Disusun Oleh :
1. Riska Dwi Nandhera (202102050010)
2. Nurul Yunia Taqwa (202102050019)
3. Shislya Bella Febriana (202102050021)
Makalah ini berjudul “Konsep Ultrasound Kondisi Patalogi Vertebra” telah disahkan
dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Disusun oleh :
Menyetujui,
Dzikra Nurseptiani,S.Ftr.,M.Fis
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberi nikmat serta hidayah, terutama nikmat
kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Medis yang bertema
“Konsep Ultrasound Kondisi Patalogi Vertebra”. Shalawat serta salam tidak lupa haturkan
kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup Al-
Quran dan As-sunnah.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Medis di
program studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan. Sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Dzikra Nurseptiani,S.Ftr.,M.Fis. Selaku dosen mata kuliah Fisika Medis yang
sudah memberikan bimbingan serta arahan selama proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah. Untuk itu
begitu mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca yang membaca makalah ini.
Pekalongan, 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5
Latar Belakang........................................................................................................................5
Tujuan.....................................................................................................................................7
Manfaat...................................................................................................................................7
Kesimpulan...........................................................................................................................21
Saran.....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Meredakan Nyeri
Nyeri dapat diredakan dengan terapi ultrasonik. Insonasi dapat digunakan
untuk meredakan nyeri muskuloskeletal akut, subakut, dan kronik.
Tepatnya, bagaimana terapi ultrasonik meredakan nyeri, tidak diketahui.
Hal ini mungkin disebabkan oleh efek termal dan non-termal. Peredaan
nyeri mungkin terjadi karena pemulihan inflamasi, pengeluaran
produksampah atau perubahan permeabilitas membran sel terhadap
natrium, yang dapat mengubah aktivitas elektrik atau ambang batas nyeri.
(Khatri, 2018)
b. Inflamasi
Insonasi membantu dalam resolusi inflamasi dengan meningkatkan suplai
darah, sel darah putih, dan mengeluarkan produk sampah. Oleh sebab itu,
insonasi dapat digunakan dalam terapi kondisi inflamasi dan kondisi
traumatik untuk mengurangi inflamasi serta mencegah perlekatan jaringan
lunak. (Khatri, 2018)
c. Efek pada Pemulihan atau Perbaikan
Pemulihan dapat terjadi dengan perbaikan atau regenerasi. Perbaikan
adalah penggantian sel yang telah rusak dengan beberapa sel lain, yang
struktur dan fungsinya tidak benar-benar serupa. Regenerasi adalah
pergantian sel yang rusak dengan sel yang sama, yang struktur dan
fungsinya sama. Manusia kehilangan kekuatan regenerasi mereka selama
proses evolusi dan sangat sedikit regenerasi yang terjadi pada manusia.
Ultrasound memfasilitasi pemulihan di ketiga stadium perbaikan. Selama
fase inflamasi, insonasi meningkatkan kerapuhan lisosom. Akibatnya,
terjadi pelepasan enzim autolitik. Enzim autolitik ini membersihkan debris.
Dalam fase proliferatif, ultrasound mening- katkan proliferasi fibroblas,
dan miofibroblas. Miofibroblas adalah sel yang mengandung struktur
seperti fibril. Dalam fase remodeling, ultrasound memfasilitasi remodeling
jaringan yang baru. (Khatri, 2018)
B. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Ultrasound cocok untuk menghantarkan panas ke area yang sangat lokal (ukuran
transduser dua kali ukuran ERA) pada jaringan lunak yang dalam (hingga 5 cm),
berikut indikasi penggunaan ultrasound : (Hayes & Hall, 2016)
Pemendekan jaringan lunak
Ultrasound kontinu menghasilkan pemanasan yang hebat dan dalam
sementara peregangan meningkat kan ekstensibilitas jaringan ikat di otot
Aplikasi harus cukup lama untuk memanaskan jaringan target (lihat dosis).
