Anda di halaman 1dari 20

ISLAM, HIDAYAH DAN TAUFIQ

Disusun oleh :

Novelly Monesty Anggrenisa 2016-11-201


Riko Satrya Fajar J. P. 2016-11-207
Tio Khadafi 2016-11-213
Alfiyanti Yuni Prastiwi 2016-11-221
Dandi Fauzan Wahyudi 2016-11-223

L Jurusan S1 Teknik Elektro


Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna dihadapan Allah
SWT. Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran agama Islam di seluruh
penjuru dunia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu tidak terlepas dari
perjuangan Nabi Muhammad SAW. Sehingga, perkembangan agama Islam masih ada
sampai sekarang dan berkembang pesat. Namun, perkembangan itu juga masih banyak
yang kurang mendalami mengenai agama Islam.
Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai
semua aspek hidup dan kehidupanya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan
mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang
dituju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lebar, kiri kananya berpagar Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Pada jalan itu juga terdapat rambu-rambu, tanda-tanda (marka) serta
jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia. Siapa saja yang memasuki gerbang jalan
raya itu baik karena keturunan maupun karena mengucapkan dua kalimat syahadat, wajib
memperhatikan rambu-rambu, tanda-tanda, dan berjalan melalui jalur-jalur yang telah
ada.
Adanya degradasi akhlaq disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang mendalam
tentang Islam. Kebanyakan orang Islam sekarang mengaku Islam tetapi tidak disertai
dengan pengamalannya. Dengan kata lain, umat Islam tidak secara totalitas memeluk
Islam, tetapi hanya setengah. Oleh karena itu perlunya pemahaman tentang Agama
Islam benar-benar diperlukan sehingga kita bisa lebih mudah untuk memahami Islam
lebih jauh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ruang lingkup agama islam?
2. Bagaimana karakteristik agama islam?
3. Apa pengertian dan ruang lingkup hidayah?
4. Apa pengertian dan ruang lingkup taufiq?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup agama islam.
2. Mengetahui karakteristik agama islam
3. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup hidayah
4. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup taufiq
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama Islam
1. Arti Agama Islam
Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang mengatur 
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan  kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan  manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir
zaman. Adapun pengertian islam menurut istilah, Islam adalah ketundukan seorang
hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum atau
aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus,
menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna
dasar “selamat” (Salama). Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal
katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:

a. Berasal dari ‘salm’ (‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai

Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman


             

Artinya : “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfaal 8 : 61)
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Sebagai salah
satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang
jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Sebagaimana firman Allah :
           
Artinya : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu” (QS. Al Hajj 22 : 39)

ْ َ‫ )أ‬yang berarti menyerah


b. Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلَ َم‬

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya, menunjukkan makna
penyerahan ini.
Allah berfirman dalam al-Qur’an:
           
      
Artinya : “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. An-Nisaa 4 : 125)
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan
seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya jika kita
renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di
langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan
mengikuti sunnatullah-Nya. Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim,
hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada
kehendak Allah SWT. Karena dengan demikian akan menjadikan hati kita
tentram, damai dan tenang.
c. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (penyerahan total kepada Allah)
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman
    

Artinya : “Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS. Ash-Shaffaat 37:
26).
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan
seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada
Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada
Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan,
kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya
kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan
dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan
dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan
manhaj Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman
         
      

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah 2: 208)
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala
yang dilarang-Nya.

d. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫سلِ ْي ٌم‬


َ ) yang berarti bersih dan suci
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an
      

Artinya : “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. As-Syuara 26 : 89)
Dalam ayat lain Allah berfirman
     
Artinya : “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
(QS. Ash-Shaffaat 37: 84)
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian
jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia
maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan
berbagai ajaran Islam tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa
manusia.

e. Berasal dari ‘salam’ (‫سالَ ٌم‬


َ ) yang berarti selamat dan sejahtera
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
            

Artinya : “Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku


akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.” (QS. Maryam [19] : 47)
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

