PENULIS :
ARTA ARISKA SIHALOHO
PENDAHULUAN
Sampah dari bahan plastik menjadi ancaman yang serius bagi lingkungan
kita hingga saat ini, terlebih lagi pembuangan sampah plastic kini tidak dijumpai
di wilayah darat saja, namun sudah menyebar luas wilayah laut yang berbahaya
bagi lingkungan serta kehidupan biota di laut. Volume sampah yang ada di laut
maupun di darat seiring berjalannya waktu juga terus meningkat dengan cepat.
Kondisi ini akan menjadikan Indonesia sebagai kawasan yang rawan dan
menghadapi persoalan sangat serius. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti, saat ini Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik
terbesar kedua di dunia setelah China. Berdasarkan data INAPLAS dan BPS,
sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta
ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut sedangkan sampah plastik
yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar/tahun atau sebanyak
85.000 ton kantong plastic (KKP, 2018).
Plastik banyak dipilih oleh masyarakat karena plastik relatif murah, ringan
dibawa, fleksibel, tahan terhadap air, dan praktis. Plastik juga memiliki
kekurangan karena susah diuraikan oleh tanah dan perlu waktu yang sangat lama
untuk menguraikannya. Hal ini diakibatkan oleh plastik yang beredar selama ini
adalah salah satu jenis polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulit
untuk diuraikan oleh alam (Kurniawan dkk., 2016). Akibat lamanya proses
penguraian plastik banyak muncul zat kimia yang dapat mencemari tanah
sehingga manfaat dan kesuburan tanah semakin berkurang.
Indonesia saat ini sudah memasuki era revolusi industri 4.0 dimana
revolusi industri 4.0 menjadi harapan dan tantangan bagi Indonesia, khususnya
pada sektor kelestarian lingkungan hidup. Pengamat tata kelola perusahaan dan
ekologi politik dari Thamrin School of Climate Change and Sustainbility
menjelaskan bahwa di era revolusi 4.0 ini, semua elemen harus berpihak kepada
daya dukung lingkungan sehingga diharapkan dapat menurunkan angka
pencemaran lingkungan, termasuk kaum milenial. Kaum milenial berperan
penting dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan untuk kehidupan masa
depan. Dengan perkembangan IPTEK, semua mudah untuk dijangkau, dipelajari,
dan diperhatikan oleh generasi milenial. Kemajuan-kemajuan teknologi pun
harusnya memudahkan kaum milenial untuk menjaga lingkungan hidup
disekitarnya. Kaum milenial di harapkan mampu berdedikasi penuh dan
memberikan inovasi untuk menciptakan maupun menyambung karya yang telah
ada dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan.
Salah satu langkah untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah
plastik ini adalah dengan mengembangkan bahan plastik biodegradable
(bioplastik) yang artinya plastik yang dapat diuraikan kembali oleh
mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Menurut
Cornelia dkk (2013) bioplastik adalah campuran biji plastik yang dicampur
dengan pati jagung, pati tapioka, atau jenis pati yang lain. Pencampuran pati
dengan biji plastik ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari pati dapat
membuat produk yang dihasilkan lebih mudah didegradasi oleh mikroorganisme
di dalam tanah.
ISI
Ubi Nagara adalah ubi raksasa yang termasuk jenis ubi jalar (Ipomoea
batatas) dan merupakan salah komoditi tanaman pangan endemik Kalimantan
Selatan khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Pemanfaatan ubi nagara
saat ini masih terbatas dan belum berskala industri. Menurut BPTP Kalimantan
Selatan, potensi hasil ubi Nagara mencapai 44-45 ton/ha. Ubi Nagara berpotensi
menjadi bahan makanan pokok pengganti atau sebagai pangan pokok pendamping
untuk dikonsumsi masyarakat, sehingga dapat dijadikan bahan pangan alternatif
untuk mengurangi konsumsi beras maupun impor singkong yang terus meningkat.
Ubi Nagara juga dapat dimanfaatkan patinya untuk bahan bioplastik setelah
singkong mengingat Indonesia sendiri tercatat masih melakukan impor singkong
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Kemperin, 2016).
Kandungan yang terdapat dalam ubi Nagara yaitu pati (19,79%), vitamin
C (13,3%), protein (1,42%), dan serat kasar (0,94%) serta kandungan gula
mencapai 20,030Brix (BPTP Kalsel, 2015). Pemanfaatan Ubi Nagara sebagai
bahan baku untuk pembuatan bioplastik merupakan langkah baru untuk
memperkenalkan serta mengeksplor lebih lanjut potensi yang dimiliki tanaman
ubi nagara khas Kalimantan Selatan yang selama ini belum diketahui banyak
orang. Dengan kemajuan teknologi sekarang, pemanfaatan ubi Nagara diharapkan
dapat ditingkatkan menjadi berbagai produk jadi atau setengah jadi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.
Menurut Lazuardi & Cahyaningrum (2013) ada dua kekurangan dalam
pembuatan bioplastik berbahan pati yaitu rendahnya sifat mekanik serta bersifat
hidrofilik (mampu berikatan dengan air). Gliserol merupakan penyusun minyak
hewani dan minyak nabati yang dapat digunakan untuk pencampuran pati.
Gliserol bertujuan memperbaiki kekurangan dari sifat plastik berbahan pati yang
lebih kuat fleksibel dan licin. Selain penambahan gliserol, dalam pembuatan
bioplastik juga dapat menambahkan kitosan. Kitosan bersifat menguntungkan
karena termasuk biocompatibility, hydrophilicity, degradability, an bersifat anti
bakteri. Melalui sifat kitosan tersebut, kitosan dapat dengan mudah membentuk
membran atau film.
Langkah-langkah pembuatan bioplastik dari ubi Nagara yaitu :
a. Pembuatan Pati Ubi Nagara
PENUTUP
Pemanfaatan ubi Nagara sebagai bahan dasar pembuatan bioplastik akan
membawa dampak yang positif bagi lingkungan karena sifatnya yang ramah
lingkungan. Di sisi lain, industri bioplastik di Indonesia masih sangat minim
karena alasan ketersediaan bahan baku yaitu singkong yang sampai sekarang
masih mengimpor dari luar negeri serta keraguan produsen, apakah plastik ramah
lingkungan itu efisien dan bisa digunakan oleh masyarakat.
Pada kenyataannya, Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber
daya alamnya. Sudah saatnya Indonesia bisa memanfaatkan semua itu dengan
sebaik-baiknya. Indonesia masih memiliki banyak sumber tanaman lain yang
dapat dijadikan alternatif pembuatan bioplastik, salah satunya tanaman endemik
Kalimantan Selatan yaitu ubi Nagara yang sampai sekarang masih minim
informasi dan belum berkembang padahal memiliki potensi yang besar. Peran
milenial sangat mendukung kemajuan revolusi industri 4.0 ini karena saatnya
kaum milenial bergerak dan memberikan solusi serta inovasi untuk kemajuan
industri di Indonesia.
BIODATA PENULIS