Anda di halaman 1dari 6

ISSN(Cetak) : 2620-6048

ISSN(Online) : 2686-6641

PENGARUH KOSENTRASI NaOH PADA KARAKTERISASI α-


SELULOSA DARI PELEPAH KELAPA SAWIT

Nelson Silitonga1, Nurliana Tarigan1 , Gimelliya Saragih1

1
Program Studi Teknik Mekanika Industri, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Jl. Medan
Tenggara VII, Medan 20228, Indonesia
Corresponding author: nelsonsilitonga@ptki.ac.id

ABSTRAK
Analisa kimia terhadap pelepah sawit menunjukkan bahwa terdapat komponen selulosa,
hemiselulosa, dan lignin yang memperlihatkan bahwa pelepah sawit berpeluang untuk diolah
lebih lanjut menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Empat tahapan yang
dilakukan dalam proses isolasi α-selulosa dari pelepah kelapa sawit yaitu hidrolisis, delignifikasi,
pulping dan bleaching. Rendemen dan kadar α-selulosa tertinggi yang didapat dari proses ini
pada penggunaan variasi NaOH 2% rendemen sebesar 28,93% dan kadar α-Selulosa
diperoleh sebesar 90,23%. Karakterisasi α-selulosa menggunakan FTIR dan DSC. Analisa
spektroskopi FTIR menunjukan bahwa α-Selulosa memberikan spektrum yang menggambarkan
struktur sellulosa dan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan variasi penggunaan larutan
pemasak NaOH hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan pita serapan. Karakterisasi α-
Selulosa menggunakan DSC menunjukan bahwa bahan α-Selulosa dapat digunakan dibawah
temperatur degredasinya yaitu dibawah temperatur 370 0C .
Kata Kunci : Pelepah kelapa sawit, isolasi α-selulosa, FTIR, DSC

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara eksportir produk kelapa sawit dan turunannya terbesar setelah
Malaysia yaitu hingga mencapai 32,64% terhadap ekspor dunia. Provinsi Riau tercatat sebagai wilayah
yang memiliki perkebunan sawit terluas di Indonesia yaitu 1,61 juta hektar [Litbang Deptan, 2014].
Dengan luas perkebunan sawit tersebut, maka limbah pelepah sawit yang dihasilkan sebesar 10,14 juta
ton. Akan tetapi, limbah pelepah sawit belum dimanfaatkan secara optimal. Pelepah sawit hanya
dimanfaatkan menjadi pakan ternak dan pupuk kompos. Analisa kimia terhadap pelepah sawit
menunjukkan bahwa terdapat komponen selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang memperlihatkan bahwa
pelepah sawit berpeluang untuk diolah lebih lanjut menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai
ekonomis. Menurut Padil dkk [2011], pelepah sawit mengandung Selulosa -α (34,89%), Hemiselulosa
(27,14%), dan Lignin (19,87%).
Salah satu kandungan kimia pelepah kelapa sawit yang menarik untuk diteliti adalah selulosa.
Selulosa merupakan senyawa polimer yang memiliki rumus kimia (C6H10O5)n yang digunakan tumbuhan
sebagai polisarida struktural. Polimer selulosa ini terdiri dari ratusan hingga puluhan ribu ikatan β(1→4)
unit D-glukosa. Susunan linear dari ikatan β-glukosa dalam selulosa menghadirkan distribusi gugus –OH
pada setiap rantai terluar. Akibatnya selulosa bersifat kaku dan polimer berserabut, hal ini ideal untuk
penyusun dinding sel tumbuhan (Fessenden, 1986).
Dalam beberapa penelitian, selulosa telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Novia
(2011) menggunakan potensi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit (TKS) menjadi energi terbarukan
yaitu bioetanol. Marbun (2012) menggunakan selulosa yang dikombinasikan dengan ZnO dalam
pembuatan bioplastik yang memiliki sifat mudah didegradasi. Selain itu, Saputra (2012) mengembangkan
selulosa dari TKS dalam sintesis komposit polianilina-selulosa yang bersifat semikonduktor.
Dalam penelitian Harianto (2012) selulosa dimanfaatkan dalam pembuatan nitroselulosa yang dapat
digunakan dalam pembuatan propelan atau bahan bakar roket. Gaol, et al (2013) memanfaatkan selulosa
TKS dalam pembuatan selulosa asetat. Aulia (2013) mengkonversikan selulosa TKS menjadi nanokristal
selulosa. Selain itu, selulosa dari TKS dapat dikonversikan menjadi karboksimetilselulosa (CMC) yang
digunakan dalam bidang farmasi maupun bidang kecantikan (Nahrowi, 2015). Pembuatan plastik
Biodegradable berbahan dasar Nano α-selulosa dari TKS (Benny, 2018)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 103
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Dalam penelitian ini akan dilakukan proses delignifikasi pelepah kelapa sawit dengan NaOH 2 %
sebagai variabel kontrol dan memvariasikan konsentrasi NaOH menjadi NaOH 4%,dan NaOH 6%
sebagai variabel bebas. Selulosa yang diperoleh akan diukur kadar α-selulosa, lignin, dan hemiselulosa.
Untuk mengetahui karakterisasi selulosa diukur menggunakan FTIR (Fourier-Transform Infrared
Spectroscopy), dan DSC (Differential Scanning Calorimetry).

