Anda di halaman 1dari 13

PENA Akuatika Volume 19 No.

1 Maret 2020

KARAKTERISTIK KERUPUK CUMI-CUMI (Loligo sp.) DENGAN


BEDA SUHU OVEN PENGERINGAN DAN KETEBALAN
KERUPUK
Rika Amelia1, Sumardianto2, Slamet Suharto3
1
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang, rika9081998@gmail.com
2
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang
3
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik kerupuk cumi cumi yang dikeringkan menggunakan
oven pada suhu dan ketebalan irisan yang berbeda, sehingga diperoleh suhu dan tebal irisan optimum
berdasarkan karakteristik terbaik. Percobaan dilakukan dilaboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), perlakuan perbedaan suhu oven dan ketebalan kerupuk A (suhu 50 oC : 2 mm), B (suhu 50 oC :
4 mm), C (suhu 60 oC : 2 mm), D (suhu 60 oC: 4 mm) dengan tiga kali ulangan. Karakteristik dilihat
berdasarkan nilai hedonik, kemekaran, kerenyahan, kadar air dan kadar protein kerupuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji hedonik terbaik pada perlakuan suhu 60 oC ketebalan 2 mm (7,00< µ <7,30).
Kadar air 9,74-10,98%; kemekaran kerupuk 74,21-171,99%; kerenyahan kerupuk 1200,42-4300,92 gfdan
kadar protein 9,70-10,11%;

Kata kunci: kerupuk Cumi-cumi (Loligo sp.), suhu, ketebalan, karakteristik

Abstract
This study aims to determine the characteristics of oven-dried squid crackers at different temperatures and
thickness of the slices, so that the optimum temperature and slice thickness are obtained based on the best
characteristics. The experiments were carried out in a laboratory with a Completely Randomized Design
(CRD), the treatment of differences in oven temperature and thickness of crackers A (temperature 50 oC:
2 mm), B (temperature 50 oC: 4 mm), C (temperature 60 oC: 2 mm), D ( temperature 60 oC: 4 mm) with
three replications. Characteristics seen based on hedonic values, florescence, crispness, water content and
protein content of crackers. The results showed that the best hedonic test was at a temperature of 60oC
with a thickness of 2 mm (7.00 "<µ <" 7.30). Water content 9.74-10.98%; cracker bloom 74.21-171.99%;
crispy crackers 1200.42-4300.92 gf and protein content 9.70-10.11%;

Key words :Crackers, Squid (Loligo sp.), Temperature, Thickness, characteristics

45
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

dibawah sinar matahari, atau dengan alat


PENDAHULUAN
pengering seperti oven. Alat pengering
Cumi-cumi merupakan hasil digunakan untuk meningkatkan performa
perikanan tangkap yang cukup banyak produk dan menjamin kontinuitas
dibanding dengan jenis ikan laut lainnya. produksi karena kendala cuaca.
Jumlah jumlah produksi cumi (Ismoyo, 2017).
meningkat 12.561 kg atau 355%, dari Penggunaan oven sebagai alat
jumlah produksi 3.535 kg menjadi pengering, diperlukan informasi yang
16.096 kg (KKP, 2019). Daging cumi- tepat menghasilkan mutu produk yang
cumi mengandung kadar air 72,57%; tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
kadar protein (%bk) 14,54%; kadar mendapatkan suhu dan ukuran yang
lemak kasar (%bk) 1,98%; kadar fosfor menghasilkan karakter kerupuk cumi
(%bk) 1,37%; kadar besi 2,31 mg/kg yang paling baik.
(Meririna, K, 2008). Sedangkan dalam
tinta cumi-cumi terdapat protein sebesar METODE PENELITIAN

