Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH FREKUENSI PENCUCIAN TERHADAP KEKUATAN GEL PADA

SURIMI IKAN LELE (Clarias sp.)


Lutfi Ariani Fajriyah
13/353866/PN/13513
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK
Surimi merupakan lumatan daging ikan yang dicuci dengan air dan ditambahkan
krioprotektan. Frekuensi pencucian merupakan faktor penting dalam proses pembuatan surimi.
Praktikum ini bertujuan mengetahui pengaruh frekuensi pencucian terhadap kekutan gel pada
surimi ikan lele. Peningkatan frekuensi pencucian berpengaruh terhadap kenaikan kadar air dan
penurunan kadar protein, lemak, dan mineral surimi lele. Hasil yang dihasilkan dari praktikum
pengolahan hasil perikanan ini tergolong kecil bila dibandingkan hasil dari penelitian. Hasil yang
didapatkan yaitu pada surimi pencucian 1 255,79 g/cm 2, pencucian 2 269,78 g/cm2, pencucian 3
74,504 g/cm2; 93,194 g/cm2 ; 100,655 g/cm2 ; 79,509 g/cm2 ; 280,76 g/cm2, dan pencucian 4
345,35 g/cm2. Analisis sensorik menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi pencucian memberi
pengaruh positif terhadap kekuatan gel surimi hasil penelitian pencucian 3 kali dan 4 kali
memberikan pengaruh yang lebih baik pada gel surimi dibanding pencucian 1 dan 2 kali.
Kata kunci : frekuensi pencucian, ikan lele, kekuatan gel, surimi.

PENDAHULUAN Bertambahnya jumlah ikan lele yang


Produksi perikanan nasional pada dihasilkan dari suatu kegiatan perikanan
tahun 2009 mencapai 9,8 juta ton dan hingga budidaya bisa menjadi pilihan sebagai bahan
akhir tahun 2010 ditaksir mencapai 10,83 baku bagi produk olahan hasil perikanan
juta ton atau mencapai 100,56 % dari target sehingga ikan tersebut tidak hanya dijual
sebesar 10,76 juta ton. Sektor perikanan segar namun dapat diolah lebih lanjut
budidaya memberi kontribusi peningkatan menjadi produk diversifikasi sehingga dapat
terbesar yakni 50,55 % (KKP, 2011). Salah memberikan nilai tambah produk. Salah
satu komoditas perikanan budidaya yang satu diversifikasi produk olahan hasil
memiliki peluang sangat besar untuk perikanan adalah surimi.
dikembankan adalah ikan lele (Clarias sp.).

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


Surimi adalah lumatan daging ikan, bagaimana cara pemenuhan permintaan dari
yang dicuci untuk menghilangkan sebagian surimi tersebut, dimana hal ini terkait
besar lemak, darah, enzim dan protein dengan masalah ketersediaan dan
sarkoplasma serta distabilkan dalam kondisi keberlangsungan dari bahan baku
beku dengan menambahkan cryoprotectant pembuatan surimi (Nopianti et al. 2011 ;
(Balange, 2009). Surimi merupakan daging Santana et al. 2012). Strategi yang dapat
lumat yang merupakan hasil dari pemisahan diterapkan untuk mengatasi permasalahan
tulang secara mekanis, dan penghilangan ketersediaan dari bahan baku adalah dengan
komponen lemak, darah, enzim, serta mencari ikan – ikan hasil budidaya sebagai
protein sakroplasma dengan perlakuan alternative bahan baku surimi (Jafarpour,
pencucian air dingin dan ditambahkan bahan 2008 ; Martin et al. 2009). Lele merupakan
antidenaturasi pada proses pembekuan salah satu komoditas perikanan yang
(cryoprotectant) sebagai penstabil melimpah di Indonesia. Ketersediaan lele
(Rawdkuen et al. 2009). tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif
Pada proses pembuatan surimi sumber bahan baku surimi. Oleh karena itu,
dilakukan poses pencucian terhadap danging untuk mendapatkan surimi yang berkualitas
ikan yang menjadi bahan baku utma dalam baik maka perlu dilakukan penelitian untuk
pembuatan surimi. Proses pencucian mengetahui pengaruh frekuensi pencucian
merupakan tahapan kritis pada pembuatan terhadap kekuatan gel surimi lele.
surimi. Sejumlah besar air digunakan untuk METODOLOGI
menghilangkan protein sarkoplasma, darah, Pembuatan surimi ikan lele
lemak dan komponen nitrogen lain dari dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016 di
daging lumat ikan (Park, 2000). Jumlah Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan,
siklus dan volume pencucian bervariasi Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian,
terhadap jenis ikan, kesegaran ikan, tipe alat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
pencuci dan kualitas surimi yang diinginkan Pengujian kekuatan gel pada surimi ikan lele
(Hossain et al. 2004). dilakukan di Laboratorium Universitas Atma
Peningkatan jumlah permintaan Jaya, Yogakarta.
surimi pada beberapa negara seperti negara Alat
– negara yang yang ada dikawasan Asia dan Alat - alat yang digunakan dalam
Eropa ini memicu timbulnya permasalah praktikum ini antara lain terdiri dari: alat

