Anda di halaman 1dari 20

PROSES PERKEMBANGAN KOGNISI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Ilmu Perkembangan Gerak

Dosen Pengampu :Dzikra Nurseptiani, S.Ftr., M.Fis

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Izzah Hilmia Putri (202102050001)
2. Raihan Gusni Ramadhani (202102050012)
3. Carmenita Ananda (202102050025)
4. Maftukhatul Khoiroh (202102050028)
5. Kurnia La’aly Shafa D. (202102050032)

PRODI SARJANA FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALON

2021-2022
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini yang berjudul “Perkembangan Kognisi” telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disusun oleh:

1. Izzah Hilmia Putri (202102050001)


2. Raihan Gusni Ramadhani (202102050012)
3. Carmenita Ananda (202102050025)
4. Maftukhatul Khoiroh (202102050028)
5. Kurnia La’aly Shafa D. (202102050032)

Menyetujui,

Dzikra Nurseptiani, S.Ftr., M.Fis


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-Nya, Penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Kognisi” dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Perkembangan Gerak. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang perkembangan kognisi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dzikra Nurseptiani, S.Ftr., M.Fis


selaku dosen Mata Kuliah Ilmu Perkembangan Gerak. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 04 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

Latar Belakang.............................................................................................................................1

Tujuan..........................................................................................................................................2

Manfaat........................................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3

Konsep Perkembangan Kognitif..................................................................................................3

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif.........................................................................................5

Faktor-Faktor Perkembangan Kognitif........................................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10

Simpulan....................................................................................................................................10

Saran...........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan disetiap waktunya, mulai dari masa prenatal hingga akhir
hayatnya .Pertumbuhan dan perkembangan manusia mencakup berbagai aspek yang
dalam hal ini menjadi dua aspek yaitu aspek fisik dan non-fisik. Perkembangan pada
aspek fisik manusia terdiri dari perkembangan tinggi badan, berat badan, motorik (otot
dan syaraf) dan perkembangan otak, sedangkan perkembangan non-fisik manusia terdiri
dari perkembangan kognitif, sosio-emosional, dan perkembangan bahasa. Perkembangan
memiliki perbedaan disetiap individunya.Perkembangan salah satu individu bisa saja
lebih cepat dan lebih baik dari pada perkembangan individu lainnya. Perbedaan-
perbedaan tersebut terjadi karena adanya factor usia, factor genetika, factor makanan dan
factor lingkungan.
Perkembangan merupakan proses perubahan psikis yang dialami oleh setiap
manusia yang nantinya mengalami peningkatan atau progress kematangan dalam
hidupnya. Pengetahuan tentang perkembangan manusia sangat penting diketahui dan
dipahami sebagai pedoman dalam memahami kebutuhan dan karakter
seseorang.Berkembangnya suatu pikiran seorang disebut sebagai perkembangan kognitif.
Kognitif bisa dikatakan suatu bagian psikologis yang diantaranya berupa perilaku
mental urusannya dalam kemampuan mempertimbangkan, menyelesaikan masalah,
memahami, mengolah informasi, kemantapan, serta kesengajaan sehingga kognitif bisa
diartikan suatu psikologis individu yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki.Apa
saja yang menjadi bahan pemikiran individu merupakan isi dari otaknya yang memiliki
tanggung jawab dalam berbahasa, membentuk mental, memahami, memecahkan masalah,
sudut pandang, menilai, memahami sebab akibat, dan juga ingatan. Perkembangan
kognitif dialami oleh setiap individu dari mereka lahir, bayi, anak-anak, remaja hingga
dewasa dan akan terus berkembang.
Belajar kognitif berjalan berdasarkan struktur mental seseorang yang
mengorganisasikan hasil dari yang mengamatinya.Mental seseorang itu meningkat
berdasarkan tingkat perkembangan kognisi yang dialami individu itu. Jika perkembangan
kognisi individu meningkat secara unggul, maka ia akan mampu dan terampil dalam
mengolah segala pengetahuan yang diterima dari sekitarnya sehingga mampu
menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan sehari-hari.

2. Tujuan
1. Memaparkan dan menjelaskan konsep perkembangan kognisi.
2. Mengetahui proses perkembangan kognisi.
3. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognisi.

