Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKOLOGI PEMERINTAHAN

“Membangun Kecerdasan Ekologis”

OLEH
NAMA : LITA ROSANE SIBURIAN
NPP : 28. 0936
KELAS : G-9
JURUSAN : PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
DOSEN : ARWANTO HARIMAS GINTING, S.STP, M.SI

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul Kecerdasan Ekologis disusun untuk memenuhi tugas dari
pengampu mata kuliah Ekologi Pemerintahan, Bapak Arwanto Harimas Ginting, S.STP, M.Si.
Penulis mengucapkan terimakasih atas kepercayaan kepada tugas yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang mendukung dalam
penyelesaian penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih apabila pembaca dapat
memberikan masukan yang membangun bagi kesempurnaan makalah penulis di masa yang akan
datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat dan terimakasih atas waktu yang diberikan
untuk membaca makalah ini.

Jatingangor, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kecerdasan, Kecerdasan Ekologis dan Pentingnya 3
Kecerdasan Ekologis………………………………………………………......
2.2 Peran Kecerdasan Ekologis dalam Ekologi Pemerintahan dan Kehidupan 6
Sehari-Hari…………………….
2.3 Penerapan atau Cara Membangun Kecerdasan Ekologis dalam di Indonesia 8
Dan Kehidupan Sehari-Hari……………………………………………...........
Bab III PENUTUP …………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interaksi antara manusia dan lingkungan menimbulkan banyak konsekuensi sesuai
dengan apa kegiatan yang dilakukan oleh manusia karena alam sendiri memiliki keseimbangan.
Jika keseimbangan itu terganggu, akan mengakibatkan gejala negatif yang berpengaruh tidak
hanya kepada manusia tapi kepada makhluk hidup lainnya. Ini dapat berupa munculnya gejala
alam, perubahan jumlah susunan organisme dsb.
hubungan manusia dan alam (Hadi, 2010; Soemarwoto, 1994), secara tidak langsung
mengalami sebuah dilema didalam interaksinya, sehingga perlu adanya re-interpretasi agar
tercipta sebuah keseimbangan. Secara historis, ketidakstabilan hubungan tersebut, terpacu
sebagai akibat dari dampak akumulasi-implementatif paradigma revolusi industri yang
selalu mengalami perubahan dan perkembangan secara dinamis.
Untuk mengelola alam atau lingkungan, diperlukan suatu kecerdasan ekologis.
Kecerdasan ekologis adalah sebuah kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan ceruk
ekologi tempat manusia berada. Kecerdasan ekologi disebut juga oleh Gardner sebagai
kecerdasan naturalis yaitu kemampuan manusia dalam memahami gejala-gejala alam, kesadaran
ekologis dan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam.
Kecerdasan ekologis menjadi penting karena akan menentukan keberlangsungan
kehidupan manusia. Supriatna mengemukakan bahwa kecerdasan ekologis sangat penting
dikembangkan dalam proses pembelajaran karena akan menjadi: agent of change, agen yang
sadar akan keterbatasan sumber daya alam dan adanya isu Global Warming, Agen yang bisa
mengaplikasikan kecerdasan ekologi.
Dari apa yang dikemukakan Supriatna, didapatkan latar belakang diperlukan kecerdasan
ekologis yaitu sumber daya alam yang terbatas dan rencana keberlanjutan penggunaan untuk
generasi mendatang. Membangun kecerdasan ekologis berarti mempersiapkan suatu kecerdasan
yang ditambahkan dari jenis kecerdasan biasa, karena kecerdasan ekologis menggabungkan
antara inteligensi, sosial, emosional dan spiritual, dalam arti singkat kecerdasan yang kompleks.
Dengan kecerdasan ekologis berarti manajemen penggunaan sumber daya sudah mulai
mementingkan kebersinambungan alam dengan cara tidak memaksa alam untuk berubah tidak
sesuai jangka waktu biologis yang ada, dalam kalimat singkat mengeksplorasi tanpa
mengeksploitasi. Tahap akhir dari penjelasan membangun kecerdasan ekologis adalah
munculnya pengambil kebijakan yang paham dan menambahkan lingkungan sebagai poin utama
pertimbangan pengambilan keputusan, sehingga trayek kerusakan lingkungan dapat dikurangi
bahkan dikembangkan lebih baik, walaupun jumlah manusia makin bertambah dan konsekuensi
logisnya kebutuhan dasar yang diperlukan bertambah, bukan berarti alam harus rusak.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kecerdasan, kecerdasan ekologis dan pentingnya
kecerdasan ekologis?
1.2.2 Bagaimana peran kecerdasan ekologis dalam ekologi pemerintahan dan kehidupan
sehari-hari?
1.2.3 Bagaimana penerapan atau cara membangun kecerdasan ekologis dalam
Pemerintahan di Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui definisi kecerdasan, kecerdasan ekologis dan pentingnya kecerdasan
ekologis.
1.3.2 Mengetahui peran kecerdasan ekologis dalam ekologi pemerintahan.
1.3.3 Mengetahui penerapan atau cara membangun kecerdasan ekologis dalam
Pemerintahan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecerdasan


Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa Latin
“intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize,
torelate, to bind together). Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran
inteligensi, menjelaskan bahwa inteligensi merupakan kemampuan individu mencangkup tiga
hal:
1. Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya
individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal setting).
2. Kedua, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian,
artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu.
3. Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik,
artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan.
Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang
untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan fikiran. Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia yaitu
terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping) seseorang, dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dan
kecerdasan sosial.
2.1.1 Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Intelektual pertamakali diperkenalkan oleh Alfred Binet pada sekitar abad
20. Alfred Binet membagi tingkat kecerdasan manusia dalam beberapa kelompok menurut
hasil penelitiannya. Lewi Ternman yang merupakan dosen Universitas Stanford mengembangkan
pengelompokkan dan membakukan penelitian yang dibuat oleh Binet dengan menyesuaikan
dengan norma populasi. Pada intinya, kecerdasan intelektual/intelegensi adalah suatu
kemampuan kecerdasan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah matematis dan rasional
(Misbach 2008), atau kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri
secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh
faktor genetik (Boehm,2011).
Menurut Robbins (2001), kecerdasan intelektual dibagi menjadi tujuh dimensi:
1. Kecerdasan angka : Kemampuan untuk menghitung dengan cepat dan tepat
2. Pemahaman verbal : Merupakan kemampuan memahami apa yang dibaca dan
didengar.
3. Kecepatan persepsi : Merupakan kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual
dengan cepat dan tepat.
4. Penalaran induktif : Merupakan kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu
masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.
5. Penalaran deduktif : Merupakan kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi
dari suatu argumen.
6. Visualisasi spasial : Merupakan kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek
akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah.
7. Daya ingat ; Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa
lalu.
2.1.2 Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Piter Salovey dari Harvard
University dan Jhon Mayer dari University of New Hampshire (1990). Konsep ini kemudian
berkembang pesat karena dianggap sebagai komponen dalam membentuk tingkah laku
cerdas. Menurut Salovey dan Mayer (1990) dalam Tikollah (2006), kecerdasan emosional
adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan
perasaan tersebut menuntun pikiran perilaku seseorang. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan
orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri
dan hubungan (Goleman dan Sutherland, 1996). Dikutip dari Cooper, menurut Palmer,
kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif
menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi danpengaruh
(Palmer, Walls, Burgess, dan Stough,1994). Kecerdasan emosional merupakan kemampuan
seseorang untuk bisa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik dan mengenal orang lain
sehingga akan mampu menjalin sebuah hubungan yang harmonis dengan orang lain.
2.1.3 Kecerdasan Sosial
Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk secara efektif menavigasi dan bernegosiasi
dalam interaksi dan lingkungan sosial. Menurut ilmuwan data Ross Honeywill, kecerdasan sosial
adalah gabungan dari kesadaran diri dan kesadaran sosial, evolusi keyakinan sosial dan sikap,
serta kapasitas dan kemampuan mengelola perubahan sosial yang kompleks.
Definisi pertama kecerdasan sosial oleh Edward Thorndike pada tahun 1920 adalah
"kemampuan untuk memahami dan mengelola laki-laki dan perempuan dan anak perempuan,
