4,20-5,46 mm. Selulosa sekitar 60-65%, Hemiselulosa 6-8%, dan Lignin 3033% dan sisanya adalah zat ekstraksi yang mampu dijadikan sebagai bahan
baku pembuatan pulp.
Phanerochaete chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9 merupakan jamur
pelapuk putih yang berasal dari Kelas Basidiomycetes. Salah satu jenis jamur
pelapuk kayu yang cukup potensial untuk dimanfaatkan dalam industri
kertas adalah kelompok Pleurotus. Jenis jamur Pleurotus memiliki
kemampuan untuk mendegradasi bahan-bahan berlignoselulosa secara
efisien. Dalam pengolahan pulp, lignin sangat berpengaruh terhadap warna
pulp, menyukarkan penggilingan dan menghasilkan lembaran yang
berkekuatan rendah. Lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel
secara bersamasama.
Saat ini tengah dilakukan penelitian tentang potensi pembuatan kertas
berbahan baku alternatif salah satunya dengan menggunakan bahan baku
pelepah pisang sebagai salah satu upaya mengurangi kerusakan lingkungan.
Pelepah pisang memiliki potensi memiliki potensi sebagi bahan baku
pembuatan kertas karena memiliki kadar hemiselulosa yang cukup tinggi.
Untuk mengurangi kadar lignin pada pelepah pisang dengan memanfaatkan
jamur pelapuk putih. Dengan tujuan dapat berkembangnya pengetahuan
tentang biobleaching yang ramah lingkungan
2. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
2.1 Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah alat pencetak kertas, blender, pisau, alat untuk
merebus, saringan, blender, ember kotak, pipa, inkubator, meja landasan,
dan cawan petri. Bahan yang digunakan meliputi pelepah pohon pisang,
kanji, air, dan jamur pelapuk putih.
2.2 Variabel Penelitian
Tabel 1. Variabel penelitian
No Variabel Tetap Variable Berubah
1 Pelepah pisang 1cm sebanyak 250 gr Inokulasi jamur pelapuk putih dalam
pelepah pisang
50gr : 75gr : 100gr
2 Kanji 150 gr dalam 300 ml air
3 Waktu masak 30 menit
3. Prosedur Penelitian
1. Proses pembuatan alat pencetak kertas
a. Menyiapkan kayu ukuran 34 cm sebagai bingkai cetakan.
b. Ukur kayu tersebut dengan panjang 40cm sebanyak 4x, dan panjang
50cm sebanyak 4x.
c. Rangkai kayu tersebut menjadi dua buah bingkai persegi panjang
menggunakan pengikat paku. Haluskan permukaan kedua bingkai dengan
menggunakan amplas.
d. Setelah itu potong kasa halus sesuai ukuran bingkai kayu tersebut, beri
kelebihan 2cm pada tiap sisinya untuk tekukan.
e. Pasang kasa halus pada salah satu bingkai kayu, rekatkan dengan
menggunakan paku. Satu pasang alat pencetak selesai di buat. (ket:
membuat 3 pasang alat pencetak ).
g. Potong kain keras dengan ukuran 50 x 60 cm sebanyak 50 lembar,
sebagai alas kertas yang telah dicetak.
2. Proses Pembuatan Bubur Kertas
a. Menyiapkan pelepah pohon pisang, potong kecil kecil ukuran 1 cm, lalu
di jemur di bawah terik matahari hingga kering.
b. Setelah kering rebus sampai lunak (20 menit) .
c. Kemudian disaring dan dibuat bubur dengan cara diblender.
d. Beri pewarna tekstil dan direbus kembali sampai mendidih.
e. Bubur tersebut disaring dan masukkan pada ember kotak besar.
f. Tambahkan 150 gr kanji ke dalam 300 ml air dan juga panaskan 2 ltr air
(hangatkan). Campurkan air kanji dengan air hangat.
g. Tuangkan 30 ltr air ke dalam ember kotak dan tambahkan 500 ml air kanji
yang dicampur. Sisa air kanji tersebut (950 ml) tuangkan ke dalam bubur
pelepah dan diaduk.
3. Proses penambahan jamur pelapuk putih
a. Biakan murni Pleurotus EB9 dan P. chrysosporium L1 diperbanyak pada
agar miring dan agar cawan berisi PDA (Potato Dextrose Agar) dan media
cair (Malt Extract) pada botol polypropylene
b. Kedua jenis fungi tersebut diinkubasi selama kurang lebih tujuh hari pada
suhu kamar (25C).
c. Jamur yang sudah diperbanyak di inokulasi ke dalam pulp sebanyak 50 ml
dan aduk rata.
d. Disterilisasi selama 15 menit pada suhu 27C.
