As-Shultoh (kekuasaan)
Al-Khudu Lihadzihis Shultoh (ketundukan kepada kekuasaan)
An-Nidhom almunazzalu min hadzihis Shultoh (Peraturan yang dikeluarkan oleh
kekuasaan)
Al-Jaza liman thoa waman asho (Balasan dari kekuasaan terhadap yang taat atau yang
membangkang)
oOo
Secara bahasa dapatlah kita tarik substansi Ad-Din adalah lembaga kekuasaan, yang didalamnya
ada hukum / undang undang, ada masyarakat yang loyal atau tunduk kepada kekuasaan dan ada
mekanisme pembalasan bagi yang mengikuti dan juga bagi yang membangkang
a. Animisme
Setiap benda baik hidup maupun mati mempunyai roh atau jiwa. Roh
itu mempunyai kekuatan gaib yang disebut mana. Roh atau jiwa itu pada
manusia disebut nyawa. Nyawa itu dapat berpindah-pindah dan mempunyai
kekuatan gaib. Oleh karena itu, nyawa dapat hidup di luar badan manusia.
Nyawa dapat meninggalkan badan manusia pada waktu tidur dan dapat
berjalan kemana-mana (itulah merupakan mimpi). Akan tetapi apabila
manusia itu mati, maka roh tersebut meninggalkan badan untuk selamalamanya.
Roh yang meninggalkan badan manusia untuk selama-lamanya itu
disebut arwah. Menurut kepercayaan, arwah tersebut hidup terus di negeri
arwah serupa dengan hidup manusia. Mereka dianggap pula dapat berdiam
b. Dinamisme
Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan. Dinamisme
adalah paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda
hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris)
mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai
sifat yang luar biasa (karena kebaikan atau keburukannya) sehingga
dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan dunia
sekitarnya. Dengan demikian, di dalam masyarakat terdapat orang, binatang,
tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan sebagainya yang dianggap mempunyai
pengaruh baik dan buruk dan ada pula yang tidak.
Benda-benda yang berisi mana disebut fetisyen yang berarti benda sihir.
Benda-benda yang dinggap suci ini, misalnya pusaka, lambang kerajaan,
tombak, keris, gamelan, dan sebagainya akan membawa pengaruh baik
bagi masyarakat; misalnya suburnya tanah, hilangnya wabah penyakit, menolak
malapetaka, dan sebagainya. Antara fetisyen dan jimat tidak terdapat
perbedaan yang tegas. Keduanya dapat berpengaruh baik dan buruk tergantung
kepada siapa pengaruh itu hendak ditujukan. Perbedaannya, jika
jimat pada umumnya dipergunakan/dipakai di badan dan bentuknya lebih
kecil dari pada fetisyen. Contohnya, fetisyen panji Kiai Tunggul Wulung
dan Tobak Kiai Plered dari Keraton Yogyakarta.