2. Ruang Lingkup Agama Islam


Agama islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah islam
yang terakhir diturunkan Allah kepada manusia. Karena itu tidak akan ada lagi rasul
yang diutus kemuka bumi. Kesempurnaan ajaran islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sesuai dengan tingkat budaya manusia yang telah mencapai puncaknya,
sehingga islam akan sesuai dengan budaya manusia sampai sejarah manusia berakhir
pada hari kiamat nanti.
Agama islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia, maupun sebagai mahluk dunia.
Secara garis besar ruang lingkup agama islam menyangkut tiga hal pokok,
yaitu:
a. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek kredial atau keimanan
terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini.
b. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan allah yang
mengatur hubungan manusia dengan allah, sesama manusia, dan dengan alam
semesta.
c. Aspek prilaku disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau prilaku yang nampak dari
pelaksanaan aqidah dan syariah.
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu
membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan
secara tegas dalam firman Allah
         
      
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al Baqarah 2: 208)
Antara aqidah, syariah, dan ahklak masing-masing saling berkaitan. Aqidah
atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk
melaksanakan syariah. Apabila syariah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan
lahir akhlak. Oleh karena itu, iman tidak hanya ada didalam hati, tetapi ditampilkan
dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah
merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah dan akhlak adalah prilaku nyata
pelaksanaan syariah.

B. Karakteristik Agama Islam


Islam sebagai agama yang paling sempurna memiliki karakteristik yang tidak dimiliki
oleh agama manapun yang dianut oleh manusia. Karateristik inilah yang menjadikan
Islam benar-benar agama yang lengkap dan sempurna. Di antara karakteristik Islam
berdasarkan beberapa ayat Al-Quran adalah :
1. Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia
Maksudnya agama islam mengandung petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar
manusia, baik dari aspek keyakinan, perasaan, maupun pemikiran. Agama Islam juga
sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, memberikan manfaat tanpa menimbulkan
komplikasi dan menempatkan manusia dalam posisi yang benar. Hal ini ditegaskan
dalam Al-Quran surat Ar-Rum (ayat 30) :
             
           
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” (Q.S. Ar-Rum [30] : 30)
Maksud dari fitrah Allah adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka
hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan.
2. Ajaran Islam sempurna
          
           
           
Artinya : “… Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Maidah [5] : 3)
Ajaran Islam berisi petunjuk-petunjuk tentang seluruh aspek kehidupan manusia.
Petunjuk itu ada yang disebutkan secara eksplisit oleh Al-Quran dan hadist, dan ada
yang disebutkan secara implisit. Tidak ada satupun masalah yang tidak diatur dalam
Islam melalui sumber utamanya, yaitu Al-Quran.
             
          
Artinya : “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan.” (Q.S. Al-An’am [6] : 38)
3. Kebenaran ajaran Islam adalah mutlak
Kebenaran ajaran ini mutlak karena bersumber dari al-Quran (dari Allah) dan sunnah
atau hadis (dari Nabi Muhammad SAW). Kebenaran ini dapat pula dipahami melalui
bukti-bukti material maupun bukti-bukti nyata yang ada di dunia
         
Artinya : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa” (QS. al-Baqarah [2]: 2).
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
Meskipun al-Quran menekankan bahwa tujuan utama hidup manusia di dunia ini
untuk beribadah kepada Allah, namun al-Quran juga mengajarkan bahwa urusan
dunia harus diperhatikan, mengingat kehidupan dunia ikut menentukan keberhasilan
manusia di akhirat kelak
             
              
 
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(QS. al-Qashash [28]: 77)
5. Ajaran Islam fleksibel dan ringan
Artinya, ajaran Islam tidak akan membebani manusia untuk melaksanakan perintah
dan menjauhi larangan. Islam mempertimbangkan kondisi masing-masing individu
dalam menjalankan aturannya dan tidak memaksa seseorang untuk melakukan
sesuatu di luar batas kemampuannya
               
           
              
          
 