untuk bertindak bijaksana dalam hubungan manusia". Hal ini setara dengan kecerdasan
interpersonal, salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi dalam teori kecerdasan majemuk
Howard Gardner, dan terkait erat dengan teori pikiran. Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial
adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi
dengan tepat untuk sukses secara sosial.
2.1.4 Kecerdasan Spritual
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan
tertinggi dalam diri kita (Rahmasari,2012).Perbedaan mendasar dari kecerdasan emosional
dengan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan emosional terkait lebih pada tingkah laku sosial
manusia dengan kata lain ini lebih bersifat horizontal sedangkan kecerdasan spiritual
lebih dikaitkan dengan nilai-nilai moral keagamaan atau bersifat vertikal.Komponen dari
kecerdasan spiritualdikutip oleh Jamaluddinmenurut Zohar & Marshallmencakup:
1. Kemampuan untuk bersikap fleksibel.
2. Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
6. Keinginan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7. Kecenderungan untuk berpandangan holistik.
8. Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dan berupaya untuk
mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9. Mampu memberi inspirasi kepada orang lain
2.2. Pengertian Kecerdasan Ekologis
Kecerdasan ekologis adalah kemampuan untuk beradaptasi terhadap ceruk ekologis
tempat kita berada. Kecerdasan berarti kapasitas untuk belajar dari pengalaman dan secara
efektif berhadapan dengan lingkungan; ekologis berarti pemahaman terhadap organisme dan
ekosistemnya. Jadi, kecerdasan ekologis adalah suatu pemahaman akan dampak ekologis.
Kesadaran ekologis menurut Frijot Capra dapat disebut juga sebagai Ecoliteracy
(Kurniasari dalam Supriatna: 2017, hlm. 313). Ecoliteracy atau sering disebut kecerdasan
ekologis merupakan kecerdasan yang didasari oleh aspek kognitif atau pemahaman mengenai
bagaimana alam menunjang kehidupan semua makhluk hidup. Ecoliteracy bersifat kompleks
yang didukung oleh kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan spiritual. Adanya
pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan hidup yang selaras dengan kelestarian alam juga
semakin mendukung keberhasilan ecoliteracy (Supriatna: 2017, hlm.24-26).
Kecerdasan ekologis yang dibangun dalam masyarakat, dapat dimulai dari pendidikan di
sekolah. Karena sekolah memiliki peran untuk meningkatkan kecerdasan ekologis ini. Lebih
lanjut lagi, kecerdasan ekologis yaitu suatu pemahaman akan dampak ekologis tersembunyi dan
pemecahan untuk memperbaiki hal tersebut. Kecerdasan ekologis dengan menyediakan data
mengenai dampak tersebut dapat menyediakan data tentang transparasi radikal sebagai kenyataan
yang harus dihadapi sehingga dapat diupayakan mengurangi kerusakan kelestarian lingkungan.
2.2.1 Pentingnya Kecerdasan Ekologis
Goleman dalam TJ. Doherty, 2009. Hal 100 menggabungkan Intelligence (kemampuan
untuk belajar dari pengalaman dan menangani secara efektif lingkungan kita) dengan ecology
(pemahaman tentang organisme dan ekosistemnya). Kecerdasan ekologis menurut KT.
Stevenson, 2014. Hal 164 menyebutkan merupakan jawaban dari tantangan lingkungan yang
kita hadapi saat ini hanya dapat diatasi oleh warga negara yang terpelajar dan sadar akan
lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Ecology Intelligence yang berwawasan
lingkungan hidup penting untuk diterapkan di dalam kurikulum secara maksimal karena erat
dengan pendayagunaan sumber daya alam sebagai suatu asset mewujudkan kesejahteraan
manusia (A Putra, et al 2017, hal 2).
Karena selama ini kita terlalu mengabaikan kondisi lingkungan kita dengan melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang berdampak sangat besar, yaitu: Aktivitas penambangan batu,
pasir di bantaran kali, pencemaran air, penggundulan lahan, penebangan hutan secara ilegal,
hilangnya keragaman hayati, membuang sampah tidak pada tempatnya, dll. Untuk itu pentingnya
menjaga lingkungan yang berkelanjutan sangat esensi untuk dilakukan Sesuai dengan aturan
yang diamanatkan oleh PBB dan Uni Eropa tahun 2007, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
