Anda di halaman 1dari 11

1. Jelaskanlah Mengapa Manusia Indonesia Harus Beragama!

Pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal, baik
mengenai sesuatu yang tampak maupun yang gaib, dan juga keterbatasan dalam memprediksi
apa yang akan terjadi pada diri nya dan orang lain, dan sebagainya. Oleh karena keterbatasan
itulah maka manusia perlu memerlukan agama untuk membantu dan memberikan pencerahan
spiritual kepada diri nya.
Manusia membutuhkan agama tidak sekedar untuk kebaikan diri nya di hadapan Tuhan saja,
melainkan juga untuk membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam problema
yang kadang-kadang tidak dapat dipahami nya. Di sinilah manusia diisyaratkan oleh diri dan
alam nya bahwa Zat yang lebih unggul dari diri nya, Yang Maha Segala-galanya, seperti yang
dijelaskan oleh para antropolog bahwa agama merupakan respons terhadap kebutuhan untuk
mengatasi kegagalan yang timbul akibat ketidakmampuan manusia untuk memahami
kejadian-kejadian atau peristiwwa-peristiwa yang rupa-rupa nya tidak dapat diketahui dengan
tepat (Sulaiman dan Albuny, 1984 : 8).
Selain daripada itu agama juga memberi isyarat kepada manusia dan alam bahwa ada Zat
yang lebih unggul, Zat Yang Maha Segala-galanya, yang disitu manusia perlu bersandar
kepad Dia melalui medium agama. Dengan kata lain perlu bersandar dan berpasrah (tawakal)
kepada Dia melalui agama karena agama menjadi tempat bagi kita untuk mengadu dan
berkomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kita kepada Tuhan didasarkan pada suatu ajaran
bahwa manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan.
2.

Jelaskanlah Arti ISLAM menurut BAHASA dan ISTILAH !

BAHASA
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama.
Kata Islam merupakan bentuk mashdar dari kata aslama.
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari salm ( )(yang berarti damai.
Kata salm memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri
dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia
pada perdamaian.
2. Berasal dari kata aslama ( )(yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang memeluk Islam merupakan seseorang yang secara
ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa-apa yang Allah SWT
perintahkan serta menjauhi segala laranganNya.
Oleh karena itulah, sebagai seorang Muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada
aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT.
Karena Insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang
(baca; mutmainah).
3. Berasal dari kata istaslamamustaslimun ( - )(: penyerahan total kepada
Allah.
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua).

Karena sebagai seorang Muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan
seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT.
Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah SWT adalah seperti
dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan,
kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT.
Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan
hanya karena Allah SWT dan menggunakan manhaj Allah SWT melalui RasulNYA.
4. Berasal dari kata saliim ( )(yang berarti bersih dan suci.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu
menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat
mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan ajaran Islam, adalah karena
tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
) yang berarti selamat dan sejahtera.
5. Berasal dari salam (
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia
pada keselamatan dan kesejahteraan.
Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan yang
dengan segenap hati mengikuti syariatNYA.
ISTILAH
Adapun dari segi istilah adalah
Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada
para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan pedoman
hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat
manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Jelaskanlah Pengertian aqidah Menurut Bahasa&Istilah dan juga menurut para
ahli!
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam
(pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).
Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
"Al-Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut
diambil dari kata kerja: "Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " Aqdan" (ikatan sumpah),
dan " Uqdatun Nikah" (ikatan menikah).
Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan
bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk
jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul Arab, al- Qaamuusul

Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: Aqada).


Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah
aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi):
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh
keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada
orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima
keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh,
maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas
hal tersebut.
Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa
arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan
tak dapat beralih dari padanya.
aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertamatama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang
tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan.
Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati
membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan
bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.
4. Uraikanlah rukun islam tentang Ibadah Sholat!
Sebagai ummat Islam kita diwajibkan mendirikan Sholat sehari semalam 5 waktu, mulai
dari Sholat Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Sholat memeliki kedudukan agung dalam
Islam, hal ini bisa kita lihat dari keutamaan sholat tersebut seperti berikut:
a) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah
satu rukun islam.
b) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir.
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, Sesungguhnya batasan antara seseorang
dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia
kafir (HR Muslim).
c) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan
shalat.
d) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali
akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan
mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal
dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Taala

mengatakan,Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah? Maka
shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga
amalan lainnya seperti itu. Dalam riwayat lainnya, Kemudian zakat akan (diperhitungkan)
seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula. (HR Abu Daud)

5. Jelaskan&Uraikan bentuk&Isi hubungan manusia dengan tuhan,


manusia&sesamanya, dan Manusia dengan lingkungan!
1. Manusia Sebagai Hamba
Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik,
yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan
hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka
pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah,
sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat ayat 56:



Artinya:
Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.
Secara garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu ibadah yang bentuk dan tata
caranya telah di tentukan oleh Allah swt, dan ibadah dan bentuk tata caranya yang tidak di
tentukan oleh Allah swt. Ibadah jenis pertama adalah Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual
khusus, dan tidak bisa diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan
haji: cara melakukan ruku dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam
melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT.3 Demikian pula cara melakukan thawaf
dan sai dalam haji beserta lafal bacaannya telah ditentukan oleh Allah SWT. Inti ibadah jenis
ini sebenarnya adalah permohonan ampun dan mohan pertolongan dari Allah swt.
Jenis ibadah yang kedua disebut ibadah ghairu mahdoh atau ibadah dalam pengetahuan
umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan untuk kemaslahatan, kesuksesan, dan
keuntungan.


Artinya:
Sesungguhnya salat itu pencegah perbuatan fahsya dan munkar. (QS Al-Ankabut: 45)
Melalui ayat tersebut dapat diketahui bahwa ruh salat adalah inna shalati wa-nusuki,
salatku, ibadahku. Penyebutan salat dan nusuk dalam ayat tersebut bertujuan untuk
membedakan bahwa salat itu adalah ibadah mahdhah, sementara nusuk adalah ibadah ghairu
mahdhah. Para mufassir mengatakan kata nusuk tersebut diterjemahkan dengan insyithatu alhayat, artinya segala aktivitas hidup kita. Contoh dari ibadah semacam ini adalah
menyingkirkan duri dari jalan, membantu orang yang kesusahan, mendidik anak, berusaha,
bekerja, menjenguk orang sakit, memaafkan dan sebagainya. Semua perbuatan tersebut,
asalkan diniatkan karena Allah SWT dan bermanfaat bagi kepentingan umum, adalah
pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT.4
Jika inti hubungan manusia dengan Allah adalah pengabdian atau ibadah, maka inti hubungan
Tuhan dengan manusia adalah aturan, yaitu perintah dan larangan. Manusia diperintahkan
berbuat menurut aturan yang telah ditetapkan Allah. Jika manusia menyimpang dari aturan

itu, maka ia akan tercela, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Aturan itupun
ada dua macam, pertama aturan yang dituangkan dalam bentuk hukum-hukum alam
(sunnatullah) dan aturan yang dituangkan dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi
Muhammad saw.
Begitulah prinsip dasar ajaran Islam mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya. Intinya
adalah pengabdian dan penyembahan kepada Allah (ibadah). Berpegang teguh pada tali
agama Allah, lebih tepatnya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Memegang tali agama
Allah berarti kesetiaan melaksanakan semua ajaran agama dan mendakwahkannya. Selalu
meningkatkan amal saleh, mengikatkan hati kepada Allah, serta ikhlas dalam beribadah.5
2. Hubungan Manusia dengan Sesama
Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan
orang lain. Manusia memiliki naluri untuk hidup berkelompok dan berinteraksi dengan orang
lain.6 Karena pada dasarnya, setiap manusia memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda
dan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai alat tukar menukar pemenuhan
kebutuhan hidup.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan
bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Selain itu, manusia diciptakan dari berbagai karakteristik, bersuku-suku dan berbangsabangsa agar saling mengenal satu sama lain.

Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetetahui lagi
Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13)
Selain saling mengenal, manusia juga sangat dianjurkan agar dapat menjalin hubungan yang
baik antar sesamanya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran, surah Al-Hujurat ayat 10-12:






Artinya:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan

itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
Dalam menjalin hubungan baik sesama manusia, hendaknya sikap hormat-menghormati tidak
dilupakan. Mengenai hal ini, Allah sudah memperingatkan dalam surah An-Nisa ayat 86:7

Artinya:
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
Sebagai makhluk sosial, manusia dapat saling berinteraksi menjalin hubungan yang baik
saling menghormati dengan sesama, berkasih sayang sebagai fitrah diri manusia.
Interaksi manusia akan menghasilkan bentuk masyarakat yang luas. Alquran, sebagai kitab
suci umat Islam, memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat yang
baik, wwalaupun semua itu memerlukan upaya penafsiran dan pengembangan pemikiran. Di
samping itu Alquran juga memerintahkan kepada umat manusia untuk memikirkan
pembentukan suatu masyarakat dengan kualitas-kualitas tertentu. Dengan begitu, menjadi
sangat mungkin bagi umat Islam untuk membuat suatu gambaran masyarakat ideal
berdasarkan petunjuk Alquran.
3. Hubungan Manusia dengan Alam
1. Alam diciptakan untuk Manusia
Manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada
posisi sekarang. Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka
dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang
semuanya diperuntukkan pada manusia.9
Untuk memperoleh informasi lebih jauh mengenai penciptaan alam, berikut akan
dikemukakan beberapa ayat Al-Quran:10
1. Surah Shad ayat 27:



Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang
kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
2. Surah Ysin


Artinya:
Dan Kami ciptakan untuk mereka (apa) yang mereka kendarai seperti bahtera itu.
3. Surah Ad-Dukhn ayat 38.



Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan
bermain-main.

4. Surah An-Nahl ayat 5 dan 81.


Artinya:

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
.menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan



Artinya:
Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia
jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian
yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam
peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah
diri (kepada-Nya).
2. Manusia sebagai Khalifah
Manusia dilahirkan ke dunia hanya membawa diri,tanpa bekal harta. Tidak bisa apa pun
kecuali sedikit hal. Namun Allah memelihara dan merawat kita dengan menurunkan kasih
sayang-Nya melalui orang lain. Kita memerlukan orang lain. Lalu bagaimana kita bisa
melaksanakan tugas besar kita? Allah membekali kita dengan otak (akal pikiran dan nafsu).
Itulah bekal terbesar kita. Dengan adanya bekal tersebut, manusia dapat menciptakan budaya,
dimana budaya manusia terus berevolusi menuju budaya yang semakin maju dan kompleks.11
Berulang kali di dalam Al Quran Allah memerintahkan kita untuk berpikir. Dengannya
kita menjadi makhluk yang sempurna. Otak manusia memiliki kapasitas yang luar biasa,
terbatas namun batasnya tidak diketahui. Einstein sang ilmuwan saja baru menggunakan
sebagian kecil dari kemampuan otak yang sebenarnya. Dengan adanya akal pikiran ini
manusia bisa memilih tindakan yang tepat bagi kehidupannya. Tindakan yang tepat ini tidak
terlepas dari nilai-nilai agama, sehingga akal dan nafsu kita terarah dengan benar dan
menjadikan kita sebagai orang sukses. Jika itu sudah kita lakukan maka kita benar-benar
mencapai derajat yang tinggi sesuai dengan tujuan penciptaan diri kita yang sebenarnya oleh
Allah. Namun jika tidak, kita tidak bisa mencapai kesempurnaan di dalam derajat kita yang
sebenarnya. Derajat kita sangat rendah seperti setan atau lebih buruk dari binatang ternak.
Segala keperluan manusia di bumi ini telah disediakan oleh Allah, dan segalanya telah
ditundukkan oleh Allah untuk kita. Apakah kita menganggap itu adalah sesuatu yang kecil?
Semua itu adalah amanah yang besar untuk dikelola dan dipergunakan dengan baik. Setiap
manusia adalah pemimpin, dan yang paling minim adalah memimpin diri sendiri. Bahkan,
mengendalikan hawa nafsu termasuk jihad yang terbesar. Manusia memerlukan
keseimbangan agar dengan adanya kelebihan berupa otak mereka tidak zalim dan sombong,
dan dengan nafsu mereka tidak melampaui batas atau sewenang-wenang. Alam adalah
kesatuan (sistem), bahkan tubuh kita saja merupakan suatu sistem. Jika ada satu anggota
tubuh kita yang sakit maka seluruh tubuh akan sakit. Alam pun juga begitu, misalnya ada
tetangga kita membuang sampah sembarangan di sungai dekat rumah, kita tidak
mengingatkan maka kita juga akan kena dampaknya, seluruh rumah di sekitar sungai akan
terendam banjir. Maka dari itu berusahalah untuk mencapai kesempurnaan hidup kita dengan
berbuat yang terbaik di dalam segala hal sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
oleh Allah.
Manusia dipilih oleh Allah sebagai penduduk bumi, tiada lain adalah sebagai khalifah. Hal ini
ditegaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 30:




Artinya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada
Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah: 34)
Ibnu Katsir dalam interpretasi ayat di atas mengungkapkan bahwa kekhalifahan dan
kepemimpinan adalah suatu kemuliaan besar yang Allah berikan kepada Adam a.s dan
merupakan anugerah bagi keturunannya, khususnya disaat Allah memerintahkan malaikatNya untuk bersujud kepada Adam a.s.
Dengan demikian, maka dipahami bahwa kekhalifahan yang Allah berikan kepada manusia
adalah suatu kemuliaan. Allah pun menorehkan sejarah kemuliaan yang diberikan-Nya ini
dalam kitab suci yang diturunkan-Nya. Selain itu terdapat kemuliaan lain yang Allah berikan
kepada manusia, yaitu sebagai berikut:
1. Allah telah memuliakan eksistensi manusia dari semua makhluk yang lain, baik itu secara
struktur tubuh maupun psikologis. Sebagaimana yang telah tertuang dalam Alquran:


Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS.
At-Tiin: 4)
2. Allah memuliakan manusia dengan memberikan kemampuan untuk menundukkan sumber
daya alam yang ada di bumi dan memanfaatkan segala fasilitas yang ada di bumi dengan
baik.




Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu
apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Lukman: 20)






Artinya:
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki
untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (QS. Ibrahim: 32-33)


Artinya:

Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan
yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 14)
3. Allah memuliakan manusia dengan kemampuan untuk menilai dirinya sendiri. Manusia
pun dapat mangarahkan semua perilaku dan apa yang ia kerjakan. Dengan kemampuan inilah,
manusia akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang telah ia lakukan selama hidupnya.12



Artinya:
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan
barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan
membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat
dari jalan (yang benar). (QS. Al-Israa': 71-72)
Dengan dijadikannya manusia sebagai khalifah, maka manusia hidup di bumi memiliki tugas
dan amanah. Dimana menjadi khalifah merupakan bentuk pengabdian manusia kepada Allah.
Hal tersebut dapat diwujudkan dengan selalu beraktivitas yang berorientasi pada ibadah dan
tentu salah satunya dengan cara memakmurkan bumi

TUGAS AGAMA

Di Susun Oleh

: Yudha Ega Tama

Prodi

: Tingkat 1 DIII Keperawatan

Nim

: 2014028

AKKES SAPTA BAKTI BENGKULU


TAHUN AJARAN
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas ini walaupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan saya semoga tugas ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Tugas ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan tugas ini.

Bengkulu, 29 oktober 2014

Penulis

Anda mungkin juga menyukai