Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cabai

Cabai merupakan komoditas hortikultura di Indonesia yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat. Tanaman cabai tergolong tanaman perdu dari

famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai

berasal dari benua Amerika dan menyebar ke negara-negara benua

Amerika, Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai

memiliki banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.

Diperkirakan terdapat 25 spesies yang sebagian besar tumbuh di daerah

asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja,

yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika. (Supena, 2004).

Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,

diantaranya protein, lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, vitamin B1

dan vitamin C, serta sejumlah kecil minyak atsiri (Ditjen Bina Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004; Sembiring, 2009). Cabai digunakan

untuk keperluan rumah tangga dan juga dapat digunakan untuk keperluan

industri diantaranya, industri bumbu masakan, industri makanan dan

industri obat-obatan, industri kosmetik (Taychasinpitak dan Taywiya,

2003; Sembiring, 2009).

Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk

peningkatan produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi

4
5

budidaya. Penanaman dan pemeliharaan cabai yang intensif dan

dilanjutkan dengan penggunaan teknologi pascapanen akan membuka

lapangan pekerjaan baru. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang

menguasai teknologi dalam usaha tani cabai yang berwawasan agribisnis

dan agroindustri (Sembiring, 2009).

Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki

peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar

negeri menjadikan cabai sebagaikomoditas menjanjikan. Permintaan cabai

yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-

obatan merupakan potensi untuk memperoleh keuntungan. Tidak heran

jika cabai merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi

harga palingtinggi di Indonesia. Harga cabai yang tinggi memberikan

keuntungan yang tinggi pula bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dari

budidaya cabai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya

sayuran lain. Cabai pun kini menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan.

1. Cabai Keriting (Capsicum annum L.)

Cabai keriting merupakan salah satu dari varietas cabai besar atau

cabai merah (Capsicum annum L.). Warna buah tua kedua jenis ini

sama-sama merah, tetapi berbeda. Buah cabai keriting berukuran lebih

kecil dan bentuknya berlekuk-lekuk mengeriting sehingga disebut

cabai keriting (Setiadi, 1995).

Beberapa manfaat dari cabai merah keriting diantaranya adalah

(Rukmana, 2006) :
6

a. Kaya akan vitamin C, sehingga banyak orang menyarankan

penderita sariawan untuk banyak mengkonsumsi sambal. Makin

pedas sambal tersebut dipercaya akan mempercepat proses

kesembuhan sariawan.

b. Sebagaimana buah yang berwarna merah lainnya, cabai merah

juga memiliki kandungan vitamin A yang sangat tinggi. Hal ini

sangat baik untuk membantu merawat kesehatan mata seseorang.

c. Cabai merah keriting banyak mengandung karbohidrat sebagai

sumber energi manusia.

d. Terdapat kandungan lemak sehat yang baik untuk tubuh.

e. Vitamin B1 yang terdapat dalam cabai merah keriting sangat

efektif untuk menjaga kondisi tubuh manusia.

Di pasaran, dikenal cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai

hijau, dan cabai rawit. Sesuai dengan namanya, cabai merah keriting

berbentuk panjang mengeriting atau bergelombang, ramping, kulit

buah tipis, lebih tahan simpan, dan rasanya relatif pedas dibandingkan

cabai merah besar dan cabai hijau. Cabai merah besar adalah cabai

besar yang buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah tebal,

kurang tahan simpan, dan tidak begitu pedas, sedangkan cabai hijau

adalah cabai merah besar atau cabai keriting yang dipetik ketika masih

muda dan belum berubah warnanya menjadi merah. Cabai rawit adalah

cabai berwarna hijau, ukurannya kecil dengan bentuk sedikit keriting


7

dan rasanya lebih pedas dibandingkan cabai merah keriting, cabai

merah besar, dan cabai hijau (Sembiring, 2009).

Ada banyak jenis cabai di dunia ini. Tiap jenis memiliki nama

berbeda di wilayah yang berbeda pula. Berbagai jenis cabai di dunia

dapat dilihat pada Gambar 1.