3. Manfaat
1. Memperdalam ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang proses
perkembangan kognisi.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses perkembangan
kognisi sehingga mampu memahami kebutuhan dan karakter individu sesuai
tahap usianya secara fungsional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perkembangan Kognitif


1. Asal Usul Kognisi
Istilah kognitif berasal dari kata “cognition” yang padananya knowing yang
berarti mengetahui sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa kognitif merupakan suatu
proses pengenalan terhadap segala sesuatu yang berasal dari lingkungan individu dan
menjadikannya bagian tak terpisahkan dari keseluruhan perilaku individu dalam
proses kehidupannya. Kemampuan kognitif yang diwujudkan dengan perilaku
kognitif. Perilaku kognitif tertuang dalam proses bagaimana individu mengenal
lingkungannya lalu menjadikannya sebagai perbendaharaan psikis yang diperlukan
dalam mengkondisikan hidup yang bermakna dan efektif
2. Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam
rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan
masalah dan mengetahui sesuatu.perkembangan kognitif adalah tahap demi tahap
perubahan kemampuan kognisi yang meliputi pikiran, daya ingat, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah dan merencanakan masa depan.
3. A. Contoh Perkembangan Kognitif Pada Bayi
1. Usia 0 – 3 bulan
a. Melihat objek lebih jelas pada jarak 30 cm
b. Memulai fokus pada objek yang bergerak
c. Mengenali rasa manis, asin, pahit, dan asam
d. Mendeteksi perbedaan nada dan volume bicara
e. Melihat semua warna dalam spektrum visual manusia
2. Usia 3 – 6 bulan
a. Mengenali wajah anggota keluarga
b. Menanggapi ekpresi wajah orang lain
c. Mengenali dan menanggapi suara – suara di sekitarnya
d. Memulai meniru ekpresi wajah orang lain
3. Usia 6 – 9 bulan
a. Memahami perbedaan antara mahkluk hidup dan mati
b. Mengenali perbedaan bayangan dengan jumlah benda yang berbeda
c. Mulailah penasaran dengan ‘hal – hal yang mustahil,’ seperti bagaimana
sebuah benda bisa menggantung di udara
4. Usia 9 – 12 bulan
a. Meniru gerakan dan beberapa tindakan, seperti tepuk tangan
b. Menanggapi sesuatu dengan gerakan dan suara
c. Suka melihat buku bergambar
d. Memulai mencoba menempatkan satu benda ke benda lain, seperti
memasukkan mainan ke dalam keranjang
B. Contoh Perkembangan Kognitif Pada Anak - Anak
1. Usia 1 – 2 tahun
a. Memahami dan menanggapi kata – kata
b. Mengingat ciri – ciri suatu benda dan mengidentifikasi persamannya
dengan benda lain yang sejenis
c. Meniru tindakan dan kata – kata orang dewasa
d. Mempelajari tentang lingkungan dengan menjelajahinya
2. Usia 2 – 3 tahun
a. Meniru tindakan orang dewasa yang lebih rumit, seperti bermain dari
rumah ke rumah, berpura pura mencuci, atau memasak
b. Menanggapi peintah sederhana dari orang tua
c. Mencocokkan benda dengan kegunanaanya, seperti sendok untuk makan
dan gelas untu minum
3. Usia 3 – 4 tahun
a. Memulai aktif mencari jawaban atas pertanyaan
b. Belajar dengan mengamati dan mendengarkan instruksi
c. Dapat menyusun benda berdasarkan ukuran dan bentuknya
d. Memahami cara mengelompokkan dan mencocokkan objek menurut
warnanya
4. Usia 4 – 5 tahun
a. Identifikasi warna lebih kompleks, seperti biru donker dan pink
b. Menggambar bentuk orang
c. Gambarlah hal – hal yang sering mereka sebutkan dan jelaskan

4. Contoh kasus pada kerusakan kognisi ialah down sindrom. Down sindrom
termasuk dalam kondisi cacat bawaan atau sejak lahir. Jadi pada anak down sindrom,
ia mengalami kelainan bentuk fisik dan keterbelakangan mental akibat mutasi gen
yaitu adanya penambahan bagian kromosom pada susunan kromosom ke-21, terjadi
ketika di dalam kandungan. Kondisi cacat lahir yang satu ini mengakibatkan bayi
mengalami keterlambatan pada pertumbuhan dan perkembangan.