Pemendekan jaringan lunak(lanjutan)
Regangan ketika jaringan dipanaskan dan pertahankan regangan
selama 2sampai3 menit setelah aplikasi berakhir. Ultrasound denyut
efektif untuk mengurangi kekakuan sendi pada pasien rheumatoid arthritis
dalam jangka pendek. Tidak berefek pada parut luka bakar dan parut
keloid.
Kalsifikasi tendinitis
Membantu melarutkan cadangan kalsium dan mengurangi nyeri,
walaupun hasilnya tidak konsisten.
Osteoartritis
Mengurangi nyeri dengan dosis yang tepat dan dikombinasikan dengan
latihan," yang kemudian dapat meningkat- kan lingkup gerak sendi,
membantu peningkatan kekuatan fungsi, dan gaya berjalan.suatu tinjauan
sistematis menyimpulkan bahwa ultrasound bermanfaat untuk
osteoastrutis sementara.
Rheomatoid arthritis
Meningkatkan lingkup gerak sendi, mengurangi durasi kekakuan di
pagi hari, jumlah sendi yang bengkak dan nyeri. yang lainnya tidak.
Epikomdilitis lateral
Meningkatkan metabolisme jaringan dan ekstensibilitas jaringan lunak,
meredakan nyeri, dan meningkatkan relaksasi otot.studi terkontrol tidak
menunjukkan manfaat yang konsisten dan tinjauan terkini menyimpulkan
bahwa tidak ada cukup bukti yang mendukung atau menyangkal kegunaan
ultrasound.
Inflamasi subakut dan kronik misalnya bursitis
Penurunan nyeri dan perbaikan mobilitas. Hasilnya tidak konsisten.
Tidak menunjukkan efek antiradang. Peninjauan penggunaan ultrasound
pada.
Carpal tunel syndrome
Ultrasound denyut (15 menit, 1MHz, 1,0 w/cm², denyutan 1:4,
permukaan transduser 5 cm³) menghasilkan penurunan gejala, 109 110
penurunan kelatenan distal dan peningkatan kecepatan sensorik, 109
perbaikan kekuatan cubitan dan pegangan serta pengurangan nyeri,
Pengurangan bengkak karena ultrasound kemungkinan menghasilkan
dekompresi saraf di dalam tunnel.
Trigger points
Desensitisasi trigger points (baik ultrasound konvensional maupun
ultrasound bertenaga tinggi model kontinyu, 1 MHz, naikkan intensitas
selama 4 detik hingga toleransi nyeri pasien, turunkan separuhnya selama
15 detik, kemudian kembalikan pada tingkat toleransi; ulangi 3 kali dan
lanjutkan dengan peregangan.
Nyeri pinggang akut karena bergesernya diskus
Penurunan inflamasi lokal menimbulkan penurunan nyeri dan peningkatan
lingkup gerak sendi serta fungsi.
2. Kontraindikasi
Kondisi vaskular
Kondisi area yang mengalami masalah vaskular seperti hemoragi,
hematoma, hemartrosis, hemofilia, thrombosis, tromboflebilitis,
embolisme, arteriosclerosis dan iskemia menjadi kontraindikasi karena
insonasi tidak boleh diaplikasikan ke area infeksi karena terdapat
kemungkinan penyebaran infeksi ke area yang lebih dalam atau ke pasien
lain melalui kontaminasi silang. (Khatri, 2018) (Singh, 2012)
Sepsis akut
Area yang menunjukkan sepsis akut harus ditangani secara hati-hati
dengan ultrasonografi karena bahaya penyebaran infeksi, atau dalam
beberapa kasus pecahnya emboli septik. Jika pengobatan melewati daerah
yang terinfeksi (seperti dalam pengobatan herpes zoster) harus disterilkan
dengan larutan yang tepat sebelum pengobatan pasien berikutnya. (Singh,
2012)
Radioterapi
Radioterapi memiliki efek mematikan pada jaringan, oleh karena itu
ultrasound tidak diterapkan pada area yang diradiasi setelah enam bulan
penyinaran, karena dapat menyebabkan lebih banyak devitalisasi jaringan.