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


untuk pembuatan surimi, alat untuk surimi tuna tanpa garam, surimi lele +
pengemasan surimi, dan alat untuk analisis garam, dan surimi tuna + Garam. Proses
kekuatan gel pada surimi. Peralatan yang pembuatan surimi dapat dilihat pada
digunakan untuk pembuatan surimi antara Gambar 1. Surimi yang didapat kemudian
lain: chopper, timbangan analitik, ember dilakukan pengujian pengujian sebagai
atau baskom, kalin blancu, saringan, dan berikut :
refrigerator. Peralatan yang digunakan untuk 1. Rendemen
pengemasan surimi antara lain : plastic PE, Rendemen surimi dihitug
sealer, dan kertas label. Peralatan yang dengan rumus :
digunakan untuk pengujian mutu surimi Berat awal- berat akhir x 100%
antara lain: panci pengukus, silinder, Berat awal
kompor, dan texture analyzer. 2. Uji lyod
Bahan Dilakukan untuk menghitung
Bahan yang digunakan dalam elastisitas atau kekenyalan
praktikum ini meliputi bahan baku, bahan menggunakan alat khusus untuk
tambahan, dan bahan pembantu. Bahan baku uji. Prinsipnya ada mengetahui
yang digunakan adalah daging lumat ikan kekenyalan suatu bahan dengan
lele sebanyak 2000 gram. Bahan tambahan cara melihat daya pantulnya saat
yang digunakan adalah garam, sukrosa, diberi tekanan tertentu.
sorbitol, dan STPP untuk pembuatan surimi, 3. Uji folding
serta bahan pembantu yang digunakan Dilakuakan dengan cara melipat
berupa air dan es batu untuk proses surimi menjadi 4 bagian emudian
pencucian. diamati kenampakan surimi
Pembuatan dan Pengujian Surimi sesuai tabel 1.
Pembuatan surimi dilakakan dengan
variasi perlakuan. Variasi perlakuan yang
dilakukan meliputi surimi lele tanpa garam,
Tabel 1. Kualiatas surimi dilihat dari hasil uji Folding
Tingkat Skor Hasil Uji Folding
mutu
AA 5 Tidak retak apabila dilipat empat
A 4 Sedikit retak apabila dilipat empat

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


B 3 Sedikit retak apabila dilipat dua
C 2 Retak tapi masi menyatu apabila dilipat dua
D 1 Patah seluruhnya apabila dilipat dua
4. Uji warna kemudian dipanaskan dlam oven
Uji warna dilakuakn tidak vakum pada suhu 105oC
menggunakan metode mansell. selama 24 jam kemudian
Dilakuakan dengan ditimbang. Kadar air dapat
membandingkan warna surimi dihitung dengan rumus:
dengan warna pada tabel yang ( C+ S )−( C+ S )' '
Kadar Air=
sudah ditentukan S

5. Kadar air Keterangan:

Menggunakan metode (C + S) = Berat kurs dan sampel

therogravimetri (SNI 01 - 2354.2 sebelum dioven (gram)

- 2006). Sampel ditimbang (C + S) = Berat kurs + sampel

sebanyak 2 gram ke dalam cawan setelah dioven (gram)


