Anda di halaman 1dari 5

Sifat-Sifat Umum

Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang
pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama;
kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan atau mengeringkan tanaman. Toksisitas atau daya racun adalah sifat
bawaan pestisida yang menggambarkan potensi pestisida untuk menimbulkan
kematian langsung (atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat tinggi, termasuk
manusia. Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik, dan
toksisitas subkronik.
Toksisitas akut
Toksisitas akut dari pestisida mengacu pada kemampuan bahan kimia untuk
menyebabkan efek pada seseorang atau hewan dari paparan tunggal, umumnya
berl angsung singkat. Empat jalur paparan dari toksisitas akut ini adalah kulit,
inhalasi, oral, dan mata. toksisitas akut diukur sebagai jumlah atau konsentrasi
racun yang diperlukan untuk membunuh 50% populasi hewan dalam pengujian.
Biasanya ukuran ini dinyat akan dalam LD 50 mematikan 50) atau LC 50 (dosis
(konsentrasi mematikan 50) dan dicatat dalam miligram pestisida per kilogram
berat badan hewan uji (mg/kg) atau dalam bagian per juta (ppm). Semakin
rendah LD 50 akan semakin besar atau LC 50 dari pestisida maka toksisitasnya
terhadap hewan dan manusia. Pestisida dengan LD 50 b. tinggi memiliki tingkat
racun yang paling tinggi bagi manusia.
Toksisitas kronik
Toksisitas kronik dari pestisida ditentukan dengan membuat hewan uji terpapar
bahan aktif dalam jangka waktu lama. Toksisitas kronis dari pestisida lebih sulit
ditentukan melalui analisis laboratorium daripada toksisitas akut. Beberapa efek
kronik antara lain cacat lahir, kelainan darah, dan gangguan saraf.
Toksisitas subkronik
Toksisitas subkronik digunakan unt uk mengetahui pengaruh yang merugikan
akibat pemberian takaran harian secara berulang dari obat, bahan kimia yang
berlangsung sekitar 10% dari rentang hidupnya. Toksisitas ini menyediakan
informasi mengenai organ target, kemungkinan terjadinya akumulasi, d an estimasi
dari level yang tidak menimbulkan efek dari suatu paparan yang dapat digunakan
untuk menentukan dosis kronik.

Absorbsi,Substitusi,ekskresi
Farmakokinetik
Inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat dan efektif melalui oral, inhalasi,
mata, dan kulit. Setelah diabsorbsi sebagian besar diekskresikan dalan urin, hampir
seluruhnya dalam bentuk metabolit. Metabolit dan senyawa aslinya di dalam darah
dan jaringan tubuh terikat pada protein. Enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif terlibat
dalam metabolisme senyawa organofosfat dan karbamat. Selang waktu antara
absorbsi dengan ekskresi bervariasi.
Farmakodinamik
Asetilkolin (ACh) adalah penghantar saraf yang berada pada seluruh sistem saraf
pusat (SSP), saraf otonom (simpatik dan parasimpatik), dan sistem saraf somatik.
Asetilkolin bekerja pada ganglion simpatik dan parasimpatik, reseptor parasimpatik,
simpangan saraf otot, penghantar sel-sel saraf dan medula kelenjar suprarenal.
Setelah masuk dalam tubuh, golongan organofosfat dan karbamat akan mengikat
enzim asetilkolinesterase (AChe), sehingga AChe menjadi inaktif dan terjadi
akumulasi asetilkolin. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetilkolin menjadi
asetat dan kolin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetilkolin
meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf
pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang
berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Keadaan ini akan menimbulkan efek yang
luas.
Sistem Monitoring
Pada tahun 1996 data Departemen Kesehatan tentang monitoring keracunan
pestisida organofosfat dan karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat
dan karbamat di 27 provinsi Indonesia menunjukkan 61,82% petani mempunyai
aktivitas kolinesterase normal, 1,3% keracunan berat, 9,98% keracunan sedang
dan 26,89% keracunan ringan. Pestisida jenis informasi yang berkaitan dengan
resiko penggunaan pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi
mengenai pestisida dari Puslitbang Biomedis dan Farmasi insektisida
organofosfat dan karbamat paling banyak digunakan petani dalam membasmi
serangga. Selain itu pestisida jenis ini mudah dimonitor dengan mengukur kadar
kolinesterase darah, karena itu Departemen Kesehatan menggunakan kadar
kolinesterase dalam darah untuk memonitor keracunan pestisida di tingkat petani.
Meskipun demikian, masih banyak jenis pestisida lain yang digunakan masyarakat
seperti untuk herbisida. fungisida, rodentisida dan fumigan. Bagaimanapun kita
harus peduli akan adanya pestisida di lingkungan sekitar kita, sehingga dengan
kepedulian kita terhadap jenis, gejala dan tanda keracunan pestisida serta cara
penanganannya. dapat diantisipasi sedini mungkin jika terjadi kecelakaan akibat
keracunan pestisida.
Efek pada kesehatan
Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang
yang langsung melaksanakan penyemprotan.  Mereka dapat mengalami pusing-pusing
ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata
berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi  luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak
sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan
kurangnya perhatian atas keselamatan kerja  dan kurangnya kesadaran bahwa
pestisida adalah racun.
Penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang
dipakai kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan
alasan dosis yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit
tanaman.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui
mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk
ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan
mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis,
ketahuan setelah selang  waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan
kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat
karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik
untuk generasi yang akan datang), danteratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang
keracunan).karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic
(kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), danteratogenic (kelahiran anak
cacad dari ibu yang keracunan).