Berikut beberapa permasalahan dalam perkembangan kognitif :

1. Komunikasi

Perkembangan bahasa dan bicara anak down sindrom biasanya mengalami lebih
lambat dan berbicara cenderung lebih sedikit . Anak dengan down sindrom lebih
lambat mengucapkan kata pertama mereka, kosakata mereka juga bertambah lambat
walaupun mereka menggunakan 2 frase sebagaimana dilakukan oleh anak normal.
Namun mereka kesulitan dalam menguasai keterampilan berbicara dengan tata
bahasa yang baik. Contohnya pada anak normal ia akan berbicara "saya pergi
berenang bersama ayah tadi pagi" sedangkan pada anak dengan down sindrom justru
ia akan mengatakan "pergi berenang ayah".

2. Konsentrasi

Anak dengan down sindrom ketika berkonsentrasi cenderung lebih singkat karena
ia mempunyai kesulitan memproses informasi yang diterima. Proses ini memakan
waktu yang lama. Semakin kompleks informasi yang ia terima, maka semakin lama
pula waktu yang dibutuhkan anak untuk mengolah informasi tersebut.

3. Daya ingat
Anak dengan down sindrom mengalami kesulitan untuk mengingat. Daya ingat
berhubungan erat dengan fungsi otak dalam menyimpan dan memproses memori
yang penting untuk kehidupan sehari, contohnya mengolah kata. Kesulitan
mengingat inilah yang membuat anak jadi sulit menerima dan menyampaikan
informasi. Akibatnya, ia pun kesulitan berkomunikasi dan bersosialisasi.

4. Perkembangan motorik
Pada anak dengan down sindrom, pola perkembangan
motorik kasar maupun halus mengikuti pola yang sama denganperkembangan anak
normal, namun tonggak perkembangannya dicapai pada waktu yang lebih lambat.

5. Cenderung berperilaku agresif

Anak dengan down sindrom mengalami tantrum yang dinamakan sebagi


sensory meltdown. Sensory meltdown adalah kondisi di mana anak mengamuk
karena terlalu banyak rangsangan sensorik yang masuk ke dalam indera anak
sehingga membuat anak kebingungan dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Hal
ini disebabkan karena mereka sulit untuk mengekspresikan emosi dengan baik.
Mudahnya ketika mengalami meltdown, anak sedang merasa kewalahan dengan
perasaan atau emosi yang dirasakan. Ketika anak merasa kewalahan dengan
perasaanya, anak akan mulai berperilaku agresif untuk melampiaskan emosi mereka
seperti menangis, memukul-mukul, menendang, menggaruk-garuk kulitnya, hingga
melempar benda di sekitarnya.

5. Proses Pengenalan Lingkungan :

1) Mengindera, yaitu proses mengenal lingkungan dengan menggunakan alat indera


yakni mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, lidah untuk mengecap,
hidung untuk membau dan kulit untuk meraba.
2) Mengamati, yaitu proses mengenal lingkungan dengan memberikan makna
terhadap rangsangan yang diterima oleh alat indera berdasarkan konsep yang ada
dalam kesadaran.
3) Mengingat atau memori, adalah proses mengenal lingkungan dengan bentuk
pengungkapan informasi yang telah tersimpan dalam kawasan memori baik dalam
kurun waktu yang panjang maupun pendek.
4) Imajinasi atau fantasi, yakni proses mengenal lingkungan dengan cara membuat
konstruksi berdasarkan gambaran yang diperkirakan atau fantasi
5) Berpikir, adalah proses mengenal lingkungan dengan daya nalar secara abstrak
dan kompleks dengan memanipulasi konsep-konsep yang telah dikuasai.
1. Sistematika Perkembangan Kognitif
1) Skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran dan strategi
pemecahan masalah yang memberikan kerangka pemikiran dalam menghadapi
segala jenis tantangan dan berbagai jenis situasi. Dalam diri bayi misalnya, ada
beberapa pola tingkah laku reflek yang terorganisasi sehubungan “pengetahuan”
tentang lingkungan. Gerak bayi ketika menghisap salah satunya, yang merupakan
gerakan otot pada pipi dan bibir. Tidak peduli apa yang masuk, entah itu dot, jari,
kain dan lain sebagainya. pola gerakan yang diperoleh sejak lahir inilah yang
dimaksud dengan skema.
2) Organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan
pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru
berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia
berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam)
dengan menggenggam objekobjek yang dilihat.
3) Adaptasi adalah cara anak untuk meyesuaikan skema sebagai tanggapan atas
lingkungan. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Langkah adaptasi yang pertama yaitu Asimilasi. Ialah memahami
pengalaman baru berdasarkan skema yang sudah ada. Seorang individu dikatakan
melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut
menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka
yang telah ada. Contoh nya ketika anda memberi kepada bayi sebuah objek kecil
yang tidak pernah dia lihat sebelumnya tetapi menyerupai objek yang sudah tidak
asing lagi, dia mungkin akan memegangnya, menggigitnya, dan membantingnya.
Dengan kata lain dia menggunakan skema yang ada untuk memelajari benda yang
belum dikenal ini. Langkah adaptasi yang kedua adalah akomodasi . Akomodasi
adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui , atau menggabungkan
istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Yang intinya mengubah struktur
kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus
eksternal. Misalnya bayi yang menghisap ibu jarinya. Ini berati bayi mengubah
putting susu menjadi ibu jari.
4) Ekuilibrasi adalah kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu
mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol,
kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas).
Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut
dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya,
maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama

B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif


1. Tahap sensori (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri
anak.Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang
karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam
usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah
‘menangis’. Menyampaikan cerita atau berita pada anak usia ini tidak dapat hanya
sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga , melainkan harus dengan
sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu). Tahap ini
pemikiran anak mulai melibatkan penglihatan, pendengaran, pergeseran dan
persentuhan serta selera.Artinya anak memiliki kemampuan untuk menangkap segala
sesuatu melalui inderanya.

2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun)


Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-
gambar.kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi inderawi dan tindakan fisik.
Selain hal itu pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’ sehingga terkesan pelit karena ia
tidak bisa melihat dari sudut pandang orang. Anak mengerti hal-hal yang
sistematistetapi belum bisa menjelaskan secara logis..Misalnya anak usia 6 atau 7
tahun dapat memahami gelas bisa pecah apabila dibenturkan dengan lantai, anak
belum bisa menjawab penyebab pecahnya gelas tersebut secara ilmiah. Anak tersebut
juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya.
Cara berpikir anak pada tahap ini ditandai dengan ciri-ciri :
1) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya
2) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu
mempunyai jiwa seperti manusia
3) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau
di dengar
4) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan
jawaban dari persoalan yang dihadapinya
5) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling
menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya

3. Tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun)


Pada tahap ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain
dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Kemampuan berfikir pada
tahap ini berada pada level berfikir konkret (nyata) bukan bersifat khayalan atau
sesuatu yang abstrak . Anak hanya dapat memecahkan suatu masalah ketika objek
dari masalah tersebut bersifat empirik (nyata) atau ditangkap oleh paca indra mereka,
bukan yang bersifat khayal. Misalnya, pada anak kelas satu, ketika diberi pernyataan
ada tiga gelas berwarna merah, hitam dan putih. Kemudian ditanyakan, gelas
berwarna apa yang akan terlihat lebih terang dan jelas. Pada kondisi ini, anak akan
mengalami kesulitan dalam menjawab, kemampuan kognitif anak memiliki
keterbatasan untuk bernalar, sehingga kemungkinan jawaban anak akan bervariasi
karena tidak berdasarkan penalaran ilmiah dan objektif. Pertanyaan tersebut akan
terjawab dengan baik ketika ketiga gelas berwarna tersebut dihadirkan dihadapan si
anak
Proses-proses penting selama tahapan ini :
1) Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk atau ciri
lainnya.Contohnya anak diberi 10 jenis pensil yang berukuran panjang yang
berbeda dan diletakan secara acak di atas meja, anak-anak sudah bisa
mengurutkan pensil tersebut dari ukuran terpendek hingga yang paling
panjang.
2) Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain. Contohnya :
seorang anak ditunjukan tiga buah bola yang berwarna merah, kuning dan
hijau. Merah berukuran lebih besar, kuning berukuran sedikit lebih kecil dari
merah dan hijau berukuran lebih kecil dari kuning. Tanpa melakukan
perbandingan, ia akan dapat menyimpulkan bahwa bola warna merah
memiliki ukuran yang paling besar.
3) Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan
untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap
cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang
tinggi.
4) Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu anak dapat dengan cepat
menetukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
5) Konservasi
Pemahaman bahwa suatu ukuran benda (panjang, berat, volume dan
massa) tidak akan berubah kendati bentuknya mengalami perubahan. Sebagai
contoh seorang anak dihadapkan dengan dua gumpalan tanah liat dengan
ukuran tanah yang sama tetapi dibuat kedalam bentuk yang berbeda, yang satu
berbentuk panjang dan yang satu lagi berbentuk bulat. Kemudian, anak diberi
pertanyaan apakah gumpalan tanah yang berbentuk panjang lebih banyak
dibandingkan dengan yang berbentuk bulat. Anak pada usia 7 atau 8 tahun,
sebagian besar menjawab bahwa ukuran tanah tetap sama.