alam dan lingkungan. Hampir seluruh negara didunia prioritaskan untuk bersungguh-sungguh
dalam menjaga lingkungan, salah satu bentuk kesungguhannya adalah konsep tentang
lingkungan dimuatkan dalam kurikulum pendidikan mereka (A Putra, 2017). Ara sederhana
dapat diambil ringkasan bahwa kecerdasan ekologi diperlukan sebagai jawaban untuk tantangan
lingkungan yang diatasi dengan cara mewujudkan warga Negara yang sadar akan lingkungan
sebagai upaya pendayagunaan sumber daya alam sehingga terdapat keberlanjutan dan untuk
kesejahteraan manusia.
2.2.2 Peran Kecerdasan Ekologis dalam Ekologi Pemerintahan dan Kehidupan Sehari-hari
1. Dalam pengambilan keputusan
Dari kutipan Indonesiakoran.com “Dari kesadaran ekologis sebagai narasi politik harus
melangkah pada aksi pelestarian sumber daya alam. Pilkada yang berlangsung lima tahun sekali
menjadi kesempatan yang tepat bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang memiliki kesadaran
ekologis. Calon pemimpin berwajah ekologis tidak hanya dilihat di panggung kampanye, tetapi
tapak tilasnya dikritisi. Mengkritisi komitmen politik yang tertera dalam visi dan misi untuk
menjaga kelestarian sumber daya alam. Oleh karena itu, penting bagi calon pemimpin untuk
merumuskan secara jelas dan tegas sikap-sikap politiknya tentang komitmen menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Kenyataan telah menunjukkan, banyaknya izin Usaha pertambangan (IUP)
tidak terlepas dari peran elit politik. Misalnya dari 101 wilayah yang melaksanakan pemilu
serentak tahun 2017 (15 Februari) tercatat ada sebanyak 2582 IUP yang tengah berjalan, dan IUP
meningkat usai pilkada, yang mana sebelum pilkada 2009-2013, tercatat ada lonjakan signifikan
terkait IUP saat sebelum dan setelah Pilkada, misalnya di Kabupaten Kutai Kartanegara pada
2009 tercatat 93 lUP, dan Pasca Pilkada 2010, tercatat ada 191 IUP baru yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.”
Kesimpulan dari kutipan diatas adalah Pemimpin berwawasan ekologis menjadi urgen
dalam pemerintahan sekarang ini. Mengingat banyaknya kepentingan-kepentingan politik,
apalagi biaya politik yang mahal, tidak serta merta alam dikuras untuk kepentingan pendanaan
yang pada akhirnya bukan untuk kesejahteraan melainkan hanya eksploitasi besar-besaran
selama periode jabatan masih ada.
Sehingga dalam ekologi pemerintahan, kecerdasan ekologis dapat menjadi faktor fisik
dan non-fisik ekologi pemerintahan, tergantung dari persepektifnya. Dalam faktor fisik,
mewujudkan lingkungan yang mendukung pemerintahan, dalam faktor non-fisik bisa ditarik dari
budaya, norma dan kebijakan yang mempengaruhi pemerintahan.
2. Menciptakan lingkungan yang bersih
Lingkungan yang bersih diciptakan melalui masyarakat yang sadar akan lingkungan
(kecerdasan ekologis). Dengan contoh sederhana berupa menanam pohon, membuang sampah
pada tempatnya, menjaga kebersihan Daerah Aliran Sungai. Ini dapat diwujudkan melalui
oendidikan Kecerdasan Ekologis sebagai komponen mata pelajaran atau mata kuliah, yang
didorong dengan peraturan yang tegas dan upaya penghargaan terhadap individu-individu
pahlawan lingkungan, perlombaan kebersihan antar kota, kabupaten sampai provinsi sehingga
menjadi budaya baik untuk kelangsungan kehidupan masa depan.
2.3. Penerapan dan Cara Membangun Kecerdasan Ekologis dalam Pemerintahan dan
Kehidupan Sehari-Hari
1. Melalui pendidikan di sekolah
Contoh penerapan di pendidikan adalah adanya mata kuliah Ekologi Pemerintahan yang
didalamnya ada sub pokok bahasan tentang kecerdasan ekologis sebagai kecerdasan yang
menggabungkan kecerdasan lainnya (kompleks). Di SMA, SD dan SMP juga dimasukkan materi
ini sebagai contoh:
- Dalam pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) disisipi materi kecerdasan ekologis
- Aplikasi pembuatan Kebun Bibit Sekolah (KBS)
- Program KMDM (Kecil Menanam Dewasa Memanen) oleh Departemen Kehutanan
- Pendidikan lingkungan hidup (Environmental Education) adalah suatu proses untuk
membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan secara
total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk
bekerja sama, baik secara individu maupun kolektif untuk dapat memecahkan berbagai
permasalahan lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru.
