Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI MASSAGE

Observasi dan Pemeriksaan Massage

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Tugas Terstruktur

Mata Kuliah Massage

Dosen Pengampu : Syavira Nooryana, S. Fis., Ftr., M.Erg

Disusun Oleh :

Kurnia La’aly Shafa Dhamayanti (202102050032)

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2023/2024


Pertanyaan!

1. Pasien Z datang ke fisioterapis dengan kondisi nyeri leher. Setelah dilakukan


pemeriksaan khusus, hasilnya pasien hanya mengalami nyeri otot (mylgia) pada otot
paravertebra. Fisioterapis memutuskan untuk melaksanakan terapi massage. Namun,
sebelum melaksanakan, apakah yang harus dilakukan sebelum memberikan massage
pada pasien?
2. Dengan kondisi yang sama, selain melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan apakah
yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi fungsionalnya?
3. Dalam pemeriksaan dan penatalaksanaan terapi massage maupun terapi lainnya,
formulir pemeriksaan apakah yang dapat menunjang pemeriksaan lokasi nyeri, hasil
palpasi dan area tubuh yang terjadi gangguan?
4. Pasie D datang ke fisioterapis karena mengeluh nyeri dan sulit bergerak pada siku
sebelah kanan. Fisioterapis merencanakan memberi tindakan fisioterapis yang salah
satunya adalah massage. Sebelum memberikan tindakan, fisioterapis memeriksa
dengan menggunakan palpasi. Pemeriksaan apa lagi yang dapat mendukung
pemeriksaan pada sendi siku tersebut?
5. Dengan kasus sama seperti di atas, fisioterapis juga dapat mengevaluasi tingkat nyeri
sebelum dan seudah terapi. Pemeriksaan nyeri apakah yang dilakukan oleh
fisioterapis secara umum?
Jawaban
1. Sebelum melakukan tindakan massage pada pasien, alangkah baiknya seorang
fisioterapis melakukan palpasi terlebih dahulu. Karena fisioterapis harus
mengetahui mengenai kondisi tubuh pasien, merasakan mengenai respon jaringan
lunak juga end feel sendi sehingga dapat berpikir dan dapat menentukan tindakan
yang akan di berikan pada pasien. Untuk mengetahui permukaan dan observasi
yang akan diberikan massage oleh fisioterapis yaitu sebagai berikut :
a. Kulit
Observasi pada bagian untuk mengetahui mengenai kondisi kulit pada
pasien. Pada saat palpasi, informasi yang didapat akan lebih spesifik seperti
temperatur atau tekanan permukaan kulit pasien. Fisioterapis juga dapat
menumukan tanda inflamasi dengan palpasi serta dapat melihat ketegangan
otot walaupun kulit tidak terasa kesat atau tegang.
b. Scar tissue
Pasa observasi jaringan perut (scar tissue) akan terlihat jaringan yang
berwarna putih atau merah. Observasi ini dilakukan dengan cara mengangkat
jaringan parut tersebut sehingga dapat melihat kondisi mobilitas jaringan parut
tersebut. Dengan diketahuinya daerah yang terjadu di jaringan parut tersebut,
terapis dapat mengobservasi keluhan yang dialami pasien.
c. Otot dan Fascia
Pemeriksaan otot dan fascia dapat dilakuka dengan cara deep stroking. Otot
dan fascia menjadi tegang dan mengakibatkan cairan di bawah otot dan fascia
menjadi tidak lancar, seperti limfa, pembuluh darah yang akan mengakibatkan
penyerapan nutrisi ke jaringan tidak baik.
d. Tendon
Observasi pada tendon sangat penting, karena merupakan unit penting dalam
pergerakan sendi dan kontraksi otot. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
cara penguluran (stretching) atau menggunakan wringing, deep stroking atau
kneading pada daerah tendong yang akan diperiksa.
e. Nerve Tissue
Palpasi dapat dilakuka untuk memeriksa saraf yang mungkin tertekan oleh
jaringan di atasnya. Teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan cara wringing,
kneading dan deep stroking.
f. Nyeri
Otot yang kelelahan atau kontraksi berlebihan (overuse) dapat mengakibatkan
ketegangan otot dan menyebabkan timbulnya nyeri atau rasa tidak nyaman.
Sehingga terapis harus mengobservasi pengalaman pasien yang terkait dengan
nyeri dan rasa tidak nyaman yang menjadi keluhannya.
g. Trigger Point
Trigger point adalah titik hiperiritas di jaringan yag ketika ditekan terasa
tegang dan hipersensitif yang menibulkan nyeri, ketegangan jaringan yang
berhubungan dengan gangguang proprioseptif. Sedangkan Latent trigger point
adalah titik yang jika distimulasi tidak akan menyebar ke area lain atau dengan
kata lain nyeri hanya di titik yang di tekan.
h. Edema
Observasi daerah bengkak (edema) diperlukan agar dapat menentukan
tindakan yang terbaik bagi pasien. Edema dapat diperhatikan secara visual
maupun palpasi. Selain massase, juga diperlukan latihan aktif agar dapat
membantu pengliran cairan lebih cepat.
i. Luka pada Kulit
Kulit dengan luka terbuka bukan menjad kontra indikasi pemberian massage.
Pemberian massage tetep dapat dilakukan di daerah yang tidak terjadi luka
agar menghindarai resiko infeksi.
j. Tumor
Apabila pasien terdiagnosis mengalami tumor maka menjadi kontra indikasi
pemberian massage. Fisioterapis harus benar benar memastikan nyeru yang
dialami pasien bukan karena adanya riwayat tumor.
k. Memar
Fisioterapis harus mengetahui penyebab memar yang ada dari pasien sehingga
dapat menentukan yang ada dari pasien sehingga dapat menentukan tindakan
lain pasa pasien. Memar merupakan kontra indikasi untuk massage.
l. Riwayat Fraktur
Fisisoterapis juga harus menayanyakan adakah riwayat fraktur pada pasien
agar pemberian massage dapat diperhatian dsn dapat ditentukan sehingga
dapat diberikan atau tidak.
m. Inflamasi akut pada sendi
Sendi yang terjadi inflamasi akut seeprerti RA sebaiknya tidak diberikan
massage.
n. Pembengkakan karena infeksi
Dengan palpasi kita dapat merasakan dan mengobservasi kondisi tubuh pasien
dan jika menemukan pembengkakan, kita perlu mengetahui apakah
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak atau karena karena infeksi.
Sebelum melakukan massage dilakukan pemeriksaan tubuh terlebih dahulu pada
pasien seperti pemeriksaan denyut jantung, pernapasan, pemeriksaan kecemasan,
pemeriksaan nyeri, pemeriksaana kapasitas vital, pemeriksaan sendi, pemeriksaan
aktivitas fungsional dan pemeriksaan fungsional. Teknik massage yang dapat
dilakukan pada pasien tersebut yaitu :
 Stroking
Stroking merupakan teknik awalan pada massage. Teknik ini dilakukan
dengan cara memberikan gosokan ringan pada kulit pasien. Gerakan ini
bertujuan untuk adaptasi antara kulit pasien dan kulit terapis
 Efflurage
Tekanan dengan gosokan yang lebih deep/gentle. Pada bagian ini terapis
memberikan tekanan dari tangan atau memberikan tekanan yang lebih
berat pada tubuh bagian atas.
 Kneading
Kneading merupakan teknik dengan gerakan sirkuler yang berguna untuk
memberikan stimulasi pada kulit
 Friction
Friction dilakukan dengan cara melakukan penakanan lebih dalam dengan
menggunakan jari – jari atau ibu jari di daerah kecil atau daerah nyeri.
2. Dengan melihat kondisi di atas, pemeriksaan fungsional yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara Neck Disability Index. Pemeriksaan ini dilakukan umtuk
mengevaluasi status kondisi pasien. Neck Disability Index memliki reliabilitas tes
ulang yang cukup sedang pada pasien nyeri leher. Terapis bisa mengetahui
bagaimana nyeri leher pasien memengaruhi kemampuan pasien untuk mengatur
kehidupan sehari – hari.
3. Formulir pemeriksaan yang dapat menunjang pemeriksaan lokasi nyeri hasil
palpasi dan area tubuh yang terjadi ganggguan yaitu dengan menggunakan Body
Chart. Pada formulis body chart ini sebagai petunjuk lokasi dan jenis yang
dirasakan oleh pasien. Fisioterapis juga dapat memberikan tanda - tanda khusus
untuk menentukan jenis sakitnya seperti sakit tertusuk jarum, kebas, kelainan
postur tulang belakang, bengkak, memar, dan lainnya.
4. Pemeriksaan yang dilakukan pada sendi siku yaitu dapat dilakukan dengan
pemeriksaan gerak aktif, gerak pasif, dan end feel.
 Pemeriksaan aktif dapat dilakukan dengan cara pasien menggerakan siku
secara fleksi/ekstensi secara mandiri dan tidak dibantu oleh terapis.
Terapis hanya melihat dan membenarkan gerakan yang dilakukan pasien.
 Pemeriksaan gerak pasif dilakukan dengan cara pasien menggerakan siku
secara fleksi/ekstensi dengan dibantu oleh terapis. Jadi, terapis membantu
pasien dlam menggerakan sikunya.