Cabai keriting(C. Paprika(C. Annuum Cabai merah


annuum L.) var. grossum) besar(C. annuum L.)

Cabai rawit(C. Cabai Bhut Jolokia


Frutescens L.) Cheri/Pimento

Red savina papper Habanero Papper Thai Papper

Gambar 1. Berbagai Jenis Cabai

Secara umum buah cabai mempunyai banyak kandungan gizi yang

masing-masing jenisnya akan berlainan. Tabel 1 menunjukkan

kandungan gizi buah dari beberapa jenis cabai, baik bentuk segar

maupun kering menurut Setiadi (1995):


8

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Tiap 100 Gram Bahan
Kandungan Cabai merah besar Cabai merah besar
Kalori (kal) 31 311
Protein (g) 1 15,9
Lemak (g) 0,3 6,2
Karbohidrat (g) 7,3 61,8
Kalsium (mg) 29 160
Fosfor (mg) 24 370
Besi (mg) 0,5 2,3
Vit. A (SI) 470 576
Vit. B1 (mg) 0,05 0,04
Vit. C (mg) 18 50
Air (g) 90,9 10
b.d.d 85 85
(Sumber: Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
2004)

Jika cabai dibelah, maka kita akan menemukan tangkai putih di

dalamnya yang mengandung zat capsaicin. Zat capsaicin ini seperti

minyak dan menyengat sel-sel pengecap lidah. Zat capsaicin inilah

yang mengakibatkan cabai menjadi terasa pedas dan panas di lidah saat

kita mengkonsumsinya. Selain itu, capsaicin ini juga dapat membuat

para pengkonsumsinya merasa ketagihan dan kecanduan. Itulah alasan

yang membuat banyak orang begitu menyukai, bahkan tidak mau

berhenti mengkonsumsi cabai. Jika dikonsumsi dalam jumlah terlalu

banyak, cabai dapat mengakibatkan sakit perut yang dahsyat bagi

pengkonsumsinya (Realmaya, 2007).

8-metil-N-vanilil-6-nonenamida
9

Capsaicin juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan obat gosok

antireumatik dalam bentuk krim maupun dalam bentuk koyo cabai.

Selain capsaicin cabai juga mengandung zat mucokinetik, yaitu zat

yang mampu mengatur, mengurangi, atau mengeluarkan lendir dari

paru-paru. Oleh karena itu, cabai sangat membantu bagi penderita

bronkitis, mencegah influenza, sinusitis, demam, dan asma dalam

proses pengeluaran lendir. Cita rasa pedas pada cabai disebabkan

adanya senyawa capsaicin. Tingkat kepedesan buah cabai berbeda-

beda sesuai dengan jenisnya. Tingkat kepedesan cabai besar secara

garis besar dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokkan Cabai dan Kegunaannya dalam Perdagangan


Internasional Menurut Tingkat Kepedesan (SHU).
Kepedesan Kandunga Warn
No Kelompok Manfaat
(SHU) n a
Cabai
Ekstrak
1 sangat 175.000 -70.000 40 - 100 Merah
oleoresin
pedas
Cabai
Bahan
kepedesan
2 70.000 -30.000 20 - 40 Merah Campuran
pertengahan
rempah
bubuk
Cabai
Serbuk
3 kepedesan 0 - 35.000 0 - 20 Merah
cabai
kurang
Bahan
Cabai tidak Merah
4 pewarna
pedas** Tua
dan bumbu
Keterangan:
* : Semakin pedas semakin berkurang
** : Cabai pedas dan tidak pedas
(Sumber:Nawangsih,dkk. 2000)

Cabai merah mengandung oleoresin yang menimbulkan rasa pedas,

warna merah dan cita rasa yang khas. Oleoresin adalah suatu produk
10

yang mengandung resin, minyak-minyak esensial yang bersifat volatil

dan bahan aktif lainnya yang diekstrak dengan pelarut non-aqueous

seperti hidrokarbon (Furia, 1968).

