Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENGENALAN WALK THROUGH SURVEY DI INDUSTRI”

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3)

Dosen Pengampu : Kuat Prabowo, MKes

Disusun oleh :

Hana Sahirah (P21335120018)

Isyfalana Noor Islam (P21335120019)

Kevin Deva Ameista (P21335120020)

Nabilah Kurnia Putri (P21335120026)

Raihan Mido Hutauruk (P21335120032)

Rosanti Rakan Kinanthi (P21335120034)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengenalan Walk Through Survey di
Industri" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pengenalan walk
through survey di industri di lingkungan kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kuat Prabowo, MKes selaku Dosen
Mata Kuliah K3. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

2.1 Pengertian Walk Through Survey ........................................................... 6

2.2 Tujuan Walk Through Survey ................................................................ 7

2.3 Langkah-langkah Walk Through Survey ............................................... 7

2.4 Kinerja Safety Management Walk Through Survey ............................... 8

2.5 Kiat Mengoptimalkan Management Walk Through Survey .................. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13

3.2 Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industry di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring dengan
tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan teknologi berbagai bidang
tersebut selain membawa manfaat bagi efisiensi dan peningkatan produktivitas juga
menimpilkan dampak resiko yang dapat membahayakan terhadap keselamatan dan
kesehatan para pekerja di tempat kerja.

Keselamatan dan kesehata kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan
kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan
para pekerjanya, akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu, hal tersebut saat ini
bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga
harus dipenuhi oleh sebuah sisten pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini
keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah
menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.

Kebijakan penerapan sistem menajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan


menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya akibat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya adalah
menciptakan perusaahan yang higienis, agar llingkungan kerja menjadi aman, nyaman
dan sehat. Di Indonesia, perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja tersebut
dijamin sesuai dengan pasal 86 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan,
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama dan
utnutk melindungi keselamtatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Walk Through Survey?
2. Apa tujuan dari Walk Through Survey?
3. Bagaimana langkah-langkah dari Walk Through Survey?
4. Bagaimana kinerja safety management dari Walk Through Survey?
5. Apa saja kiat-kiat mengoptimalkan management Walk Through Survey?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Walk Through Survey.
2. Untuk mengetahui tujuan dari Walk Through Survey.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dari Walk Through Survey.
4. Untuk mengetahui kinerja safety management dari Walk Through Survey.
5. Untuk mengetahui kiat-kiat megoptimalkan management Walk Through
Survey.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Walk Through Survey

Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan
upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa
sederhana. Walk Through Survey dan Check list Walk through survey merupakan
teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya di
lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja
yang terpajan. Walk through survey adalah salah satu upaya untuk mengenal bahaya di
tempat kerja. Upaya lainnya adalah pemeriksaan ditempat kerja, misalnya dengan
kamera fotografi, video kamera, termometer, higrometer, light meter, sound level meter
dll. Berbeda dengan penggunaan alat-alat itu Walk through survey mengandalkan
kemampuan indra penglihatan dan intra pendenagaran sekali-sekali dilakukan
wawancara dengan pekerja.

Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di lingkungan kerja biasanya
dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through survey), yang merupakan
suatu langkah dasar yang pertama-tama harus dilakukan dalam upaya program
kesehatan lingkungan kerja. Walk Through Survey diperlukan karena upaya ini harus
bisa dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, paling lama satu sampai dua jam saja.
Jika perusahaannya sangat besar maka dipilih satu atau dua bagian saja. Dalam panduan
harus terlihat bahaya apa yang paling menonjol, paling nyata dan potensial akan
menimbulkan dampak gangguan kesehatan dan kerugian material.

Walk Through Survey adalah salah satu upaya mengenal bahaya di tempat kerja.
Upaya lainnya adalah pemriksaan ditempat kerja, misalnya dengan kamera fotografi,
video kamera, thermometer, hygrometer, light meter, sound level meter, dll. Berbeda
dengan penggunaan alat-alat itu Walk Through Survey mengandalkan kemampuan
indra penglihatan dan indra pengenalan sekali-sekali dilakukan wawancara dengan
pekerja. Sebelum melakukan Walk Through Survey perlu diperhatikan masalah
kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum
melakukan pemotretan perlu dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan
perusahaan. Ada dua alasan untuk melarang pemotretan, pertama trade secrecy dan
yang kedua adalah safety.