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri
ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami,
Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (QS. al-Baqarah [2]: 286).
6. Ajaran Islam berlaku secara universal
Yakni berlaku untuk semua umat manusia di dunia ini dan berlaku hingga akhir masa
            
     
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Ahzab [33]: 40).
7. Ajaran Islam sesuai dengan akal fikiran manusia
         
            
         
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadilah [58]: 11).
8. Inti ajaran Islam adalah tauhid dan seluruh ajarannya dalam rangka mendukung
ketauhidan tersebut
               
  

Artinya : “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. al-Ikhlash
[112]: 1-4)
9. Ajaran Islam adalah rahmatan lil’alamin
Yakni memberikan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia di dunia ini
         
           
Artinya : “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. al-Fath [48]: 4).

Berbicara tentang karakteristik agama islam dari sekian banyak karakter yang ada
dalam islam adalah bermuara dari satu karakter yang sangat fundamental dan
darinyalah karakter-karakter yang lain terbentuk dengan sendirinya. Karakter inilah
yang justru banyak kaum muslim lalai dan tidak merasakan keberadaannya. Karakter
inilah yang membuat adanya peraturan-peraturan yang baik tercipta.
Karakter utama itu adalah sesuai dengan firman yang disampaikan Allah SWT pada
baginda Nabi Muhammad SAW :
     
Artinya : “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Dalam ayat tersebut di atas memang pada dasarnya yang menjadi khithob atau lawan
bicara dan makna ayat tersebut mengarah pada Nabi Muhammad SAW. Tetapi bila
kita perdalam lagi kandungan maknanya maka akan kita temukan bahwa Nabi
Muhammad SAW menjadi seorang yang rahmatan lil’alamin (rahmat seluruh alam)
adalah karena agama yang diperintahkan oleh Allah SWT itulah yang memiliki
ajaran yang  rahmatan lil’alamin. Agama islamlah yang mengajarkan kita untuk
mengasih sayangi sesama.
Dari sini jelaslah bahwa agama islam sama sekali bukan agama teror bukan agama
yang mengajarkan umat untuk menakuti orang lain. Kemudian dari pangkal utama
karakter agama islam yang rahmatan lil’alamin ini bercabanglah karakter-karakter
lain yang menjadi karakter pendukung di mana pokok tujuannya adalah menanamkan
rasa kasih sayang atau rahmatan lil’alamin.

C. Hidayah
1. Arti Hidayah
Pada dasarnya kata hidayah merupakan bahasa arab yang terambil dari kata
hada-yahdi-hadyan, hudan, hidyatan, atau hidayatan.
Karena lafadz hidayatan diwaqof-kan maka dibaca hidayah. Yang artinya petunjuk.
Namun secara istilah pengertian hidayah yaitu penjelasan dan petunjuk jalan yang
akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah.
Dalam hal ini Allah pernah berfirman di dalam sebuah ayat suci al-Qur’an-Nya

y7Í´¯»s9'ré& 4’n?t㠓W‰èd `ÏiB öNÎgÎn/§‘ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ

Artinya : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka,
dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 5).

Hidayah ialah petunjuk yang dikurniakan Allah kepada manusia untuk


mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Islam
menganjurkan umatnya supaya sentiasa memohon hidayah petunjuk kepada Allah ke
arah jalan yang benar. Lebih-lebih lagi perjalanan hidup berliku yang ditempuhi setiap
insan menuntut ketabahan, kesabaran dan pertolongan Ilahi supaya dia berjaya dalam
hidup. Oleh karena itu, Islam mensyariatkan amalan berdoa dan memohon petunjuk
kepada Allah.

Hal tersebut Allah wujudkan dengan menurunkan kitab-kitab-Nya serta para


rasul-Nya untuk menjelaskan ajaran Allah Ta’ala. Maka dalam kontek ini, hidayah
Allah telah diturunkan pada semua hamba-Nya baik yang beriman maupun yang
kafir. Sebagaimana firman Allah:
َ ‫اب تِ ْبيَانا ً لِّ ُكلِّ َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َرى لِ ْل ُم ْسلِ ِم‬
‫ين‬ uَ َ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri”. (Q.S. An-Nahl: 89).

