Anda di halaman 1dari 8

PRODUKSI KERTAS BERBAHAN BAKU BATANG POHON PISANG DENGAN

MEMANFAATKAN JAMUR PELAPUK PUTIH SEBAGAI PENURUN KADAR LIGNIN


Abstrak
Phanerochaete chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9 merupakan jamur
pelapuk putih yang berasal dari Kelas Basidiomycetes. Salah satu jenis jamur
pelapuk kayu yang cukup potensial untuk dimanfaatkan dalam industri
kertas adalah kelompok Pleurotus. Jenis jamur Pleurotus memiliki
kemampuan untuk mendegradasi bahan-bahan berlignoselulosa secara
efesien. Pada saat ini kegiatan industri pulp dan kertas dalam proses
pemutihan (bleaching) menggunakan klorin dan dapat menjadi sumber
pencemaran lingkungan. Sehingga untuk mengurangi penggunaan klorin
dalam proses pemutihan pada industri pulp dan kertas digunakan jamur
yang dikenal dengan istilah biobleaching.
Menyiapkan pelepah pohon pisang, potong kecil kecil ukuran 1 cm, lalu di
jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah kering rebus sampai
lunak (20 menit). Kemudian disaring dan dibuat bubur dengan cara
diblender. Beri pewarna tekstil dan direbus kembali sampai mendidih. Bubur
tersebut disaring dan masukkan pada ember kotak besar. Tambahkan 150 gr
kanji ke dalam 300 ml air dan juga panaskan 2 ltr air (hangatkan).
Campurkan air kanji dengan air hangat. Tuangkan 30 ltr air ke dalam ember
kotak dan tambahkan 500 ml air kanji yang dicampur. Sisa air kanji tersebut
(950 ml) tuangkan ke dalam bubur pelepah dan diaduk. Sebanyak 25 gram
pulp pelepah pisang (kering oven) dimasukkan ke botol polypropylene dan
disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit (121C,1 atm). Selanjutnya
pulp dalam botol tersebut diinokulasi dengan jamur pelapuk putih sebanyak
50 ml dan diaduk rata. Kemudian diinkubasi selama 5, 10 dan 15 hari.
Setelah masa inkubasi dihitung tingkat degradasi dan laju dekomposisi dan
pH dengan mengambil 2 gram pulp yang ditambahkan 25 ml air suling serta
diaduk selama 2 menit pada magnetic styrer. Cairan filtrat diukur dengan
pH-meter pada suhu 25C. Perlakuan pulp pelepah dengan menggunakan
jamur pelapuk putih dapat menurunkan kadar lignin.
Kata Kunci : Jamur pelapuk putih, lugnin, pelepah pisang.
1. PENDAHULUAN
Tingkat konsumsi kertas di Indonesia sangatlah tinggi. Menurut Indonesia
Pulp & Paper Asoociation Directory konsumsi kertas di Indonesia mencapai
5,96 juta ton pada tahun 2006. Tingginya tingkat konsumsi kertas di
Indonesia tersebut membuat pohon yang merupakan bahan baku
pembuatan kertas semakin berkurang. Tercatat 65-97 juta pohon ditebang
untuk memenuhi kebutuhan akan kertas para angkatan kerja di Indonesia.
Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung
humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini,
hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.
Batang pisang memiliki berat jenis 0,29 g/cm3 dengan ukuran panjang serat