2.2 Tujuan Walk Through Survey

Tujuan dari survei ini sendiri adalah agar sebagai seorang pakar kesehatan
lingkungan kerja kita dapat memahami proses produksi, denah tempat kerja. Kemudian
dapat mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) mengenai lingkungan kerjanya, memahami pekerja dan tugas pekerja,
memahamidan mengenal bahaya lingkungan kerja serta menginventarisir upaya K3
terhadap kebijakan, pengendalian dan pemenuhan perundang– undangan. Keuntungan
dari melakukan survey ini termasuk :
 Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional .
 Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja.
 Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat
Secara umum survei ini bermula pada pengenalan akan fasilitas manajemen pada
lingkungan kerja itu dan diskusi tentang tujuan survei tersebut sebab pemahaman yang
jelas tentang manejemen pekerja – pekerja serta hubungannya dengan fasilitas di
lingkungan pekerja tersebut sangat penting.

2.3 Langkah-langkah Walk Through Survey

Sebelum survei, terlebih dahulu meminta ijin dengan manajemen perusahan tentang
rencana survei guna menerangkan maksud dan tujuan survei sehingga kita dapat
memperoleh dukungan atas pelaksanaan survei tersebut. Setelah itu dapat dilakukan
diskusi untuk mendapatkan informasi riwayat singkat tentang industri atau rumah sakit
tersebut dan proses yang terlibat didalamnya seperti denah perusahaan, bagaimana
pengaturan dan populasi pekerja, kebijakan perusahaan atau rumah sakit tentang K3,
tanyakan juga pandangan atau pemahaman pimpinan dan pekerja tentang K3, gambaran
penerapan K3 yang dilakukan pekerja tersebut serta diskusi menyeluruh tentang
masalah-masalah yang pernah timbul di lingkungan kerja tersebut.
Kunjungan ke lapangan sebaiknya ditemani petugas setempat. Survei tersebut harus
dimulai dari awal proses atau tempat penyimpanan bahan baku atau bahan mentah yang
akan digunakan dalam kegiatan industri. Hal tersebut dibuat dalam daftar periksa
mengenai bahan baku selama proses dengan melihat potensi misalnya label peringatan
tentang komposisi bahan bakunya, debu yang beterbangan, uap atau gas yang tercium,
sumber panas radiasi, temperatur dan kelembaban, kebisingan, dan penerangan radiasi.
Dari sisi pekerja sendiri, pada setiap survei akan proses pembuatan bahan pakar
kesehatan lingkungan kerja harus mengobservasi juga prosedur penanganan bahan
yang digunakan pekerja dan segala sesuatu tindakan proteksi diri yang harus digunakan
oleh pekerja. Kemudian meninjau fasilitas yang menunjang kesejahteraan pekerja sen
diri seperti kelengkapan obat-obatan, kondisi sanitasi lingkunan, penyediaan air
minum, tempat sampah dan penerangan, letak sumber bahaya, pola paparannya, serta
alat penegendali sumber bahaya dan letak alat-alat keselamatnnya.
Jumlah pekerja pada setiap tingkat proses pembuatan bahan harus diperhatikan pula
dengan data-data yang relevan mengenai jenis kelamin, etnik, ataupun umur yang
mungkin akan memberi efeksensivitas terhadap bahan kimia di lingkungan kerja
tersebut. Jika ada kesempatan pakar kesehatan lingkungan kerja harus berdiskusi
dengan para pekerja secara langsung untuk menerangkan tata cara bekerja misalnya
menyangkut sebab akibat jika tidak menggunakan alat proteksi diri agar pekerja dapat
mengetahui dan mencegah terjadinya bahaya. Survei diakhiri dengan klarifikasi semua
informasi yang telah diperoleh dengan menjelaskan potensi bahaya yang ditemukan,
laporkan hasil pengamatan, evaluasi dan berikanan saran-saran atau rekomendasi untuk
perbaikan.
2.4 Kinerja Safety Management Walk Through Survey
Management Walk Through (MWT) merupakan cara manajemen untuk
memperoleh peluang perbaikan bagi para manajer dan pekerja secara bersama-sama
untuk mewujudkan harapan dan menemukan solusi perbaikan bagi perusahaan. MWT
biasanya dikaitkan dengan usaha menjaga aktivitas perusahaan agar tetap memiliki
kepatuhan pad acara kerja yang aman dan handal. Manfaat dari MWT anatar lain
membangun hubungan batin antara pimpinan dan pekerja perusahaan, dapat
memfokuskan pada solusi permasalahan dan memenuhi komitmen perusahaan. Hal
yang harus diperhatikan untuk membangun hubungan dengan bawahan, para pimpinan
cukup meluangkan beberapa waktunya untuk melakukan silaturahmi dengan bawahan
dalam jam kerja dan juga membuka pembicaraan dalam kegiatan informal agar tercipta
kondisi lingkungan yang rileks, saling menasehati saru sama lain, memberikan
perhatian dan kepedulian dengan bawahan. Dengan cara tersebut dapat menciptakan
semangat dan motivasi kerja yang baik.
REVIEW DAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN TINDAK-LANJUT
ANALISA
 Rencanakan dan  Amaati perilaku pekerja  Selesaikan issue  Review dan
jadwalkan MWT diskusikan hasil
MWT secara
periodic
 Persiapkan  Fokus pada  Ientifikasi tindak  Feedback dan
kebutuhan MWT keselamatan, lanjut perbaikan lesson learned
kehandalan, kepatuhan,
kualitas, dan kinerja
 Tanyakan beberapa  Bangun  Yakinkan aksi
pertanyaan ownership dan lanjut
peran dan diselesaikan
tanggung jawab sempurna
 Akui keberhasilan dan  Dokumentasikan
berikan umpan balik dan kelola dalam
sistem
pemantauan aksi
lanjut.
 Diskusikan peluang
perbaikan
 Bila perlu, hentikan
pekerjaan yang tidak
aman

