Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun
dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal
Abstract
Trichoderma spp. merupakan jamur asli tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat
antagonis yang tinggi terhadap jamur-jamur patogen tanaman budidaya. Mekanisme pengendalian yang bersifat
spesifik target dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan tersendiri bagi jamur
Trichoderma spp. ini sebagai agen pengendali hayati. Pemanfaatan Trichoderma spp. sebagai agen pengendali hayati
jamur patogen Phytopthora infestans merupakan salah satu alternatif penting untuk mengendalikan jamur patogen
tersebut tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh jamur-
jamur antagonis spesifik lokasi Trichoderma spp. untuk mengendalikan pertumbuhan jamur patogen Phytophthora
infestans secara in vitro dengan uji antagonisme. Metode penelitian yang digunakan adalah (1) isolasi dan
identifikasi jamur patogen penyebab penyakit lodoh di sentra pertanaman kentang di Kedu Temanggung, (2) isolasi
dan identifikasi jamur-jamur tanah spesifik lokasi Trichoderma spp. (3) uji antagonisme Trichoderma spp.terhadap
pertumbuhan jamur patogen Phytophthora infestans secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab
penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang di sentra pembibitan tanaman kentang di Kledung Temanggung
Provinsi Jawa Tengah adalah Phytophthora infestans. Terdapat 7 isolat jamur tanah yang berhasil diisolasi dari
tanah pembibitan tanaman kentang tersebut dan salah satunya adalah Trichoderma sp. Uji antagonisme secara in
vitro menunjukkan bahwa jamur antagonis spesifik lokasi Trichoderma sp. berpotensi menghambat pertumbuhan
jamur patogen Phytophthora infestans.
pertanaman kentang di Wonosobo. Ninin penyakit yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia
(komunikasi pribadi) mengemukakan bahwa solani. Hasil penelitian Susanna, 2000 dalam
hampir seluruh sentra pertanaman kentang di Trianto dan Gunawan. S., 2003, menunjukkan
Wonosobo terinfeksi jamur tersebut seiring dengan bahwa Trichoderma spp. isolat Lampung mampu
datangnya musim penghujan tahun ini. Ninin, menekan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum
2006 menyatakan bahwa pada musim tanam 2006 pada tanaman pisang. Nurjannani, 2001 dalam
pada kebun milik BPPTAL Wonosobo dijumpai Trianto dan Gunawan. S., 2003, bahwa pemakaian
serangan jamur Phytophthora infestans berkisar Trichoderma spp. dapat mengendalikan penyakit
40- 90 %. Sedangkan pada kebun kentang milik layu bakteri Ralstonia solanacearum. Kaji terap
PT Murakabi Buana, Desa Ngablak Kabupaten yang dilaksanakan pada Laboratorium PHPT
Magelang didapatkan serangan mencapai 80%. Semarang menunjukkan bahwa Trichoderma spp.
Memasuki pasar global persyaratan cukup efektif untuk mengendalikan penyakit
produk-produk pertanian ramah lingkungan akan Alternaria sp pada bawang merah.
menjadi primadona. Persyaratan kualitas produk Luas pertanaman kentang saat ini
pertanian akan menjadi lebih ketat kaitannya mencapai 70.500 hektar dan tersebar di berbagai
dengan pemakaian pestisida sintetik. Salah satu provinsi seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa
alternatif upaya peningkatan kuantitas dan kualitas Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Di
produk pertanian khususnya kentang dapat Jawa Tengah kentang umumnya ditanam di
dilakukan dengan pemanfaatan agen hayati dataran tinggi seperti di daerah Dieng Wonosobo.
(biopestisida) sebagai pengganti pestisida sintetik Untuk meningkatkan produksi ini dibutuhkan
yang selama ini telah diketahui banyak berdampak benih yang bermutu dan pengendalian terhadap
negatif dalam mengendalikan penyakit-penyakit organisme pengganggu tanaman. Organisme
tanaman. Seperti terbunuhnya mikroorganisme pengganggu ini diperkirakan mencapai 67 spesies.
bukan sasaran, membahayakan kesehatan dan Sebuah jumlah yang cukup banyak dan mudah
lingkungan (Samways,1983). Berdasarkan mengancam produksi kentang. Pada musim hujan,
keadaan ini maka eksplorasi dan skrining agen benih kentang rentan terhadap jamur
hayati pada keanekaragaman hayati yang kita Phytophthora infestans, sedangkan di gudang
punya harus dilakukan dalam rangka untuk penyimpanan benih rawan serangan hama
menemukan sumberdaya genetik baru yang (Purbani, dkk, 2007). Dengan kondisi itu petani
berpotensi sebagai agen pengendalian hayati banyak tergantung pada herbisida dan insektisida.
penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Trichoderma spp. merupakan jamur
Trichoderma spp. adalah jamur saprofit antagonis yang sangat penting untuk pengendalian
tanah yang secara alami merupakan parasit yang hayati Mekanisme pengendalian Trichoderma spp.
menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer
tanaman (spektrum pengendalian luas). Jamur dengan cepat dan melindungi akar dari serangan
Trichoderma spp. dapat menjadi hiperparasit pada jamur patogen, mempercepat pertumbuhan
beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, tanaman dan meningkatkan hasil produksi
pertumbuhannya sangat cepat dan tidak menjadi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen
penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan
Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah melalui tanah secara langsung, melalui perlakuan
berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis benih maupun melalui kompos. Selain itu
dan lisis (Trianto dan Gunawan Sumantri, 2003). Trichoderma spp. sebagai jasad antagonis mudah
Menurut Rifai, 1969, jenis Trichoderma yang dibiakkan secara massal, mudah disimpan dalam
umum dijumpai di Indonesia adalah: T. waktu lama dan dapat diaplikasikan sebagai seed
piluliferum, T. polysporum, T. hamatum, T. furrow dalam bentuk tepung atau granular /butiran
koningii, T. aureoviride, T. harzianum, T. (Arwiyanto, 2003). Beberapa keuntungan dan
longibrachiatum. T. psudokoningii, dan T. viride. keunggulan Trichoderma spp. yang lain adalah
Beberapa hasil penelitian menunjukkan mudah dimonitor dan dapat berkembang biak,
bahwa Trichoderma spp. dapat mengendalikan sehingga keberadaannya di lingkungan dapat
Uji Antagonisme Jamur Patogen 26
bertahan lama serta aman bagi lingkungan, hewan plating (Malloc, 1997) dengan meletakkan irisan
dan manusia lantaran tidak menimbulkan residu daun / umbi kentang yang sakit pada medium PDA
kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah steril yang telah ditambah kloramfenikol dalam
(Anonim, 2002). cawan petri steril, kemudian diinkubasi pada suhu
Penggunaan jamur antagonis sebagai agen 25oC selama 3-5 hari. Koloni-koloni yang tumbuh
hayati harus dalam bentuk formulasi yang tepat diidentifikasi untuk memastikan adanya
dengan bahan yang mudah tersedia (Lewis dan Phytophthora infestans. Selain itu isolasi juga
Papavizas, 1991). Menurut Weller dan Cook, 1983 dilakukan di tanah sekitar tanaman kentang yang
bahwa untuk menstabilkan efektifitas agensia menunjukkan gejala penyakit dengan
hayati harus diformulasikan. Beberapa laporan menggunakan metode umpan dengan
menyebutkan bahwa P. fluorescens, Gliocladium menggunakan buah apel varietas Manalagi. Jamur
dan Trichoderma telah diformulasikan dalam yang diperoleh kemudian dibiakkan dalam media
bentuk cair, tepung dan kompos. PDA miring dan disimpan dalam paraffin cair
Perkembangbiakan Trichoderma spp. akan terjadi steril untuk uji berikutnya (Tsao, 1983).
bila hifa jamur mengadakan kontak dengan bahan Identifikasi jamur Phytophthora infestans
organik seperti kompos, bekatul atau beras jagung. dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
Bertaha Hapsari, 2003 menunjukkan bahwa jamur Hasil isolasi jamur yang berupa biakan murni,
menguntungkan tersebut dapat bertahan selama 3 dideterminasi berdasarkan morfologi
bulan jika disimpan dalam kulkas atau sebulan di mikroskopisnya dengan menggunakan kunci
suhu kamar pada medium beras jagung yang telah determinasi jamur hingga pada marga dan jenisnya
difermentasi. Sedangkan bahan yang dapat dibuat (Barnett dan Hunter, 1972; Malloch, 1997);
sebagai pengemas antara lain talk dan kaolin. ( Barnes, Ervin H., 1997).
Trianto dan Sumantri, 2003).
Berdasarkan potensi yang dimiliki 3.2. Isolasi dan Identifikasi Jamur Antagonis
Trichoderma spp. maka pemanfaatan jamur Trichoderma spp.
tersebut sebagai agen hayati untuk pengendalian Pengambilan sampel tanah dilakukan
jamur patogen Phytophthora infestans pada diberbagai area di lahan tanaman kentang di
tanaman kentang yang berwawasan lingkungan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Perakaran
dan berkelanjutan sangatlah penting di dalam beserta tanah di sekitarnya dimasukkan ke dalam
menunjang program PHT. Oleh karena itu perlu kantong plastik dan disimpan dan termos es.
adanya upaya pengembangan ke depan yaitu Sampel tersebut segera dibawa ke Laboratorium
dengan pembuatan formulasi yang ditujukan untuk Klinik Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
menciptakan produk agen hayati yang efektif Fakultas Pertanian UGM untuk diisolasi jamur
untuk mengendalikan penyakit tanaman. Trichoderma spp. yang bersifat antagonis terhadap
Pengendalian hayati dengan agen hayati Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk
Trichoderma spp. yang terseleksi ini sangatlah daun dan umbi pada tanaman kentang.
