Ibrahim
Nim: 442416020
Kls/smester: A/8
A. Sublimasi
1. Pengertian
Sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan
campuran, sehingga dihasilkan sublimat (sublimat merupakan kumpulan materi pada tempat
tertentu yang terbentuk pada pemanasan zat yang dapat berubah langsung dari fase padat ke
fase gas dan kembali ke fase padat). Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik
akan menyebabkan terjadinya perubahan fase, salah satunya antara lain apabila zat pada
temperatur kamar berada dalam keadaan padat, pada temperatur tertentu akan langsung
berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu.
Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa-senyawa
organik yang berbentuk padatan.
Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik akan menyebabkan terjadinya
perubahan sebagai berikut : apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan
padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini terjadi
perubahan fase dari padat ke cair lalu ke fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar
berada dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperatur tertentu (pada titik didihnya) akan
berubah menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat,
pada tekanan dan temperatur tertentu akan langsung berubah menjadi fase gas tanpa melalui
fase cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat
lainnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan zat – zat padat yang kita inginkan, perlu
dimurnikan terlebih dahulu.
2. prinsip
Prinsip kerja sublimasi yaitu perbedaan tekanan uap digunakan untuk memisahkan /
memurnikan senyawa padat yang dapat menyublim pada tekanan kamar, mudah sekali
dilakukan proses sublimasi pada tekanan kamar, tanpa menurunkan tekanannya, hanya cukup
langsung dipanaskan saja, maka senyawa tersebut akan langsung menyublim.
Garis antara solid dan liquid merupakan kurva keseimbangan antara cairan dan uap,
Garis antara liquid dan gas merupakan kurva keseimbangan antara gas dan cair, sedangkan
garis antara solid dan gas merupakan garis keseimbangan antara padatan dan gas. Ketiga
kurva berpotongan di satu titik yang disebut titik Triple, dimana ketiga fase dalam
keseimbangan. Titik leleh normal suatu senyawa ialah suhu dimana padatan dan cair berada
pada keseimbangan pada tekanan 1 atmosfer.
Jika pada sistem tersebut tekanan diturunkan sampai mencapai dibawah titik triple,
maka zat dari keadaan uap dapat langsung terkondensasi menjadi padatan atau sebaliknya,
proses ini disebut menyublim.
3. Proses Sublimasi
Pada proses sublimasi, senyawa padat bila dipanaskan akan menyublim, langsung
terjadi perubahan dari padat menjadi uap tanpa melalui fase cair dahulu. Kemudian uap
senyawa tersebut, bila didinginkan akan langsung berubah menjadi fase padat kembali.
Senyawa padat yang dihasilkan akan lebih murni dari pada senyawa padat semula, karena
pada waktu dipanaskan hanya senyawa tersebut yang menyublim, sedangkan pengotornya
tetap tertinggal dalam cawan / gelas piala.
Beberapa senyawa kimia dapat menyublim pada temperatur dan tekanan kamar,
namun banyak yang baru dapat menyublim apabila tekanan diturunkan. Untuk mendapatkan
bahan murni, fase uap bahan tersublim didinginkan secara perlahan-lahan sehingga berbentuk
kristal.
- Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan dibawah T o dan Po. To dan Po adalah suhu
dan tekanan dimana zat berada dalam keadaan seimbang, antara fase padat, cair dan
gas (titik triple).
- Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga
kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
- Sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah
proses sublimasinya dan sampel tidak mengalami proses pendahuluan terlebih dahulu.
Cara yang dapat kita lakukan adalah memisahkan partikel yang mudah menyublim
tersebut menjadi gas. Gas yang dihasilkan ditampung, lalu didinginkan kembali. Syarat
pemisahan campuran dengan menggunakan sublimasi adalah partikel yang bercampur harus
memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga kita dapat menghasikan uap dengan
tingkat kemurnian yang tinggi.
2. Metode
• Kristalisasi penguapan
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dantitik
bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
• Kristalisasi pendinginan
Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu larutan
turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku terlebih dahulu,
sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat, sedangkan zat padat tetap tinggal di atas
saringan sebagai residu.
• Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh dialirkan
kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap, panas penguapan
diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin dan lewat jenuh.Metode ini
disebut kristalisasi vakum.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam.