4,20-5,46 mm. Selulosa sekitar 60-65%, Hemiselulosa 6-8%, dan Lignin 3033% dan sisanya adalah zat ekstraksi yang mampu dijadikan sebagai bahan
baku pembuatan pulp.
Phanerochaete chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9 merupakan jamur
pelapuk putih yang berasal dari Kelas Basidiomycetes. Salah satu jenis jamur
pelapuk kayu yang cukup potensial untuk dimanfaatkan dalam industri
kertas adalah kelompok Pleurotus. Jenis jamur Pleurotus memiliki
kemampuan untuk mendegradasi bahan-bahan berlignoselulosa secara
efisien. Dalam pengolahan pulp, lignin sangat berpengaruh terhadap warna
pulp, menyukarkan penggilingan dan menghasilkan lembaran yang
berkekuatan rendah. Lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel
secara bersamasama.
Saat ini tengah dilakukan penelitian tentang potensi pembuatan kertas
berbahan baku alternatif salah satunya dengan menggunakan bahan baku
pelepah pisang sebagai salah satu upaya mengurangi kerusakan lingkungan.
Pelepah pisang memiliki potensi memiliki potensi sebagi bahan baku
pembuatan kertas karena memiliki kadar hemiselulosa yang cukup tinggi.
Untuk mengurangi kadar lignin pada pelepah pisang dengan memanfaatkan
jamur pelapuk putih. Dengan tujuan dapat berkembangnya pengetahuan
tentang biobleaching yang ramah lingkungan
2. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
2.1 Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah alat pencetak kertas, blender, pisau, alat untuk
merebus, saringan, blender, ember kotak, pipa, inkubator, meja landasan,
dan cawan petri. Bahan yang digunakan meliputi pelepah pohon pisang,
kanji, air, dan jamur pelapuk putih.
2.2 Variabel Penelitian
Tabel 1. Variabel penelitian
No Variabel Tetap Variable Berubah
1 Pelepah pisang 1cm sebanyak 250 gr Inokulasi jamur pelapuk putih dalam
pelepah pisang
50gr : 75gr : 100gr
2 Kanji 150 gr dalam 300 ml air
3 Waktu masak 30 menit
3. Prosedur Penelitian
1. Proses pembuatan alat pencetak kertas
a. Menyiapkan kayu ukuran 34 cm sebagai bingkai cetakan.
b. Ukur kayu tersebut dengan panjang 40cm sebanyak 4x, dan panjang
50cm sebanyak 4x.
c. Rangkai kayu tersebut menjadi dua buah bingkai persegi panjang
menggunakan pengikat paku. Haluskan permukaan kedua bingkai dengan
menggunakan amplas.

d. Setelah itu potong kasa halus sesuai ukuran bingkai kayu tersebut, beri
kelebihan 2cm pada tiap sisinya untuk tekukan.
e. Pasang kasa halus pada salah satu bingkai kayu, rekatkan dengan
menggunakan paku. Satu pasang alat pencetak selesai di buat. (ket:
membuat 3 pasang alat pencetak ).
g. Potong kain keras dengan ukuran 50 x 60 cm sebanyak 50 lembar,
sebagai alas kertas yang telah dicetak.
2. Proses Pembuatan Bubur Kertas
a. Menyiapkan pelepah pohon pisang, potong kecil kecil ukuran 1 cm, lalu
di jemur di bawah terik matahari hingga kering.
b. Setelah kering rebus sampai lunak (20 menit) .
c. Kemudian disaring dan dibuat bubur dengan cara diblender.
d. Beri pewarna tekstil dan direbus kembali sampai mendidih.
e. Bubur tersebut disaring dan masukkan pada ember kotak besar.
f. Tambahkan 150 gr kanji ke dalam 300 ml air dan juga panaskan 2 ltr air
(hangatkan). Campurkan air kanji dengan air hangat.
g. Tuangkan 30 ltr air ke dalam ember kotak dan tambahkan 500 ml air kanji
yang dicampur. Sisa air kanji tersebut (950 ml) tuangkan ke dalam bubur
pelepah dan diaduk.
3. Proses penambahan jamur pelapuk putih
a. Biakan murni Pleurotus EB9 dan P. chrysosporium L1 diperbanyak pada
agar miring dan agar cawan berisi PDA (Potato Dextrose Agar) dan media
cair (Malt Extract) pada botol polypropylene
b. Kedua jenis fungi tersebut diinkubasi selama kurang lebih tujuh hari pada
suhu kamar (25C).
c. Jamur yang sudah diperbanyak di inokulasi ke dalam pulp sebanyak 50 ml
dan aduk rata.
d. Disterilisasi selama 15 menit pada suhu 27C.
4. Proses Pencetakan Kertas
a. Gabungkan 2 bingkai cetakan dan posisikan saringan berada di tengahtengah diantara bingkai tersebut.
b. Masukkan saringan/cetakan ke dalam ember kotak, kemudian angkat
perlahan-lahan cetakan yang telah berisi bubur kertas.
c. Lepaskan bingkai yang diatasnya, akan terlihat lapisan bubur kertas di
atas bingkan saringan
d. Tempelkan kain keras di atas lapisan bubur kertas yang telah dicetak.
e. Balik dan letakkan pada meja landasan.
f. Hilangkan air yang terbawa di cetakan dengan menggunakan pipa
(seukuran dengan lebar bingkai). Dengan cara menekan dan menggeserkan
pipa kearah kekiri dan kekanan.
g. Kemudian angkat bingkai saringan maka tampak lembaran kertas basah
menempel di kain keras.
h. Ulangi langkah kerja No. 1 5, kemudian balik dan letakkan diatas kertas
hasil cetakan yang pertama. (ket : maksimal tumpukan 4 lapis ). Lakukan
langkah tersebut sampai bubur kertas habis dicetak.
i. Angkat kain keras yang sudah terisi lembaran kertas basah satu persatu

dan jemur dibawah sinar matahari sampai hampir kering.