2.METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi gelas beker, erlenmeyer, corong pemisah,
pipet tetes, gelas ukur, oven, refluks, derigen, ember, kain penyaring, kertas saring, indikator universal,
botol gelap, alumunium foil, neraca analitik, pengaduk, pembakar bunsen, magnetic stirer,desikator,
kertas saring whatman nomer 2, lemari asam, statif, buret, FT-IR (Fourer Transform Infra Red) dan DSC
(Differential Scanning Calorimetry).
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelepah kelapa sawit, larutan NaOH,
larutan H2SO4, H2O2, NaOCl, Na2SO3, NaNO2, larutan kalium dikromat, indikator ferroin, larutan ferro
ammonium sulfat, dan aquades.

2.3 Prosedur Penelitian


2.3.1 Preparasi Sampel
Sampel berasal dari Kebun milik Politeknik Teknologi Kimia Industri medan. Langkah pertama,
mencuci sampel dengan air bersih dan menjemurnya di bawah sinar matahari selama satu hari.
Selanjutnya, membelah pelepah kelapa sawit yang setengah kering menjadi empat dan menjemurnya
kembali di bawah sinar matahari selama satu hari agar kadar airnya berkurang. Kemudian memotong
tandan sawit menjadi berukuran sekitar 2 cm tahap terakhir adalah memblender sampel hingga diperoleh
serbuk halus.

2.3.2 Isolasi α-Selulosa dari Pelepah Kelapa Sawit


75 gram serat TKS dilarutkan ke dalam satu liter HNO3 3,5 % dan ditambahkan 10 mg NaNO2. .
Campuran sampel dipanaskan diatas hot plate pada suhu 90 0C selama dua jam. Selanjutnya, campuran
disaring dan dicuci sampai didapatkan ampas dengan filtrat netral. Ampas direfluk dengan campuran
NaOH 2 % dan Na2SO3 2 % perbandingan (1:1) yang berjumlah 750 ml pada suhu 50 0C selama dua jam.
Kemudian campuran disaring dan dicuci hingga didapat ampas dengan filtrat netral. Tahap berikutnya
proses pemutihan yang dilakukan dengan melarutkan ampas sampel ke dalam 250 ml NaOCl 1,75 %
pada temperatur mendidih selama 30 menit. Kemudian campuran disaring dan dicuci sampai 27 filtrat
dari ampas sampel netral . Pemurnian α-selulosa dilakukan dengan cara sampel dilarutkan ke dalam 500
ml NaOH 17,5 % pada suhu 800C selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan dicuci sampai
filtrat ampas netral.. Tahap akhir, sampel dilarutkan ke dalam larutan H 2O2 10 % selama satu jam.
Sampel yang didapatkan disaring dan dicuci sampai filtrat ampas netral. Kemudian ampas (pulp) yang
didapat dioven pada suhu 60 0C hingga diperoleh bobot konstan. Pulp kemudian disimpan dalam
desikator (Patraini, 2014). Pada penelitian ini, α-selulosa dibuat dari pelepah kelapa sawit melalui proses
delignifikasi dengan memvariasi konsentrasi NaOH 2 %, 4 %, dan 6%.

