inovasi dan 2)sikap
terhadap perubahan. Sikap terhadap inovasi adalah merupakan berkenan atau tidaknya
seseorang. Percaya atau tidaknya seseorang terhadap inovasi khususnya dan sikap terhadap
perubahan adalah umumnya menyangkut respon seseorang terhadap perubahan-perubahan
yangterjadiyangdipengaruhiolehhasilpengamatandanpengalamansebelumnya(Rogersdan
Shoemaker,1971).

Selanjutnya dikatakan bahwa sikap khusus ini menjembatani antara suatu inovasi
dengan inovasi lainnya. Sebab pengalaman positif dengan pengadopsian suatu inovasi
terdahulu pada umumnya menimbulkan sikap-sikap positif pula terhadap inovasi yang akan
datang berikutnya. Sebaliknya, pengalaman pahit dari pengadopsian suatu inovasi yang
dianggapnya suatu kegagalan akan merupakan penghalang bagi masuknya inovasi padawaktu
yang akan datang. Oleh karena itu, agen pembaharu yang baik haruslah memulai kegiatannya
terhadap sasaran tertentu dengan suatu inovasi yang memiliki taraf keuntungan relatif tinggi,
sesuaidengankepercyaanyangterdapatdalammasyarakattersebutsertamempunyai

6
pembentukan sikap positif terhadap perubahan dan memperlancar jalan untuk inovasi-inovasi
yang akan datang.

Sikap merupakan respon evaluatif atau suatu bentuk evaluasi atau suatu kesiapan
perasaan yang mendukung terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Menurut Azwar
(2003)sikapdikatakansebagairespon.Responhanyaakanterjadiapabilaindividudihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. Respon evaluatif berarti
bahwa bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam
diri individu, yang diungkapkan dalam bentuk baik atau buruk. Positif atau negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka.

Dilihat dari strukturnya Azwar (2003) juga mengemukakan bahwa sikap terdiri atas
tiga komponen yang saling menunjang yaitu, komponen kognitif, komponen afektif dan
komponenkonatif.Komponenkognitifberupaapayangdipercayaiolehsubyekpemiliksikap,
komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen
konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
subyek.

Sanafiah (1982) menyatakan bahwa sikap adalah perasaan seseorang dan apa yang dia
yakini. Pengukuran sikap biasanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu,
sehingga sebagian pendapat dari orang tersebut dapat diketahui. Dari pendapat ini dapat
diperkirakan sikapnya yaitu, apa yang sesungguhnya dia yakini. Selanjutnya Walgito (2003)
menyatakanbahwadenganpengukuransikapiniorangakanmengetahuiperbedaansikaporang
tertentu dengan orang lainnya. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan selaluberubah-
ubah. Sherif (dalam Garungan, 1981) menyatakan bahwa objek sikap itu dapat berupa suatu
hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu. Jadi sikap itu dapat
berkenaan dengan sederetan objekserupa.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya (Azwar, 2003).
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial individu. Dalam interaksi sosial terjadi
hubungan yang saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain. Faktor –
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaanorang
lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan serta faktor emosi dalam diri
individu.

Dari pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada hakikatnya
merupakan tanggapan atau penilaian seseorang terhadap suatu hal atau suatu obyek tertentu,

7
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, yang disertai kecenderungan untuk bertindak.
Tindakan atau perilaku seseorang terhadap suatu hal sangat dipengaruhi dari bagaimana
tanggapan seseorang terhadap hal tersebut, apakah setuju atau tidak mendukung atau tidak
dalam batas skala sikap tertentu.

3. Perilaku Masyarakat dalam MengelolaSampah

Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan pencerminan


terhadap kualitas kesehatan masyarakat atau penghuninya. Perumahan dan permukiman yang
layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya secara
konstan akan terjamin kualitas kesehatannya. Terbentuknya perumahan yang sehat tidaklepas
dari ketersediaan sarana dan prasarana yangmendukung.
Penyediaan sarana persampahan yang layak di lingkungan permukiman merupakan
langkah awal dari pelaksanaan penyehatan lingkungan. Disamping penyediaan sarana,
perencanaan yang komprehensif terhadap kebijakan dan strategi pengelolaan persampahan
akan menghasilkan pembangunan bidang kesehatan lingkungan yang berkelanjutan dengan
tujuan utama peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Perencanaan pembangunan kesehatan lingkungan yang berkelanjutan harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait antara lain; perilaku individu, pengaruh sosial
kemasyarakatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, sosial ekonomi dan budaya
Dalam konteks pengelolaan sampah permukiman yang merupakan bagian dari
pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang bersifat
pendukung dan bersifat penghambat. Faktor yang bersifat pendukung antara lain: kebijakan
dan strategi, industri daur ulang, teknologi dan program-program pembinaan kebersihan.
Sedangkan faktor yang bersifat penghambat antara lain, implementasi kebijakan yang belum
sepenuhnya terealisasi, keterbatarasan sarana prasarana persampahan dan perilakumasyarakat
yang belum mengarah kepada perilaku positif dalam mengelola sampah yang telah
dihasilkannya.
Faktor perilaku masyarakat dalam mengelola sampah permukiman merupakanpondasi
awal dalam pengelolaan sampah permukiman yang dapat memberikan dampak yang cukup
signifikan. Perilaku positif dalam memanajemen sampah semenjak dari sumbernya akan
mempermudah dalam tata kelola persampahan permukiman yang akhirnya memberikan
dampak kepada kualitas kebersihan lingkungan permukiman khususnya dan perkotaan pada
umumnya.

4. Membuat Instrumen PengelolaanSampah


kondisi pengelolaan sampah di TPA saat ini berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah dan adanya instrumen lain yang
terlibat dalam kebijakan pengelolaan sampah selain peraturan daerah yang dimiliki oleh DKI

8
Jakarta, yaitu instrumen sukarela (voluntary instruments). Instrumen sukarela ini dapat
berasal dari keluarga, Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Secara sederhana, tahapantahapan dari penyelenggaraan teknik
operasional pengelolaan sampah kota terdiri dari pengurangan dan penanganan sampah.
Kegiatan dalam pengurangan sampah antara lain pembatasan timbulan sampah, pendauran
ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. sedangkan kegiatan dalam penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan proses terakhir.
Contoh instrumen pengumpulan data pengolahan sampah :

9
Daftar Pustaka

https://core.ac.uk/download/pdf/11722663.pdf

https://123dok.com/article/unsur-unsur-perilaku-tinjauan-pustaka.z136w4dq

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/24878/22197
Hermawan Eko Wibowo. (2009). "Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah
Permukiman Di Kampung Kamboja Kota Pontianak" Tesis Semarang :
Universitas Diponegoro

10

Anda mungkin juga menyukai