10,88% yang terdiri atas asam amino Prosedur Penelitian


esensial dan non esensial. Melanoprotein
Penelitian dilakukan dalam skala
tinta cumi-cumi mengandung asam
percobaan di Laboratorium Teknologi
amino esensial yang dominan berupa
Hasil Perikanan Undip, menggunakan
lisin, leusin, arginin dan fenilalanin.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
Kadar asam amino non esensial yang
sederhana dengan perlakuan (suhu oven :
dominan adalah asam glutamat dan asam
tebal irisan kerupuk) A ( 50 oC : 2 mm),
aspartat (Kurniawan et al., 2012).Cumi-
B (50 oC : 4 mm), C (60 oC : 2 mm) dan
cumi selain sebagai sumber protein
D (60 oC : 4 mm). yang diulang 3 kali.
hewani yang baik, juga memiliki cita
Karakteristik produk diukur dari :
rasa yang khas dan banyak digemari.
rendemen (Wijaya et al., 2018), nilai
Daging cumi-cumi maupun tintanya
hedonik (BSN SNI 01-23542:2006),
dapat digunakan sebagai bahan
kemekaran kerupuk (Suyitno, 1988
tambahan pada kerupuk, sehingga sering
dalam Zulisyanto et al,. 2016),
dikenal sebagai kerupuk cumi.
kerenyahan (Karjo et al., 2015), kadar
Pembuatan kerupuk cumi
air (BSN SNI 01-2354.2-2015), dan
memerlukan tahap pengeringan yang
dapat dilakukan dengan cara menjemur

46
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

kadar protein (BSN SNI 01-2354.4- dengan ketebalan 2 mm dan 4 mm,


2006) kemudian dilakukan proses pengeringan
dengan beda suhu oven pengeringan dan
Pembuatan Kerupuk Cumi ketebalan kerupuk. Produk kerupuk
Proses pembuatan kerupuk cumi mentah yang telah kering kemudian
o
dilakukan dengan prosedur : 1. Cumi- digoreng suhu 180-200 C dengan
cumi segar dibesihkan, direbus minyak goreng.
kemudian didinginkan, dibuang bagian
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang tidak diperlukan 2. Cumi-cumi
dilumatkan dengan blender, 3. Lumatan Rendemen Daging Cumi-cumi (Loligo
direbus dan ditambahkan bumbu bawang sp.)
putih, garam, gula dan penyedap rasa Rendemen merupakan presentase
serta sisa rebusan sebelumnya. 4. bahan baku sebelum dan sesudah diolah
Membuat adonan dengan mencampurkan yang digunakan untuk membuat suatu
cumi-cumi (3), dan bahan lain seperti produk. Nilai presentasi rendemen
tepung tapioka, terigu, bumbu bawang tinggi, maka bahan baku tersebut
putih bubuk, garam, gula, penyedap rasa memiliki peluang cukup besar untuk
ke dalam mesin penggiling sambil dimanfaatkan. Hasil rendemen daging
ditambahkan air panas sedikit sedikit cumi-cumi (Loligo sp.) dapat dilihat
sampai adonan kalis. 5. Adonan kalis pada Tabel 1.
dibentuk silindris (memanjang) dengan
menggunakantangan. 6. Adonan yang Tabel 1. Hasil Rendemen Daging Cumi-
sudah dibentuk kemudian dikukus dalam cumi (Loligo sp.)
Proses Berat
dandang selama 1,5 jam. 7. Adonan yang No. Rendemen(%)
Pengolahan (g)
Cumi-cumi
telah matang, diangkat dan didiamkan 1.
(Loligo sp.)
2000 -

diatas meja karena ketika masih panas 2. Pencucian 2000 100


Perebusan cumi-
adonan agak lembek. Adonan yang 3. 1658 82,9
cumi
Pemisahan
sudah padat di masukkan kedalam 4. daging cumi- 1181 59,05
cumi
coolbox dan diberi es yang dihancurkan. Penghalusan
Adonan didiamkan didalam coolbox daging
5. 1181 59,05
menggunakan
dengan suhu 0,5oC selama 1 (satu) blender
Hasil Akhir Rendemen 59,05
malam. 8. Adonan diiris tipis-tipis