Garamini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi desakan
danmembuat bahan padat menjadi terkristalisasi.
Pembentukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah melampaui titik jenuhnya.
Titik jenuh larutan adalah suatu titik ketika penambahan partikel terlarut sudahtidak dapat
menyebabkan partikel tersebut melarut, sehingga terbentuk larutan jenuh. Larutan jenuh
adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel terlarut pada suatu larutan pada
suhu tertentu. Contohnya adalah NaCl ketika mencapai titik jenuh maka akan
terbentuk kristal. Berkurangnya air karena penguapan, menyebabkan larutan melewati titik
jenuh danmempercepat terbentuknya kristal.
1.Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat
terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau
denganmenambahkan benih kristal ke dalam larutan lewat jenuh.
2.Pertumbuhan Kristal
Syarat-Syarat Kristalisasi
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu,
sehinggakelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat terlarut atau
jikalarutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal
jikalarutan jenuh suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut
akanmengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktulama.
Penurunan suhu secara drastis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan
Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat dibedakan menjadi dua
bagian.Bagian pertama adalah proses kristalisasi dan bagian kedua adalah proses klarifikasi.
Pada bagian kristalisasi, bahan sample dan cairan induk (mother liquid) dimasukkan kedalam
tangki DTB Crystallizers melalui sebuah pipa Superheated Solution From Hearter and
Recirculation Pump,komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas dalam Draft Tube
(suatu tabung isap). Didalamtabung isap bahan akan tercampur dan mengalami sirkulasi
dengan bantuan Agitator (pemutar/pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah,
Kedua bahan ini akan membentuk magma melalui fase lewat-jenuh yang ditingkatkan.
Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan density sehingga uap yang terkandung di
dalamnya akan terlepas kepermukaan magmamenuju ke Vapors Separation (pemisahan uap).
Magma yang mengalami perubahan density akanmengalami proses nukleasi (pembentukan
inti kristal), kristal yang terbentuk akibat proses nukleasiakan mengendap ke dasar larutan
dan sebagian akan naik ke permukaan. Kristal yang mengendapakan mengalami pemisahan
antara kristal halus dan kristal kasar pada settling zone (zona penyelesaian), dimana sebagian
Kristal akan dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikanumpan bersama cairan
induk untuk melakukan proses sirkulasi guna melarutkan partikel-partikelhalus yang masih
mengendap. Pada bagian klarifikasi akan terjadi pemisahan pada bentuk kristal,Kristal yang
sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal yang belum sesuai (ukurannya besar/kasar)
akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk proses lebih lanjut.
Dengan menggunakan alat Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat diperoleh
produk :
Adapun Keuntungan menggunakan Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers antara lain :
jenis ini menggunkan prinsip sirkulasi cairan atau larutan induk, dimanaumpan
maupun hasil kristaliasi akan masuk kedalam Sheell and Tube Heat Exchangers
untuk didinginkan. Perbedaan dengan jenis crystallizer lainnya ialah karena pada saat dibadan
crystallizer terbentuk campuran kristal dan cairan induk, maka akan terjadi tumbukan antara
cairan dengan kristal sehingga suhu campuran akan meningkat, untuk mendinginkannya
diperlukan medium pendingin. Crystallizer ini menggunakan prinsip pendinginan, karena
kristalisasi dapat terjadi melalui pembekuan (solidification).
Pada gambar diatas, umpan dan recylce kristalisasi bersama-sama masuk
kedalamedium pendingin. Namun ada kelemahannya yaitu, panjang untuk pertukaran panas
pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat di perhitungkan, sebab jika
terjadikesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan kristalisasi pada proses pendinginan
tidak berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi sangat dikontrol
dengan baik, karena pompa itulah yang menciptakan laju alir disamping bukaan valve.
Adanya pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen baik didalam HE
maupun didalam badan Crystalizer, maka akan terjadi sering tumbukan untuk menghasilkan
kristal,dimana terdapat sekat antara saluran Head HE dengan ujung keluaran cairan induk.
Bilakristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan
turunkarena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari Crystallizer jenis
ini berukuran besar antara 30 – 100 mesh.