Rasulullah SAW bersabda:

‫ك ُح ْم ُر النَّ َع ِم‬ َ ‫ك ِم ْن أَ ْن يَ ُك‬


َ َ‫ون ل‬ ِ ‫ك َر ُجاًل َو‬
َ َ‫احدًا َخ ْي ٌر ل‬ َ ‫أَل َ ْن يَ ْه ِد‬
َ ِ‫ي هَّللا ُ ب‬
Artinya : “Sungguh petunjuk Allah yang diberikan kepada seseorang (hingga Ia
masuk Islam) melalui perantaraanmu, adalah lebih baik bagimu daripada kamu
memperoleh nikmat yang melimpah ruah dari unta merah.”

Hidayah petunjuk yang dianugerahkan Allah sebenarnya tidak boleh diukur


berdasarkan keadaan lahiriah semata-mata. Sebaliknya, ia bergantung kepada
keimanan dan ketakwaan yang bertapak kukuh dalam jiwa. Dalam arti kata lain, Allah
mengaruniakan hidayah kepada hamba yang beriman dan bertakwa. Hidayah Allah
tidak ada kaitan dengan hubungan pertalian darah atau kekeluargaan. Seseorang yang
taat dan hidup bahagia dengan hidayah Allah, tidak semestinya anaknya juga begitu.
Contohnya, Nabi Ibrahim dengan ayahnya yang tak lain pengukir patung berhala dan
Nabi Nuh dengan anaknya.

2. Ruang Lingkup Hidayah


Hidayah dibagi menjadi 5 macam, yang diantaranya adalah :

a. Hidayah Al-Ilham Al-Fithrih ) ْ ِ‫اإللهَام الف‬


‫طري‬ ْ ‫( ِهدَايَة‬
Hidayah yang diberikan Allah sejak manusia baru lahir, sehingga butuh dan bisa
makan dan minum. Seorang bayi suka menangis jika lapar atau dahaga, padahal
tidak ada yang mengajarinya. Tanpa melalui proses pendidikan, bayi juga bisa
tertawa tatkala bahagia. Hidayah ini diberikan oleh Allah tanpa usaha dan tanpa
permintaan manusia

b. Hidayah Al-Hawas ( ‫الح َواس‬


َ ‫) ِهدَايَة‬
Hidayah ini diberikan Allah kepada manusia dan hewan. Bedanya kalau kepada
hewan diberikannya secara sekaligus, dan sempurna sejak dilahirkan induknya.
Sedangkan pada manusia hidâyah al-hawas diberikan secara berangsur. Dengan
hidayah ini, manusia bisa membedakan rasa asin, pahit, manis, enak, lada, bau,
harum, kasar atau pun halus, tanpa melalui peroses pembelajaran. Pembelajaran
dalam hal ini berfungsi untuk memfungsikan hidayah al-hawas secara optimal. ini
dikenal juga dengan panca indra yang terdiri atas: lidah sebagai alat rasa; mata
sebagai alat melihat; telinga sebagai alat mendengar; hidung sebagai alat hirup
yang mengetahui bau atau harum; dan kulit bisa merasa panas, dingin atau keras
dan lunak . Itu semua termasuk hidayah al-hawas.

c. Hidayah Al-‘Aqli ) ‫( ِهدَايَة ال َع ْقل‬


Seorang manusia, bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk, karena ia diberi hidayah al-’aqli . Jadi fungsi
hidayatul-Aqli adalah untuk meluruskan pandangan hidayah al-ilham dan hidayah
al-hawas yang kadang-kadang salah tanggapannya.

d. Hidayah Al-Din ) ‫( ِهدَايَة الدِّين‬


Hidayah al-Din atau hidayah diniyah atau hidayah syar’iyah. Ialah petunjuk Allah
berupa ajaran dan hukum-hukum yang meluruskan kekeliruan yang muncul
akibat aqal yang dipengaruhi nafsu. Untuk meluruskan pendapat akal itu, maka
Allah memberi manusia Hidayah al-Din pedoman hidup yang berfungsi
membimbing manusia ke jalan yangbenar. Allah berfirman:

‫َو هَــ َد ْينَــاهُ النَّجْ ــ َد ْي ِن‬


artinya : “Dan telah Kami beri petunjuk dua jalan hidup” (QS Al Balad (90):10)
Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa menurut ayat ini, Allah memberikan jalan hidup
itu terdiri atas baik dan yang buruk. Manusia dengan aqalnya dipersilakan
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Hidayah al-din membimbing
manusia untuk mengambil jalan yang lurus. Namun hidayah ini tidak bisa
diperoleh manusia tanpa melalui peruses pembelajaran. Hanya orang yang
mempelajari syari'ah, yang meraih hidayah al-Din. Sebagaimana firman Allah :

َ ‫ين الَّ ِذ‬


َ uُ‫ين يَ ْع َمل‬
‫ون‬u ْ u‫ ُر ْال ُم‬u ‫ َو ُم َو يُبَ ِّش‬u‫ ِدي لِلَّتِي ِه َي أَ ْق‬u‫ان يَ ْه‬
َ ِ‫ؤ ِمن‬u َ ‫رْ َء‬uuُ‫ َذا ْالق‬u َ‫إِ َّن ه‬
‫ت أَ َّن لَهُ ْم أَجْ رًا َكبِيرًا‬
ِ ‫الصَّالِ َحا‬
Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang
beramal shalih, sesungguhnya bagi mereka itu pahala yang maha besar.” (QS. Al-
Isra (17): 9)
Sesungguhnya Allah telah memberikan penjelasan sejelas-jelasnya, bahwa Al-
Qur’an itu memberi petujuk ke jalan yang lurus, baik dan mencapai bahagia
paripurna.

e. Hidayah At-Taufiq ) ‫( ِهدَايَة التَّوفِيْق وال َمعُونَة‬


Allah memberikan hidayah yang tersebutdi atas, Hidayatul Ilham, Hidayatul
Hawas dan Hidayat al-Din Wasyara’i, kepada menusia berlaku umum. Setiap
manusia menerima hidayah ilham, hidayah hawas, hidayah aqal. Kemudian
hidayah diniyah, bisa diperoleh melalui pembelajaran. Namun tidak setiap
manusia mendapat hidayah al-taufîq, walau belajar atau diajari. Tidak sedikit
manusia masih senang memilih jalan yang bertentangan dengan aturan Allah,
walau sudah memiliki hidayah al-Din melalui juru da'wah. Sebagaimana firman
Allah :

‫ َذ‬u‫اعقَةُ ْال َع‬ َ ‫ َذ ْتهُ ْم‬u‫َو أَ َّما ثَ ُمو ُد فَهَ َد ْينَاهُ ْم فَا ْستَ َحبُّوا ْال َع َمى َعلَى ْالهُ َدى فَأ َ َخ‬
ِ u‫ص‬
َ ‫ب‬uuuuuuuuuuuuuuuuu‫انُوا يَ ْك ِس‬uuuuuuuuuuuuuuuuu‫ا َك‬uuuuuuuuuuuuuuuuu‫و ِن بِ َم‬uuuuuuuuuuuuuuuuuُ‫ب ْاله‬
‫ُون‬ ِ ‫ا‬

Artinya : “Pada kaum Tsamud telah Kami beri petunjuk, namun mereka
mengambil jalan buta kesesatan dan meninggalkan petunjuk itu. Maka mereka
disambar petir sebagai siksa yang menghina kan, akibat dari perbuatan mereka”
(Qs. Fushilat ( 41 ) : 17)
Dengan demikian orang yang menemukan hidayah al-Din, tidak dijamin
berakhlaq benar. Tidak sedikit, orang yang faham tentang hukum agama, tapi
akhlaqnya buruk.