47
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

Hasil rendemen cumi-cumi dan ketebalan yang berbeda berpengaruh


(Loligo sp.) pada Tabel 1, menunjukkan nyata terhadap kadar air kerupuk cumi
bahwa rendemen cumi-cumi (Loligo sp.) (P<0,05).
sebesar 59,05 %. Nilai rendemen daging
cumi-cumi mengalami penurunan setelah
mengalami proses perebusan. Penurunan
rendemen ini disebabkan oleh daging
cumi yang banyak menyerap air,
sehingga ketika dilakukan perebusan air
yang terserap daging berkurang.
Gambar 1. Kadar Air Kerupuk Cumi
Penurunan rendemen juga disebabkan
Keterangan :
pemisahan daging cumi-cumi dari
o
- A (kerupuk cumi suhu 50 C
kepala, dan cangkang cumi cumi.
ketebalan 2 mm), B (kerupuk cumi
Rendemen yang semakin tinggi
o
suhu 50 C ketebalan 4 mm), C
menandakan semakin banyak bahan
(kerupuk cumi suhu 60 oC ketebalan 2
yang dapat termanfaatkan. Menurut
mm), D (kerupuk cumi suhu 60 oC
Lekahena et al. (2014), rendemen
ketebalan 4 mm);
digunakan sebagai parameter penting
- Nilai pada grafik merupakan hasil
dimana rendemen bertujuan untuk
rata-rata dari tiga ulangan;
mengetahui nilai ekonomis dan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil
efektivitas suatu produk atau bahan.
yang berbeda pada bagian atasnya
Menurut Dewatisari et al. (2017), nilai
menunjukkan adanya perbedaan nyata
rendemen berkaitan dengan banyaknya
(P<0,05).
kandungan bahan yang digunakan yang
Kerupuk cumi dengan perlakuan
terkandung dalam bahan baku. Semakin
suhu 50 oC dengan ketebalan 2 mm dan
besar rendemen yang dihasilkan
4 mm serta kerupuk cumi dengan
menunjukkan bahwa semakin efisien
perlakuan 60 oC dengan ketebalan 2 mm
perlakuan yang diterapkan.
dan 4 mm memenuhi standar mutu dan
Kadar Air Kerupuk Cumi keamanan kerupuk pada parameter kadar
Hasil dari analisis ANOVA air. Kadar air yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa penggunaan menyebabkan meningkatnya aktivitas
metode pengeringan oven dengan suhu mikroba yang mengakibatkan daya

48
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

simpan menurun. Nilai kadar air pada mikroba. Semakin rendah kadar air pada
kerupuk cumi dikatakan rendah yaitu kerupuk maka semakin baik mutu dari
nilai kadar air terbesar 10,49% sehingga kerupuk.
masih memenuhi standar. Menurut BSN
Kadar Protein Kerupuk Cumi
SNI No. 8272:2016 tentang persyaratan
dan keamanan kerupuk menyatakan Nilai kadar protein kerupuk

bahwa kadar air dalam produk kerupuk disajikan pada Gambar 2. Dari grafik

maksimal 12%. tersebut nilai protein pada kisaran 9,7-

Kandungan kadar air pada 10,11%. Tidak terdapat signifikansi

kerupuk cumi menunjukkan bahwa antar perlakuan, bahwa ketebalan dan

kadar air berbeda pada setiap perlakuan. suhu pengeringan tidak berpengaruh

Kadar air kerupuk cumi perlakuan suhu terhadap nilai protein. Hal ini

50 oC dengan ketebalan 2 mm sebesar disebabkan karena sampel berasal dari

(10,56%), kadar air kerupuk cumi formulasi yang sama. Dan proses

perlakuan suhu 50 oC dengan ketebalan pengeringan tidak menyebabkan

4 mm sebesar (10,98%), kadar air degradasi protein pada kerupuk.


o
kerupuk cumi perlakuan suhu 60 C
dengan ketebalan 2 mm sebesar (9,74%),
kadar air kerupuk cumi perlakuan suhu
60 oC dengan ketebalan 4 mm sebesar
(10,49%) (Gambar1). Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan kadar
air pada kerupuk cumi seiring dengan
ketebalan kerupuk. Kadar air pada Gambar 2. Kadar Protein Kerupuk Cumi
makanan ikut menentukan daya awet Keterangan :
bahan pangan tersebut. Kadar air yang o
- A (kerupuk cumi suhu 50 C
tinggi mengakibatkan bakteri mudah ketebalan 2 mm), B (kerupuk cumi
untuk berkembang sehingga akan terjadi o
suhu 50 C ketebalan 4 mm), C
perubahan pada bahan pangan. Menurut (kerupuk cumi suhu 60 oC ketebalan 2
Abdullah et al. (2019), semakin tinggi mm), D (kerupuk cumi suhu 60 oC
kadar air pada suatu makanan, maka ketebalan 4 mm);
akan mempercepat pertumbuhan

