FARMASI FISIKA
Disusun Oleh:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
BAB II ........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .........................................................................................................................2
PENUTUP ................................................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat fisik adalah sifat yang dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah susunan dari zat
tersebut. Sifat fisik molekul obat memegang peranan penting dalam menentukan metode
yang tepat untuk suatu obat. Sifat fisik molekul obat berkaitan erat dalam pengangkutan obat
untuk mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul obat harus melalui
bermacam-macam membrane, berinteraksi dengan senyawa-senyawa dalam tubuh.
Sifat fisika molekul obat berperan dalam proses dalam proses penyerapan dan distribusi
obat sehingga kadar obat pada waktu tertentu mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup
besar. Sifat fisika molekul obat ada sifat konsituif, yaitu sifat yang bergantung pada susunan
struktur atom di dalam molekul. Sifat aditif yaitu sifat yang diturunkan dari sifat atom sendiri
atau gugus fungsi di dalam molekul.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Radiasi Elektromagnetik
Energi elektromagnetik dapat digolongkan sebagai suatu radiasi berbentuk
gelombang yang kontinu, suatu bentuk/wujud yang bergantung pada ukuran dan bentuk
dari gelombang. Sebagaimana seluruh bentuk-bentuk radiasi, radiasi elektromagnetik
dapat digambarkan dalam bentuk model gelombang dan suatu medan bervibrasi di sekitar
titik dalam ruang, Di dalam hal lainnya, radiasi mempunyai suatu karakteristik frekuensi,
biasanya suatu jumlah yang besar. Frekuensi, ν, adalah jumlah dari gelombang yang
melewati satu titik tertentu dalam 1 detik, Panjang gelombang, λ, adalah panjang dari
suatu gelombang tunggal radiasi, yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang
bersebelahan dan duhubungkan dengan frekuensi oleh :
λν = 𝒸
Di mana bilangan gelombang (dalam cm-1 ) menunjukkan jumlah panjang
gelombang dalam radiasi 1 cm dalam ruang hampa udara.
Spektrum elektromagnetik digolongkan menurut panjang gelombang, atau
bilangan gelombang yang sesuai, seperti dijelaskan dalam Tabel 6-2. Panjang gelombang
menjadi lebih pendek apabilaenergi yang sesuai naik, seperti dijelaskan dalam Bab 3.
Menurut teori kuantum dasar, energi radiasi yang diabsorbsi.
2
Microwaves 10⎺1 10⎺1 3×109 Transisi spin
electron
Oleh suatu bahan kimia mempunyai beberapa nilai yang berbeda sesuai dengan
transisi energi tersendiri yang dapat terjadi dalam sebuat atomatau molekul. Sebagaimana
kita akan bicarakan, panjang gelombang dari sejumlah energy elektromagnetik
menentukan informasi mengenai molekul atau atom yang kita terima dari suatu hasil
spektra.
Dimana n1 dan n2 adalah bilangan kuantum utama untuk tingkat orbital yang
terlibat dalam suatu transisi electron atom.
Pada umumnya ,perbedaan antara tingkat energy electron E2 – E1 yang
mempunyai bilangan kuantum n2 dan n1 diberikan dalam persamaan berikut ini:
2𝜋2 𝑍 2 𝑚𝑒 4 1 1
𝐸2 -𝐸1 = (𝑛12 − )
ℎ2 𝑛22
Electron atom hydrogen dalam tingkat dasar mempunyai energy yang terendah (E
paling negative)sementara itu dalam tingkat electron tertinggi berikutnya (n = 2),
mempunyai energy yang lebih tinggi (E kurang negative)
Apabila electron memperoleh cukup energy untuk meninggalkan atom dianggap
sangat jauh dari inti,dan inti dianggap tidak lagi mempengaruhi electron.energi yang
diperlukan untuk proses ini, yang menghasilkan ionisasi dari inti dikenal sebagai
3
potensial ionisasi Jika kita menganggap proses ini terjadi bila n=∞, maka potensial
ionisasi dari tingkat dasar (n = 1) ke n = ∞ adalah
2𝜋2 𝑍 2 𝑚𝑒 4 1 1
𝐸2 -𝐸1 = (1 − )
ℎ2 ∞
4
Sinyal perubahan arus yang cepat dari detektor sebanding dengan intensitas sinar
tertentu, dan ini diperkuat didalam amplifier, yang secara elektronik memisahkan sinyal
sinar zat pembanding dari sinar sampel. Perbedaan terakhir dari sinyal sinar secara
otomatis dicatat pada secarik kertas grafik pada recorder rekaman yang didapat
merupakan suatu plot intensitas, biasanya sebagai absorbansi terhadap panjang
gelombang. Larutan standar yang diketahui tetapi dengan bebagai konsetrasi digunakan
dalam analisis kuantitatif sebagai sampel dalam spektrofotometer. Absorbansi dari
masing-masing larutan ditentukan pada satu panjang gelombang yang dipilih (absorpsi
maksimum).
