Pada penganiayaan memang tidak memberikan batasan jelas apa yang dimaksud dengan
“penganiayaan”. Adami Chazawi dalam bukunya Pelajaran Hukum Pidana Bagian I: Stelsel
Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan, dan Batas Berlakunya Hukum Pidana (hal.
113-114) menyatakan, pada dasarnya secara tersirat di dalam kualifikasi penganiayaan
(mishandeling) telah terdapat unsur perbuatan yakni “menganiaya”, yang artinya melakukan
suatu perbuatan terhadap tubuh orang yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh orang.
Tubuh orang adalah objek kejahatan menurut rumusan pasal ini, sehingga terdapat
perlindungan hukum terhadap fisik orang dari perbuatan setiap orang yang menyerang atau
menyakiti pisik orang lain. Selanjutnya penganiayaan dapat dibagi menjadi 2
yaitu penganiayaan ringan dan berat.
Penganiayaan yang dilakukan Kriss Hatta sebagai pelaku tunggal terhadap Anthony berupa
pukulan dibagian hidung Anthony yang menyebabkan hidung korban berdarah dan patah.
KRONOLOGI KEJADIAN
Kasus bermula pada 7 April 2019 , ketika Kriss bersama pacarnya, Rahelly Alia, mendatangi
kelab malam di daerah Jaksel pada 7 April sekitar pukul 01.00 WIB. Kedatangannya untuk
menemui temannya bernama Manda.Kemudian, Anthony datang bersama temannya ke klub
malam yang sama pada pukul 02.00 WIB. Sesampai di klub malam tersebut, Anthony
mendatangi meja VIP yang di situ terdapat terdakwa bersama Alia dan Manda.
Sesampai di meja tersebut, tiba-tiba teman Anthony langsung memegang pundak Rahelly
Alia mengajak untuk berkenalan. Melihat hal tersebut, Kriss tidak senang dan mendorong
teman Anthony.
Menyaksikan tindakan Anthony, Kriss Hatta merasa terancam karena awalnya dia
memegang gelas di tangan kanan dan memindahkannya ke tangan kiri. Setelah itu,
terdakwa langsung memukul Anthony menggunakan tangan kanan yang diarahkan ke
mukanya satu kali.
Akibat pemukulan tersebut, Anthony mengalami rasa sakit hingga mengeluarkan darah. Dari
hasil visum terhadap Anthony, ditemukan pergeseran pada sekat rongga hidung, memar,
serta pembengkakan dan nyeri tekan pada hidung akibat kekerasan benda tumpul.
VONIS HUKUM KRISS HATTA
Berdasarkan hasil Visum et Revertum korban nomor 176/TU.FK/IV/2019. "Pada
pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh dua tahun ini ditemukan pergeseran
(deviasi) pada sekat rongga hidung serta memar, pembengkakan dan nyeri tekan pada
hidung akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian." kata Jaksa Indra.
Penganiayaan ini membuat Kriss didakwa melanggar pasal 351 ayat 1 KUHP yang berbunyi
“Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
Ancaman pidana berupa denda sebesar Rp 4500,- yang terdapat dalam Pasal 351 ayat (1)
KUHP telah disesuaikan berdasarkan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia No. 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda Dalam KUHP:
Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal 303
ayat 1 dan ayat 2, 303 bis ayat 1 dan ayat 2, dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu) kali.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka pidana denda yang diatur dalam Pasal 351 ayat (1)
KUHP menjadi paling banyak Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu).
Kemudian Kriss Hatta divonis 5 bulan penjara terkait kasus penganiayaan. Kriss terbukti
bersalah melakukan penganiayaan terhadap Anthony di kelab malam. Untuk hal yang
meringankan, Kriss dinilai berlaku sopan dan telah memberikan uang ganti rugi kepada
Anthony sebesar Rp 150 juta. Sementara hal yang memberatkan tidak ada.
"Berdasarkan itu pembelaan terdakwa tidak beralasan menurut hukum," kata hakim.