2. Membangun budaya cerdas ekologi
- Menerapkan “Go Green” dalam “Green Behavior” contohnya: Turunkan suhu AC anda,
gunakan lampu hemat energy, matikan lampu yang tidak terpakai, kurangi waktu dalam
membuka lemari es anda, segera cabut pengisian ulang baterai anda jika sudah penuh, bawa
kantong belanja sendiri bila belanja, tanam pohon di pekarangan rumah anda, gunakan kendaraan
ramah lingkungan, dsb.
- Menerapkan Empat Konsep Ekologi Industri yaitu: Optimasi penggunaan sumber daya
(resource), Siklus material yang tertutup dan minimalisasi emisi, Proses dematerialisasi,
Simbiosis industry.
3. Kebijakan yang mengutamakan kondisi kesehatan lingkungan
-Tidak membuka izin usaha pertambangan (IUP) tanpa memperhatikan kebutuhan dan ketahanan
alam, tidak hanya mementingkan pendapatan daerah tapi juga kelestarian lingkungan karena
masyarakat yang sejahtera tidak dilihat dari faktor ekonomi saja namun juga trayek positif ke
depannya dan kestabilan alam tempat hidup.
- Membangun Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan atau Environmental Industrial Zone.
- Menciptakan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan melalui perbaikan manajemen yang
berfokus pada limbah dan emisi.
- Kebijakan mengurangi kendaraan pribadi ke transportasi umum
- Sistem pengolahan limbah industry
- Sistem Water Treatment Plant (WTP)
4. Aturan yang tegas dan pencegahan yang tepat
- Aturan tegas mengenai pembuangan limbah dan penanganan emisi serta tanggung jawab sosial
perusahaan berupa reboisasi atau penanganan hasil buangan produksi yang ketat dengan
hukuman atau sanksi yang ketat.
- Aturan tegas tentang asap kendaraan bermotor yang dihasilkan.
- Aturan tentang hutan kota, hutan mangrove dan jenis pelestarian alam lainnya terutama di
wilayah perkotaan sehingga tercita kota yang ramah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan melalui kutipan dari ahli
berikut: Daryanto dan Suprihatin (2013:1) mengatakan bahwa untuk membangkitkan
kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, maka proses yang paling
penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah
terjadi dan perubahan sikap serta pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat
dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup (pikiran),
serta peningkatan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup (tangan).
Kecerdasan ekologis adalah gabungan dari kecerdasan intelegensi, emosional, sosial dan
spiritual. Kecerdasan ekologis diperlukan dalam pengambilan kebijakan sehingga didapatkan
kebijakan yang sustainable, yang memperhatikan kelestarian alam.
3.2 Saran
Kecerdasan ekologis perlu terus diajarkan agar sejak muda sudah terbentuk budaya
mencintai lingkungan sehingga diperoleh karakter penerus bangsa yang memperhatikan
keberlanjutan lingkungan. Dalam pemerintahan, tidak hanya pendapatan atau penghasilan
yang dicari tapi juga kesejahteraan juga keberlanjutan untuk generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm: 20-27.

Irwan, Zoer’’aini Djamal. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem    Komunitas
dan Lingkungan. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundaments of Ecology. W.B Saunders Company. Londons. 2004. Materi
Biologi Volume 10: EKOLOGI. Grolier. Singapore.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9794/5/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/36664954/
Meningkatkan_Kecerdasan_Ekologis_Siswa_dalam_Mengantisipasi_Dampak_Perubahan_Lingk
ungan_melalui_Pembelajaran_IPS
https://www.academia.edu/4950170/KECERDASAN_EKOLOGI_Oleh_Gufron_Amirullah
file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/ESAI%20SDG%20(Armansyah%20Putra).
%20baru.pdf
http://digilib.unila.ac.id/8206/14/BAB%20II.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_sosial
https://media.neliti.com/media/publications/234913-dinamika-kajian-ekologi-integratif-dalam-
3a869695.pdf
https://aniwidya.wordpress.com/2012/12/10/mengembangkan-kecerdasan-ekologis-dalam-ips/

https://media.neliti.com/media/publications/236331-pembelajaran-bahasa-berbasis-lingkungan-
565c0713.pdf

https://bangazul.com/kawasan-industri-berwawasan-lingkungan/

Anda mungkin juga menyukai