Adapun karakteristik orang-orang yang akan mendapat hidayah Allah SWT adalah
a. Orang muslim yang menyerahkan diri kepada Allah.
b. Orang yang beriman dan beramal shaleh.
c. Orang yang berjihad di jalan Allah.
d. Orang yang beriman dan taat mengikuti Rasululllah.
e. Orang yang takut kepada Allah.
f. Orang yang tidak mengikuti hawa nafsu mereka.
g. Orang yang sabar.
h. Orang yang bertaqwa kepada Allah.

D. Taufiq
1. Arti Taufiq
Menurut kitab Jauharah Tauhid, pengertian taufiq ialah sesuatu yang
diciptakan oleh Allah SWT yang mendorong seseorang itu untuk melakukan
kebaikan jika perkara tersebut berada di dalam dirinya.
Taufiq tidak akan diberikan oleh Allah SWT melainkan hanya kepada mereka
yang bersungguh-sungguh mengabdikan diri dengan rasa kehambaan demi
mendekatkan diri kepadaNYA.
Secara ringkasnya ia memberi faham kepada kita bahwa dengan adanya taufiq,
manusia akan cenderung untuk melakukan kebaikan terus menerus sehingga ke
akhirnya.

2. Ruang Lingkup Taufiq


Hidup seorang manusia tak akan cukup tanpa taufiq dan hidayah dari Allah,
baik hidupnya di dunia, maupun di akhirat. Allah berfirman:

          


        
           
      

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-


langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji
dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An
Nur: 21)

Maka siapapun dia yang diberikan taufiq oleh Allah supaya disucikan hatinya,
maka ia adalah orang yang sangat beruntung dan bahagia. Allah berfirman:

‫قَ ْد أَ ْفلَ َح َمن تَ َز َّك ٰى‬


Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman)” (QS. Al A’la: 14)

Sedang kedudukan yang paling tinggi dari taufiq Allah adalah Ia jadikan
hamba tersebut mencintai iman dan taat kepada-Nya, benci pada kekufuran dan
kemaksiatan kepada-Nya. Inilah kedudukan yang telah diterima oleh para shahabat
nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang Allah berikan kepada mereka. Allah
berfirman:

            
          
      

Artinya : “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia
menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan
mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus” (QS. Al Hujurat: 7)

Taufiq adalah satu diantara perkara yang tidak bisa diminta melainkan hanya
kepada Allah. Karena tidak ada yang mampu memberi melainkan Dia. Maka siapa
yang minta pada selain-Nya ia akan tertipu dan salah tempat. Allah berfirman:

             


Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-
Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS.
Al Qashash: 56)
Petunjuk yang disebutkan di dalam ayat tersebut adalah apa yang dikatakan
oleh ulama sebagai Hidayah Taufiq. Nabi Syu’aib berkata, yang disebutkan dalam
Al Quran:

ُ‫ت َوإِلَ ْي ِه أُنِيب‬


ُ ‫َو َما تَ ْوفِيقِ ٓى إِاَّل بِٱهَّلل ِ ۚ َعلَ ْي ِه تَ َو َّك ْل‬

Artinya : “Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.
Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS.
Hud: 88)

Namun banyak disana orang yang salah faham tentang hal ini. Mereka
menyangka bahwa siapa yang diberikan rezki oleh Allah berupa harta, kedudukan,
jabatan dan sebagainya dari perkara dunia menunjukkan bahwa dia telah diberi
taufiq oleh Allah. Hal ini tidak benar, karena perkara dunia adalah pemberian Allah
kepada siapa saja yang Dia suka dan yang tidak Dia suka.

Sedang pendapat yang benar tentang orang yang diberikan taufiq Allah adalah
siapa saja yang diberikan rezki berupa jabatan, kedudukan dan seterusnya kemudian
ia pergunakan hal itu untuk mendapatkan ridha Allah, menolong agama-Nya dan
memberikan manfaat kepada orang lain. Tatkala ia mendapatkan rezeki berupa harta,
ia belanjakan dalam hal ketaataan kepada Allah, karena di antara hikmah Allah
adalah menguji hamba-Nya dengan harta. Orang yang mendapatkan taufiq adalah
orang yang diberi rezki oleh Allah kemudian mensyukurinya, sedang orang yang
celaka adalah siapa yang diberikan rezki, dia malah melampaui batas dan kufur
dengan nikmat tersebut.