Spektofotometri merupakan suatu alat yang berguna untuk mempelajari
kesimbangan kimia atau untuk menentukan laju reaksi kimia. Laju reaksi dapat diukur
dengan mudah apabila spesies reaksi tertentu mempunyai suatu spektrum absorpsi yang
secara jelas berbeda dengan spektra dari reaktan atau hasil reaksi lainya. Seseorang dapat
mengikuti laju muncul tidaknya spesies yang diseleksi dengan merekam absorbansinya
pada waktu-waktu tertentu selama reaksi berlangsung. Apabila tidak ada spesies reaksi
lain yang mengabsorpsi pada panjang gelombang tertentu yang dipilih untuk penentuan
ini, laju reaksi secara mudah akan sebanding dengan laju perubahan absorpsi dengan
waktu raaksi. Walaupun penggunaan ini sering sangat menolong dalam perhitungan
dibidang farmasi, dewasa ini penggunaan utama dari spektrototometri ada bansi
kromofor.
2.4 Fluoresensi dan Fosforisensi
Suatu molkul yang pada permulaannya mengabsorbsi cahaya ultraviolet untuk
mencapai suatu keadaan tereksitasi dan kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau
cahaya tampak pada waktu Kembali ketingkat dasar, dikatakanmengalami
photoluminescence. Emisi dari cahaya ini dapat digambarkan sebagai flouresensi atau
fosforesensi tergantung pada mekanisme yang mana pada electron akhir nya Kembali ke
keadaan dasar. Keseluruhan mekanisme dapat digambarkan sebagai berikut.
So + Ultraviolet S* So + Flouresensi
(Singlet)
T* So + Fosforesensi
(Triplet)
Selain dari adanya keadaan tereksitasi singlet (S*), kita juga mempunyai triplet
(T*), yang dihubungkan dengan terjadinya fosforesensi. Keadaan triplet dari electron
yang tereksitasi timbul apabila electron singlet yang tereksitasi mengubah spin sehingga
electron tersebut sekarang berada pada spin yang sama seperti pasangan elektronnya
semula di dalam orbital tinkat dasar.
5
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena proses
absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaan atom
yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi yang berupa
cahaya (de-eksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energi dari
keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states). Proses
fluoresensi berlangsung kurang lebih 1 nano detik (10−6 − 10−9 detik ) sedangkan
proses fosforesensi berlangung lebih lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili
(10−4 )detik.
Fluoresensi adalah pendaran sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya. Hal ini
karena sifat butir Kristal suatu zat jika mendapat rangsangan berupa cahaya akan
langsung memancarkan cahayanya sendiri dan berhenti memancar jika rangsangan itu
dihilangkan. Contoh rambu-rambu lalu lintas, beberapa jenis cat, dan stiker yang bersifat
fluoresensi. Fluorensensi berarti juga kelihatan bersinar bila kena sinar. Definisi
fluoresensi adalah pendaran sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya. Hal ini karena sifat
butir Kristal suatu zat jika mendapat rangsangan berupa cahaya akan langsung
memancarkan cahayanya sendiri dan berhenti memancar jika rangsangan itu dihilangkan.
Contoh rambu-rambu lalu lintas, beberapa jenis cat, dan stiker yang bersifat fluoresensi.
Fluorensensi berarti juga kelihatan bersinar bila kena sinar.
Fluoresensi dapat juga dikatakan sebagai emisi cahaya oleh suatu zat yang telah
menyerap cahaya atau radiasi elektromagnetik dengan perbedaan panjang gelombang.
Fosforesensi, pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi
sinar dalam waktu yang relatif lebih lama sesudah eksitasi dari pada fluoresensi. Jika
penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali masih dapat berlangsung.
Fosforesensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energi elektronik triplet ke singlet
dalam suatu molekul. Fosforesens dapat menyimpan energi lebih lama, sehingga akan
memancarkan cahaya (berpendar) lebih lama dari pada fluorosens. Pada fluorosens,
setelah energi yang digunakan untuk mengeksitasi elektron dihilangkan (biasanya berupa
sinar UV) maka zat fluorosens tidak akan dapat menyala dalam gelap. Dengan kata lain
zat berfluororesensi hanya dapat terlihat menyala apabila dikenai dengan sinar ultraviolet
di dalam gelap, dan tidak dapat berpendar ketika sinar ultravioletnya dimatikan. Hal ini
berkaitan dengan cepat dan lambatnya elektron kembali ke orbital energi tingkat dasar,
semakin cepat elektron kembali ke orbital maka semakin cepat pula hilang berpendarnya.