Komponen-komponen oleoresin yang terdapat dalam cabai merah

ialah limonen, linalil, metil salisilat, 4-metil-1-pentenil-2-metil butirat,

isoheksilisokaproat dan heksasil-3-enol. Rasa pedas cabai dihasilkan

oleh senyawa capcaisin dan vanililamida. Capcaisin bersifat tidak

berwarna, tidak berbau, berbentuk cair pada suhu 65°C dan menguap

pada suhu yang lebih tinggi. Vanililamida dan capcaisin adalah

senyawa antimikroba yang terdapat dalam cabai merah (Purseglove et

al., 1981).

B. Sambal

Sambal telah lama dikenal sebagai penggugah dan penambah selera

makan. Sejalan dengan kemajuan jaman, sambal sekarang tidak hanya

dibuat di rumah tangga dengan alat sederhana, tetapi juga telah tersedia

dalam bentuk sambal yang sudah jadi keluaran pabrik. Meskipun

ragamnya tidak sebanyak sambal-sambal yang ada di negera kita dari

Sabang sampai Merauke, macam sambal jadi yang ada dipasaran sudah

cukup banyak. Prospek pasarnya sangat baik karena pasarnya berkembang

dengan cepat, kompetisinya belum jenuh dan masih terbuka luas untuk

pengembangan produk karena masih ada puluhan jenis sambal yang belum

dikembangkan menjadi sambal jadi (Boga, 2004).


11

Sambal adalah saus yang disiapkan dari cabai yang dihancurkan

sehingga keluar kandungan airnya dan biasanya ditambah bahan-bahan

lain seperti garam, cuka dan terasi. Sambal adalah salah satu unsur khas

hidangan Indonesia, Melayu ditemukan pula dalam kuliner Asia Selatan

dan Asia Timur. Ada bermacam-macam variasi sambal yang berasal dari

berbagai daerah. Jenis-jenis sambal dari beberapa daerah di Indonesia

dapat dilihat pada Tabel 3 (Jasmine, 2006).

Tabel 3. Jenis-jenis Sambal dari Beberapa Daerah Di Indonesia


No Nama Sambal Asal Daerah Bahan Yang Digunakan
3sdm margarin
T 10 buah bawang merah
a 20 buah cabai rawit merah
b 10 buah cabai rawit hijau
e 1 Sambal Embe Bali
1sdt terasi
l 1sdt garam,
2 buah jeruk limau
4
. 2 buah Cabai rawit
10 buah bawang merah
L 2 buah tomat segar
a 3buah jeruk nipis/ jeruk
n 2 Dabu-dabu Manado
limau
j 2sdm minyak goreng
u Garam secukupnya
t
a 3 buah jeruk purut
n 100ml Air mendidih untuk
merendam
Nusa Tenggara
J 3 Sambal Parado 100gr cabai rawit merah
Barat
e 1sdt garam
n 1sdt gula pasir
i
s 100gr cabai merah keriting
T 10 buah cabai rawit hijau
a 1/2sdt terasi goreng
b 4 Sambal Bajak Banten
7 butir bawang merah
e 4 siung bawang putih
l 75ml minyak sayur
12

Tabel 3. Lanjutan Jenis-jenis Sambal dari Beberapa Daerah Di Indonesia


No Nama Sambal Asal Daerah Bahan Yang Digunakan
3 lembar daun jeruk purut
1sdt garam
1sdt gula merah

100gr ikan gabus


1 butir kelapa parut sangria
250cc santan kental
5 buah cabai merah
4 siung bawang merah
4 siung bawang putih
Sambal 1 sdm ketumbar
5 Palembang
Lingkung 1 sdt jintan
1 batang serai, memarkan
1 potong laos, memarkan
1 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk purut
1 sdt garam

100gr cabai hijau besar


5 butir bawang merah
1sdt garam
1sdm air jeruk nipis
Sambal Lado
6 Sumatera Barat 2 sdm minyak sayur
Mudo
3 buah tomat hijau
1/2 sdt gula pasir
50gr teri jengki/teri tawar