S = Berat sampel awal (gram)

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


Ikan air tawar Ikan air laut
(Lele) (Tuna)

Ikan segar dicuci, kemudian diskinless fillet

Daging ikan digiling sampai halus

Daging ikan lumatan ditimbang 2000 gram

Daging ikan lumatan dicuci Daging ikan lumatan dicuci sebanyak


sebanyak 3 kali pencucian 3 kali pencucian dengan pencucian
dengan perbandingan air es : akhir ditambahkan NaCl 0,5 %,
daging ikan lumat (4 : 1) perbandingan air es : daging ikan
lumat (4 : 1)

Perlakuan perasan dengan spinner

Ditambahkan sorbitol 4%, sukrosa 4%, STTP 0,4%

Dicetak dalam wadah plastic dan disimpan beku

Surimi

Uji dan samakan kadar air

Gambar 1. Proses Pembuatan Surimi

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


HASIL DAN PEMBAHASAN paling baik adalah yang berwarna putih kuat
Surimi adalah produk setengah jadi dan dapat membentuk gel.
yang diolah dengan melumatkan daging Proses pembuatan surimi ikan
ikan, kemudian dicuci dengan air dingin diawali dengan menyiapkan daging lumat
untuk menghilangkan sifat organoleptis ikan lele dan daging lumat ikan tuna
yang kurang menarik dan setelah itu sebanyak 2000 gram atau 2 kg yang
dipisahkan airnya (Irianto, 2007). Menurut kemudian diberikan perlakuan penambahan
Pipatsattayanuwong et al. (1995) surimi NaCl sebanyak 0,5 % dan tanpa
adalah protein miofibril ikan yang telah penambahan NaCl, penambahan NaCl
distabilisasikan dan diproduksi melalui berfungsi sebagai agen pelarut bagi protein
tahap proses secara kontinu yang meliputi miofibril dibandingkan sebagai penambah
penghilangan kepala, penghilangan tulang, cita rasa (KIFTC, 1992). Penambahan garam
pelumatan daging, pencucian, penghilangan pada konsentrasi dibawah 2 % akan
air, dan pembekuan dengan cryoprotectant, menyebabkan protein miofibril tidak dapat
juga dapat diartikan sebagai suatu proses larut, namun penambahan garam pada
pencucian dan penghilangan air pada daging konsentrasi diatas 12 % akan menyebabkan
lumat ikan dari protein sarkoplasma, lemak, daging terhidrasi dan menyebabkan efek
dan bahan- bahan yang tak diinginkan salting - out dari NaCl (Niwa, 1992).
seperti kulit dan tulang. Menurut BSN Selanjutnya daging ikan lele lumat diberikan
(2006), surimi merupakan produk olahan perlakuan pencucian dengan menggunakan
hasil perikanan dengan bahan baku ikan air es dengan suhu ± 50C selama 10 menit,
segar yang mengalami perlakuan sebagai dimana perbandingan antara air dan daging
berikut : penerimaan bahan baku, pencucian ikan lumat yaitu 4 : 1. Proses pencucian
I, sortasi, penyiangan, pencucian II bertujuan untuk menghilangkan protein
(leaching), pengepresan, pencampuran, sarkoplasma, darah, lemak dan kandungan
pengepakan dan penimbangan, pembekuan, nitrogen lainnya dari daging ikan sehingga
pengemasan, pelabelan dan penyimpanan. dihasilkan surimi tanpa bau, rasa dan warna
Menurut Winarno (1997), mutu surimi yang serta memiliki kekuatan gel yang baik