Dengan menjalankan MWT semua pihak yang terkait dalam aktifitas kerja di
perusahaan tersebut dapat menjamkan naluri kewaspadaan terhadap resiko atan
ancaman bagi perusahaan. Dan yang paling penting adalah bisa mendapatkan masukan
langsung dari bawahan tentang permasalahan di lapangan. MWT juga berguna untuk
membantu mewujudkan komitmen perusahaan kepada stakeholders.Terdapat 4 tahap
agar MWT dapat memberikan manfaat seperti uraian diatas, yaitu:
1. Tahap perencanaan, atasan bisa merencanakan dan menjadwalkan MWT
sesuaiketersedian. Selanjutnya mempersiapkan segala kebutuhan yang
diperlukan selama MWT.
2. Tahap pelaksaan, bisa dilakukan interaksi dan intevensi terhadap pekerja yang
menjalankan tugas rutin atau harian.
3. Tahap tindak-lanjut, secara sungguh-sungguh berusaha menyelesaikan issue,
mengidentifikasi potensi perbaikan, membangun ownership dan tanggung
jawab serta mendokumentasikan tindak lanjut ini dalam sebuah sistem
pemantauan aksi lanjut.
4. Tahap review, dilakukan secara periodic, membuat feedback dan lesson learned
agar dipahami semua pihak serta meyakinkan semua tindak lanjut diselesaikan
secara baik. Kegiatan inspeksi berkala ini harus dilakukan oleh Top
Management sampai ke Middle Management ke unit-unit operasi sebagai
realisasi komitmen dan keteladanan managementguna meningkatkan
kepedulian dan kesadaran semua pekera terhadap aspek HSE, langkah yang
harus dilakukan perusahaan terkait dengan MWT :
 MWT dilakukan minimal 1 kali dalam 3 bulan atau 1 kali dalam kontrak
pekerjaan
 MWT dilakukan oleh Kepala HSE perusahaan
 Kegiatan MWT meliputi monitoring dan diskusi permasalahan HSE dalam
pekerjaan.
2.5 Kiat Mengoptimalkan Management Walk Through Survey
1. Menjadi teladan
Para pekerja mempercayai apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka
dengar, karena itu, lakukan apa yang anda ucapkan ketika berbicara tentang
keselamatan. Selama kunjungan, patuhi semua peraturan keselamatan yang ada.
Setibanya di lokasi, ikuti safety induction, jika tidak ada safety induction
mungkin karena merasa sungkan, mintalah. Safety induction sangat bermanfaat
untuk memberikan gambaran besar mengenai pekerjaan yang berlangsung,
bahaya-bahaya yang mungkin ada, dan beberapa peraturan keselamatan umum
serta hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kondisi darurat.
2. Libatkan Pekerja, tanyai pekerja
Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk melibatkan diri dengan
pekerja adalah dengan : bertanya. Tanyakan apa yang sedang mereka kerjakan,
apa saja bahaya yang terlibat pada pekerjaan mereka, apa saja mitigasi yang telah
mereka lakukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan aman. Dengan bertanya,
pekerja dipaksa memikirkan ulang langkah kerja yang aman, potensi bahaya
yang terlibat dan pencegahan yang telah mereka lakukan. Dorong lebih jauh,
tanyakan apakah yang mereka lakukan sudah memadai atau belum.
3. Memberi Solusi
Dengan melakukan kunjungan lapangan, pimpinan perusahaan bisa meliha t
secara langsung kesulitan ataupun hambatan yang dialami pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya secara efisien dan aman. Tangkap kesulitan-
kesulitan tersebut, dan jadilah bagian pemberi solusi, bukan pemberi masalah.
4. Memberi Apresiasi
Jika kunjungan lapangan dilakukan hanya ketika terjadi kecelakaan, maka
pimpinan tersebut akan diasosiasikan oleh para pekerja sebagai pembawa berita
buruk. Maka dari itu, alangkah baiknya jika para pimpinan perusahaan datang ke
lapangan membawa berita baik, bisa berupa bonus keselamatan atau mungkin
barang-barang merchandise perusahaan untuk dibagikan ketika bertanya di sesi
rapat keselamatan, tool box meeting atau diberikan ke safety officer lapangan
untuk menyemarakkan pelatihan onsite yang dia lakukan.
5. Hentikan pekerjaan yang tidak aman
Jika melihat pekerjaan yang tidak aman, tugas setiap orang yang
mengetahuinya untuk menghentikan pekerjaan tersebut sebelum terjadi korban
karena kecelakaan. Dorong para pekerja untuk melakukan penghentian
pekerjaan yang tidak layak, dan hormati pekerja yang menghentikan anda,
pimpinan perusahaan. Aktifitas penghentian pekerjaan yang tidak aman
merupakan salah satu indikasi matangnya budaya keselamatan di sebuah
organisasi.
6. Dorong pelaporan
Ketika melihat hal-hal yang tidak baik, mintalah pengawas lapangan untuk
melaporkannya. Doronglah pelaporan segala bentuk kecelakaan, baik
kecelakaan ringan, nearmiss, ataupun pelaporan kondisi tidak aman dan perilaku
berisiko yang diamati/di observasi. Semakin banyak pelaporan, data potensi
kecelakaan akan semakin baik, memungkinkan tim yang di kantor mengamati
kecenderungan/tren yang terjadi guna pencegahan lebih awal.
7. Libatkan pimpinan lain
Jika memungkinkan, ajaklah serta pimpinan dari tim lain. Sepasang mata
yang berbeda bisa memberikan sudut pandang baru yang mungkin selama ini
tidak terlihat oleh pekerja yang terbiasa dengan area kerja. Jika area kerja juga
melibatkan tim kerja dari perusahaan lain, kunjungan lapangan pimpinan lintas
departemen atau bahkan lintas perusahaan, bisa memberikan masukan yang
berharga, selama tim kunjungan mempunyai tujuan yang sama, saling membina
budaya keselamatan secara konstruktif.
8. Rutin
Jadwalkan kunjungan lapangan secara rutin. Bisa sebulan sekali atau
mungkin setahun dua kali. Hal baik yang dilakukan secara berkala bisa membuat
kontribusi yang berarti, apalagi jika dilakukan oleh posisi tertinggi perusahaan
yang bisa mengambil keputusan. Dengan berada di lapangan, seorang pemimpin
telah menunjukkan bentuk komitmennya terhadap keselamatan kerja. Inilah
yang pekerja lapangan ingin lihat dan harapkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Identifikasi potensi bahaya dapat dilakukan melalui Walk through survey langsung
ditempat kerja dengan menggunakan bantuan checklist yang sesuai dengan kondisi
bahaya ditempat kerja masing-masing. Walk Through Survey dan Check list Walk
through survey merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau
gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan. Walk Through Survey diperlukan
karena upaya ini harus bisa dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, paling lama
satu sampai dua jam saja. Jika perusahaannya sangat besar maka dipilih satu atau dua
bagian saja. Dalam panduan harus terlihat bahaya apa yang paling menonjol, paling
nyata dan potensial akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan dan kerugian
material.

Keuntungan dari melakukan survey ini adalah memperoleh satu pandangan umum
tentang seluruh operasional, dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area
tempat kerja, dan mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) standar kerja yang harus dipenuhioleh suatu
perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien danproduktif dengan
mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.Ruang lingkup
K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasaranaperusahaan. Sistem
manajemen K3 (SMK3) ajib diterapkan oleh perusahaan di!ndonesia dan memiliki
landasan hukum yang diatur dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No. 1
Tahun 1970, Undang-undang No.13 Tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/367233619/Kinerja-Safety-Management-Walkthrough

http://www.syamsularifin.org/2019/12/kiat-mengoptimalkan-management.html?m=1

https://id.scribd.com/document/390771930/Walkthrough-Survey

https://www.scribd.com/document/162908284/Walkthrough-Survey

https://www.academia.edu/37340461/WALK_THROUGH_SURVEY_DI_PERUSAHAAN

https://123dok.com/article/walkthrough-survey-identifikasi-bahaya-hazard-
identification.y8kpo0ry

Anda mungkin juga menyukai