2.3.3 Penentuan Kadar α-Selulosa Menggunakan Metode Uji SNI 0444:2009


Penentuan kadar α-selulosa dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 1,5 gr. Selanjunya
sampel dimasukkan ke gelas piala dan ditambahkan 75 ml larutan NaOH 17,5 %, sebelumnya NaOH
disesuaikan pada suhu 25oC sambil mencatat waktu pada saat larutan NaOH ditambahkan. Setelah itu,
sampel diaduk menggunakan stirer perlahan sampai terdispersi sempurna. Hati-hati dalam proses
pengadukan untuk menghindari terjadinya gelembung udara dalam suspensi pulp selama proses
pengadukan.
Pengaduk dicuci menggunakan 25 ml larutan NaOH 17,5% diatas gelas piala yang mengandung
sampel sehingga volume mencapai 100 ml. Selanjutnya suspensi pulp diaduk menggunakan batang
pengaduk dan dimasak dalam air dengan suhu 50o C sampai waktu 30 menit dari awal perhitungan waktu.
Campuran yang 28 diperoleh didiamkan pada suhu ruang, kemudian ditambah dengan aquades 100 ml.
Campuran diaduk menggunakan batang pengaduk dan dimasak pada suhu 50 o C selama 30 menit
sehingga total waktu pada proses ini 60 menit. Suspensi yang didapatkan, selanjutnya diaduk dan disaring
sehingga didapatkan filtrat.
10 ml sampai 20 ml filtrat pertama dibuang, kemudian sisa filtrat diisihkan untuk analisis kadar α-
selulosanya. Selanjutnya filtrat dipipet sebanyak 10 ml dan ditambah 7 ml larutan kalium dikromat 0,5 N

104 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

ke dalam labu 250 ml. Sampel ditambah secara hati-hati 50 ml asam sulfat pekat dengan menggoyang
labu dalam lemari asam. Campuran dibiarkan tetap panas selama 15 menit dan dipanaskan pada suhu
125oC sampai 135oC lalu ditambahkan 50 ml aquades dan didinginkan pada suhu ruangan.
Langkah selanjutnya sampel ditambah 2 tetes sampai 4 tetes indikator ferroin, kemudian dititrasi
dengan larutan ferro ammonium sulfat 0,1 N sampai berwarna ungu. Terakhir blanko dibuat dengan
perlakuan sama seperti persiapan sampel namun tidak dimasukkan sampel. Kemudian fitrat tanpa sampel
ini diberi perlakuan sama seperti penambahan kalium kromat dan lainnya, kemudian dititrasi
menggunakan larutan ferro ammonium sulfat 0,1 N. Hasil analisis dibandingkan antara sampel NaOH
2%, NaOH 4 %, NaOH 6 %, NaOH 8%, sehingga dapat ditentukan keadaan yang paling optimum
menggunakan rumus berikut:

Dimana:
X = selulosa alfa (%);
V1 = volume titrasi blanko (ml);
V2 = volume titrasi filtrat pulp (ml);
N = normalitas larutan ferro ammonium sulfat;
A = volume filtrat pulp yang dianalisa (ml);
W = berat kering oven contoh uji pulp (g).

2.3.4. Analisis FT-IR


Analisis α-selulosa menggunakan FT-IR dilakukan dengan cara 0,2 mg selulosa dicampur dengan 2
mg KBr dan dibentuk menjadi pellet. Pellet dari sampel kemudian dimasukkan ke instrumen FT-IR
dengan λ 4000-400 cm-1 .

2.3.5 Analisa Differential scanning calorimeter (DSC)


Analisai thermal menggunakan Differential scanning calorimeter (Shimadzu). Analisis ini
dilakukan untuk mengukur energi yang diserap atau diemisikan oleh sampel yang memberikan
pengukuran kalorimetri dan energi transisi pada temperatur tertentu.

3. HASIL PENELITIAN
3.1 Preparasi Sampel
Pelepah kelapa sawit diperoleh dari perkebunan Politeknik Teknologi Kimia Industri medan.
Langkah pertama, mencuci sampel dengan air bersih dan menjemurnya di bawah sinar matahari selama
satu hari. Selanjutnya, membelah pelepah kelapa sawit yang setengah kering menjadi empat dan
menjemurnya kembali di bawah sinar matahari selama satu hari agar kadar airnya berkurang. Kemudian
memotong tandan sawit menjadi berukuran sekitar 2 cm tahap terakhir adalah memblender sampel hingga
diperoleh serbuk (serat) halus. Serat halus inilah yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku Isolasi
α-Selulosa dari pelepah kelapa Sawit

3.2 Isolasi α-Selulosa dari Pelepah Kelapa Sawit


α-Selulosa diperoleh dari beberapa tahap yaitu preparasi, hidrolisis, delignifikasi, pulping dan
bleaching, tahapan diatas bertujuan untuk menghilangkan kadar lignin pada serat pelepah kelapa sawit.
Rendemen hasil isolasi α-selulosa dari pelepah kelapa sawit dengan penggunaan larutan pemasak NaOH
2% sebesar 15,53%, larutan pemasak NaOH 4% sebesar 23,99% dan larutan pemasak NaOH 6% sebesar
28,93%. Semakin tinggi kosentrasi NaOH yang digunakan maka semakin tinggi rendemen α-selulosa
yang didapatkan disebabkan karena semakin banyak kosentrasi NaOH yang digunakan maka semakin
besar kemampuan NaOH untuk mengikat lignin yang ada pada serat pelepah kelapa sawit karena NaOH
berfungsi memisahkan lignin dari selulosa. Karakterisasi dari hasil isolasi α-selulosa dari pelepah kelapa
sawit berwarna putih dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 105
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 3.1 α-Selulosa Dari Pelepah Kelapa Sawit