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


(Mahawanich, 2008) selain itu pada proses dari surimi (Lee et al. 1992) serta dapat
pencucian suhu air yang dihunakan 50C memperbaiki daya ikat air (water holding
bertujuan untuk untuk menjaga tekstur capacity) dan memberikan sifat pasta yang
daging dan kandungan enzim proteolisisnya. lebih lembut pada produk - produk olahan
Setelah proses pencucian, daging ikan lumat surimi (Peranginangin et al. 1999).
diperasan atau ditiriskan dengan Selanjutnya surimi dikemas dalam plastic
menggunakan kain belancu dan kemudian PE dan kemudian disealer serta siap
dimasukkan kedalam spinner dengan tujuan diberkan label. Fungsi dari penemasan yaitu
untuk mengeluarkan air pada daging ikan untuk membatasi antara bahan pangan
lumat. Proses pencucian dan pemerasan atau dengan keadaan sekelilingnya sehingga
penirisan daging ikan lumat dilakukan dapat menunda proses kerusakan dalam
sebanyak 3 kali, dimana seteah proses jangka waktu tertentu (Buckle et al. 1985),
pemerasan terkahir daging ikan lumat selain itu pengemasan juga berfungsi untuk
kemudian ditimbang untuk mengetahui berat mempermudah penyimpanan, pengawasan
akhir daging seletah proses pencucian. mutu dan membuat produk menjadi menarik
Daging ikan yang telah ditimbang kemudian (Zaitsev et al., 1969).
ditambahkan 4 % sukrosa, 4 % sorbitol, dan Surimi yang telah disimpan beku
0,4% STPP kemudian daduk hingga merata. dilakukan beberapa pengujian untuk menilai
Fungsi dari penambahan sukrosa, sorbitol, mutu dari surimi yang dihasilkan, pengujian
dan STPP ini yaitu sebagai bahan anti yang dilakukan antara lain pengujian kadar
denaturasi akan menurunkan tegangan air, pengujian warna,pengujian folding (uji
permukaan dan menurunkan titik beku air lipat), pengujian kekuatan gel, dan
terperangkap dari miofibril, sehingga air perhitungan rendemen. Surimi yang
yang keluar selama proses dan penyimpanan sebelumnya dalam keadaan beku terlebih
beku akan sangat berkurang dan struktur dahulu harus dithawing terlebih dahulu,
alami protein tetap stabil (Mackie, 1992) kemudian diambil 100 gram dan
selain itu, STPP (sodium tripolifosfat atau ditambahkan NaCl 3 % untuk meningkatkan
pirofosfat) berfungsi untuk memperbaiki tingkat kekuatan gel dari surimi, selanjutya
sifat ketahanan air (terjadi pada protein diuleni hingga rata dan kemudian
miofibril untuk memperbaiki sifat ketahanan dimasukkan dalam silinder lalu dikukus
air). Fosfat dapat meningkatkan kekenyalan selama 40 menit pada suhu 450C.

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


Pengujian kadar air dilakukan setelah dimensi warna. Sistem lingkaran warna
surimi beku dithawing terlebih dahulu, mansell mengambil sebanyak tiga warna
kemudian siapkan kurs porselin beserta utama sebagai warna dasar yaitu warna
tutupnya dioven selama 2 jam terlebih merah, kuning, dan biru. Apabila warna
dahulu lalu dimasukan dalam desikator dicampur maka akan mengashilkan warna
selama 30 menit. Pengovenan dari kurs sekunder. Warna primer yang dicampur
porselin bertujuan untuk menghilangkan dengan warna sekunder maka akan
kadar air pada kurs porselin dan perlakuan menghasilkan warna tersier (Rastati, 2008).
dimasukkan dalam desikator bertujuan untuk Prinsip dari pengujian warna yaitu
menangkap uap air dan menyimbangkan menentukan warna dasar dari surimi,
kelembaban relative dari kurs porselin. kebersihan, dan kecemerlanganny. Setelah
Selanjutnya surimi dihaluskan menggunakan warna dasar ditentukan, maka warna dasar
mortar dan kemudian ditimbang sebanyak 2 dibagi menjadi sepuluh bagian dengan
gram, sebelum sampel surimi ditimbang tingkatan berdasarkan warna dasar tersebut.
terlebih dahulu kurs porselin ditimbang Misalnya warna dasar kuning, pilih bagian
untuk mengetahiu berat awal dari kurs warna yang mendekati kemudian menilai
porselin. Setelah mengetahui berat awal kurs kedekatan warna yaitu dengan kedalaman
porselin barulah sampel surimi dimasukkan warna dan kecerahan warna.
dalam kurs porselin dan ditimbang sebanyak Pengujian folding atau uji lipat
2 gram. Selanjutnya kurs porselin yang telah dilakuakn dengan cara sampel surimi yang
berisi sampel surimi dioven selama 24 jam telah dikukus dikeluarkan dari silinder
dengan suhu 1050C dan setelah 24 jam kemudian diiris dengan ketebalan ± 0,5 cm.
kemudian kurs porselin dikeluarkan dari Hasil irisan dari surimi selanjunya dilipat
oven lalu dimasukkan dalam desikator menjadi dua lipatan, ketika tidak terjadi
selama 30 menit. Kemudian kurs porselin pecahan maka dilanjutkan dengan melipat
yang berisi sampel ditimbang untuk kembali irisan surimi menjadi empat lipatan.
mengetahui berat akhir dari kurs. Apabila lipatan tersebut tidak pecah maka
Pengujian warna pada surimi dapat dipastikan surimi memiliki daya lipat
menggunakan metode mansell yang yang tinggi, sehingga dari segi kualitasnya
merupakan ruang warna yang digunakan bagus (Anggawati, 1993). Jika sampel
untuk menentukan warna berdasarkan tiga surimi pata ketika dilipat dua maka nilai dari