200gr kelapa muda parut


75gr ikan gabus asin
10 buah cabai merah
keriting
2 siung bawang putih
7 Sambal Kaluku Sulawesi Selatan
5 butir bawang merah
2 tangkai daun seledri
5 lembar daun jeruk
½ sdt garam
½ sdt gula pasir
13

Tabel 3. Lanjutan Jenis-jenis Sambal dari Beberapa Daerah Di Indonesia


Bahan Yang
No Nama Sambal Asal Daerah
Digunakan
5 butir bawang
merah
10 buah cabai
rawit merah
1sdt garam
8 Sandal Pencit Jawa Tengah ½ sdt terasi
bakar
300gr mangga
muda
50mlminyak
sayur
(Sumber: Jasmine, 2006)

1. Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang Putih (Allium sativum) termasuk tanaman rempah yang

bernilai ekonomi tinggi karena memiliki beragam kegunaan, tidak

hanya didapur bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan

yang membuat masakan menjadi beraroma dan mengundang selera

(Wibowo, 1995).

Bawang putih termasuk dalam famili yang sama dengan bawang

merah. Umbi bawang putih juga mengandung mineral-mineral penting

dan beberapa vitamin dalam jumlah tidak besar. Komponen-komponen

oleoresin yang terdapat dalam bawang putih ialah dialil disulfida, dialil

trisulfida, alil propil disulfida dan sejumlah kecil dietil disulfida, dialil

polisulfida, allinin dan allisin (Farrel,1990).

Bawang Putih mengandung minyak atsiri yang sangat mudah

menguap diudara bebas. Minyak atsiri dari bawang putih ini diduga

mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik. Sementara


14

zat yang berperan memberi aroma bawang putih yang khas adalah

alisin, karena alisin mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh

dan dalam beberapa detik saja terurai menjadi senyawa dialil-disulfida.

Didalam tubuh, alisin merusak protein kuman penyakit sehingga

kuman penyakit tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif yang

mempunyai daya antibiotik cukup ampuh (Purwaningsih, 2007).

Bawang putih dikenal sebagai umbi seribu khasiat, berbagai

manfaat bawang putih adalah berkat kandungan allisin. Selain itu

bawang putih juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium,

fosfor serta besi dan mengandung vitamin seperti vitamin B1, vitamin

B2, dan vitamin C. Kandungan gizi secara rincipada umbi bawang

putih disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Bawang Putih per 100 gram


No Kandungan Gizi Bawang Putih
1 Kalori 122 kal
2 Protein 7g
3 Lemak 0,3 g
4 Kalsium 12 mg
5 Fosfor 109 mg
6 Besi 1,2 mg
7 Vitamin A -
8 Vitamin B1 0,23 mg
9 Vitamin B2 0,08 mg
10 Vitamin C 7 mg
11 Air 66,2-71 g
12 Serat 1,10 g
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979).
15

2. Bawang Merah (Allium cepa)

Bawang merah (Allium cepa) termasuk salah satu sayuran umbi

multiguna, dan yang paling penting didayagunakan sebagai bahan

bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai masakan. Kegunaan

lain bawang merah sebagai obat tradisonal, khasiat bawang merah

sebagai obat diduga karena mempunyai efek antiseptik dari senyawa

allin atau allisin (Wibowo, 1995).

Terdapat senyawa aktif yang terkandung dalam bawang merah

berupa quercitin. Secara farmakologi quercitin diketahui sebagai

senyawa yang bekerja aktif dalam menghambat inflamasi dan

pelepasan histamin. Kemampuan anti inflamasi sangat penting untuk

mencegah peradangan, sedangkan antihistamin yang dimiliki berguna

untuk mencegah terjadinya alergi. Selain itu, quercitin juga dikenal

sebagai anti kanker (Anonim, 2010).