3.3 Penentuan Kadar α-Selulosa Menggunakan Metode Uji SNI 0444:2009


Hasil Penentuan kadar α-selulosa dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Hasil kadar α-selulosa dari serat pelepah kelapa sawit
Penggunaan NaOH Kadar α-selulosa
(%) (%)
2 90,23
4 85,61
6 79,40

Penurunan kadar selulosa dikarenakan komponen hemiselulosa dan lignin pada serat pelepah sawit
telah terhidrolisis menjadi glukosa yang larut dalam proses pencucian dengan menggunakan air.
Pecahnya komponen hemiselulosa dan lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti glukosa yang
larut dalam air dapat berpengaruh terhadap produksi selulosa yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Widodo et al. 2013; Hutomo 2012; Lisin et al. 2015) yang
menyatakan bahwa konsentrasi NaOH dan lama waktu blaching berpengaruh pada hasil rendemen
selulosa yang dihasilkan. Penggunaan NaOH dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan
degradasi terhadap selulosa, sehingga menyebabkan turunnya kadar selulosa yang diperoleh pada hasil
ekstraksi.

3.4. Analisis FTIR


Spektrofotometer FTIR digunakan untuk mengindentifikasi keberadaan gugus fungsi
berdasarkan ikatan yang terdapat dalam satu senyawa. Dimana, perbedaan gugus fungsi suatu senyawa
akan memberikan pola serapan spesifik dengan spektrum yang berbeda satu dengan yang lainya
(Dachriyanus, 2004)

a
Transmittance (%)

4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500


-1
Bilangan gelombang (cm )

Gambar 3.2 Spektra FTIR dari (a) α-Selulosa Menggunakan NaOH 2%, (b) α-Selulosa Menggunakan
NaOH 4% dan (c) α-Selulosa Menggunakan NaOH 6%

106 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Berdasarkan gambar 3.2 diatas, dengan jelas bahwa spektra FTIR α-Selulosa Menggunakan
NaOH 2%, α-Selulosa Menggunakan NaOH 4% dan α-Selulosa Menggunakan NaOH 6% tidak ada
perbedaan yang signifikan, hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan pita serapan. Untuk hasil
analisa Spektrum FTIR selulosa dabat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Analisa Spektrum FTIR α-Selulosa


Bilangan Gerlombang Gugus
No Jenis Senyawa
(cm -1) Fungsi
1 3000 – 3600 O –H Asam Karboksilat
2 2850 – 2960 C –H Alkana
3 1500 – 1600 C=C Cincin Aromatik
4 1340 – 1470 C–H Alkana
5 1050 – 1300 C–O Asam Karboksilat

Hasil analisa spektroskopi FTIR menunjukan bahwa α-Selulosa memberikan spektrum yang
menggambarkan struktur sellulosa.

3.5 Analisis Differential Scanning Calorimetry DSC


Differential Scanning Calorimetry (DSC) merupakan suatu teknik analis sifat termal bahan dimana
perubahan material diukur sebagai fungsi temperatur. DSC digunakan untuk mempelajari sifat termal dan
perubahan fasa akibat perubahan dalam bentuk kalorimetri dari suatu material. Analisa DSC telah
dilakukan terhadap sampel α-Selulosa yang dapat dilihat pada gambar 3.3

a
b
35 c

30

25

20
mW

15

10

-5

0 100 200 300 400 500


0
Temperatur C

Gambar 3.3 Grafik Hasil Analisa DSC (a) α-Selulosa Menggunakan NaOH 2%, (b) α-Selulosa
Menggunakan NaOH 4% dan (c) α-Selulosa Menggunakan NaOH 6%

Pada Grafik 3.3 menunjukkan perubahan reaksi endotermis maupun reaksi eksotermis dari α-
Selulosa dengan variasi penggunaan larutan pemasak NaOH. Pada temperatur diantara 74 -810C
menujukkan suhu reaksi endotermis (menyerap kalor), pada temperatur 3700C menunjukkan suhu reaksi
eksotermis, yang menyatakan bahan sudah terdegradasi (rusak), ini berarti bahan α-Selulosa dapat
digunakan dibawah temperatur degrdasinya yaitu dibawah temperatur 370 0C .