49
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

- Nilai pada grafik merupakan hasil protein pada daging cumi sekitar 16,81%
rata-rata dari tiga ulangan; per 100g daging cumi.
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil
yang berbeda pada bagian atasnya Uji Tingkat Kemekaran Kerupuk
menunjukkan adanya perbedaan nyata Cumi
(P<0,05). Hasil dari analisis ANOVA

Hasil uji kadar protein menunjukkan bahwa penggunaan

menunjukkan rentang kadar protein metode pengeringan oven dengan suhu

kerupuk cumi sebesar 9,70% - 10,11%, dan ketebalan yang berbeda berpengaruh

yang artinya memenuhi standar SNI. nyata terhadap kemekaran kerupuk cumi

Menurut BSN No. 8272:2016 tentang (P<0,05).

persyaratan mutu dan keamanan kerupuk


(2016), kadar protein pada kerupuk yaitu
minimal 5% untuk kerupuk dengan
grade III, kadar protein mnimal 8%
untuk kerupuk dengan grade II dan kadar
protein minimal 12% untuk kerupuk
Gambar 3. Tingkat Kemekaran KerupukCumi
dengan grade I.
Keterangan :
Kandungan protein pada cumi o
- A (kerupuk cumi suhu 50 C
mampu meningkatkan kadar protein
ketebalan 2 mm), B (kerupuk cumi
kerupuk, yang dimana kerupuk cumi o
suhu 50 C ketebalan 4 mm), C
memiliki kandungan protein yang tidak
(kerupuk cumi suhu 60 oC ketebalan 2
kalah jika dibandingkan dengan kerupuk
mm), D (kerupuk cumi suhu 60 oC
komersial. Menurut Huda et al. (2010),
ketebalan 4 mm);
kadar protein kerupuk komersial berada
- Nilai pada grafik merupakan hasil
dalam kisaran 5,53% sampai 16,17%.
rata-rata dari tiga ulangan;
Menurut Octavia (2017), kerupuk cumi
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil
bisa digunakan sebagai alternatif sumber
yang berbeda pada bagian atasnya
protein pada makanan ringan. Kerupuk
menunjukkan adanya perbedaan nyata
cumi memiliki kandungan protein yang
(P<0,05).
cukup tinggi dikarenakan kandungan
Kemekaran tertinggi pada
pengeringan suhu 50 oC, tebal 2 mm

50
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

sebesar 171,99%, kemudian 60 oC:2


mm sebesar 145,70%, 60 oC: 4 mm
sebesar 93,76% dan yang paling rendah
50 oC: 4 mm sebesar 74,21%. Ketebalan
kerupuk mempengaruhi kemekarannya,
irisan yang lebih tipis cenderung mekar
lebih tinggi. Sedangkan suhu Gambar 4. Tingkat Kerenyahan Kerupuk Cumi
Keterangan :
pengeringan cukup dengan 50oC.
o
- A (kerupuk cumi suhu 50 C
Menurut Syah et al. (2018),
ketebalan 2 mm), B (kerupuk cumi
tingginya nilai kemekaran tersebut
o
suhu 50 C ketebalan 4 mm), C
berasal dari gelatinisasi pati selama
(kerupuk cumi suhu 60 oC ketebalan 2
proses penggorengan. Kandungan pati
mm), D (kerupuk cumi suhu 60 oC
yang berasal dari tepung mengalami
ketebalan 4 mm);
pengembangan selama proses
- Nilai pada grafik merupakan hasil
penggorengan. Granula pati yang
rata-rata dari tiga ulangan;
tergelatinisasi secara sempurna akan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil
menghasilkan daya pengembang yang
yang berbeda pada bagian atasnya
rendah selama penggorengan produk
menunjukkan adanya perbedaan nyata
akhirnya. Granula pati yang
(P<0,05).
tergelatinisasi sempurna akan
menakibatkan pemecahan sel-sel pati Nilai kerenyahan kerupuk cumi
o
lebih baik selama penggorengan. Proses pada perlakuan suhu 50 C dengan
pati tergelatinisasi dipengaruhi antara ketebalan 2 mm sebesar 1440,27gf ,
lain pengeringan. kerenyahan kerupuk cumi perlakuan
suhu 50 oC dengan ketebalan 4 mm
Uji Tingkat Kerenyahan Kerupuk
sebesar 2793,15 gf, kerenyahan kerupuk
Cumi o
cumi perlakuan suhu 60 C dengan
Hasil dari analisis ANOVA ketebalan 2 mm memiliki nilai
menunjukkan bahwa penggunaan kerenyahan terendah yaitu sebesar
metode pengeringan oven dengan suhu 1200,42 gf, kerenyahan kerupuk cumi
dan ketebalan yang berbeda berpengaruh perlakuan suhu 60 oC dengan ketebalan
nyata terhadap kerenyahan kerupuk cumi 4 mm memiliki nilai kerenyahan
(P<0,05).