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


daya lipat surimi yaitu D. Jika sampel surimi perluasan permukaan kontak area probenya
retak ketika dilipat dua tetapi kedua bagian (cm2). Tekanan dikalukan sebanyak satu kali
masih menyatu maka nilai dari daya lipat dan hasil pengukuran akan tercetak pada
surimi yaitu C. Jika sampel surimi sedikit kertas grafik. Nilai kekuatan gel ditunjukkan
retak ketika dilipat dua maka nilai dari daya oleh puncak (peak) pertama dimana terjadi
lipat surimi yaitu B. Jika sampel surimi penurunan (Liu et al. 2013) atau dapat
sedikit terak ketika dilipat empat maka nilai dilihat dari niali hardness yang menyatakan
daya lipat surimi A dan jika tidak ada kekuatan gel datau gaya maksimal dari gel
retakan pada sampel surimi ketika dilipat surimi yang pecah (Lanier, 1992). Semakin
empat maka nilai daya lipat surimi AA tinggi niali hardness yang dihasilkan maka
(Anggawati, 1993). semakin tinggi pula kekutan gel pada surimi.
Pengujian kekuatan gel atau uji loyd Pencucian merupakan proses penting
merupakan pengujian yang terkait dengan dalam pembuatan surimi, pencucian mampu
pengujian fisik mutu dari produk surimi menghilangkan komponen yang
(Heruwati et al. 1995). Pengujian kekuatan mengganggu dalam proses pembentukan gel
gel pada surimi dilakukan dengan (Lertwittayanon et al. 2013). Kekuatan gel
menggunakan alat yaitu Texture Analyzer. merupakan daya tahan bahan untuk pecah
Sampel surimi berbentuk silinder dengan akibat gaya tekan yang diberikan. Daya
panjang 2,5 cm diletakkan dibawah probe tahan pecah gel merupakan batas elastis gel
berdiameter ¼ inchi dengan kecepatan yang menunjukkan besarnya daya tahan gel
pengukuran 10 mm/detik. Kemudian terhadap deformasi saat gel menjadi sobek
dilakukan penekanan probesilinder tersebut. (Poernomo et al. 2006). Frekuensi
Kekuatan gel surimi dinyatakan dalam g/cm2 pencucian akan berpenagruh terhadap
yaitu kekuatan gel (tinggi kurva) (g force) kekuatan gel pada surimi ikan lele (Tabel 2).
Tabel 2. Nilai gel strength (kekuatan gel) surimi ikan lele dengan frekuensi pencucian yang
berbeda.
Perlakuan Frekuansi Pencucian Ulangan Gel strength (kekuatan gel) (g/cm2)

Pencucian 1 x c - 255,79
Pencucian 2 x c - 269,78
Pencucian 3 x a 1 74,504

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


2 93,194
1 100,655
Pencucian 3 x b
2 79,509
Pencucian 3 x c - 280,76
Pencucian 4 x c - 345,35