4. Tahap operasional formal (usia 11 tahun keatas)


Pada tahap ini anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin
terjadi (hipotesis) dan sesuatu bersifat abstrak. Misalnya anak diberi pertanyaan
seperti : Jika Joe lebih pendek dari pada bob, dan Joe lebih tinggi dari pada Alex,
siapakah yang paling tinggi dari mereka? Maka anak akan dapat menjawabnya
dengan baik tanpa harus menghadirkan orang-orang tersebut dihadapannya. Pada
fase ini juga, anak sudah memiliki kemampuan untuk membuat pertimbangan
pertimbangan terhadap suatu kondisi dan menentukan pilihan yang terbaik dengan
dasar ilmiah. Anak sudah dapat membuat suatu inovasi atau menciptakan sesuatu
yang baru berdasarkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Anak dapat membuat
teks puisi, pidato, membuat karangan cerita, dan menciptakan suatu karya seni. Pada
konteks kemampuan matematika, anak sudah bisa membuat peta pemikiran dan
mencari cara-cara tersendiri dalam mengerjakan soal. Anak mampu berfikir secara
kritis, ketika dihadapkan dengan masalah, anak akan memahami sebab-akibat terlebih
dahulu, baru kemudian menyusun langkah untuk menyelesaikannya. Anak melihat
suatu objek tidak hanya satu dimensi tetapi dengan berbagai dimensi. Misalnya,
ketika belajar tentang listrik anak tidak hanya mengetahui bahwa listrik bisa
menghidupkan bola lampu saja, melainkan anak mampu berfkir terkait sumber listrik,
proses terjadinya perubahan energi listrik, manfaat energi listrik dan bahkan dapat
membuat suatu rangkaian listrik