(Khatri, 2018)
Tumor
Tumor tidak terinsonasi karena dapat terstimulasi atau bermetastasis.
(Khatri, 2018)
Kehamilan
Rahim yang hamil tidak diobati karena insonasi dapat menyebabkan
kerusakan pada janin. Akibatnya selama kehamilan punggung dan perut
tidak boleh dirawat. (Singh, 2012)
Penyakit jantung
Pasien yang pernah mengalami penyakit jantung diobati dengan
intensitas rendah untuk menghindari rasa sakit yang tiba-tiba, dan area
seperti ganglion serviks dan saraf vagus dihindari karena risiko stimulasi
jantung. Pasien yang dipasangi alat pacu jantung biasanya tidak diobati
dengan ultrasonografi di area dada, karena generator ultrasonografi
mungkin memiliki efek pada laju stimulasi alat pacu jantung. (Singh,
2012)
Perdarahan
Bila perdarahan masih terjadi atau baru saja dikontrol, seperti
hemarthrosis atau hematoma yang membesar atau hemofilia yang tidak
terkontrol, ultrasonografi kontraindikasi. (Singh, 2012)
Jaringan iskemik parah
Transfer panas yang buruk dan kemungkinan risiko trombosis arteri
yang lebih besar karena statistik dan kerusakan endotel, ultrasonografi
dikontraindikasikan. (Singh, 2012)
Sistem saraf
Dosis ultrasonografi normal telah diterapkan selama bertahun-tahun
jaringan di sekitar sumsum tulang belakang tanpa efek buruk. Infact
pengobatan tulang belakang akar saraf dan di atas sendi apophyseal sangat
umum. Karena SSP adalah terkubur dalam-dalam di bawah otot-otot tebal
dan yang lebih penting jaringan tulang, tampaknya masuk akal untuk
menganggap bahwa hanya energi dalam jumlah kecil yang dapat
mencapainya. Dimana jaringan saraf terbuka, mis. selama spina bifida atau
setelah laminektomi, ultrasonografi adalah dihindari. (Singh, 2012)
Jaringan khusus
Mata berisi cairan menawarkan transmisi ultrasonografi yang sangat
baik dan kerusakan retina dapat terjadi. Perawatan pada gonad, yaitu testis
dan ovarium juga tidak dianjurkan. (Singh, 2012)
Implan
Implan logam di jaringan akan memantulkan ultrasound pada mereka
antarmuka dan dengan demikian menyebabkan lebih banyak penyerapan
energi di daerah ini, hal ini tidak menyebabkan kenaikan suhu yang besar
di daerah tersebut karena jumlah panas yang dihasilkan daerah kerah
mudah dilakukan. Namun, efeknya mungkin berbeda dengan implan yang
lebih kecil dan lebih dangkal seperti pin pengencang tulang logam yang
ditempatkan secara subkutan; sebagai tindakan pencegahan dosis rendah
digunakan di area ini. Plastik yang digunakan dalam operasi penggantian
sebagai polietilen intensitas tinggi dan akrilik juga harus dihindari karena
efeknya pada penyerapan ultrasound tidak diketahui. (Singh, 2012)
Area anestesi
Ultrasonik diberikan ke area anestesi, tidak akan ada jenis apapun rasa
sakit atau panas yang dialami oleh pasien yang dapat menyebabkan luka
bakar. (Singh, 2012)
C. Dosis Pengaplikasian pada Kondisi Low Back Pain Miogenik
Daya ultrasound adalah total energi/detik yang disediakan oleh mesin dan
diukur dalam Watt. Intensitas yang diterapkan sesuai dengan sifat lesi. Untuk pasca-
trauma akut dan segera: 0,1 hingga 0,25 W/cm² Untuk jaringan kronis dan bekas luka
0,25 hingga 1 W/cm². (Singh, 2012)
a. Durasi Perawatan Jumlah energi tergantung pada intensitas dan durasi
pengobatan. Ukuran area menentukan waktu perawatan Banyak kepala
transduser memiliki luas 5 cm² dan telapak tangan kecil sekitar 50cm : (Singh,
2012)
minimal (1-2mnt)
maksimum (8mnt)
rata² (5mnt)
kronis ( waktu perawatan lebih lama)
akut (waktu perawatan lebih sedikit)
b. Dosis pada lesi atau kondosi akut. Dalam setiap kondisi Akut pengobatan
diterakan dengan hati² untuk mencegah eksaserbasi gejala.