51
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

tertinggi sebesar 4300,92 gf (Gambar 4). sehingga uap air tidak dapat keluar
Nilai kerenyahan yang tinggi pada selama penggorengan.
kerupuk cumi dipengaruhi oleh Kerenyahan pada kerupuk dapat
ketebalan kerupuk dan kadar air dari dilihat dari faktor komposisi
kerupuk tersebut, sehingga kerupuk penyusunnya, sifat fisik dari kerupuk
dengan ketebalan 4 mm dan dengan suhu dapat mempengaruhi kerenyahan
o
yang tinggi yaitu suhu 60 C yang kerupuk. Faktor fisik yang dapat
memiliki nilai kerenyahan tinggi. mempengaruhi salah satunya yaitu
Kerenyahan juga dipengaruhi oleh ketebalan irisan kerupuk. Kerenyahan
kandungan pati pada tepung yang juga dapat dipengaruhi pada saat proses
digunakan untuk pembuatan kerupuk. penggorengan yang tidak benar,
Kadar amilopektin yang tinggi akan sehingga uap air tidak dapat keluar yang
menghasilkan gel dengan daya lengket mengakibatkan kerupuk tidak
yang kuat dan kenyal. Menurut Octavia mengembang dengan baik yang sehingga
(2017), kerenyahan kerupuk ditentukan nilai kerenyahan pada kerupuk rendah.
oleh kandungan serat maupun patinya. Menurut Koswara (2009) dalam Mas’ud
Kerupuk yang memiliki kandungan serat dan Veni (2014), bahwa selain kadar
dan pati yang tinggi akan sangat renyah amilopektin yang tinggi, kerenyahan
ketika digoreng, sebalikna jika kerupuk kerupuk juga dipengaruhi oleh ketebalan
memiliki kandungn serat dan pati yang kerupuk saat diiris. Pengirisan kerupuk
sedikit maka kerenyahan kerupuk akan sebaiknya menggunakan alat khusus
berkurang. Kerenyahan kerupuk optimal pemotong kerupuk, sehingga
dinilai dari mudah tidaknya kerupuk ketebalannya 2-3 mm, hal ini bertujuan
digigit dan dikunyah. Menurut untuk mendapatkan potongan kerupuk
Wahyuningtyas et al. (2014), semakin yang seragam dan renyah pada saat
rendah nilai kekerasan maka semakin digoreng. Menurut Septiana et al.
renyah produk tersebut. Sebaliknya (2012), pada saat proses penggorengan,
semakin tinggi nilai kekerasan, maka suhu akan naik dan membentuk uap air.
semakin keras produk tersebut. Penguapan air tersebut menyebabkan
Tingginya nilai kekerasan dapat tekstur kerupuk menjadi kering dan
disebabkan tingginya kadar air kerupuk, keras.