Fosforesensi khususnya mempunyai Panjang gelombang dari pada flueresensi, karena
perbedaan energi yang timbul dalam persilangan antarsistem seperti juga kehilangan
energi karena konversi dalam pada umur yang lebih lama.
Fotoluminesensi terjadi hanya didalam beberapa molekul yang dapat mengalami
emisi foton yang tertentu setelah terjadi eksitasi yang kemudian kembali kekeadaan
6
dasar. Banyak molekul tidak mempunyai fotoluminesensi, walaupun dapat menyerap
sinar ultraviolet. Pada kasus ini, pengembalian ke keadaan dasar dari keadaan tereksitasi
singlet terjadi melalui konversi internal dari keadaan tereksitasi singlet terjadi melalui
konversi dalam dengan molekul – molekul lain yang menghasilkan perpindahan energi.
Konversi energi ini akhirnya menghasilkan panas bukan fotoluminesensi. Hamper selalu,
suatu molekul yang ber fluoresensi atau ber fosforesensi mengandung paling sedikit satu
cincin aromatis.
Contoh obat – obatan yang berfluoresensi dapat dilihat pada tabel
7
Tetapan dielektrik biasanya tidak mempunyai dimensi,karena dia merupakan
perbandingan dari dua kapasitansi. Tetapan dielektri dapat ditentukan dengan
oscilometri,dimana frekuensi dari suatu sinyal dijaga konstan oleh perubahan listrik pada
kapasitansi antara dua pelat paralel. Cairan yang mempunyai tetapan dielektrik yang
sedang diukur ditempatkan di dalam wadah gelas diantara dua pelat selama
percobaan.metode oscilometri dibahas oleh Reilley. Teapan dielektrik dari campuran
pelarut dapat dihubungkan dengan daya larut obat sebagaimana diterangkan oleh Gorman
dan Hall. Dan 𝜖 untuk zat pembawa obat dihubungkan dengan konsentrasi plasma obat
seperti dialporkan oleh Pagay dan kawan-kawan
2.6 Momen Dipol
Daya Polarisasi
MOLEKUL αp×1024 cm3 /mol
H2O 1.68
N2 1.79
HCl 3.01
HBr 3.5
HI 5.6
HCN 5.9
8
dapat terjadi karena energi panas dari molekul-molekul yang menyokong pengacauan
terhadap penjajaran molekular. Totak polrisasi molar, P , adalah jumlah darti akibat dipol
induksi dan dipol permanen :
∈−1 M
P = P1 + P0 = (∈ + 2) ρ
10
spesifik dan memberikan suatu metode tertentu dalam pemeriksaan senyawa tersebut.
Pita-pita itu sendiri dapat dihubungkan dengan gugus-gugus tertentu.
11
∆E = hv = hH ( 1 - o )/I
Dimana
V = Suatu frekuensi radio
H = kuat medan magnet eksternal
o = Tetapan untuk perlindungan tertentu
Tetrametilsilan ( TMS ) seringkali digunakan sebagai zat pembanding dalam
proton NMR karena frekuensi satu signal proton dari keempat gugus metil yang sama.
Jadi untuk TMS, kerapatan elektron tinggi dari atom SI menghasilkan
perlindungan yang di pertinggi,oleh karena itu frekuensi resonansi lebih
rendah.Perbedaan relatif antara suatu sinyal NMR tertentu dan sinyal pembanding ( biasa
dari TMS untuk proton NMR) di sebut sebagai geseran kimia ( chemical shift ).
NMR adalah suatu alat yang serbaguna dalam penelitian di bidang
farmasi.Spektra dapat memberikan petunjuk yang kuat untuk suatu konformasi molekul
obat tertentu, termasuk perbedaan di antara struktur - struktur isomer yang erat
hubungannya.
Penggunaan dari NMR di dalam penelitian di bidang farmasi dengan pembanding
tertentu untuk masalah analisis telah di tinjau kembali oleh Rackham.
Apabila cahaya memasuki suatu zat yang lebih rapat,gelombang-gelombang yang
di teruskan pada antar permukaan dimodifikasi menjadi saling mendekat karena
kecepatannya lebih lambat dan panjang gelombang yang lebih pendek.
12
Zat yang kurang rapat
Antar muka
Gambar gelombang cahaya yang melewati suatu antar muka antara dua zat
dengan kerapatan yang berbeda .
Di mana sin i adalah sinus sudut sinar datang dari cahaya dan sina r adalah sudut
sinar yang di biasakan .indeks bias dengan konvensi ini adalah lebih besar dari 1 untuk
zat – zat yang lebih rapat dari pada udara , secara teoretis , seharusnya berjalan melalui
ruang hampa , udara hanya sebgai pembanding menghasilkan perbedaan n hanya 0,03 %
dan ini lebih umum di gunakan .