Teknik massage yang dapat digunakan dalam kondisi tersebut yaitu :

 Stroking
Stroking merupakan teknik awalan pada massage. Teknik ini dilakukan
dengan cara memberikan gosokan ringan pada kulit pasien. Gerakan ini
bertujuan untuk adaptasi antara kulit pasien dan kulit terapis.
 Efflurage
Tekanan dengan gosokan yang lebih deep/gentle. Pada bagian ini terapis
memberikan tekanan dari tangan atau memberikan tekanan yang lebih berat
pada tubuh bagian atas.
 Kneading
Kneading merupakan teknik dengan gerakan sirkuler yang berguna untuk
memberikan stimulasi pada kulit
 Squeezing
Teknik ini dilakukan dengan cara meremas jaringan, sama halnya dengan
meremas pakaian pada saat mencuci. Manfaat dilakukan teknik ini yaitu dapat
melemaskan jaringaj dan melancarkan sirkulasi.
 Friction
Friction dilakukan dengan cara melakukan penakanan lebih dalam dengan
menggunakan jari – jari atau ibu jari di daerah kecil atau daerah nyeri.
5. Pemeriksaan nyeri yang dilakukan oleh fisioterapis dengan melakukan
pemeriksaan nyeri dengan Visual Analogue Scale (VAS) atau Numeric Pain
Rating Scale (NPRS) dengan skala 0-10/rating scale – no pain, discomfort. Mild,
moderate, severe.
 Skala nilai VAS
Semakin mendekati nol intensitas (tingkatan/ukuran) nyeri semakin ringan.
Semakin mendekati angka 10 intensitas nyeri semakin kuat.
 Skala Nilai NPRS
Angka 0 artinya tidak nyeri
Angka 1-3 nyeri ringan
Angka 4-6 nyeri sedang
Angka 7-9 nyeri berat
Angka 10 nyeri berat tidak terkontrol

Anda mungkin juga menyukai