Penanganan dan pengendalian


Setiap orang yang pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti
petani, Label kemasan Coklat tua Merah tua Kuning tua Biru muda buruh
penyemprot dan Iain-lain harus mengenali gejala dan tanda keracunan pestisida
dengan baik. Tindakan pencegahan lebih baik dilakukan untuk menghindari
keracunan. Setiap orang yang berhubungan dengan pestisida harus
memperhatikanhal-halberikut:
1. Kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dan pestisida yang sering
digunakan.
2. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter
terdekat.
3. Identifikasi pestisida yang memapari korban, berikan informasi ini pada
rumah sakit atau dokter yang merawat.
4. Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis informasi
pertolongan pertama penanganan korban.
5. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai pertolongan datang atau korban
dibawa ke rumah sakit.
Pertolongan Pertama yang Dilakukan
1. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dan sumber paparan,
lepaskan pakaian korban dan cuci/mandikan korban
2. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan.
Korban diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi
segera, ada waktu untuk menolong korban
3. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan
informasi tentang pestisida yang memapari korban dengan membawa label
kemasan pestisida
4. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/ penyuluhan tentang pesticida
sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan
pertolongan pertama
Pencegahan keracunan pestisida

1. Baca petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan, serta gunakan racun
serangga sesuai petunjuk penggunaan.
2. Gunakan alat khusus bila hendak mengaduk insektisida.
3. Jangan makan dan merokok saat menggunakan racun serangga.
4. Jangan menyemprotkan racun serangga saat cuaca sedang panas.
5. Lindungi hidung dan mulut dengan masker, serta kenakan pakaian yang dapat
melindungi seluruh tubuh saat menggunakan racun serangga. Akan lebih baik
bila pakaian yang dikenakan memiliki standar perlindungan terhadap zat kimia.
6. Periksa wadah yang digunakan untuk menampung insektisida, dan jangan
digunakan bila terdapat kebocoran.
7. Segera basuh kulit dengan sabun bila terkena racun serangga.
8. Cuci pakaian yang digunakan setelah menggunakan insektisida.
9. Jauhi sumber air bila belum membersihkan diri setelah menggunakan racun
serangga.
10. Selalu tutup wadah penyimpanan insektisida, dan jauhkan dari makanan.
11. Jangan gunakan tempat bekas makanan atau minuman untuk menyimpan racun
serangga.
12. Kubur wadah penyimpanan racun serangga yang sudah tidak terpakai. Jangan
dibuang ke sungai agar tidak mencemari air.

http://eprints.undip.ac.id/17532/1/YODENCA_ASSTI_RUNIA.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16706/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

http://eprints.undip.ac.id/43717/3/Anangga_Aristantyo_KTI_BAB_II.pdf

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/815/1660
https://badungkab.go.id/kab/artikel/17712-dampak-negatif-pestisida-pertanian-terhadap-
kesehatan-manusia

https://www.alodokter.com/keracunan-insektisida

Anda mungkin juga menyukai