Irna Sukmayati
NIT. 17.3.08.042
Dosen Pembimbing:
Nusaibah, S.Pi., M.Si
Widya Pangestika, S.ST., MT
Irna Sukmayati
NIT. 17.3.08.042
Dosen Pembimbing:
Nusaibah, S.Pi., M.Si
Widya Pangestika, S.ST., M.T
i
PERNYATAAN MENGENAI KARYA TULIS PRAKTIK AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Irna Sukmayati
NIT. 17.3.08.042
ii
RINGKASAN
Edible Film merupakan lembaran atau film tipis yang terbuat dari bahan-
bahan alami sehingga dapat memudahkan untuk mengalami proses degradasi.
Bahan baku pembuatan edible film ini adalah kitosan dan karaginan. Kitosan
merupakan biopolimer yang berasal dari cangkang udang, kepiting ataupun
rajungan. Kitosan bersifat tidak beracun, mudah terdegradasi dalam tanah, dapat
diterima oleh tubuh, serta dapat membentuk film yang baik.
Karaginan merupakan suatu alternatif yang baik sebagai bahan dasar
pembuatan edible film untuk mendapatkan daya tahan dan kualitas bahan pangan
yang dikemas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan kitosan dan karaginan terhadap organoleptik edible film, serta untuk
mengetahui pengaruh penambahan kitosan terhadap daya simpan edible film.
Hasil penelitian menunjukan bahwa edible film dengan perlakuan C3(3:3)
menjadi formula terbaik dalam elastisitas, sedangkan perlakuan C1(0:3) menjadi
formula terbaik dalam warna edible film, kemudian untuk edible film dengan
perlakuan C2(1:3) menjadi perlakuan terbaik dalam bau edible film dan perlakuan
C3(3:3) menjadi perlakuan terbaik dalam rasa edible film. Penyimpanan edible film
dalam suhu ruang lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan dengan
penyimpanan suhu kulkas, untuk edible film dengan perlakuan C4(5:3) menjadi
formula terbaik dalam lama penyimpanan atau pengujian daya simpan.
iii
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
Irna Sukmayati
NIT. 17.3.08.042
Dosen Pembimbing:
Nusaibah, S.Pi., M.Si
Widya Pangestika, S.ST., M.T
iv
Judul : Pembuatan Edible film dengan Bahan Baku Kitosan Cangkang Udang
Karaginan
Nama : Irna Sukmayati
NIT : 17.3.08.042
Disetujui oleh,
Diketahui oleh,
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga laporan Karya Tulis Praktek Akhir (KTPA) ini
berhasil diselesaikan. Adapun judul dari laporan KTPA ini adalah “Pembuatan
Edible film dengan Bahan Baku Kitosan Cangkang Udang dan Karaginan”. Laporan
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya
Perikanan di Progrm Studi Pengolahan Hasil Laut, Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pangandaran.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam rangka penulisan dan penyusunan Laporan
KTPA ini, terutama kepada:
1. Bapak Satriya Abrian, S.Si., M.Sc sebagai Ketua Program Studi Pengolahan
Hasil Laut
2. Ibu Nusaibah, S.Pi., M.Si sebagai Dosen Pembimbing I
3. Ibu Widya Pangestika, S.ST., MT sebagai Dosen Pembimbing II
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, saran dan do’a
demi kelancaran dalam penyusunan Laporan KTPA ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membantu, meskipun dalam laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan.