*xa surimi ikan lele tanpa penambahan NaCl hasil praktikum ; x b surimi ikan lele dengan
penambahan NaCl hasil praktikum ; x c surimi hasil penelitian dari Ima et al. (2012).
Pengaruh frekuensi pencucian 1 hingga pencucian 4, sedangkan pengujian
terhadap kekuatan gel surimi lele disajikan kekuatan gel surimi ikan lele hasil
pada tabel 2. Berdasarkan tabel 1. hasil yang praktikum dengan frekuensi pencucian 3
didapatkan yaitu pada surimi pencucian 1 kali hasilnya bila dibandingkan dengan hasil
255,79 g/cm2, pencucian 2 269,78 g/cm2, penelitian dari Ima et al. (2012) maka niali
pencucian 3 74,504 g/cm2; 93,194 g/cm2 ; kekuatan gel surimi ikan lele hasil
100,655 g/cm2 ; 79,509 g/cm2 ; 280,76 praktikum sangatlah kecil. Hal ini
g/cm2, dan pencucian 4 345,35 g/cm2. Nilai dikarenakan kekuatan gel surimi dapat
kekuatan gel tidak dipengaruhi secara nyata dipengaruhi oleh daya ikat air dari surimi
oleh frekuensi pencucian, meskipun terdapat (Zhou et al., 2006). Selain itu, menutur Tina
kecenderungan meningkat seiring et al. (2010) frekuensi pencucian
bertambahnya frekuensi pencucian. Menurut mempengaruhi daya ikat dari surimi, karena
Chaijan et al. (2004) dengan pencucian selain melarutkan protein sarkoplasma,
yang tepat, protein sarkoplasma bisa proses pencucian juga turut mengurangi
dibuang, sehingga protein miofibrillar lebih komponen myofibril yang berperan
terkonsentrasi dan dapat berperan penting langsung terhadap daya ikat air surimi.
dalam pembentukan gel. Bagian keapala globular dari myofibril
Hasil yang didapatkan pada memiliki 80% komponen hidrofili sehingga
frekuensi pencucian 1 sampai pada akan larut air pada saat proses pencucian
pencucian ke 4 yang dihasilkan dari surimi (Lanier, 1992). Menurut Uju et al.
penelitian yang dilakuak oleh Ima et al. (2004), proses pencucian pertama sudah
(2012) maka terjadi peningkatan nilai dari dapat meningkatkan kekuatan gel yang
kekuatan gel surimi ikan lele dari pencucian tajam dan sudah dapat mencapai tingkat

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


maksimum. Tingginya kekuatan gel yang Nilai kekuatan gel tidak dipengaruhi
dihasilakan pada penelitian Ima et al. (2012) secara nyata oleh frekuensi pencucian,
ini dapat dikarenakan adanya pengaruh meskipun terdapat kecenderungan
peningkatan kandungan protein miofibril meningkat seiring bertambahnya frekuensi
dan rendahnya kandungan lemak dalam pencucian. Hasil yang didapatkan yaitu pada
daging. Protein ini mempunyai kemampuan surimi pencucian 1 255,79 g/cm2, pencucian
pembentukan gel yang terbentuk dengan 2 269,78 g/cm2, pencucian 3 74,504 g/cm2;
adanya proses penggilingan, pemanasan dan 93,194 g/cm2 ; 100,655 g/cm2 ; 79,509 g/cm2
pemberian garam (Uju et al. 2004). Adanya ; 280,76 g/cm2, dan pencucian 4 345,35
penambahan garam dan proses pemanasan g/cm2. Hasil analisis parameter kimia, fisik
pada pembuatan gel ikan menyebabkan dan sensorik menunjukkan pencucian 3 dan
protein miofibril larut dan kemudian 4 kali memberikan karakteristik gel yang
membentuk gel. Menurut Reinheimer et al. lebih baik dibanding pencucian 1 dan 2 kali,
(2010), peningkatan konsentrasi protein namun demikian secara umum pencucian 3
dapat menyebabkan peningkatan kekuatan dan 4 kali tidak berbeda nyata.
gel serta kandungan lemak yang relatif Saran
tinggi dapat menurunkan kekuatan gel. Sebaiknya untuk praktikum
Proses pencucian pada pembuatan surimi pengolahan hasil perikanan acara surimi
dapat melarutkan protein sarkoplasma serta yang akan datang perlu dilakukan frekuensi
zat - zat lain sebagai penghambat pencucian misalnya pencucian 1, 2, 3, dan 4
pembentukan gel, sedangkan bagian yang bukan hanya dilakukan pencucian 3 kali saja
tidak terlarut adalah protein miofibril yang sehingga dapat dibandingkan hasil pengujian
berperan dalam pembentukan gel. surimi berdasarkan frekuensi pencucian
Komponen - komponen yang dapat surimi.
mengganggu pembentukan gel terutama
lemak, protein larut air (sarkoplasma), darah DAFTAR PUSTAKA
dan kotoran - kotoran lainnya (Suzuki, Anggawati, A. M. 1993. Pembuatan Surimi.
Kumpulan Hasil – Hasil Penelitian
1981).
Pascapanen Perikanan. BPPP
Puslitbang Perikanan Jakarta. Hlm.
20 – 25.
KESIMPULAN DAN SARAN
Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 2006.
Kesimpulan SNI 01 - 2694.1 - 2006. Standar