52
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

Uji Hedonik kerupuk Cumi dengan parameter sensori memiliki


persyaratan nilai minimal 7.
Uji hedonik untuk mengetahui daya
Berdasarkan uji mutu hedonik
terima kerupuk cumi oleh panelis dari
parameter kenampakan berkisar antara
aspek kenampakan, bau, rasa dan
5,36 sampai 6,96, artinya kenampakan
tekstur.Hasil uji hedonik kerupuk cumi
kerupuk cumi termasuk dalam parameter
pada skala 1-9 disajikan pada Tabel 2.
7 yaitu disukai oleh panelis. Menurut
BSN SNI No. 2346:2006 bahwa
Tabel 2. Hasil Uji Hedonik Kerupuk
Cumi persyaratan mutu dan keamanan kerupuk
Parameter Perlakuan Rata-rata
dengan parameter hedonik memiliki oleh
Kenampakan A 6,43 ± 0,56b
panelis minimal 7.
B 5,36 ± 0,85a
C 6,76 ± 0,67bc Nilai rata-rata diketahui bahwa
D 6,96 ± 0,88c kerupuk cumi dari semua perlakuan
ab
Aroma A 6,26 ± 0,69 parameter aroma disukai oleh panelis
B 5,86 ± 0,93a
dengan aroma spesifik produk.
C 6,43 ± 0,81ab
D 6,70 ± 0,91b Berdasarkan uji mutu hedonik parameter
Rasa A 6,53 ± 0,97b aroma berkisar antara 5,86 sampai 6,70,
B 5,66 ± 0,99a artinya kenampakan kerupuk cumi
c
C 7,56 ± 0,85
termasuk dalam parameter 7 yaitu
D 5,96 ± 1,56a
disukai oleh panelis. Menurut BSN SNI
Tekstur A 6,53 ± 1,10b
B 5,60 ± 0,85a No. 2346:2006 bahwa persyaratan mutu
C 7,86 ± 0,57c dan keamanan kerupuk dengan
a
D 5,46 ± 1,56 parameter hedonik memiliki
keberterimaan oleh panelis minimal 7.
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
Menurut Saragih (2014), aroma produk
secara hedonik kerupuk cumi dapat
berasal dari senyawa-senyawa volatil,
diterima oleh panelis dari semua aspek.
protein, lemak dan karbohidrat. Aroma
Kerupuk cumi dengan pengeringan 60
yang timbul tersebut dapat terjadi secara
o
C tebal 2 mm yang paling disukai oleh
alami atau karena adanya pengolahan
panelis parameter sensori minimal 7 dan
yang dilakukan. Pengolahan yang
sesuai SNI No. 8272:2016 bahwa
biasanya digunakan yaitu pemanasan.
persyaratan mutu dan keamanan kerupuk

53
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

Berdasarkan nilai rata-rata artinya tekstur kerupuk cumi termasuk


parameter rasa diketahui bahwa kerupuk dalam parameter 8 yaitu sangat disukai
cumi dari semua perlakuan disukai oleh oleh panelis. Menurut BSN SNI No.
panelis. Berdasarkan uji mutu hedonik 2346:2006 bahwa persyaratan mutu dan
parameter rasa berkisar antara 5,66 keamanan kerupuk dengan parameter
sampai 7,56, artinya rasa kerupuk cumi hedonik memiliki keberterimaan oleh
termasuk dalam parameter 8 yaitu sangat panelis minimal 7. Menurut Tarwendah
disukai oleh panelis. Menurut BSN SNI (2017), tekstur merupakan sensasi
No. 2346:2006 bahwa persyaratan mutu tekanan yang dirasakan saat menggigit,
dan keamanan kerupuk dengan mengunyah, menelan, maupun meraba.
parameter hedonik memiliki Menurut Agustina et al. (2013),
keberterimaan oleh panelis minimal 7. kandungan air suatu bahan pangan
Menurut penelitian Octavia (2017), rasa sangat penting karena dapat
kerupuk dengan penambahan daging mempengaruhi tekstur produk yang
cumi-cumi mengalami peningkatan dihasilkan. Kandungan air yang tinggi
seiring dengan meningkatnya akan mengurangi tektur produk yang
konsentrasi daging cumi-cumi yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya.
ditambahkan dengan kriteria gurih khas
kerupuk dan lebih terasa cumi.Semakin KESIMPULAN
sedikit penambahan daging cumi-cumi Kesimpulan yang dapat diambil
pada kerupuk, maka rasanya gurih khas dari penelitian Karakteristik Kerupuk
kerupuk dan tidak terasa cumi, Cumi-cumi (Loligo sp.) dengan Beda
sedangkan semakin banyak penambahan Suhu Oven Pengeringan dan Ketebalan
daging cumi-cumi pada kerupuk maka Kerupuk adalah sebagai berikut:
rasanya gurih khas kerupuk dan lebih
1. Suhu oven pengeringan dan
terasa daging cumi.
ketebalan kerupuk memberikan
Hasil rata-rata nilai hedonik
pengaruh nyata terhadap kadar air
parameter tekstur dapat diketahui bahwa
dan tingkat kemekaran kerupuk,
semakin tebal kerupuk maka semakin
serta tidak memberikan pengaruh
turun tingkat kesukaan panelis.
yang nyata pada kadar protein dan
Berdasarkan uji mutu hedonik parameter
kerenyahan.
tekstur berkisar antara 5,46 sampai 7,86,