Irna Sukmayati
NIT. 17.3.08.042
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Manfaat Cangkang Udang 3
2.2 Kitosan 3
2.2.1 Mekanisme Isolasi Kitosan 4
2.3 Karaginan 5
2.3.1 Mekanisme Ekstraksi Karaginan 5
2.4 Edible film 5
2.4.1 Mekanisme Pembentukan Edible film 6
2.5 Analisa Usaha 6
2.5.1 Analisis Penerimaan dan Keuntungan 7
2.5.2 Analisis Break Even Point (BEP) 7
2.5.3 Analisis Benefit Cost Ratio (BCR) 8
2.5.4 Analisis Payback Period (PP) 8
BAB III METODOLOGI 9
3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Alat dan Bahan 9
3.2.1 Alat 9
3.2.2 Bahan 9
3.3 Metode Kerja 10
3.3.1 Preparasi Bahan 10
3.3.2 Metode Pembuatan Edible film 10
3.3.3 Metode Pembuatan Edible film 10
vii
3.4 Metode Pengujian 11
3.4.1 Uji Organoleptik 11
3.4.2 Uji Daya Simpan 11
3.5 Metode Pengumpulan Data 11
3.6 Skema Penelitian 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13
4.1 Edible Film 13
4.1.1 Persiapan Bahan 13
4.1.2 Pelarutan Kitosan 14
4.1.3 Pencampuran Bahan 14
4.1.4 Pemanasan Larutan 14
4.1.5 Pencetakan 14
4.1.6 Penjemuran 15
4.1.7 Pengemasan 15
4.2 Pengujian Edible Film 15
4.2.1 Uji Organoleptik 15
4.2.2 Uji Hedonik 16
4.2.3 Uji Masa Simpan 19
4.3 Analisa Usaha 22
4.3.1 Biaya Tetap 22
4.3.2 Biaya Variabel 22
4.3.3 Biaya Total 23
4.3.4 Total Penerimaan (TR) 23
4.3.5 Keuntungan 23
4.3.6 Break Even Point (BEP) 23
4.3.7 Benefit Cost Ratio (BCR) 23
4.3.8 Payback Period (PP) 24
BAB V PENUTUP 25
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kitosan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan di Indonesia
yang kaya akan sember daya alam hayati di darat maupun di laut. Pembuatan edible
film dengan pemanfaatan limbah cangkang udang ini diharapkan dapat mengurangi
penggunaan plastik yang banyak merugikan lingkungan dan makhluk hidup di
dalamnya. Selain itu, dengan adanya pembuatan edible film dari kitosan cangkang
udang ini dapat memanfaatkan limbah cangkang udang dan menambah nilai
ekonomi limbah cangkang udang yang terdapat di daerah Kabupaten Pangandaran.
Edible film dapat menjadi alternatif plastik sintetis yang baik untuk aplikasi
kemasan bahan makanan karena bersifat biodegradeble, aman bagi kesehatan, dan
dapat meningkatkan daya simpan makanan, salah satu biopolimer hidrofobik untuk
memperbaiki karakteristik film sekaligus aktivitas anti mikroba adalah kitosan
(Balti, dkk., 2017; Chillo, et.al., 2008). Berbagai penelitian menunjukan bahwa
edible film dapat berfungsi sebagai pembawa (carrier) aditif makanan, bersifat
sebagai agen antipencoklatan, antimikroba, pewarna, pemberi flavor, nutrisi, dan
bumbu (Li dan Barth, 1998; Pranoto, et.al., 2005; Rojas-Grau, et.al., 2009). Oleh
karena itu penulis ingin meneliti dan membuat edible film dari kitosan limbah
cangkang udang karena udang merupakan salah satu bahan baku melimpah dan
manfaat kitosan yang berfungsi sebagai penstabil, transparansi, serta memiliki
kandungan antimikroba.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan edible film dari kitosan antara lain, yaitu:
1. Membuat edible film dari kitosan limbah cangkang udang dan karaginan
dengan formulasi terbaik
2. Mengetahui mutu edible film yang dihasilkan dari kitosan limbah cangkang
udang dan karaginan ditinjau dari pengujian organoleptik dan pengujian
daya simpan
3. Mengetahui pengaruh dari penambahan kitosan terhadap organoleptik
edible film serta daya simpan edible film
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Kitosan
Menurut Rabea, et.al. (2003), kitosan merupakan biopolimer yang didapatkan
melalui proses deasetilasi basa dari kitin serta mengandung lebih dari 5000 unit
glukosanin yang menyebabkan kitosan memiliki karakter polikationik. Kitin
merupakan biopolimer yang menyusun cangkang crustacea seperti udang dan
kepiting serta insecta (Karlson, 1984). Kitosan memiliki sifat biocompatible atau
kemampuan bahan untuk dapat diterima atau menyatu ke dalam bahan lain, serta
memiliki sifat biodegradeble atau kemampuan bahan untuk dapat dengan mudah
terdegradasi (Schlaak dan Lindenthal, 2000).
Kitosan adalah polisakarida kationik linear dengan poly-β-(1,4).2 amino-
deoksi-D-glukopiranosa. Kitosan dalam bentuk amina bebas bersifat tidak larut
dalam air pada pH netral. Akan tetapi, kitosan larut dalam asam asetat glasisal dan
larutan HCl, akan tetapi tidak larut dalam asam sulfur pada suhu kamar.
Karakteristik film yang terbuat dari beberapa campuran gum dipengaruhi oleh
pengembangan intermolekul dari ikatan hidrogen diantara jalinan polimer yang
timbul akibat perbedaan struktur polimer yang timbul akibat perbedaan struktur
3
polimer. Polisakarida non ionik linear dengan berat molekul tinggi menghasilkan
film yang kuat.
Kitosan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan sebagai bahan
pembuatan edible film karena dapat digunakan sebagai penstabil, pengental,
pengemulsi dan pembentuk lapisan pelindung jernih pada produk pangan. Kitosan
bersifat tidak beracun, mudah terdegradasi dalam tanah, dapat diterima oleh tubuh,
serta dapat membentuk film yang baik (Saputra, 2012). Selain itu, kitosan juga
memiliki kemampuan untuk meningkatkan transparansi dalam pembuatan edible
film (Kattur, dkk., 1998)
4
2.3 Karaginan
Karaginan merupakan suatu senyawa polisakarida linear sulfat dari D-
galaktosa dan 3,6-anhidro-D-galaktosa yang diperoleh dari ekstraksi dari E. Cottoni
yang meupakan jenis rumput laut merah (Campo, et.al., 2009). Karaginan banyak
digunakan dalam industri makanan sebagai penambah ketebalan, pembentuk gel,
dan juga dalam industri farmasi. Karaginan merupakan suatu alternatif yang baik
sebagai bahan dasar pembuatan edible film untuk mendapatkan daya tahan dan
kualitas bahan pangan yang dikemas (Dwimayasanti, 2016).
Keamanan penggunaan karaginan pada makanan telah dikonfirmasi pada
pertemuan ke-57 Organisasi Pangan dan Argikultur dari beberapa negara yang
merupakan komite ahli kesehatan dunia tentang bahan tambahan pangan (JECFA)
di Roma pada Juni 2001 (Carthew, 2002). Kappa-karaginan merupakan komponen
yang paling meningkatkan penghalang kelembaban dibandingkan denga iota-
karaginan (Paula, et.al., 2015).
5
edible film antara lain seperti pektin, gelatin, kitosan, pati, dan gum (Daza, dkk.,
2018).
6
Keterangan:
TC = Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)
b. Keuntungan
π = TR - TC
Keterangan:
π = Keuntungan (Profit)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)
7
2.5.3 Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)
Analisis Benefit Cost Ratio merupakan alat analisis yang digunakan untuk
melihat pendapatan relative suatu usaha (Ibrahim, 2009). Rumus yang digunakan
adalah: B/C = TR : TC
Keterangan:
B/C = Benefit Cost Ratio
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)
Apabila nilai BCR lebih besar dari 1 maka usaha dinyatakan layak untuk
dijalankan, sedangkan apabila nilai BCR kurang dari 1 maka usaha dinyatakan tidak
layak untuk dijalankan.
8
BAB III
METODOLOGI
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan edible film antara
lain, yaitu terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan Pembuatan Edible film
Bahan Pembuatan Edible film
No Nama Bahan Fungsi
1. Kitosan Cangkang Sebagai bahan penstabil, pengental, pengemulsi
Udang dan pembentuk lapisan pelindung jernih pada
produk pangan, serta pengawet
2. Karaginan Sebagai penambah ketebalan, dan pembentuk gel
3. Gliserol Sebagai plasticizer untuk mengatasi sifat rapuh dan
kaku pada edible film
4. Aqua Sebagai bahan untuk menetralkan larutan
5. Gelatin Sebagai pengeras edible film
9
5. Asam sitrat Sebagai pelarut kitosan
10
3.4 Metode Pengujian
3.4.1 Uji Hedonik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
penginderaan. Penginderaan berarti suatu proses pengenalan alat indera akan sifat-
sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari
benda tersebut. Rangsangan yang dapat diterima indera dapat bersifat mekanis
(tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin, panam sinar, warna), sifat kimia (bau,
aroma, rasa). Untuk melaksanakan penelitian organoleptik diperlukan panelis.
Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensori atau komoditi, panelis
bertindak sebagai instrumen. Panelis ini terdiri dari orang yang atau kelompok yang
bertugas menilai sifat atau mutu komoditi secara subjektif.
11
1. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya jawab.
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan laboran di
Laboratorium dengan Ibu Pipih. Wawancara ini mengenai , mekanisme
isolasi kitosan, pengaplikasian kitosan, serta manfaat kitosan.
2. Praktik Langsung
Praktik langsung atau partisipasi aktif merupakan salah satu metode
pengambilan data dengan mempraktikan langsung. Kegiatan praktik langsung
yang penulis lakukan yaitu mengerjakan langsung setiap tahapan kerja
pembuatan edible film.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
tambahan pangan yang digunakan untuk melarutkan kitosan. Kitosan merupakan
bahan yang hanya dapat larut dengan menggunakan asam seperti asam asetat dan
asam sitrat. Semua bahan-bahan ditimbang sesuai dengan formula dan dipisahkan
kedalam wadah yang berbeda serta diberi kode pada setiap wadah.
14
4.1.5 Pencetakan
Edible film yang telah mengental dan larut kemudian dicetak dalam loyang
dengan ukuran 15 x 25 cm. Pencetakan harus dilakukan dengan cepat dan merata
serta teliti. Pencetakan harus dilakukan dengan cepat karena larutan edible film
mudah mengeras dan lengket. Larutan edible film dicetak setipis mungkin agar
lembaran yang dihasilkan tipis sehingga mudah kering dan tidak mudah lembab.
4.1.6 Penjemuran
Penjemuran edible film bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam
edible film sehingga lembaran menjadi kering dan dapat dilepas dari cetakan.
Penjemuran atau pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari
material (Rohman, 2008). Larutan edible film yang telah dicetak kemudian
dikeringkan dengan cara dijemur. Penjemuran edible film dilakukan selama 2 hari
dibawah sinar matahari. Setelah penjemuran edible film yang telah kering kemudian
dilepas dengan bantuan stik secara perlahan agar tidak mudah robek. Edible film
yang telah dilepas kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik bening secara
terpisah sesuai dengan perlakuan kemudian diberi kode.
4.1.7 Pengemasan
Edible film yang telah kering dan telah dipisahkan kemudian dimasukkan
kedalam kemasan paper kraft stip lock. Kemasan ini dilengkapi dengan alumunium
foil pada bagian dalam kertas sehingga tahan terhadap air dan tidak mudah robek.
Selain itu kemasan dengan stip lock memastikan bahwa kemasan rapat sehingga
tidak ada udara yang dapat masuk sehingga edible film tidak mudah lembab.
Pengemasan sendiri bertujuan untuk melindungi produk serta sebagai barrier
protection atau melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya
(Louw dan Kimber, 2007).
15
yang segar utuh (SNI 01-2346-2006). Parameter yang digunakan dalam pengujian
organoleptik biasanya berupa kenampakan (sesuatu yang tampak oleh indera mata),
tekstur (sesuatu yang dapat diraba/dirasakan oleh indera kulit), rasa (sesuatu yang
dapat dirasakan oleh indera lidah/pengecap), serta bau (sesuatu yang dapat dicium
oleh indera hidung).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang sedikit
signifikan dalam tingkat kesukaan (hedonik) edible film antara perlakuan C1, C2,
C3, C4. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan baik dari parameter
kenampakan, tekstur, rasa dan bau dari edible film.
16
1. Kenampakan
Kenampakan merupakan bagian yang dapat dilihat oleh mata pada semua
bagian produk seperti dari segi warna, transparansi, bentuk, dan lain sebagainya.
Dari empat formula edible film didapatkan hasil uji hedonik dalam diagram
tersebut:
8
Kenampakan
6
0
C1 C2 C3 C4
7,8
7,6 Tekstur
7,4
7,2
7
6,8
6,6
6,4
C1 C2 C3 C4
17
Menurut data diatas dapat dilihat bahwa edible film dengan tekstur yang
paling baik adalah perlakuan ketiga (C3(3:3), tekstur yang didapat adalah tidak
mudah robek, dan elastis.
3. Rasa
Rasa merupakan parameter uji hedonik pada produk pangan. Rasa edible film
memiliki rasa yang sedikit asam karena penambahan asam sitrat pada proses
pelarutan. Hasil uji hedonik dengan parameter rasa terdapat dalam diagram
tersebut:
6,5
Rasa
6
5,5
4,5
C1 C2 C3 C4
7,2
7 Bau
6,8
6,6
6,4
6,2
6
5,8
C1 C2 C3 C4
18
Menurut data diatas dapat diketahui bahwa rasa yang paling banyak disukai
adalah perlakuan kedua (C2(1:3)). Formula dengan perbandingan 1g kitosan dan 3g
karaginan menghasilkan rasa yang paling banyak disukai. Penambahan kitosan
yang signifikan dapat menghasilkan bau yang sedikit menyengat.
HARI KE-2
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Sedikit elastis Normal Sedikit asam
RUANG C2 Sedikit gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
C3 Gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
C4 Sangat gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Elastis Normal Normal
KULKAS C2 Sedikit gelap Elastis Normal Normal
C3 Gelap Elastis Normal Normal
C4 Sangat gelap Elastis Normal Normal
HARI KE-3
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
C1 Trasparan Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
SUHU C2 Sedikit gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
RUANG C3 Gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
C4 Sangat gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
19
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Sedikit elastis Normal Normal
KULKAS C2 Sedikit gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C3 Gelap Elastis Normal Normal
C4 Sangat gelap Sedikit Elastis Normal Normal
HARI KE-4
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Mudah robek Asam Asam
RUANG C2 Sedikit gelap Sedikit elastis Asam Asam
C3 Gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
C4 Sangat gelap Sedikit elastis Sedikit asam Sedikit asam
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Sedikit elastis Normal Normal
KULKAS C2 Sedikit gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C3 Gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C4 Sangat gelap Sedikit Elastis Normal Normal
HARI KE-5
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Mudah robek Asam Asam
RUANG C2 Sedikit gelap Mudah robek Asam Asam
C3 Gelap Mudah robek Sedikit asam Sedikit asam
C4 Sangat gelap Mudah robek Sedikit asam Sedikit asam
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Sedikit Elastis Normal Normal
KULKAS C2 Sedikit gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C3 Gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C4 Sangat gelap Sedikit Elastis Normal Normal
HARI KE-6
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Mudah robek Asam Asam
RUANG C2 Sedikit gelap Mudah robek Asam Asam
C3 Gelap Mudah robek Asam Asam
C4 Sangat gelap Mudah robek Sedikit asam Sedikit asam
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Sedikit elastis Normal Normal
KULKAS C2 Sedikit gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C3 Gelap Sedikit Elastis Normal Normal
C4 Sangat gelap Sedikit Elastis Normal Normal
20
HARI KE-7
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Sangat rapuh Asam Asam
RUANG C2 Sedikit gelap Sangat rapuh Asam Asam
C3 Gelap Sangat rapuh Asam Asam
C4 Sangat gelap Sangat rapuh Asam Asam
Spesifikasi
Kode
Kenampakan Tekstur Rasa Bau
SUHU C1 Trasparan Mudah robek Normal Normal
KULKAS C2 Sedikit gelap Mudah robek Normal Normal
C3 Gelap Mudah robek Normal Normal
C4 Sangat gelap Mudah robek Normal Normal
Dari data diatas dapat diketahui bahwa suhu penyimpanan edible film sangat
berpengaruh terhadap ketahanan edible film. Edible film yang disimpan pada suhu
ruang lebih cepat mengalami kemunduran kualitas lebih cepat dibandingkan dengan
edible film yang disimpan pada suhu kulkas. Wadah penyimpanan atau kemasan
edible film juga harus wadah yang kering dan tertutup rapat. Hal ini bertujuan untuk
mencegah masuknya udara dan kotoran yang akan masuk kedalam kemasan dan
mempercepat proses kemunudran kualitas edible film.
Selain suhu penyimpanan, penambahan kitosan juga waktu penjemuran atau
tingkat kekeringan edible film juga akan berpengaruh terhadap kualitas edible film.
Penambahan kitosan dalam pembuatan edible film ini berpengaruh terhadap
ketahanan edible film, karena kitosan memiliki senyawa antimikroba. Kitosan dapat
memberikan efek penghambatan yang lebih tinggi terhadap bakteri gram negatif (E.
Coli) dibandingkan dengan bakteri gram positif (Staphylococcus aureus dan
Bacillus subtilis) (Nurainy, 2008 dan Chung et.al, 2004). Hal ini disebabkan oleh
struktur membran/dinding sel bakteri gram negatif lebih tipis dibandingkan dengan
dinding sel bakteri gram positif. Oleh karena itu mekanisme kitosan sebagai salah
satu bahan yang mempunyai kandungan antimikroba ini dengan interaksi dan
pengrusakan strutur membran/dinding sel dari bakteri (Dewi, et.al., 2006)
Waktu penjemuran edible film juga berpengaruh terhadap tingkat kekeringan
edible film. Edible film yang masih lembab akan lebih cepat lengket dan mudah
sobek serta akan lebih mudah ditumbuhi oleh jamur. Oleh karena itu, wadah
penyimpanan edible film harus berada ditempat yang kering dan tahan terhadap air.
Sehingga akan memperpanjang masa simpan edible film.
21
4.2.4 Ketahanan Edible Film
Edible film merupakan lembaran tipis yang akan digunakan untuk
membungkus makanan agar tidak mudah teroksidasi atau rusak. Uji ketahanan
edible film dalam membungkus suatu produk yaitu dengan membungkuskan edible
film dalam produk perikanan yakni otak-otak ikan. Perubahan edible film dalam uji
ketahanan produk otak-otak ikan terdapat dalam Tabel.
Tabel 6. Uji Ketahanan Produk dalam Suhu Ruang
Hari Parameter
Kode
ke- Kenampakan Tekstur Bau
Tanpa Warna putih Kenyal Normal
C1 Warna putih Kenyal Normal
1 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih sedikit pudar Kenyal Normal
C1 Warna putih Kenyal Normal
2 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
C1 Putih sedikit pudar Kenyal Normal
3 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih kekuningan Agak kenyal Sedikit asam
C1 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
4 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih kekuningan Agak keras Sedikit asam
C1 Putih kekuningan Agak kenyal Sedikit asam
5 C2 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih kecokelatan Keras Asam
C1 Putih kekuningan Agak keras Sedikit asam
6 C2 Putih sedikit pudar Agak keras Sedikit asam
C3 Putih sedikit pudar Agak kenyal Sedikit asam
C4 Putih sedikit pudar Agak kenyal Sedikit asam
Tanpa Putih kecokelatan Keras Asam
C1 Putih kecokelatan Keras Asam
7 C2 Putih kekuningan Keras Asam
C3 Putih kekuningan Agak keras Asam
C4 Putih sedikit pudar Agak keras Sedikit asam
22
Tabel 9. Uji ketahanan edible film suhu kulkas
Hari Parameter
Kode
ke- Kenampakan Tekstur Bau
Tanpa Warna putih Kenyal Normal
C1 Warna putih Kenyal Normal
1 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Warna putih Kenyal Normal
C1 Warna putih Kenyal Normal
2 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
C1 Warna putih Kenyal Normal
3 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
C1 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
4 C2 Warna putih Kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih pudar Agak kenyal Normal
C1 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
5 C2 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
C3 Warna putih Kenyal Normal
C4 Warna putih Kenyal Normal
Tanpa Putih pudar Keras Normal
C1 Putih sedikit pudar Agak keras Normal
6 C2 Putih sedikit pudar Agak keras Normal
C3 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
C4 Putih sedikit pudar Agak kenyal Normal
Tanpa Putih pudar Keras Normal
C1 Putih sedikit pudar Keras Normal
7 C2 Putih sedikit pudar Keras Normal
C3 Putih sedikit pudar Agak keras Normal
C4 Putih sedikit pudar Agak keras Normal
Dari data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan edible film sebagai
pembungkus produk mempunyai pengaruh terhadap ketahanan produk dalam suhu
ruang. Penambahan kitosan yang berbeda juga berpengaruh terhadap ketahanan
edible film dalam membungkus suatu produk. Edble film dengan formula C4(5:3)
merupakan formula terbaik dalam mempertahankan suatu produk, karena jumlah
23
kitosan yang ditambahkan lebih banyak dibandingkan dengan formula yang lain.
Hal tersebut disebabkan kitosan memiliki kandungan antimikroba yang dapat
mengahmbat pertumbuhan bakteri.
24
4.3.1 Biaya Tetap
Tabel 7. Biaya Tetap Pembuatan Edible Film
No. Keterangan Jumlah Rincian Biaya
1. Penyusutan alat Rp. 19.300,00
Total biaya Rp. 19.300,00
25
4.3.4 Total Penerimaan (TR)
TR =PxQ
= Rp. 6.500 x 160 bungkus
= Rp. 1.040.000,00
4.3.5 Keuntungan
π = TR – TC
= Rp. 1.040.000,00 – Rp. 456.300,00
= Rp. 583.700,00
26
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
1. Proses pembuatan edible film melalui 7 tahap antara lain persiapan bahan,
pelarutan kitosan, pencampuran bahan, pemanasan, pencetakan,
penjemuran, dan pengemasan
2. Edible film dengan perlakuan C3(3:3) menjadi formula terbaik dalam
elastisitas, sedangkan perlakuan C1(0:3) menjadi formula terbaik dalam
warna edible film.
3. Penyimpanan edible film dalam suhu ruang lebih cepat mengalami
perubahan dibandingkan dengan penyimpanan suhu kulkas, untuk edible
film dengan perlakuan C4(5:3) menjadi formula terbaik dalam lama
penyimpanan atau pengujian daya simpan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan, yaitu:
1. Perlu adanya penyempurnaan dalam pembuatan edible film
2. Perlu penambahan bahan tambahan pangan berupa penambah masa simpan
produk
3. Perlu adanya alat-alat yang memadai dalam pembuatan edible film
27
DAFTAR PUSTAKA
Balti, R., dkk. 2017. Development and Characterization of Bioactive Edible films
from Spider Crab (Maja crispta) Chitosan Incorporated with Spirulina
Extract. International Journal of Biological Macromollecules.
Campos, C.A., Gerchenson, L.N., dan Flores, S.K. 2011. Develpoment of Edible
film and Coating with Antimicrobacterial Activity. Jurnal Food Bioproses
Technol 4: 849-87
Chillo, S., Flores, M., Mastromatteo, A., Conte, Ly’a, G., dan Nobile, M.A.D. 2008.
Infuence of Glycerol and Chitosan on Tapioca Starch-Based Edible film
Properties. Jurnal Food Engin 88: 159-168
Chung, Y.C., Su, Y.P., Chen, C.C., Jia, G., Wang, H.I., Wu, J.C.G., dan Lin, J.G.
2004. Relationship Between Antibacterial Activity of Chitosan and Surface
Characteristic of Cell Wall. Acta Pharmacol Sin 25(7): 932-936
Dompeipen, E.J., Kaimudin, M., dan Dewa, R.P. 2016. Isolation of Chitin and
Chitosan from Waste of Skin Shrimp. Majalah Biam: e-ISSN: 2548-4842,
p-ISSN: 0215-1646
Embuscado, M., Huber, K. 2009. Edible films and Coatings for Food Application.
New York:Springer Science
Juwana, S., dan Djambatan, K.R. 2000. Udang Perikanan, Cara Budidaya da Menu
Masakan. Jakarta: Indonesian Institute of Science
Karlson, P., 1984. Kurzes Lehrbuch der Biochemich fuer Mediziner und
Naturwissen Schafiler. Stuttgart: Georg Thieme Verlag
28
Mc Hugh, T.H.J.F., Ajuard dan Krochta. J.M. 1994. Plasticizier Whey Protein
Edible film: Water Vapor Premeability Properties, Journal of Food
Science, 59;416-419,423
Nurainy, F., Rizal, S., dan Yudiantoro. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kitosan
Terhadap Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar (Sumur).
Jurnal Teknologi Industrial dan Hasil Pertanian 13(2): 117-125
Pranoto, Y., Salokhe, V.M., dan Rakshit, S.K. 2005. Physical and Antibacterial
Properties of Alginate-Based Edible film Incorporated With Garlic Oil.
Jurnal Food Res. Intl. 38: 267-272
Rabea. E.I., et.al., 2003. Chitosan as Antimicrobial Agent: Applications and Mode
of Action. Biomacromolecules. No. (6), 1457-1465
Rojas-Grau, M.A., Tapia, M.S., Rodriguez, F.D., Carmona, A.M., dan Martin-
Belloso, O. 2007. Alginate and Gellan Based Edible Coatings as Support
of Antibrowning Agent Applied on Fresh Cut Fuji Apple. Food
Hydroclloids 21: 118-127
Saifuddin, A., 1998. Metode penelitian. [diunduh 2019 Jan 10]. Tersedia pada:
eprints.uny.ac.id
Sani, R.N., Fithri, C.N., Ria, D.A., dan Jaya, M.M. 2014. Analisis Rendemen dan
Skrining Fitokima Ekstrak Etanol Daun Lidah Mertua (Sanseveira
trifasciata var. Laurentii). Medan: Universitas Sumatera Utara
29
Yuniarifin, H., Bintoro, V.P., Suwarastuti, A. 2006. Pengaruh Berbagai
Konsentrasi Asam Fosfat pada Proses Perendaman Tulang Sapi terhadap
Rendemen, Kadar Abu dan Viskositas Gelatin. Jurnal Indon Trop Anim
Agric. 31(1) : 55-61
30
LAMPIRAN
31
Lampiran 1. Dokumentasi Proses Pembutan Edible Film
32
Lampiran 2. Tabulasi Uji Hedonik
Kenampakan Bau Rasa Tekstur
Panelis
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 8 7 6 6 9 6 7 5 5 5 6 5 9 8 7 7
2 8 7 7 6 5 6 6 4 6 7 6 7 8 8 7 6
3 7 6 6 5 6 7 6 6 6 7 7 6 8 7 6 6
4 7 6 7 6 7 8 7 6 6 5 6 6 7 7 7 7
5 8 8 8 8 7 8 7 6 6 7 6 6 8 8 8 8
6 8 7 6 6 8 8 6 6 5 7 8 4 7 7 6 6
7 8 7 8 6 7 7 6 7 7 6 6 7 9 8 8 7
8 7 7 7 7 7 8 8 9 6 5 5 6 7 8 8 7
9 7 7 8 8 6 7 8 7 5 4 6 5 7 8 7 7
10 8 7 7 8 7 6 8 7 8 6 5 5 7 7 8 7
Jumlah 76 69 70 63 69 71 69 63 56 59 61 51 77 76 72 68
33
RIWAYAT HIDUP
34