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


Nasional Indonesia : Surimi Beku Jafarpour, A., Gorczyca, E. M. 2008.
Bagian 1 : Spesifikasi. Dewan Alternative techniques for producing
Standardisasi Nasional. Jakarta. a quality surimi and kamaboko from
Balange, A. K, Benjakul, S. 2009. common carp (Cyprinis carpio). J
Enhancement of gel strength of Food Sci. 73 : 415 – 424.
bigeye snapper (Priacanthus Kanagawa International Fisheries Training
tayenus) surimi using oxidised Centre [KIFTC]. 1992. Science of
phenolic compounds. Food Processing Marine Food Products.
Chemistry. 113 : 61 – 70. Volume II. Japan.
Buckle, K. A., Edwards, R., Fleat, G. H., Kementerian Kelautan dan Perikanan
Wooton, M. 1985. Ilmu Pangan. Hari [KKP]. 2011. Data Indikator Kinerja
Purnomo dan Andino, penerjemah. Umum Kelautan dan Perikanan
UI Press. Jakarta. Tahun 2010. Pusat Data Statistika
Chaijan, M., Benjakul, S., Visessanguan, dan Informasi Kementerian Kelautan
W., Faustman, C. 2004. dan Perikanan Tahun 2011. Jakarta.
Characteristics and gel properties of Lainer, T. C. 1992. Measurement of Surimi
muscles from sardine (Sardinella Composition and Fuctional
gibbosa) and mackerel Properties. Didalam : Laniner, T. C.,
(Rastrelliger kanagurta) caught in Lee, C. M. edior. Surimi
Thailand. Food Research. Technology. Marcel Dekker, Inc.
International. 37 : 1021 – 1030. New York.
Heruwati, E. S., J. T. Martin., S., Rahayu., Lee, C. M., Lanier, T. C. 1992. Surimi
M., Suherman. 1995. Pengaruh Jenis process technology. J Food Tech. 38
Ikan dan Zat Penambahan Terhadap (11) : 69.
Elastisitas Surimi Ikan Air Tawar. Lertwittayanon, K., Benjakul, S., Maqsood,
Jurnal Penelitian Perikanan S., Encarnacion, A. B. 2013. Effect
Indonesia. 1: 12-17 of different salts on dewatering and
Hossain, M. I., Kamal, M. M., Shikha, F. H., properties of yellowtail barracuda
Hoque, Md. S. 2004. Effect of surimi. Int Aqua Res. 5 : 1 – 12.
washing dan salt concentration on Liu, J., Wang, X., Ding, Y. 2013.
the gel forming ability of two Optimixation of adding konjac
tropical fish species. International glucomannan to improve gel
Journal of Agriculture dan Biology. properties of low – quality surimi.
6 (5) : 762 – 766. Carbohyd Polym. 92 : 484 – 489.
Ima, W., Joko, S., Agus, M. J. 2012. Mackie, I. M. 1992. Surimi from fish. Di
Pengaruh Frekuensi Pencucian dalam: Johnston, D. E., Knight, M.
Terhadap Karakteristik Gel Surimi K., Ledward, D. A., editor. The
Ikan Lele Dumbo (Clarias Chemistry of Muscle - based Food.
gariepinus). Jurnal Saintek Royal Society of Chemistry. United
Perikanan. Vol. 8. No. 1. Kingdom.
Irianto., Soesilo I. 2007. Dukungan Mahawanich, Thanachan. 2008. Preparation
teknologi penyediaan produk and Properties of Surimi Gels from
perikanan. Seminar. Seminar Tilapia and Red Tilapia. Naresuan
Nasional Hari pangan Sedunia 2007. University Journal 2008. 16 (2) : 105
Hlm: 1 - 20. - 111.