Tahap awal ( dosis rendah) 0,25 hingga 0,5wcm Waktu 2-3
menit,kemajuan tidak diperlukan jika kondisi membaik
Kasus kegagalan 0.25 hingga wcm Waktu 4-5 mnt, atau 0,8 Wcm 2
Waktu 2-3 menit.
Keluhan nyeri yang dirasakan oleh penderita nyeri punggung bawah miogenik
terjadi karena nosiseptor pada daerah tersebut terpicu oleh rangsangan kimia,
mekanik maupun termal. Pemberian ultrasound dapat mempengaruhi aktifitas
nosiseptor tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa ultrasound dengan
intensitas 1 sampai 2 watt/cm2 akan mengurangi kecepatan hantaran serabut saraf
tipe C penghantar nyeri, karena serabut saraf ini mudah dipengaruhi oleh energi
ultrasonic. (K, Wiguna, & Aritama, 2019)
Selain nyeri pada penderita nyeri punggung bawah miogenik juga ditemukan
adanya spasme otot-otot punggung bawahnya. Hal itu terjadi karena impuls nyeri
yang mencapai medula spinalis, akan memicu reflek spinal segmental yang
menyebabkan spasme otot dan vasokontriksi. Ultrasound mempunyai efek biologis
yang terbagi efek termal dan non termal. Efek termal yang menghasilkan panas
dapat meningkatkan aktivitas metabolik aliran darah dan efek analgesik pada saraf,
serta dapat meningkatkan ekstensibilitas jaringan kolagen. Efek ultrasound, setiap
10C peningkatan suhu dari jaringan meningkatkan rata-rata metabolisme dalam
jaringan, dan peningkatan 20C - 30C dapat mengurangi spasme otot, pemberian
ultrasound baik untuk penurunan nyeri pada kasus nyeri punggung bawah miogenik
ditunjukkan dengan hasil nilai probabilitas pada uji komparasi antar kedua kelompok
setalah perlakuan yaitu p=0,005 (p<0,05). Metode telah digunakan untuk meng
inaktivasi trigger point dan mereleksasikan taut band. Ultrasound merupakan
modalitas pengobatan noninvasif yang dapat menghasilkan efek thermal dan non
termal. (K, Wiguna, & Aritama, 2019)
A. Kesimpulan
B. Saran
Hayes, K., & Hall, K. (2016). AGENS MODALITAS untuk Praktik Fisioterapi (Manual for
Physical Agents) Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
K, D., Wiguna, I., & Aritama, I. (2019). PEMBERIAN ULTRASOUND LEBIH BAIK
DARIPADA INFRARED TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS
NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK. BALI HEALTH JOURNAL.
Khatri, S. (2018). ELEKTROTERAPI (Basics of Electrotheraphy) Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran.
Oktafianti, E., Sundari, L., Imron, M., Tirtayasa, K., Griadhi, I. P., Made, L., & Adiputra, I.
(2020). TERAPI ULTRASOUND DENGAN LATIHAN HOLD RELAX DAN
PASSIVE STRETCHING SAMA EFEKTIFNYA DALAM MENINGKATKAN
FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS GENU
DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI. Sport and Fitness Journal, VIII.
Singh, J. (2012). TEXTBOOK OF ELECTROTHERAPY. Bangladesh: Jaypee Brothers
Medical Publishers.