4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut:
1. Isolasi α-Selulosa dari pelepah kelapa sawit telah berhasil dilakukan dan menghasilkan rendemen
dan kadar α-Selulosa tertinggi diperoleh pada variasi kosentrasi NaOH 2% dengan rendemen
28,93% dan kadar α-Selulosa diperoleh sebesar 90,23%.
2. Karakterisasi α-Selulosa menggunakan FTIR menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan variasi penggunaan larutan pemasak NaOH hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan
pita serapan. Hasil analisa spektroskopi FTIR menunjukan bahwa α-Selulosa memberikan spektrum
yang menggambarkan struktur sellulosa. Karakterisasi α-Selulosa menggunakan DSC menunjukan
bahwa bahan α-Selulosa dapat digunakan dibawah temperatur degredasinya yaitu dibawah
temperatur 370 0C .

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 107
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Fenny., Marpongahtum., dan Saharman Gea. 2013. Studi Penyediaan Nanokristal Selulosa dari
Tandan Kosong Sawit (TKS). Jurnal Saintia Kimia. 1(2) 2013.
Benny Rio Fernandez, Yunianto dan Gimelliya Saragih. 2018 Pembuatan Plastik Biodegradable
Berbahan Dasar Nano Α-Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS). Jurnal Warta PTKI
Dachriyanus, 2004, Analisa Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Padang: Andalas university
Press.
Ditjen Perkebunan, 2014. Pertumbuhan Aral Kelapa Sawit Meningkat.
http:/ditjen.pertanian.go.id/setditjenbun/. Diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul 16.48 WIB.
Fessenden, Ralph J., Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Gaol, M Roganda, L Lumban., Roganda Sitorus., Yanthi S., Indra Surya., dan Renita Manurung., 2013.
Pembuatan Selulosa Asetat dari α-Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia
USU. 2(3) 2013.
Harianto, F., Padil., Yelmida. 2012. Pembuatan Nitroselulosa dari Selulosa-α Pelepah Sawit Hasil
Pemurnian Dengan Enzim Xylanase Asam Penitrasi.J. Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekan
Baru.
Hutomo, et al, 2012. Ekstraksi Selulosa Dari Pod Husk Kakao Menggunakan Sodium Cellulose
Extraction from Cacao Pod Husk Using Sodium Hydroxide. , 32(3), pp.223–229
Ibrahim, S.F. 2011. Thermal Analysis and Characterization of Some Cellulosic Fabrics Dyed by a New
Natural Dye and Mordanted whith Different Mordants. International Journal of Chemistry. 3(2)
2011.
Janes, R. L. 1996. The Chemistry of Wood and Fibers. New York: Mc Graw Hill Book Co & Mc Donald
(ed). Pulp and Paper Manufacture, vol 1
Joseph, T., Wanna, E., Jannine Powell. 1993. Thermal Decomposition of Cotton Cellulose Treated with
Selected Salts. Thermochimica Acta. 22, pp 257-263.
Lisin, N. et al., 2015.Hydrolysis of Cellulose from Cocoa Pod Husk Using Sulfuric Acid. , 3(4), pp.482–
490
Marbun, Eldo S. 2012. Sintesis Bioplastik dari Pati Ubi Jalar Menggunakan Penguat Logam ZnO dan
Penguat Alami Selulosai (Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok.
Padil., A. Yelminda., dan Masfika Candra. 2011. Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit dengan
Ekstrak Abu TKS Menggunakan Rancangan Percobaan Response Surface Methode. Jurnal Sains
dan Teknologi. 10(1), pp 42-46, 2011.
Saputra, Eko., Berlian Sitorus., dan Harlia. 2012. Sintesis Komposit Pilianilin Selulosa Menggunakan
Matriks Selulosa dari Tandan Kosong Sawit. JKK ISSN 2303-1077. 2(1) pp 58-64.
Widodo, L.U. et al., 2013. Pemisahan AlphaSelulosa Dari Limbah batang Ubi kayu Menggunakan
Larutan Natrium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia, 7(2), pp.43–47.
Zhao H., Kwak JH., Zhang ZC., Brown HM., Arey BW., dan Holladay JE. 2007. Studying Cellulose
Fiber Structure by SEM, XRD, NMR, and Acid Hydrolysis. Carbohydr Polym. 68, pp 235–241

108 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life

Anda mungkin juga menyukai