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016


Martin, S. A. M., Navarro, C., Perez, A. J. characteristics of surimi made from
A., Kuri, V. 2009. Altervnative for sabalo (Prochilodus platensis) as
efficient and sustainable production affected by washing composition.
of surimi : A review. Comp Rev Sci Journal Engineering. pp. 8 - 15.
Food S. 8 : 359 – 374. Santana, P., N. Huda, dan T.A. Yang. 2013.
Niwa, E. 1992. Chemistry of surimi The Addition of Hydrocolloids
gelation. Di dalam. Lanier TC, Lee (Carboxymethylcellulose, Alginate
CM, Editor. Surimi Technology. and Konjac) to Improve the
Marcel Dekker Inc. New York. Physicochemical Properties and
Nopianti, R., Huda, N., Ismail, N. 2011. A Sensory Characteristics of Fish
Review on the loss of the fuctional Sausage Formulated with Surimi
properties of proteins during frozen Powder. Turkish Journal of
storage and the improvement of gel Fisheries and Aquatic Sciences. 13 :
forming properties of surimi. Am J 561 - 569.
Food Technol. 6 : 19 – 30. Suzuki, S. 1981. Fish and Krill Protein :
Park, J. W., Morrissey, M. T. 2000. Processing Technology. Amiled
Manufacturing of surimi from light Science Publisher, Ltd. London.
muscle fish. Di dalam : Park JW, Tina, N., Nurul, H., Ruzita, A. 2010. Review
editor. Surimi dan Surimi Food. article surimi – like material :
Marcell Decker Inc. New York. challenges and prospects. Int Food
Peranginangin, Rosmawati. 1999. Teknologi Res J. 17 ; 509 – 517.
Pengolahan Surimi. Balai Penelitian Uju, Nitibaskara R, Ibrahim B. 2004.
Perikanan Laut. Jakarta. Pengaruh frekuensi pencucian
Pipatsattayanuwong S, Park JW, Morrissey surimi terhadap mutu produk bakso
MT. 1995. Functional properties and ikan jangilus (Istiophorus sp.).
shelf life offresh surimi from pacific Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 8
whitting. J. Food Sci. 60 (6) : 1241 - (2) : 1 - 10.
1244. Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Poernomo, D., Suptijah, P., Rahmawati, D. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2006. Karakteristik Fisika Kimia Gel Zaitsev, V., I, Kizevetter, L. Lagunov, T.
Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus Makarova, L. Minder and V.
pardalis) dari Bahan Baku Surimi. Podsevalov. 1969. Fish Curing and
Seminar Nasional Perikanan Processing. Mir Publishing.
Indonesia 2006. 13 Desember 2006. Moscow.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Zhou, A., Benjakul, S., Pan, K., Gong, J.,
Rastati, Ranny. 2008. Penggunaan Warna. Liu,x. 2006. Cryoprotective effect of
UI Press. Jakarta. threhalosa and sodium lactate on
Rawdkuen, S., Sai-Ut, S., Khamson, S., tilapian (Sarotherodon nilotica)
Chaijan, M., Benjakul, S. 2009. surimi during frozen storage. Food
Biochemical and gelling properties Chem. 96 : 96 – 103.
of tilapia surimi and protein
recovered using an acid – alkaline
process. Food Chem. 112 : 112 –
119.
Reinheimer, M. A., Medina, J. R., Freyre,
M. R., Perez, G. A. 2010. Quality

Laporan Praktikum Pengolahan Hasil Perikanan Acara Surimi 24 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai