Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK 2

MAKALAH
PERKEMBANGAN KOGNITIF

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik


Dosen : Asri Musandi Waraulia, M.Pd.

Disusun Oleh :
Alvina Dwi Rahmaati (2102108017)
Dinni Wendari (2102108033)
Donna Khailila (2102108034)
Ima Rahmatullail (2102108036)
Kiranda Sukma Ardani (2102108009)
Pramita Putri Agustina (2102108032)
Rahma Siska Nanda P. S. (2102108037)
Riang Ganish Ayusopin (2102108018)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Perkembangan Kognitif”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Ibu Asri
Musandi Waraulia, M.Pd. selaku dosen Perkembangan Peserta Didik. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada dosen
kami yang telah memberikan petunjuk kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Madiun, 31 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN....................................................................................................................4

A. Latar belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

A. Pengertian Kognitif.....................................................................................................5
B. Teori Belajar Kognitif.................................................................................................6
C. Tahap-tahap perkembangan kognitif...........................................................................6
D. Level Kognitif...........................................................................................................11
E. Ranah dan Aspek Kognitif........................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peserta didik tidak pernah terlepas dari belajar, di sekolah maupun dirumah,
sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik didalam pendidikan.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik, ketahui bahwa peserta didik objek yang berkaitan dengan
proses pembelajaran, sehingga menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Kemampuan kognitif ini berasal dari akal, pikiran, bahasa, sosial dan emosional.
Dengan kemampuan kognitif daya pikir manusia akan dapat membedakan mana yang
benar mana yang salah, mana yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Manusia
adalah makhluk hidup yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan di setiap
waktunya , pengetahuan perkembangan sangat penting diketahui dan dipahami sebagai
pedoman dalam memahami pertumbuhan

Bagaimana harus bertindak dan sebagainnya yang intinya seseorang tersebut


dapat memecahkan masalah. Oleh karena kemampuan kognitif sangat penting bagi
kehidupan dan perlu dibekali dan dikembangkan. Perkembangan kognitif adalah
sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus
kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun. Hal ini sudah sesuai dengan
pendapat Gardner yang menyatakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah dan untuk menciptakan karya yang dihargai didalam suatu
kebudayaan atau lebih (Gardner, 2011: 74). Sedangkan menurut pendapat Santrok dan
Yussen (dalam Mulyani Sumantri), perkembangan merupakan pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlagsung terus selama
siklus kehidupan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kognitif?


2. Apa yang dimaksud teori perkembangan kognitif?
3. Apa saja tahap-tahap perkembangan kognitif?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari perkembangan kognitif


2. Untuk mengetahui teori perkembangan kognitif.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif.
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian Kognitif

Kognitif adalah proses mental yang terjadi mengenai sesuatu yang didapatkan


dari kegiatan berpikir tentang seseorang atau sesuatu.

Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi


pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar,
membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan
sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di
antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan.

Kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat


memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku tindakan mereka
terhadap sesuatu. mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat
mengubah perilaku mereka.

Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Menurut Williams dan Susanto, yaitu cara individu bertingkah laku, bertindak,
dan cepat lambatnya individu saat memecahkan masalah yang sedang
dihadapi.
2. Menurut Neisser, yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
3. Menurut Gagne, yaitu proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan saraf
ketika manusia sedang berpikir.
4. Menurut Drever, yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman,
yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.
5. Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.

Adanya fungsi kognitif ini membuat seseorang bisa dengan mudah bergaul satu
sama lain, beberapa fungsi kognitif di bagi menjadi berikut :

1. Perhatian
Perhatian merupakan penyeleksi rangsangan yang nantinya menjadi
fokus perhatian dan bisa diabaikan secara bersamaan. Rangsangan yang
dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun gambar.
2. Memori atau Daya Ingat
Memori atau daya ingat berkaitan dengan tingkat kefokusan
seseorang. Semakin fokus, semakin baik memori atau daya ingat. Hal ini
menunjukkan bagaimana suatu informasi akan ditransfer dan disimpan di
dalam otak.
3. Fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang mengarahkan manusia
untuk menjadi perencana dan melaksanakan sesuatu yang telah ia
rencanakan. Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana cara
menyelesaikan setiap permasalahan.
4. Kemampuan berbahasa
Kemampuan bahasa berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu
menyusun kata-kata saat berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang
memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda, bergantung dari fungsi
kognitifnya.
5. Merasakan dan mengenali
Kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang bisa merasakan dan
mengenali segala sesuatu di sekitarnya. Misalnya membedakan antara
jeruk dan lemon, semangka dan melon, dan seterusnya.

E. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar
daripada hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak
hanya cenderung pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga
bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya. 

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.

2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku
seorang individu.

3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.

4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.

5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

F. Tahap-tahap perkembangan kognitif.

1. Perkembangan Kognitif Anak-Remaja


Setiap anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal itu
karena perkembangan kognitifnya juga berbeda-beda. Namun demikian, ada
hal-hal umum yang bisa dijadikan acuan perkembangan kognitif pada anak.
Teori perkembangan kognitif yang paling banyak digunakan dan
diterima para ahli adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf.
Dengan semakin bertambahnya umur seseorang, susunan sel saraf semakin
kompleks dan semakin meningkat pula kemampuannya. 
Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah: 
a. Tahap Sensorimotor (0-24 bulan)
Pada tahap sensorimotor, kemampuan bayi terbatas pada gerak refleks
dan panca indera. Berbagai gerak refleks tersebut kemudian berkembang
menjadi kebiasaan-kebiasaan. Jika seorang anak telah mulai memiliki
kemampuan untuk merespon perkataan verbal orang dewasa, hal tersebut lebih
bersifat kebiasaan, belum memasuki tahapan berpikir.
Kemampuan yang dimiliki bayi pada periode ini antara lain :
 Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek
di sekitarnya.
 Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
 Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
 Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
 Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah
tempatnya.
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap pra-operasional, aktivitas kognitif anak dimulai dengan
memahami realitas dengan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini
bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:
1) Transductive reasoning, cara berpikir yang bukan induktif atau
deduktif tidak logis. Yaitu anak menghubungkan dua hal yang tidak
berhubungan tetapi seolah berhubungan. Misalnya anak menganggap
awan berwarna putih karena seseorang mengecatnya dengan warna
putih.
2) Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, anak mengenal hubungan
sebab akibat secara tidak logis. Misalnya, anak mengatakan, “Saya
belum tidur siang, jadi saat ini hari belum sore.” 
3) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti
dirinya. Misalnya bonekanya, mobil-mobilannya, sehingga dia
menganggap mereka bisa bicara dan berpikir sebagaimana dirinya.
4) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu
dibuat oleh manusia. Misalnya hujan adalah seseorang yang naik ke
langit dan menuangkan air.
5) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang
dilihat atau didengar. Misalnya anak menganggap gunung adalah benda
segitiga pipih seperti penggaris.
6) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk
menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya. Misalnya anak
menuangkan air dari satu wadah ke wadah yang lain untuk mengetahui
kapasitas wadah-wadah tersebut.
7) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri
yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya. Misalnya
ketika membandingkan dua box, anak akan menganggap box yang
lebih tinggi adalah box yang lebih besar, tanpa memperhatikan aspek
lebar dan panjang box tersebut.
8) Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut sudut
pandang dan kehendak dirinya. Misalnya, ketika bermain petak umpet,
seorang anak mengira kita tak bisa melihat dirinya ketika dia
menunduk di belakang sofa sehingga ia tidak dapat lagi melihat kita,
walaupun kita bisa melihat bagian atas kepala atau bagian tubuhnya
yang lain. Atau ketika anak menginginkan hujan, ketika hujan turun,
maka ia berpikir dirinya lah yang menyebabkan hujan turun.
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap operasional konkret, anak akan dapat berpikir secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-
benda ke dalam bentuk bentuk yang berbeda.
Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentering di usia tujuh
tahun. Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair.
Maksud ingatan yang dipertahankan di sini adalah gagasan bahwa satu
kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan
mempertahankan ingatan terhadap substansi. Jika anda mengambil tanah liat
yang berbentuk bola kemudian memencetnya jadi pipih atau dibagi menjadi
sepuluh bola yang lebih kecil, dia pasti tahu bahwa itu semua masih tanah liat
yang sama.
Di usia 9 atau 10 tahun, kemampuan terakhir dalam mempertahankan
ingatan mulai diasah, yakni ingatan tentang ruang. Jika anda meletakkan 4
buah benda persegi 1 x 1 cm di atas kertas seluas 10 cm persegi, anak yang
mampu mempertahankan ingatannya akan tahu bahwa ruang kertas yang
ditempati keempat benda kecil tadi sama, walau di manapun diletakkan.
Dalam tahap ini, seorang anak juga belajar melakukan pemilahan
(classification) dan pengurutan (seriation). 
d. Tahap Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada tahap operasional formal, anak telah mampu berpikir secara abstrak
dan mengembangkan hipotesis dengan logis. Anak mampu memecahkan
masalah dan membentuk argumen karena kompetensi operasionalnya
berkembang menjadi lebih kompleks.
Anak dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Ia dapat
memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan nilai. Anak juga bisa
melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi juga ada “gradasi abu-
abu” di antaranya. Kemampuan ini penting karena akan membantunya
melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia
nyata.Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang
kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain.

Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :


1) Bekerja secara efektif dan sistematis.
2) Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua
kemungkinan penyebabnya, anak dapat merumuskan beberapa
kemungkinan.
3) Berpikir secara proporsional.
4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Menurut Teori Piaget, tingkatan perkembangan intelektual manusia


turut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kedewasaan, penalaran moral,
pengalaman logika-matematika, transmisi sosial, dan pengaturan sendiri. 

2. Perkembangan Kognitif Orang Dewasa


K.Warner Schaie mengemukakan tahapan penggunaan intelektualitas
yang berkembang di dalam konteks sosial, seputar beberapa tujuan yang
muncul di berbagai tahap kehidupan. Tujuan ini dimulai dari perolehan
informasi dan keterampilan yang perlu diketahui ke integrasi praktis dari
pengetahuan dan keterampilan tersebut.
Tahap perkembangan kognitif pada orang dewasa menurut W. K.Schaie
tersebut yaitu:
 Tahap Perolehan (Acquisitive Stage)
 Tahap Pencapaian (Achieving Stage)
 Tahap Tanggung Jawab (Responsible Stage)
 Tahap Eksekutif (Executive Stage)
 Tahap Reorganisasional (Reorganizational Stage)
 Tahap Reintegrasi (Reintegrative Stage)
 Tahap Legasi (Legacy Creating Stage
Tahapan tersebut di jelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Perolehan (Acquisitive Stage)
Tahap ini adalah fase dimana anak dan remaja mempelajari suatu
informasi dan keterampilan namun sebagian besar melakukan dengan
sekedar mendapatkannya sebagai persiapan untuk keterlibatan di dalam
susunan masyarakat. Individu dewasa awal mendapatkannya melalui
jalur pendidikan yang juga menjadi bagian dari proses perkembangan
kognitif remaja. Tugas individu dalam fase ini adalah untuk
mendapatkan keahlian, pengetahuan dan intelektualitas.
b. Tahap Pencapaian (Achieving Stage)
Tahap perkembangan kognitif pada orang dewasa muda yang
berarti mereka menggunakan pengetahuan untuk mendapatkan keahlian
dan kemandirian sebagai tujuan pribadinya. Ini adalah masa pencapaian
prestasi individu, dimana mulai memiliki kemampuan untuk
mempraktekkan semua potensi intelektual, bakat dan minat, pengetahuan
dan juga keterampilan yang dimiliki dan diperoleh pada tahap
sebelumnya di dunia karir, membangun keluarga.
c. Tahap Tanggung Jawab (Responsible Stage)
Merupakan tahap yang terjadi pada dewasa awal dan dewasa paruh
baya ketika mulai memikirkan tujuan jangka panjang dan masalah –
masalah lain yang berhubungan dengan tanggung jawab mereka terhadap
orang lain. Tanggung jawab tersebut dilakukan secara etika, moral,
pekerjaan, sosial dan masyarakat dan keluarga. Penerapan psikologi
kognitif dalam tingkah laku dan karakteristik perkembangan individu
aspek kognitif serta perkembangan emosi usia dewasa juga perlu Anda
ketahui.
d. Tahap Eksekutif (Executive Stage)
Tahap ini adalah masa dimana dewasa paruh baya atau dewasa
tengah mulai menghadapi banyak tingkat hubungan yang kompleks dan
mulai bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya. Biasanya
individu tersebut telah mencapai puncak karirnya sehingga memiliki
pekerjaan yang mapan, termasuk peran dan tanggung jawab yang lebih
besar daripada sebelumnya dalam organisasi yang telah dirintis sejak
masa dewasa muda.
e. Tahap Reorganisasional (Reorganizational Stage)
Tahap dalam perkembangan kognitif pada orang dewasa ini awalnya
tidak ada dalam fase Schaie sebelumnya. Akan tetapi ketika manusia
berumur panjang menuntut adanya klasifikasi yang membagi masa
dewasa akhir menjagi tiga bagian, maka tahap ini diusulkan. Ketika
dewasa akhir memasuki masa pensiun dari pekerjaannya dan mulai
mengatur kembali hidup mereka di sekitar aktivitas yang tidak berkaitan
atau berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya, mengatur surat wasiat,
merubah pengarahan medis, mengatur keuangan untuk melindungi aset –
asetnya dan lain sebagainya.
f. Tahap Reintegrasi (Reintegrative Stage)
Ini adalah tahap dimana seseorang mencapai usia 70 tahun. Pada
usia ini, ada sedikit kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan atau
penggunaan aktif dari pengetahuan yang didapatkan di tahap – tahap
sebelumnya. Merupakan tahap dimana individu lanjut usia mulai
mempersiapkan kematian, melepaskan diri dari duniawi dan
merenungkan pencapaian mereka, mengolah dan memproses semua
pengalaman yang didapatkan selama hidup. Merefleksikan keberhasilan
maupun kegagalan dalam perjalanan hidupnya untuk mencari makna dan
arti dari kehidupannya sendiri. Mereka tidak suka untuk membuang
waktu dalam masalah yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
g. Tahap Legasi (Legacy Creating Stage)
Ketika tahap reintegrasi sedang berjalan atau mendekati utuh, orang
lanjut usia kemungkinan akan membuat instruksi untuk orang – orang
yang akan ditinggalkannya mengenai kepemilikan barang – barang, aset,
dan sejarah hidupnya, atau hingga menuliskan cerita hidupnya sebagai
warisan bagi orang tercintanya.

G. Level Kognitif

Level kognitif ini dibagi menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut.

1. Level 1
Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya
menuntut pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada
taksonomi Bloom, soal level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2
(memahami).
2. Level 2
Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1
karena menuntut peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada
taksonomi Bloom, soal level 2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).
3. Level 3
Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level
sebelumnya karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis,
dan mengevaluasi. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup
soal C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

H. Ranah dan Aspek Kognitif

Pembelajaran di ranah kognitif mengacu pada tingkat kecerdasan seseorang,


misalnya pengetahuan dan keterampilan berpikir. Untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang di lingkungan sekolah, biasanya diadakan ujian.

Di pembahasan level kognitif, Quipper Blog sudah membahas tentang taksonomi


Bloom. Taksonomi Bloom merupakan pengelompokan suatu soal berdasarkan aspek
kognitifnya. Nah, menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah kognitif memiliki enam
aspek sebagai berikut.

1. Pengetahuan (C1)
2. Pemahaman (C2)
3. Aplikasi (C3)
4. Analisis (C4)
5. Evaluasi (C5)
6. Mencipta (C6)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kognitif adalah proses mental yang terjadi mengenai sesuatu yang didapatkan dari
kegiatan berpikir tentang seseorang atau sesuatu.   Kepercayaan atau pengetahuan seseorang
tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi
perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu. mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu
dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar daripada
hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya cenderung
pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang
dalam mencapai tujuan belajarnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan
semakin bertambahnya umur seseorang, susunan sel saraf semakin kompleks dan semakin
meningkat pula kemampuannya.

Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah:

 Tahap Sensorimotor
 Tahap Praoperasional
 Tahap Operasional Konkret
 Tahap Operasional Formal

A. Tahap Sensorimotor (0-24 bulan


Pada tahap sensorimotor, kemampuan bayi terbatas pada gerak refleks dan
panca indera. Berbagai gerak refleks tersebut kemudian berkembang menjadi
kebiasaan-kebiasaan. Jika seorang anak telah mulai memiliki kemampuan untuk
merespon perkataan verbal orang dewasa, hal tersebut lebih bersifat kebiasaan, belum
memasuki tahapan berpikir.
B. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap pra-operasional, aktivitas kognitif anak dimulai dengan memahami
realitas dengan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak
sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
C. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentering di usia tujuh tahun.
Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk mempertahankan ingatan
tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair.Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak
akan mengembangkan kemampuan mempertahankan ingatan terhadap substansi.Di
usia 9 atau 10 tahun, kemampuan terakhir dalam mempertahankan ingatan mulai
diasah, yakni ingatan tentang ruang.
D. Tahap Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada tahap operasional formal, anak telah mampu berpikir secara abstrak dan
mengembangkan hipotesis dengan logis. Anak mampu memecahkan masalah dan
membentuk argumen karena kompetensi operasionalnya berkembang menjadi lebih
kompleks. Sedewasa atau dunia nyata.

Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang
mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain.

E. Perkembangan Kognitif Orang Dewasa


Tahap perkembangan kognitif pada orang dewasa menurut W. K.Schaie
tersebut yaitu:
1. Tahap Perolehan (Acquisitive Stage)
Tahap ini adalah fase dimana anak dan remaja mempelajari suatu
informasi dan keterampilan .
2. Tahap Pencapaian (Achieving Stage)
Tahap perkembangan kognitif pada orang dewasa muda  yang berarti
mereka menggunakan pengetahuan untuk mendapatkan keahlian dan
kemandirian sebagai tujuan pribadinya.
3. Tahap Tanggung Jawab (Responsible Stage)
Merupakan tahap yang terjadi pada dewasa awal dan dewasa paruh
baya ketika mulai memikirkan tujuan jangka panjang dan masalah – masalah
lain yang berhubungan dengan tanggung jawab mereka terhadap orang lain.
4. Tahap Eksekutif (Executive Stage)
Tahap ini adalah masa dimana dewasa paruh baya atau dewasa tengah
mulai menghadapi banyak tingkat hubungan yang kompleks dan mulai
bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya.
5. Tahap Reintegrasi (Reintegrative Stage)
Merupakan tahap dimana individu lanjut usia mulai mempersiapkan
kematian, melepaskan diri dari duniawi dan merenungkan pencapaian mereka,
mengolah dan memproses semua pengalaman yang didapatkan selama hidup.
6. Tahap Legasi (Legacy Creating Stage)
Ketika tahap reintegrasi sedang berjalan atau mendekati utuh, orang
lanjut usia kemungkinan akan membuat instruksi untuk orang – orang yang
akan ditinggalkannya mengenai kepemilikan barang – barang, aset, dan
sejarah hidupnya, atau hingga menuliskan cerita hidupnya sebagai warisan
bagi orang tercintanya.

Pembelajaran di ranah kognitif mengacu pada tingkat kecerdasan seseorang, misalnya


pengetahuan dan keterampilan berpikir. Untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang di
lingkungan sekolah, biasanya diadakan ujian. 
Di pembahasan level kognitif, Quipper Blog sudah membahas tentang taksonomi
Bloom. Taksonomi Bloom merupakan pengelompokan suatu soal berdasarkan aspek
kognitifnya. Nah, menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah kognitif memiliki enam aspek
sebagai berikut : Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Aplikasi (C3), Analisis (C4), Evaluasi
(C5), Mencipta (C6)

DAFTAR PUSTAKA
Bujuri, Dian Andesta.”Analisis perkembangan kognitif anak usia dasar dan
implikasinya dalam kegiatan belajar mengajar “. LITERASI (Jurnal Ilmu
Pendidikan ) 9.1(2018): 37-50.

Mu’min, Siti Aisyah . “ Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget .” Al-TA’DIB:Jurnal


Ilmu Kependidikan 6.1(2013) : 89-99.

Anda mungkin juga menyukai