Kali ini saya akan mengulas tentang pemanfaatan limbah singkong, karena kulit
singkong biasanya hanya sebagai limbah dan berakhir di tempat pembuangan
sampah. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah tidak ada cara untuk memanfaatkan
limbah tersebut. Jawabannya adalah ada ! berbagai cara dapat dilakukan untuk
memanfaatkan limbah tersebut menjadi bernilai ekonomis. Check this out !
Setelah itu sampel direndam dengan NaOCL 0,5% dengan penambahan NaOH
padat sampai sampel berubah menjadi berwarna putih kekuningan. Dari 60
gram kulit singkong yang diisolasi diperoleh hasil isolasi sebanyak 16 gram.
Menurut standar SNI, selulosa asetat yang baik adalah selulosa asetat dengan
persen asetil sebesar 39,0 40,0%. Persen asetil merupakan jumlah asam
asetat yang diesterifikasi pada rantai selulosa yang akan menentukan nilai
derajat subtitusi.
Proses adsorpsi dengan selulosa asetat dari limbah kulit singkong terhadap
larutan pewarna direct red dan direct black telah dilakukan dengan variasai
waktu kontak selama 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 180 menit. Massa
adsorbn yang digunakan adalah sebesar 1 gram yang dilarutkan dalam 100 ml
larutan pewarna direct dengan konsentrasi 200 ppm.
Dari hasil penelitian, daya adsorpsi maksimum selulosa asetat untuk direct red
adalah pada waktu kontak adsorpsi selama 90 menit dengan efisiensi adsorpsi
sebesar 44,82%. Sedangkan efisisensi adsorpsi selulosa asetat terhadap direct
black adalah sebesar 32,5% pada waktu kontak adsorpsi selama 45 menit.
Hasil yang tidak konstan disebabkan karena pada saat pengukuran absorbansi
larutan tidak dilakukan penyaringan terlebih dahulu sehingga masih terdapat
adsorbat yang ikut pada proses pengukuran yang menyebabkan absorbansi
menjadi berubah.
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa selulosa asetat dari
kulit singkong mampu mengadsorpsi pewarna direct tekni, daya adsorpsi pada
variasi waktu kontak adsorpsi secara umum mengalami kenaikan seiring
dengan naiknya konsentrasi, lanjutnya.