Indek bias berubah ubah dengan berubahnya Panjang gelombang cara dan
temperature , pada umumnya sebagai contoh ; n20 berarti indeks bias menggunakan suatu
garis emisi D dari natrium pada 589 nm , pada temperature 20˚c tekanan harus di jaga
ketat saat pengukuran , indek bias dapat di gunakan identifikasisuatu zat untuk mengukur
kemurnian , khususnya suatu refractometer di gunakan untuk menentukan indeks bias.
Bias molar Rm berhubungan dengan indkes bias dan sidfat sifat molekul dari
senyawa yang di periksa , ini di nyatakan sebagai :
n2−1 m
Rm = ( ρ)
n2 + 2
M = berat molekul
𝜌 = kerapatan dari senyawa nilai
Rm = dari suatu senyawa seringkali dapat di perkirakan dari ciri ciri struktur
molekul .
Indeks bias cahaya dengan panajang gelombang yang Panjang , n∞ di
hubungkan dengan tetapan dielektrik untuk suatu molekul non polar , ὲ oleh persamaan :
ὲ = n∞2
13
kepolarisasi suatu molekul non polar dapat di peroleh dari pengukuran indeks
bias untuk tujuan prakstis indeks bias di gunakan pada suatu Panjang gelombang yang
terbatas hal ini hanya memebrikan suatu kesalahan yang relative kecil dalam perhitungan
yaitu mendekati 5 % .
2.10 Rotasi optic
Melewatkan cahaya melalui suatu prisma polarisasi, seperti prisma nikol, vibrasi
dan radiasi yang secara random terdistribusi dipilih sedemikian rupa sehungga hanya
vibrasi yang terjadi pada suatu bidang tunggal saja yang dipancarkan. Kecepatam cahaya
yang di polarisasikan ke bidang ini dapat menjadi lebih lambat atau cepat apabila cahaya
tersebut melalui suatu zat, seperti cahaya pembiasan yang baru saja dibicarakan.
Perubahan kecepatan menyebabkan pembiasan dari cahaya yang terpolarisasi dalam arah
tertentu untuk suatu zat optis aktif. Putaran yang searah jarum jam, pada pemeriksaan
sinar dari cahaya yang terpolarisasi, menyatakan zat tersebut memutar ke kanan.
Sedangkan, putaran yang berlawanan dengan jarum jam menyatakan suatu zat memutar
ke kiri. Zat memutar ke kanan, yaitu yang memutar sinar ke kanan, menghasilkan sudut
rotasi α, yang dinyatakan dengan tanda positif (+). Sedang pada zat memutar ke kiri sinar
akan berputar ke kiri, mempunyai α, yang dinyatakan dengan tanda (-).
Aktivitas optik dapat dianggap sebagai interaksi dari radiasi bidang yang
dipolarisasikan dengan electron di dalam suatu molekul untuk menghasilkan polarisasi
elektronik. Interaksi ini memutar arah getaran radiasi dengan mengubah medan listrik.
Polarimeter dipakai untuk mengukur aktivitas optik. Rotasi optik (∝) bergantung pada
kerapatan dari zat optis aktif, di mana setiap molekul memberikan andilyang sama untuk
rotasi walaupun kecil.
14
Spektra CD adalah plot dari eliptisitas molar ([8]) yang sebanding dengan
perbedaan absorptivitas antara dua komponen dari cahaya yang terpolarisasi-secara
sirkular terhadap panjang-gelombang dari cahaya. Eliptisitas molar diberikan oleh
persamaan:
[𝜓]𝑀
[𝜃 ] = = 3300 (∈𝐿 - ∈𝑅 )
100
di mana [𝜓] adalah eliptisitas spesifik yang analog dengan rotasspesifik, M adalah
berat molekul, dan ∈𝐿 dan ∈𝑅 sorptivitas molar untuk komponen kiri dan komponen
kanan dan cahaya yang terpolarisasi secara sirkular pada suatu panjang lombang yang
dipilih
15
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah dimuat pada bab pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut:
Sifat fisik adalah sifat yang dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah susunan dari zat
tersebut. Sifat fisik molekul obat memegang peranan penting dalam menentukan metode
yang tepat untuk suatu obat.
Sifat fisika molekul obat ada sifat konsituif, yaitu sifat yang bergantung pada susunan
struktur atom di dalam molekul. Sifat aditif yaitu sifat yang diturunkan dari sifat atom
sendiri atau gugus fungsi di dalam molekul
1.2 Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu masih dibutuhkan
tambahan dan perbaikan untuk menambah informasi yang dapat diberikan kepada pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A.N., Bustamante, P., Chun, A.H.C,. 1993, Physical Pharmachy: Physical
chemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, 4 th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia
17