Didalam Industri makanan, umbi bawang merah sering diawetkan

dalam kaleng (canning), saus, sop kalengan, dan tepung bawang.

Keuntungan mengkonsumsi bawang merah selain penyedia bahan

pangan bergizi dan berkhasiat obat, juga sangat baik untuk kesehatan.

Fungsi dalam tubuh adalah memperbaiki dan memudahkan pencernaan

serta menghilangkan lendir-lendir dalam kerongkongan (Samadi,

2005).

Dalam variasi pembuatan sambal, terkadang ditambahkan bawang

merah. Aroma khas yang dikeluarkan oleh bawang merah menjadi


16

alasan, mengapa bahan yang satu ini dipilih untuk campuran membuat

sambal. Aroma khas dari bawang merah bersumber dari senyawa yang

bernama allicin, atau dialiltio sulfina. Aroma ini akan keluar jika kita

memotong atau menghancurkan bawang merah (Anonim, 2012).

Dalam 100 gram bawang merah mentah terdapat vitamin B dan

vitamin C serta mengandung kalsium, zat besi, dan fosfor. Meskipun

jumlah zat tersebut tidak banyak, melalui konsumsi bawang merah

secara teratur kita akan terhindar kekurangan unsur vitamin dan

mineral yang diperlukan oleh sel tubuh. Kandungan gizi pada umbi

bawang merah secara rinci disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan Gizi Bawang Merah per 100 gram


No Kandungan Gizi Bawang Merah
1 Kalori 39 Kal
2 Protein 1,5 g
3 Lemak 0,3 g
4 Kalsium 36 mg
5 Fosfor 40 mg
6 Besi 0,8 mg
7 Vitamin A -
8 Vitamin B1 0,03 mg
9 Vitamin B2 -
10 Vitamin C 2,0 mg
11 Air 88 g
12 Serat -
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979).

3. Gula

Gula merupakan bahan pemanis makanan dan minuman.

Berdasarkan proses pembuatan, gula dibedakan menjadi dua, yaitu

gula sintesis dan gula alami. Gula sintesis adalah gula buatan, misalnya
17

aspartam, sakarin dan siklamat, sedangkan gula alami diproses dan

diperoleh dari tanaman yang mengandung nira atau pemanis, misalnya

kelapa, aren, siwalan, sagu, nipah, sorghum, dahlia dan stevia. Dewasa

ini, masyarakat lebih menyukai gula atau pemanis alami. Umumnya

gula Alami dikonsumsi tiap hari dalam jumlah terbatas. Contohnya

gula dalam tebu disebut sukrosa gula dalam buah disebut fruktosa, gula

dalam susu disebut laktosa (Rukmana, 2003)

Kelompok gula pada umumnya mempunyai rasa manis, tetapi

masing-masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki suatu rasa

manis yang khas yang sangat berbeda. Kekuatan rasa manis yang

ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis gula (sukrosa,

glukosa, dekstrosa, sorbitol, fruktosa, maltosa, laktosa, manitol,honey,

corn syrup, high fructose syrup, molase, maple syrup), konsentrasi,

suhu serta sifat mediumnya. Tujuan penambahan gula adalah untuk

memperbaiki flavor bahan makanan sehingga rasa manis yang timbul

dapat meningkat kelezatan (Sudarmadji, et al., 1988).

Penambahan gula dalam produk bukanlah untuk menghasilkan rasa

manis saja meskipun rasa ini penting. Jadi gula bersifat

menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya, kemampuan

mengurangi kelembaban relatif dan daya mengikat air adalah sifat-sifat

yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle, et

al., 2009).
18

4. Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk

kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar

natrium klorida serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida,

magnesium sulfat, kalsium klorida dan lain-lain. Garam mempunyai

sifat / karakteristik yang mudah menyerap air, density (tingkat

kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801°C

(Suprapti, 2000).

Garam merupakan bumbu utama dalam makanan yang

menyehatkan. Tujuan penambahan garam adalah untuk menguatkan

rasa bumbu yang sudah ada sebelumnya. Bentuk garam berupa butiran

kecil seperti tepung berukuran 80 mesh (178µ), berwarna putih, dan

rasanya asin. Jumlah penambahan garam tidak boleh terlalu berlebihan

karena akan menutupi rasa bumbu yang lain dalam makanan (Suprapti,

2000).

Garam dapur mempunyai istilah kimia Natrium Clorida (NaCl).

Penambahan garam dapur (NaCl) pada produk tertentu dapat berfungsi

untuk meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam

sebagai pemantap cita rasa adalah sebanyak 2-5% dari total bahan

bakunya (Suprapti, 2000).

Garam juga mempengaruhi aktivitas air (Aw) dari bahan, jadi

mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda

yang bebas dari pengaruh racunnya, beberapa organisme seperti


19

bakteri halofilik dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh,

tetapi mikroorganisme ini membutuhkan waktu penyimpanan yang

lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan (Buckle, et al.,

2009).

Penambahan garam pada pembuatan bumbu akan berperan sebagai

penghambat selektif pada mikroorganisme tertentu, karena garam

dapat mempengaruhi besarnya aktivitas air dalam bahan pangan.

Diduga penambahan garam dalam bumbu tidak dimaksudkan untuk

mengawetkan bumbu dan mencegah kerusakan akibat mikroba tetapi

hanya sebagai penambah rasa pada bumbu (Rahayu, 2000).

Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk

pemberantasan gangguan akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu

dengan proses fortifikasi (penambahan) garam menggunakan garam

iodida atau iodat seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya. Pemilihan garam

sebagai media iodisasi didasarkan data, garam merupakan bumbu

dapur yang pasti digunakan di rumah tangga, serta banyak digunakan

untuk bahan tambahan dalam industri pangan, sehingga diharapkan

keberhasilan program gaki akan tinggi. Selain itu, didukung sifat

kelarutan garam yang mudah larut dalam air, yaitu sekira 24 gram/100

ml (Anonim, 2007).

Jenis garam lain yang kurang populer penggunaannya di Indonesia

adalah garam rendah natrium (salt low sodium) merupakan garam

dengan kandungan NaCl yang lebih rendah dari pada garam konsumsi
20

biasa. Garam ini mempunyai komposisi terdiri dari campuran NaCl,

MgCl2, dan KCl dengan perbandingan tertentu. Penggunaan garam

rendah natrium terutama ditujukan untuk penderita tekanan darah

tinggi yang tidak diperbolehkan mengonsumsi garam dapur biasa

(Anonim, 2007).

C. Pengeringan dan Pemanasan

Pengeringan adalah proses mengeluarkan air dari suatu bahan

pertanian menuju kadar kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada

tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan

jamur, enzim dan aktivitas serangga (Henderson,et al., 1976).

Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena

perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.

Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas

perkembangan mikroorganisme dan kegiatanenzim yang dapat

menyebabkan pembusukan terhambat atau bahkan terhenti sama sekali.

Dengan demikian, bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan

lebih lama (Adawyah, 2008).

Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada

umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600°C dan hasil yang baik

dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air

10%. Demikian pula dengan waktu pengeringan juga bervariasi,

tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pengeringan bahan dapat

dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun


21

secara modern dengan menggunakan alat pengering seperti oven, rak

pengering, blower ataupun dengan fresh dryer. Di samping menggunakan

sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan

menggunakan blower. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran

lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, dibandingkan dengan sinar matahari

membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu (Adawyah, 2008).

Teknik pengolahan dengan pemanasan mampu menghasilkan produk

yang memiliki cita rasa yang luar biasa dibandingkan dengan teknik lain

(Winarno, 2002). Namun demikian (Kinsman et al., 1994) menyatakan

bahwa pengolahan dengan panas dapat menyebabkan zat gizi menurun bila

dibandingkan dengan bahan segarnya. Penggunaan panas dalam proses

pengawetan dapat membunuh atau menginaktifkan organisme yang

potensial berbahaya termasuk bakteri dan virus. Efeknya tergantung suhu

pemanasan dan teknik yang digunakan.Suhu berkisar antara 5 oC sampai

57oC (41oF sampai 135oF) adalah “wilayah makanan dalam bahaya”

karena diantara suhu tersebut bakteri dapat tumbuh dengan cepat. Dibawah

kondisi tersebut bakteri dapat menggandakan angka pertumbuhan setiap 20

menit. Makanan mungkin tidak menampakkan perbedaan atau kerusakan

tetapi dapat berbahaya bagi orang yang mengkonsumsinya (Arnold, 1976).

Pemanasan selama pemasakan menghasilkan perubahan pada

penampilan dan bahan-bahan fisik. Perubahan tersebut tergantung pada

waktu pemasakan dan kondisi suhu. Pemanasan diatas 60°C dapat


22

menyebabkan molekulprotein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat

menjadi tidak stabil (Kinsman et al.,1994).

Pemanasan (perebusan dan penggorengan) yang dilakukan secara

berlebihan atau waktu yang lama tanpa penambahan karbohidrat, dapat

mengakibatkan nilai gizi protein akan berkurang karena terbentuknya

ikatan silang dalam protein. Protein merupakan senyawa yang reaktif

terhadap panas, dimana sisi aktif beberapa asam amino dapat bereaksi

dengan komponen lain misalnya gula pereduksi, polifenol, lemak dan

produk oksidasinya (Winarno, 2002).

Sumber utama menurunnya nilai gizi protein bahan pangan selama

pengolahan dan pemasakan adalah reaksi pencoklatan non-enzimatis

(reaksi Maillard). Reaksi Maillard dengan beberapa gula (khususnya gula

pereduksi) dapat menyebabkan penurunan kualitas protein, yaitu hilangnya

residu asam amino dan penurunan kecernaan protein (Muchtadi, 1989).

D. Bumbu

Bumbu didefinisikan sebagai bahan yang mengandung satu atau lebih

jenis rempah yang ditambahkan ke dalam bahan makanan pada saat

makanan tersebut diolah (sebelum disajikan) dengan tujuan untuk

memperbaiki aroma, citarasa, tekstur, dan penampakan secara keseluruhan.

Setiap komponen bumbu menyumbangkan citarasa, warna, aroma, dan

penampakannya yang khas, sehingga kombinasinya satu sama lain akan

memberikan sensasi baru yang dapat meningkatkan selera, daya terima,

dan identitas tersendiri kepada setiap produk yang dihasilkan. Secara alami
23

rempah-rempah mengandung berbagai macam komponen aktif yang

sangat besar peranannya dalam penciptaan rasa suatu produk. Rempah-

rempah mengandung zat antioksidan, anti bakteri, antikapang,

antikhamir, antiseptic, antikanker, dan antibiotic yang kesemuannya itu

sangat besar peranannya dalam membuat bumbu-bumbuan menjadi awet

(Astawan, 2009).

Mutu bumbu atau bubuk rempah menurut SNI 01-3709-1995

ditentukan oleh bau, rasa, kadar air, kadar abu, kehalusan, cemaran logam,

cemaran arsen, dan cemaran mikroba. Standar mutu bubuk rempah-rempah

secara rinci disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Standar Mutu Bubuk Rempah-Rempah


Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan :
Bau - Normal
Rasa - Normal
Air %b/b Maks. 12,0
Abu %b/b Maks. 7,0
Abu tak larut dalam asam %b/b Maks. 1,0
Kehalusan
Lolos ayakan No 40 (No 425 u) %b/b Maks. 90,0
Cemaran Logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 10,0
Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 30,0
Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,1
Cemaran mikroba
Angka lempeng total Koloni/g Maks. 106
Eschericia coli APM/g Maks. 103
Kapang mg/kg Maks. 104
Aflatoxin mg/kg Maks. 20,0
Sumber : SNI 01-3709-1995

Anda mungkin juga menyukai