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan Isolasi Trichoderma spp. dilakukan dengan
mengatasi dampak negatif dari pemakaian menggunakan metode pengenceran (dilution
pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai method) hingga 103 pada medium umum (Potato
untuk mengendalikan penyakit pada tanaman dextrose Agar) dan spesifik untuk jamur
kentang di Indonesia. Trichoderma spp. (Trichoderma Specific Medium)
(Srilakshmi et al., 2001). Hasil isolasi dibiakkan
BAHAN DAN METODE dalam medium PDA miring dan disimpan dalam
3.1. Isolasi dan Identifikasi Jamur Busuk Daun parafin cair untuk uji selanjutnya (Tsao, 1983).
dan Umbi Tanaman Kentang pada sentra Hasil isolasi jamur yang berupa biakan murni,
Tanaman Kentang dideterminasi berdasarkan morfologi
Pengambilan sampel tanaman sakit mikroskopisnya (Salma dan Gunarto, 1996; Zaini
dilakukan di sentra pertanaman kentang di et al., 1997).
Wonosobo. Isolasi dilakukan dengan teknik direct
25 Susiana Purwantisari dan Rini Budi Hastuti
Gb 7. Rhizopus sp.
Gb 2. Trichoderma harzianum
3. Uji antagonisme secara in vitro
Uji antagonisme secara in vitro dilakukan
dengan metode dual method pada médium PDA
dalam cawan petri berdiameter 10 cm. Mekanisme
penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme
ini adalah antibiosis dan hiperparasit yang dapat
diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai
zona penghambatan pertumbuhan bagi
Gb 3. Aspergillus sp. Phytophthora infestans (antibiosis) dan
pertumbuhan miselium Trichoderma sp. yang
25 Susiana Purwantisari dan Rini Budi Hastuti
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisa hasil penelitian ini
a. b. dapat disimpulkan:
1. Hasil isolasi secara langsung pada daun
tanaman kentang yang sakit menunjukkan
b. bahwa patogen yang terdapat pada daun
tanaman kentang adalah Phytophthora.
infestans.
a. 2. Trichoderma sp. adalah salah satu jamur
antagonis spesifik lokasi yang
menunjukkan kemampuannya dalam uji
Gambar 10. Penampakan mikroskopis pelilitan antagonisme secara in vitro dalam
hifa Trichoderma sp. terhadap Phytophtora mengendalikan pertumbuhan jamur
infestans. a. Trichoderma sp., b. Phytophtora patogen P. infestans penyebab penyakit
infestans busuk daun tanaman kentang tersebut.
Tsao, P.H. 1983. Factors Affecting Isolation & Yuliani, Emi. 2002. Pengendalian Kapang
Quantitation of Phytophthora from Sclerotium rolfsii Sacc. Penyebab Busuk
soil. In D.C. Erwin, S.B. Garcia dan P.H. Batang pada Tanaman Kacang Tanah
Tsao. Phytophthora its Biology, dengan menggunakan Kapang
Taxonomy and Ecology. The American Antagonis Trichoderma lignorum. Laporan
Phytopatological Society. St. Paul. Penelitian. Lembaga
Hal. 219-236. Penelitian Universitas Diponegoro
Wahyuno, Dono, Dyah Manohara dan Karden Semarang.
Mulya. 2003. Peranan Bahan Zimand, G., Y. Elad dan I. Chet. 1996. Effect of
Organik pada Pertumbuhan dan Daya Trichoderma harzianum on Botrytis
Antagonisme Trichoderma cinerea Phathogenecity. Phytopathology
harzianum dan pengaruhnya terhadap 86: 1255-1260.
Phytopthora capsici. Jurnal
Fitopatologi Indonesia (Vol 7) No. 2: 38-
44 pp.
Wibowo, Arif dan Suryanti. 2003. Isolasi dan
Identifikasi Jamur-jamur Antagonis
terhadap Patogen Penyebab Penyakit
Busuk Akar dan Pangkal Batang
Pepaya. Jurnal Fitopatologi Indonesia
(Vol 7) No. 2: 38-44 pp.