4. Proses Pencetakan Kertas
a. Gabungkan 2 bingkai cetakan dan posisikan saringan berada di tengahtengah diantara bingkai tersebut.
b. Masukkan saringan/cetakan ke dalam ember kotak, kemudian angkat
perlahan-lahan cetakan yang telah berisi bubur kertas.
c. Lepaskan bingkai yang diatasnya, akan terlihat lapisan bubur kertas di
atas bingkan saringan
d. Tempelkan kain keras di atas lapisan bubur kertas yang telah dicetak.
e. Balik dan letakkan pada meja landasan.
f. Hilangkan air yang terbawa di cetakan dengan menggunakan pipa
(seukuran dengan lebar bingkai). Dengan cara menekan dan menggeserkan
pipa kearah kekiri dan kekanan.
g. Kemudian angkat bingkai saringan maka tampak lembaran kertas basah
menempel di kain keras.
h. Ulangi langkah kerja No. 1 5, kemudian balik dan letakkan diatas kertas
hasil cetakan yang pertama. (ket : maksimal tumpukan 4 lapis ). Lakukan
langkah tersebut sampai bubur kertas habis dicetak.
i. Angkat kain keras yang sudah terisi lembaran kertas basah satu persatu
serat ini diikat menjadi satu oleh hemiselulosa membentuk benang halus.
Beberapa serat diikat dan diselubungi oleh lignin.
Hemiselulosa adalah komponen yang paling mudah didegradasi.
Selanjutnya, selulosa agak mudah terdegradasi. Kebanyakan mikroba suka
makan selulosa & hemiselulosa ini. Sedangkan lignin adalah komponen
yang paling sulit didegradasi, sangat cocok untuk tugasnya sebagai
pelindung. Pelindung lignin ini yang membatasi pemanfaatan biomassa
lignoselulosa sebagai bahan baku produk2 lain.
Kekuatan lignin ini bisa dicontohkan sebagai berikut. Dalam proses
pembuatan kertas, lignin ini harus dihilangkan. Untuk mengurangi &
melarutkan lignin ini dipergunakan asam kuat. Misalnya saja H2SO4, bahan
air aki. Air aki saja kalau kena baju langsung bolong. Konsentrasi asam yg
digunakan sampai 20% dan dilakukan pada suhu >180oC, takanan 2 bar,
selama sekitar 2 jam. Luar biasa energi yang diperlukan untuk melarutkan
lignin ini. Pantesan saja banyak mikroba yang tidak suka.
Namun, ternyata lignin ini ada musuhnya, yaitu jamur pelapuk putih. Jamur
pelapuk putih hobinya makan lignin, makan yang keras-keras. Heran juga
saya. Si jamur ini memngeluarkan enzim yang sangat kuat yang disebut
enzim ligninolitik. Paling tidak ada empat enzim, yaitu: LiP, MnP, Lac, dan VP.
Sudah lama aku baca diliteratur klo jamur ini lebih memilih makan lignin
daripada holoselulosa. Ada juga yang mengatakan kalau jamur ini makan
lignin dan sedikit makan holoselulosa. Aku lebih percaya pendapat kedua
daripada pendapat pertama. Awalnya seperti itu.
Beberapa hari ini aku sedang mengkoreksi data penelitian temen. Data
percobaan degradasi lignoselulosa dengan jamur. Awalnya data itu
ditampilkan agak membingungkan. Kemudian aku minta data mentahnya.
Aku coba olah sendiri. Hitung sana, hitung sini. Bandingkan antar data. Buat
grafiknya. Dan coba analisis statistiknya.
Datanya benar-benar mengejutkan aku. Biomassa lignoselulosa mengalami
degradasi. Lignin dan hemiselulosa terdegradasi sangat cepat. Tetapi,
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun
non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia,
kimia).
Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan
baku kertas.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan
proses mekanis, kimia, dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara
mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti
gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal di antaranya PGW (Pine
Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan
kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini di
antaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan
suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang
memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik
daripada pulp dengan proses mekanis.
Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses
kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki
kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi
rendemen yang dihasilkan lebih kecil di antara keduanya karena komponen
yang terdegradasi lebih banyak (lignin,ekstraktif, dan mineral)