54
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

2. Kerupuk cumi memiliki tingkat Total Nitrogen pada Produk


Perikanan. Jakarta, 12 hlm.
kemekaran tertinggi pada perlakuan
suhu 50 oC ketebalan 2 mm yaitu _______________________. 2016.
Kerupuk Ikan, Udang dan
sebesar 171,99 ± 12,21c. namun
Moluska. SNI No. 8272:2016.
yang memiliki kerenyahan Badan Standar Nasional.
Jakarta.
tertinggi pada perlakuan suhu 60 oC
ketebalan 4 mm yaitu sebesar Dewitasari, W.F., L. Rumiyanti dan I.
Rakhmawati. 2017. Rendemen
4300,92 ± 1015,54.
dan Skrining Fitokimia pada
Ekstrak Daun Sanseviera sp.
Jurnal Penelitian Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Terapan. 17(3): 197-202.

Abdullah, S. Musa, N. Rukunudin, I.H., Huda N. , Ang L. L., Chung X. Y. and


& Shaari, A.R. (2019).Drying Herpandi. 2010. Chemical
characteristics of fish cracker Composition, Colour and
under different drying Linear Expansion Properties of
techniques. Food Research, Malaysian Commercial Fish
(2019):3-5. Cracker (Keropok). Asian
Journal of Food and Agro-
Agustina, R., H. Syah, dan M. Ridha. Industry.3(05), 473-482.
2013. Kajian Mutu Ikan Lele
(Clarias batrachus) Asap Ismoyo, W. 2017. Unjuk Kerja Alat
Kering.Jurnal Teknologi dan Pengering Model AIT (Aisian
Industri Pertanian Indonesia. Institute Of Technology) untuk
5(3): 6-11. Pengeringan Kerupuk.
[Skripsi]. Fakultas Teknik.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Universitas Lampung. Bandar
Standar Nasional Indonesia Lampung. 66 hlm.
(SNI) 01-2354-2-2006 Petunjuk
Pengujian Organoleptik dan Karjo, S. K., T. I. P. Suseno, dan A. R.
Atau Sensori. Jakarta, 137 hlm. Utomo. 2015. Pengaruh
Proporsi Beras dan Maizena
_______________________. 2015. terhadap Sifat Fisikokimia dan
Badan Standardisasi Nasional Organoleptik Kerupuk Puli.
(SNI) 01-2354-2-2015. Cara Uji Jurnal Teknologi Pangan dan
Kimia-Bagian 2: Penentuan Gizi, 14(1): 1-9.
Kadar Air pada Produk
Perikanan. Jakarta, 12 hlm. Kementrian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia. 2019.
_______________________. 2006. Statistik Ekspor Hasil Perikanan
Badan Standardisasi Nasional 2019. Direktur Jenderal
(SNI) 01-2354-4-2006. Cara Uji Pengolahan dan Pemasaran
Kimia-Bagian 4: Penentuan Hasil Perikanan.
Kadar Protein dengan Metode