j. Setelah dijemur, proses pengeringan selanjutnya menggunakan setrika
listrik agar diperoleh permukaan yang halus. Dengan cara : permukaan yang
akan disetrika harus dilapisi dengan kain untuk mencegah panas berlebih
Pada analisa bahan dasar pelepah pisang, akan dilakukan analisa untuk
Menentukan kadar lignin.
Tahap analisa bahan baku dan pulp
Menentukan Kadar lignin
Langkah-langkahnya :
Timbang 3 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan dalam cooler
bath dan suhu dijaga 200C.
Tambahkan 35 ml NaOH 17,5% diaduk selama 5 menit lalu tambahkan lagi
10 ml dan aduk selama 10 menit. Tambahkan lagi masing-masing 10 ml pada
menit ke 2,5;5;10 menit berikutnya.
Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3 menit.
Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogen dan biarkan selama 30
menit.
Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam beaker glass
dikeluarkan dengan bantuan penambahan 25 ml NaOH 8,5%.
Endapan dicuci dengan aquadest 5 50 ml
400 ml.Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian
dengan aquadest
Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N
Biarkan endapan terendam dahulu baru cairan dibuang kemudian dicuci
dengan aquadest hingga larutan menjadi netral.Setiap kali pencucian diuji
300C.Setelah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C;
Didinginkan dalam desikator dan timbang, ulangi hal tersebut hingga
diperoleh berat konstan, misal b gram
Kadar selulosa : x100%
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses Pulping
Percobaan Penambahan Jamur Pelapuk Putih (kg) Kadar Lignin (%)
I 50 30,78
II 75 27,56
III 100 26,05
Dari penelitian pembuatan kertas dari pelepah pisang kemudian dilakukan
proses pemutihan atau bleaching. Tujuan dari proses bleaching sendiri
adalah untuk memutihkan warna dari hasil pulp yang dihasilkan. Karena
pada pulp yang dihasilkan masih terdapat kandungan lignin sehingga pulp di
bleaching agar menghasilkan pulp yang baik. Biasanya proses bleaching
menggunakan bahan kimia yang kurang ramah terhadap lingkungan,
sehingga kami menggunakan jamur pelapuk putih yang dapat digunakan
sebagai biobleaching yang ramah lingkungan.
Hasil kadar lignin paling rendah adalah variabel 3 dengan penambahan

jamur pelapuk putih sejumlah 100 gr yaitu 26,05. Dibandingkan variabel 1


dan variabel 2 yang lebih tinggi. Berarti semakin banyak jamur yang
ditambahkan maka semakin banyak kadar lignin yang hilang terdegradasi,
sehingga kadar lignin semakin berkurang.
Keunikan Jamur Pelapuk Putih: Selektif mendegradasi lignin
Posted on August 8, 2010 | 5 Comments

Grafik perubahan komponen lignoselulosa (selulosa, hemiselulosa, HWS, dan


lignin setelah diinkubasi dengan jamur pelapuk putih). Perhatikan lignin
terdegradasi dengan cepat, sedangkan selulosa relatif konstants

Jamur pelapuk putih memiliki keistimewaan yang unik, yaitu kemampuannya


untuk mendegradasi lignin. Jamur pelapuk putih sanggup menguraikan lignin
secara sempurna menjadi air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Lebih
menajubkan lagi, dia lebih suka makan lignin daripada selulosa.
Secara garis besar selulosa terdiri dari 3 komponen utama, yaitu lignin,
selulosa, dan hemiselulosa. Selulosa berbentuk serat panjang. Rantai
selulosa menyatu dengan ikatan hidrogen membentuk serat selulosa. Serat-