4.OSLO Evaporative Crystallizer Crystallizer
Terlihat pada gambar, dimana umpan masuk pada G, karena dipompa umpan
akan bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE, cairan umpan
tersebutmasuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A cairan induk yang panas
akan bercampur dengan panas penguapan pada bagian B. Laju penguapan tersebut harus
dikontrolantara kerja pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan perubahan panas
campurantersebut. Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara keadaan supersaturasi
dengankedaan penguapan, maka sering timbul scale atau kerak garam, sehingga akan
mengganggu proses sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit kristal pada bibit
kristal untuk mempercepat pembentukan kristal-kristal yang kita harapkan.
Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan
induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam crystallizer. Lainnya sama dengan
jenis crystallizer OSLO EC.
Prinsip kerja dari Crytallizer jenis ini adalah : Feed dicampur dengan cairan
yangdirecycle dipompa keruang penguap untuk diuapkan secara adiabatic sehingga
terjadilarutanlewat jenuh. Larutan tersebut mengalir melalui pipa ketangki kristalisasi
sehingga terbentuk kristal di dalam tangki kristalisasi, kemudian kristal dikeluarkan melalui
dischargenyadancairannya direcycle.Dengan alat ini ukuran kristal yang diinginkan dapat
diatur denganmengatur kecepatan pompa sirkulasi. Kalau sirkulasinyalambat maka kristal
yang kecil-kecil pun akan larut mengendap.
C. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang
cocok.
Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu
sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai adalah
sebagai berikut:
1. Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
2. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat
pencemarnya.
3. Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan Kristal yang
terbentuk.
4. Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut
tidak terurai.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju
pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan
tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil.
Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat
lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah
laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-
kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).
Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang menyusunnya. Penggolongan ini akan lebih mendasar menggunakan
jumlah dan jenis unsure semestinya. Bila hasil rotasi, pantulan atau inverse suatu benda dapat
dengan tepat disuspensi pada benda asalnya, maka struktur itu dikatakan mengandung unsure
seperti simetri tertentu sumbu rotasi, bidang pantulan (cermin),atau titik pusat .operasi simetri
ini dapat diterapkan pada bentuk-bentuk geometris, pada siatu benda fisis atau stuktur
molekul.
Tahap – Tahap rekristalisasi adalah :
1. Pemilihan pelarut
Pelarut yang terbaik adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut
sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misal pada titik didih
pelarut itu. Pelarut harus melarutkan secara mudah zat-zat pengotor dan mudah menguap,
sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut
harus lebih rendah dari titik leleh padatan untuk mencegah pembentukan minyak.
1. Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas
Padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut panas. Pada
titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai terlihat bahwa tidak ada tambahan materi
yang terlarut kagi. Hindari penambahan berlebih.
2. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang telah dipanaskan selanjutnya disaring menggunakan kertas saring
yang ditempatkan dalam suatu corong.
3. Kristalisasi
Filtrat hasil penyaringan selanjutnya dibiarkan kering. Zat padat murni akan memisah
sebagai kristal. Kristalisasi sempurna jika kristal yang terbentuk banyak. Larutan harus dalam
keadaan jenuh karena jika larutan telah mencapai derajat saturasinya, maka di dalam zat
padat akan terbentuk zat padat kristal. Apabila kristalisasi tidak terbentuk selama pendinginan
filtrat dalam waktu cukup lama maka larutan harus dibuat lewat jenuh.
4. Pemisahan dan pengeringan kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan. Penyaringan umumnya
dilakukan dibawah tekanan menggunakan corong Buchner. Kristal yang telah tersaring dicuci
dengan pelarut dingin murni untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal
kemudian dikeringkan dengan menekan kertas saring atau dioven(Keenan, 1992).
Larutan yang akan dikristalkan seharusnya tidak berwarna, namun jika terbentuk larutan
berwarna padahal zat padatnya ternyata tak berwarna maka ke dalam larutan panas sebelum disaring
ditambahkan norit (arang halus) atau arang aktif. Tidak semua zat warna dapat diserap arang dengan
baik. Zat warna yang tidak terserap akan tetap tinggal dalam induk lindi tetapi akan hilang pada waktu
pencucian dan penyaringan. Penggunaan norit tidak boleh diulangi apabila larutan masih berwarna
dan jangan berlebihan sebab dapat menyerang senyawanya (Svehla, 1979).