55
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

Kurniawan., S. Lestari dan S.Hanggita Tenggiri terhadap Derajat


R.J. 2012. Hidrolisis Protein Pengembangan dan Kerenyahan
Tinta Cumi-Cumi (Loligo sp.) Kerupuk Ikan Tenggiri. Dalam:
dengan Enzim Papain. Fishtech. Seminar Nasional Peran
1(1): 41-54. Pertanian dalam Menunjang
Ketahanan Pangan dan Energi
Kusumaningrum, M., Kusrahayu Dan S. untuk Memperkuat Ekonomi
Mulyani. 2013. Pengaruh Nasional Berbasis Sumber Daya
Berbagai Filler (Bahan Pengisi) Lokal. Fakultas Pertanian,
Terhadap Kadar Air, Rendemen Universitas Jenderal Soedirman,
dan Sifat Organoleptik (Warna) Purwokerto.
Chicken Nugget. Animal
Agriculture Journal. 2 (1) : Syah, D. R., Sumardianto, dan L.
370-376. Rianingsih. 2018. Pengaruh
Penambahan Tepung Kalsium
Lekahena, V., D. N. Faridah, R. Syarief Tulang Ikan Bandeng (Chanos
dan R. Peranginangin. 2014. chanos) terhadap Karakteristik
Karakterisasi Fisikokimia Kerupuk Rambak Tapioka.
Nanokalsium Hasil Ekstraksi Jurnal Pengolahan dan
Tulang Ikan Nila Menggunakan Bioteknologi Hasil
Larutan Basa dan Asam. J. Perikanan.7(1): 25-33.
Teknol. dan Industri Pangan.
25(1) : 57-64. Mas’ud, I., Z. dan Veni, I. 2014.
Pengaruh Proporsi Puree
Octavia, N. 2017.Pengaruh Penambahan Kacang Tunggak (Vigna
Cumi-Cumi (Loligo sp.) unguiculata (L) Walp) dan Teri
terhadap Sifat Organoleptik Nasi (Stolephorus commersoni)
Kerupuk.E-journal Boga. Edisi terhadap Sifat Organoleptik
Yudisium Periode September Kerupuk. E-Journal. 3(1).
2017. 5(3): 34-41.
Novania, A., Sumardianto dan I.
Tarwendah, I. P. 2017. Jurnal Review: Wijayanti.2017. Pengaruh
Studi Komparasi Atribut Perbandingan Penambahan
Sensoris dan Kesadaran Merek Tepung Tulang Ikan Nila
Produk Pangan. Jurnal Pangan (Oreochromis niloticus) dan
dan Agroindustri.5(2): 66-73. Bubur Rumput Laut Ulva
Lactuca Terhadap Karakteristik
Saragih, R. 2014. Uji Kesukaan Panelis Kerupuk. Jurnal Pengolahan
pada Teh Daun Torbangun dan Bioteknologi Hasil
(Coleus Amboinicus). E-journal Perikanan. 6(1): 21-29.
Widya Kesehatan dan
Lingkungan.1(1): 46-52. Wahyuningtyas, N., Basito, dan W.
Atmaka. 2014. Kajian
Septiana, A. T., H. S. Rukmini dan Karakteristik Fisikokimia dan
Sujiman. 2012. Pengaruh Sensoris Kerupuk Berbahan
Penambahan Rumput Laut BakuTepung Terigu, Tepung
Eucheuma Cottonii pada Tapioka dan Tepung Pisang
Berbagai Proporsi Daging Ikan Kepok Kuning. Jurnal

56
PENA Akuatika Volume 19 No.1 Maret 2020

Teknosains Pangan, 3(2): 76-


85.

Wijaya, H., Novitasari dan S. Jubaidah.


2018. Perbandingan Metode
Ekstraksi terhadap Rendemen
Ekstraksi Daun Rambai Laut
(Sonneratia caseolaris L. Engl).
Jurnal Ilmiah Manuntung. 4(1):
79-83.
[1]
Zulisyanto, D., P. H. Riyadi dan U.
Amalia.2016. Pengaruh Lama
Pengukusan Adonan terhadap
Kualitas Fisik dan Kimia.

57

Anda mungkin juga menyukai