serat ini diikat menjadi satu oleh hemiselulosa membentuk benang halus.
Beberapa serat diikat dan diselubungi oleh lignin.
Hemiselulosa adalah komponen yang paling mudah didegradasi.
Selanjutnya, selulosa agak mudah terdegradasi. Kebanyakan mikroba suka
makan selulosa & hemiselulosa ini. Sedangkan lignin adalah komponen
yang paling sulit didegradasi, sangat cocok untuk tugasnya sebagai
pelindung. Pelindung lignin ini yang membatasi pemanfaatan biomassa
lignoselulosa sebagai bahan baku produk2 lain.
Kekuatan lignin ini bisa dicontohkan sebagai berikut. Dalam proses
pembuatan kertas, lignin ini harus dihilangkan. Untuk mengurangi &
melarutkan lignin ini dipergunakan asam kuat. Misalnya saja H2SO4, bahan
air aki. Air aki saja kalau kena baju langsung bolong. Konsentrasi asam yg
digunakan sampai 20% dan dilakukan pada suhu >180oC, takanan 2 bar,
selama sekitar 2 jam. Luar biasa energi yang diperlukan untuk melarutkan
lignin ini. Pantesan saja banyak mikroba yang tidak suka.
Namun, ternyata lignin ini ada musuhnya, yaitu jamur pelapuk putih. Jamur
pelapuk putih hobinya makan lignin, makan yang keras-keras. Heran juga
saya. Si jamur ini memngeluarkan enzim yang sangat kuat yang disebut
enzim ligninolitik. Paling tidak ada empat enzim, yaitu: LiP, MnP, Lac, dan VP.
Sudah lama aku baca diliteratur klo jamur ini lebih memilih makan lignin
daripada holoselulosa. Ada juga yang mengatakan kalau jamur ini makan
lignin dan sedikit makan holoselulosa. Aku lebih percaya pendapat kedua
daripada pendapat pertama. Awalnya seperti itu.
Beberapa hari ini aku sedang mengkoreksi data penelitian temen. Data
percobaan degradasi lignoselulosa dengan jamur. Awalnya data itu
ditampilkan agak membingungkan. Kemudian aku minta data mentahnya.
Aku coba olah sendiri. Hitung sana, hitung sini. Bandingkan antar data. Buat
grafiknya. Dan coba analisis statistiknya.
Datanya benar-benar mengejutkan aku. Biomassa lignoselulosa mengalami
degradasi. Lignin dan hemiselulosa terdegradasi sangat cepat. Tetapi,

selulosanya tidak terdegradasi sama sekali. Massa selulosa relatif tetap


sama dari awal sampai akhir percobaan. Aku minta temen dicek ulang data
ini untuk lebih meyakinkan lagi. Datanya masih sama. Data ini memperkuat
pendapat bahwa jamur pelapuk putih lebih suka makan lignin daripada
selulosa.
Hanya saja ada fonomena penurunan kecepatan degradasi lignin dan
hemiselulosa. Aku belum tahu kenapa seperti ini.
Data ini masih awal dan saya belum tahu penjelasannya. Perlu analisa
pendukung untuk mencari jawabannya.
Namun demikian, hasil ini membuka peluang pemanfaatan jamur yang lebih
luas. Dengan bantuan jamur ini selulosa bisa dipanen tanpa perlu melakukan
proses yang membutuhkan energi dan biaya tinggi. Setelah selulosa bisa
dipanen, mau diolah jadi apa saja bisa.
Jamur mudah ditumbuhkan, mudah diperbanyak, syarat tumbuhnya juga
mudah. Ini sangat potensial dilakukan dalam skala sangat besar.
Saat ini penelitian mesti lebih fokus lagi. Pertama, melakukan optimasi dan
memepercepat prosesnya. Kalau itu berhasil, target berikutnya adalah
melakukannya dalam skala yang besar. Insya Allah.
Lignin
Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan.
Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin
terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak.
Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun
lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada
sebuah batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur
kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama.
Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan
rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis lignin
menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol.
Pulp

Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun
non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia,
kimia).
Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan
baku kertas.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan
proses mekanis, kimia, dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara
mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti
gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal di antaranya PGW (Pine
Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan
kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini di
antaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan
suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang
memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik
daripada pulp dengan proses mekanis.
Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses
kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki
kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi
rendemen yang dihasilkan lebih kecil di antara keduanya karena komponen
yang terdegradasi lebih banyak (lignin,ekstraktif, dan mineral)

Anda mungkin juga menyukai