Taufiq Allah kepada hamba bermacam-macam bentuknya. Diantaranya adalah


Allah tampakkan potensi kebaikan pada manusia, kemudian manusia berusaha
mendapatkannya, hingga akhirnya Allah mudahkan jalan mereka dalam
mendapatkan kebaikan tersebut. Sebagaimana Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wa sallam hidup selama sepuluh tahun di tengah kaumnya, menunjukkan dirinya
kepada para kabilah supaya mereka memberikan pertolongan kepada beliau. Namun
ternyata tidak ada kabilah yang menolong beliau, hingga pada akhirnya Allah
memberikan taufiq kepada kabilah Anshar untuk menolong beliau, hingga akhirnya
mereka mendapatkan kemuliaan yang besar di dunia dan akhirat. Contoh taufiq
Allah yang lain adalah Allah memberikannya kepada hamba di mana di akhir
hayatnya selalu melakukan amal shalih hingga ia meninggal. Allah tutup hidupnya
dengan amal-amal yang baik tersebut.

Oleh karena itu, siapapun yang bertaqwa kepada Allah, berusaha memenuhi
jiwanya dengan keikhlasan, berusaha mengenal Allah dan membenarkan Nabi-Nya,
kemudian memperbanyak doa kepada-Nya, maka ia sungguh telah mengambil
langkah yang akan menghantarkannya mendapatkan taufiq Allah.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Arti yang terkandung dalam perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan,


keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan, dan kepatuhan dengan sepenuh hati kepada
kehendak Illahi. Kehendak Illahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia
itu, manfaatnya bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan
manusia dan lingkungan hidupnya

Adapun karakteristik agama islam adalah agama Islam sesuai dengan fitrah manusia,
ajaran Islam sempurna, kebenaran ajaran Islam adalah mutlak, mengajarkan
keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, ajaran Islam fleksibel dan ringan, ajaran
Islam berlaku secara universal, ajaran Islam sesuai dengan akal fikiran manusia, inti
ajaran Islam adalah tauhid dan seluruh ajarannya dalam rangka mendukung ketauhidan
tersebut, dan ajaran Islam adalah rahmatan lil’alamin.
Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah
penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih
kemenangan di sisi Allah. Macam-macam hidayah yaitu hidayah al-ilham al-Fithri ,
hidayah al-hawas,  hidayah al-’Aqli, dan hidayah al-Din atau hidayah diniyah atau
hidayah syar’iyah. Karakteristik orang yang mendapat hidayah adalah orang muslim
yang menyerahkan diri kepada Allah, orang yang beriman dan beramal shaleh, orang
yang berjihad di jalan Allah, orang yang beriman dan taat mengikuti Rasulullah, orang
yang takut kepada Allah, orang yang tidak mengikuti hawa nafsu mereka, orang yang
bersabar, dan orang yang bertakwa kepada Allah.
Pengertian taufiq ialah sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang mendorong
seseorang itu untuk melakukan kebaikan jika perkara tersebut berada di dalam dirinya.
Taufiq tidak akan diberikan oleh Allah SWT melainkan hanya kepada mereka yang
bersungguh-sungguh mengabdikan diri dengan rasa kehambaan demi mendekatkan diri
kepadaNya. Secara ringkasnya ia memberi faham kepada kita bahwa dengan adanya
taufiq, manusia akan cenderung untuk melakukan kebaikan terus menerus sehingga ke
akhirnya.
B. Saran
Sebagai umat Islam, sudah menjadi kewajiban kita untuk bertaqwa kepada Allah
SWT dan mengikuti tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Segala macam peraturan
ataupun kaidah yang ada di kehidupan telah diatur oleh Allah sang pencipta, kita dapat
mempelajari itu semua melalui kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits agar dalam menjalani
kehidupan ini kita senantiasa berada dalam jalan Allah SWT yang benar.

Anda mungkin juga menyukai