C. Faktor-Faktor Perkembangan Kognitif


1. Faktor hereditas
Factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif secara hereditas atau
keturunan ini dipengaruhi oleh gen dan struktur kromosom yang diwariskan kepada
anak dari kedua orang tuanya. Menyesuaikan dengan apa yang disampaikan dalam
teori nativisme, bahwa setiap bayi lahir ke dunia masing-masing membawa potensi
bawaan yang didapatkan secara genitas. Sehingga baik dan buruk seorang anak
merupakan sifat diturunkan dari orang tuanya. Dengan kata lain , menurut teori ini
intelegensia seorang anak sudah ditentukan sejak lahir bahkan bisa jadi sejak dalam
kandungan ibunya.
2. Faktor lingkungan
Factor lingkungan sebagai salah satu bagian yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif anak berkaitan dengan teori tabularasa yang dipopulerkan
oleh John Locke.Teori ini mengatakan bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia
berada dalam keadaan yang suci bagaikan kertas putih.Yang dapat “mengisi” atau
“mewarnai” kertas putih tersebut adalah lingkungannya. Sehingga taraf intelegensia
anak, jika mengacu pada teori ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan,
sosial-budaya, pola asuh orang tua serta .pengalaman yang ia peroleh dari sekitarnya
3. Faktor kematangan
Dalam teori kognitif Piaget, factor kematangan berkaitan erat dengan
perkembangan fisik anak. Perkembangan fisik berkenaan dengan perkembangan
organ-organ yang digunakan sebagai alat untuk berfikir seperti kematangan susunan
syaraf pada otak. Kematangan secara fisik ini mempengaruhi secara keseluruhan
garis besar perkembangan kognitif anak.
4. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
5. Faktor minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan dan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat
kecerdasannya. Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan
cepat mempelajarinya.
6. Faktor kebebasan
Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia
dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih
masalah sesuai kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kognitif berasal dari kata “cognition” atau knowing yang berarti mengetahui sesuatu.
Secara istilah yaitu suatu proses pengenalan terhadap segala sesuatu yang berasal dari
lingkungan individu dan menjadikannya bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
perilaku individu dalam proses kehidupannya.
2. Perkembangan kognitif merupakan tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam
rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan
masalah dan mengetahui sesuatu.
3. Lalu karena kognisi yang berarti mengetahui segala sesuatu yang berasal dari
lingkungan, maka ada proses pengenalan lingkungan yaitu mengindera, mengamati,
mengingat atau memori, berimajinasi atau fantasi dan berfikir.
4. Sistematika perkembangan kognitif meliputi skema, organisasi, adaptasi yang terdiri
dari 2 macam yaitu akomodasi dan asimilasi, yang terakhir adalah ekuilibrasi.
5. Kemudian terdapat tahapan proses perkembangan kognitif, yang pertama tahap
sensor-motor (0-2 tahun) dimana manusia berinteraksi dan mengenal lingkungan
dengan menggunakan panca indra. Yang kedua tahap pra operasional (2-7 tahun),
anak mulai mengenali lingkungannya tidak hanya mengandalkan panca inderanya
saja, tetapi juga mulai menggunakan bahasa dan symbol-simbol untuk melakukan
kontak dengan lingkungan sekitar. Yang ketiga tahap operasional konkret (7-11
tahun) anak mulai mampu mengurutkan, mengklasifikasi, mempertimbangkan
sesuatu sebagai solusi pemecahan masalah, menerjemahkan konsep yang diketahui ke
dalam kehidupan nyata dan mengenal hubungan timbal balik. Yang keempat tahap
operasional formal (11 tahun ke atas), anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang
akan atau mungkin terjadi (hipotesis) , sesuatu bersifat abstrak, membuat
pertimbangan pertimbangan terhadap suatu kondisi dan menentukan pilihan yang
terbaik dengan dasar ilmiah.
6. Factor-faktor perkembangan kognitif antara lain didasari oleh factor hereditas, factor
lingkungan, factor kematangan, factor pembentukan, factor minat bakat dan factor
kebebasan.

B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami mengenai konsep perkembangan
kognitif, tahapan perkembangan kognitif dan factor-faktor perkembangan kognitif.
2. Diharapkan kepada masyarakat dari semua lapisan sosial dan terlebih lagi keluarga
untuk memahami mengenai proses perkembangan kognitif sehingga dapat menambah
wawasan tentang proses edukasi pada anak dimulai dari 0 bulan hingga fase remaja,
harapannya agar dapat tumbuh dan kembang optimal sesuai tahapan usia normalnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Heleni Fitri dan Al Khudri Sembiring. 2018. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6
Tahun di Tinjau dari Tingkat Pendidikan Ibu di Paud Kasih Ibu Kecamatan Rumbai.
PAUD Lectura : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1, No 2, April 2018.
2. Dian Andesta B. 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI, Vol. IX, No. 1 2018.
3. Leny M. 2020. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Problematikanya pada
Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman, Vol. 13, No. 1,
April 2020. Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M IAIN Jember.
4. Nuryati dan Darsinah. 2021. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Papeda, Vol. 3, No. 2, Juli
2021
5. Irwanto, dkk. 2019. A-Z Sindrom Down. Surabaya : Airlangga University Press.
6. Marta, R. 2017. Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada
Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1, Pages 32-
41.
7. Alodokter. 2021. Begini Tahapan Perkembangan Kognitif Anak. Dikutip pada
tanggal 6 Maret 2021 dari https://www.alodokter.com/perkembangan-kognitif-pada-
anak-1-6-tahun
8. Setiaputri, Ariani K. 2021. Ciri-Ciri Down Syndrome pada Bayi dan Anak yang Perlu
Diwaspadai. https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/
ciri-ciri-gejala-down-syndrome/
9. Puji, A. 2021. 5 Tips Mengasah Kemampuan Mengingat Anak dengan Down
Syndrome. Dikutip pada tanggal 6 Maret 2021 dari
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/kemampuan-
mengingat-anak-down-syndrome/
10. Garnistia, E. 2021. Mengenal Tantrum Anak Down Syndrome dan Cara
Mengatasinya. Dikutip pada tanggal 6 Maret 2021 dari
https://www.brainacademy.id/blog/mengenal-tantrum-anak-down-syndrome-dan-
cara-mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai