Dibuat Oleh :
Ferdy Kurniawan
Dijilid Oleh :
M. Toga Setiawan
Kelas:
VII B / 7B
Mata Pelajaran :
Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
Nama Masjid: Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor.
ور أَ ْنفُ ٰسنَا ُ َونَعُوذُ ٰباهللٰ ٰم ْن،َُـح َمدُهُ َونَ ْست َ ٰع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ٰف ُره
ٰ ش ُر َّ
ْ إن الـ َح ْمدَ ٰ هّلِلٰ ن
،ُٰي لَهَ ض ٰل ْل فَ ََل َهاد ٰ َم ْن يَ ْه ٰد ٰه هللاُ فَ ََل ُم،ت أ َ ْع َما ٰلنَا
ْ ُ َو َم ْن ي،ُض َّل لَه ٰ س ٰيِّئَاَ َو ٰم ْن
سولُه ُ ع ْبدُهُ َو َر َ ً َوأ َ ْش َهدُ أَن الَّ ٰإلَهَ ٰإالَّ هللا َو ْحدَهُ َال ش َٰري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أَ َّن ُمـ َح َّمدا
َّ يَا أَيُّ َها الَّذٰينَ آ َمنُوا اتَّقُوا،قال هللا تعالى فى كتابه الكريم
َّللاَ َح َّق تُقَاتٰ ٰه َو َال
َتَ ُموت ُ َّن ٰإ َّال َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ٰل ُمون
صلَّى َ ي ُم َح َّم ٍد ُ سنَ ْال َه ْدي ٰ َه ْد َ َوأَ ْح، َّٰللاَّ اب ُ َ ث ٰكت ٰ صدَقَ ْال َحدٰي َ َ فإٰ َّن أ،ُأَ َّما بَ ْعد
ع ٍةَ َو ُك َّل ٰب ْد، ٌعة َ َو ُك َّل ُم ْحدَثَ ٍة ٰب ْد، ور ُم ْحدَثَات ُ َهاٰ َوش ََّر األ ُ ُم، سلَّ َم َ علَ ْي ٰه َو َّ
َ َُّللا
ٰ َّضَللَ ٍة فٰي الن
ار َ َو ُك َّل، ٌضَللَة َ
Ummatal Islam,
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala pasti akan memberikan kepada kaum mukminin ujian demi ujian,
musibah demi musibah. Karena itu semua adalah merupakan perkara yang bisa menggugurkan dosa-dosanya
dan mengangkat derajatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Musibah tidak selamanya adalah merupakan adzab. Musibah terkadang menjadi rahmat. Allah subhanahu wa
ta’ala ingin memberikan kasih sayangNya dengan cara memberikan musibah. Sehingga pada waktu itu Allah
angkat derajatnya, Allah gugurkan dosa-dosanya. Disebutkan dalam hadits juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
Allah timpakan kepada mereka bala’. Itu merupakan tanda cinta Allah subhanahu wa ta’ala kepada suatu
kaum. Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, ketika kita melihat saudara-saudara kita yang di Lombok
sana diberikan musibah berupa bencana gempa yang meluluhlantakkan dan menghancurkan, barangkali itu
adalah sebagai tanda cinta Allah kepada meraka. Sebagai rahmat untuk kaum muslimin yang ada di sana,
menggugurkan dosa-dosa mereka, mengangkat derajat-derajat mereka. Sementara kita yang disini, kita
diberikan oleh Allah keamanan dan kenikmatan. Seringkali terkadang kenikmatan dan keamanan membuat
kita lupa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Seringkali terkadang kenikmatan-kenikmatan itu menjadikan
kita ujub, menjadikan kita sombong, menjadikan kita mengikuti syahwat dan hawa nafsu. Seringkali
kenikmatan itu menjadikan kita lupa kepada Allah dan kehidupan akhirat.
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, musibah yang menimpa manusia ada dua macam.
Maka musibah yang menimpa dunia itu lebih ringan. Karena musibah yang menimpa dunia seorang mukmin
akan mengangkat derajatnya dan menggugurkan dosa-dosanya sehingga akhirnya ia berjalan dimuka bumi
dalam keadaan ia tidak punya dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌَطيئَة
ٰ علَ ْي ٰه خ َ فَ َما يَب َْر ُح ْالبََلَ ُء بٰ ْالعَ ْب ٰد َحتَّى يَتْ ُر َكهُ يَ ْمشٰى
ٰ علَى األ َ ْر
َ ض َما
“Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan
bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi)
Maka ini musibah yang hakiki saudara, musibah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatirkan
menimpa umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir umat Islam sibuk memikirkan harta, memikirkan
kedudukan, memikirkan syahwatnya, lupa kepada kehidupan akhirat. Ini hakikat musibah yang berat yang
menimpa seorang hamba. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah:
صيبَتَنَا فٰي دٰينٰنَا َو َال ت َ ْجعَ ْل الدُّ ْنيَا أَ ْكبَ َر َه ٰ ِّمنَا َو َال َم ْبلَ َغ ٰع ْل ٰمنَا َو َال ٰ َو َال ت َ ْجعَ ْل ُم
علَ ْينَا َم ْن َال يَ ْر َح ُمنَا ْ ِّس ٰل
َ ط َ ُت
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai
impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami
orang-orang yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi)
Saudara-saudaraku sekalian..
Seorang mukmin senantiasa mengambil pelajaran dari setiap musibah dan ujian yang menimpa dirinya.
Seorang mukmin senantiasa berusaha bagaimana caranya ia diampuni oleh Rabbnya dengan banyak
beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan banyak minta ampun kepada Allah dan beramal
shalih. Dan ia khawatir apabila agamanya terkena fitnah. Karena itu bisa menghancurkan agama dan
keimanannya. Apabila seseorang ditimpa musibah dunia, hancur rumahnya, hancur mobilnya, hancur
hartanya, tapi imannya tidak hancur. Ia bertakwa kepada Allah, ia takut kepada Allah, maka itulah yang akan
menyelamatkan ia dari api neraka.
Tapi ketika seseorang ditimpa musibah dalam agamanya, rumahnya mewah, kendaraannya pun juga mahal,
demikian pula diberikan kenikmatan-kenikmatan, tapi kemudian menjadikan lalai dari Allah, menjadikan dia
sombong, menjadikan ia ujub, menjadikannya ia senantiasa mengikuti syahwatnya, orang seperti ini
bagaimana Pak selamat dari api neraka? Justru kekayaan dan kenikmatannya itu menjerumuskannya ke dalam
api neraka. Dan itulah musibah yang terbesar yang menimpa kehidupan seorang hamba.
Saudara-saudaraku sekalian..
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati seorang mukmin, ia berusaha lari dari
fitnah yang bisa merusak agamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ضا َوت َ ٰجي ُء ْال ٰفتْنَةُ فَيَقُو ُل ْال ُمؤْ ٰم ُن َه ٰذ ٰه ُم ْه ٰل َك ٰتي ُ ت َ ٰجي ُء فٰتْنَةٌ فَيُ َرقِّٰ ُق بَ ْع
ً ض َها بَ ْع
“Akan datang fitnah-fitnah, dimana fitnah sebelumnya terasa ringan dibandingkan fitnah setelahnya, nanti
akan datang fitnah, maka seorang mukmin berkata: ini yang akan membinasakan agamaku” (HR. Muslim)
نبينا محمد و آله وصحبه ومن،الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا
أن مح ِّمداً عبده
َّ وأشهد، وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له،وااله
ُورسوله
Ummatal Islam,
Musibah yang menimpa agama seorang hamba, hakikatnya mendatangkan adzab kepadanya di dunia dan
akhiratnya. Ketika musibah itu menimpa keimanan, menimpa agama, menimpa ketakwaannya sehingga ia pun
tidak lagi takut kepada Allah, maka disaat itulah bencana-bencana dunia akan melanda. Disaat itulah saudara-
saudaraku sekalian, adzab Allah di dunia dan akhirat pun akan datang menimpanya.
Oleh karena itulah saudaraku sekalian, mari kita perbaiki iman-iman kita, mari kita perbaiki ketakwaan kita
kepada Allah. Senantiasa kita istighfar kepada Allah, minta ampun kepada Allah. Karena senantiasa kita
meminta ampun kepada Allah, senantiasa Allah akan hindarkan kita dari berbagai macam malapetaka dan
bencana. Allah ta’alaberfirman:
Maka kita berusaha menggunakan kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada kita dengan cara kita
berusaha menaati Allah, menjauhi laranganNya, mengkaji ilmu-ilmuNya, mengkaji Al-Qur’an, mengkaji
hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sehingga pada waktu itu Allah selamatkan kita di dunia dan akhirat kita. Sehingga kita menjadi orang-orang
yang sukses di dunia dan akhirat. Dan itulah hakikat kesuksesan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ُ ار َوأ ُ ْد ٰخ َل ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَازَ ۗ َو َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا ٰإ َّال َمتَا
ع ٰ َّع ٰن الن
َ …فَ َمن ُز ْح ٰز َح
﴾١٨٥﴿ ور ٰ ْالغُ ُر
“…Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah sukses
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)
Itulah kesuksesan yang kita inginkan. Sukses masuk ke dalam surga ketika kita istiqomah diatas iman dan
taqwa.
علَى آ ٰلعلَى ٰإب َْرا ٰهي َْم َو َ صلَّي َ
ْت َ علَى آ ٰل ُم َح َّم ٍد َك َما َ علَى ُم َح َّم ٍد َو َ
ص ِّٰل َ اَللَّ ُه َّم َ
ت ار ْك َ
علَى آ ٰل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ
علَى ُم َح َّم ٍد َو َ ار ْك َ ٰإب َْرا ٰهي َْمٰ ،إنَّ َك َح ٰم ْيدٌ َم ٰج ْيدٌَ .وبَ ٰ
علَى ٰإب َْرا ٰهي َْم َو َعلَى آ ٰل ٰإب َْرا ٰهي َْمٰ ،إنَّ َك َح ٰم ْيدٌ َم ٰج ْيدٌ َ
ت األ َ ْحيَ ٰ
اء ٰم ْن ُه ْم ت َوالمؤْ ٰمنٰيْنَ َوالمؤْ ٰمنَا ٰالل ُه َّم ا ْغ ٰف ْر ٰل ْل ُم ْس ٰل ٰميْنَ َوالم ْس ٰل َما ٰ
تَواأل َ ْم َوا ٰ
ي ال َحا َجات عوات ،فَيَا قَ ٰ
اض َ يب الدَّ َ يب ُم ٰج ُ س ٰمي ٌع قَ ٰر ٌ إنك َ
الر ٰحيم ت الت َّ ُ
واب َّ علَ ْينَا ٰانَّ َك ا َ ْن َ
الل ُه َّم َوتُبْ َ
يا غفار اغفر لنا ذنوبنا
يا ارحم الراحمين ارحمنا
الل ُه َّم وتقبل اعمالنا يا رب العالمين
الل ُه َّم اٰنَّا نَ ْساَلُ َك ال َجنَّه َونَعُوذُ ٰب َك ٰمنَ النَّار
اب النَّ ٰ
ار سنَةً َوقٰنَا َ
عذَ َ سنَةً َوفٰي ٰ
اآلخ َرةٰ َح َ الل ُه َّم آتٰنَا فٰي الدُّ ْنيَا َح َ
عباد هللا:
ع ٰن ْالفَ ْحش ٰ
َاء اء ذٰي ْالقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َ
ان َو ٰإيت َ ٰ
س ٰاْل ْح َٰإ َّن اللَّـهَ يَأ ْ ُم ُر ٰب ْالعَ ْد ٰل َو ْ ٰ
َو ْال ُمن َك ٰر َو ْالبَ ْغي ٰ ۚ يَ ٰع ُ
ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ ﴿﴾٩٠
علَى نٰعَ ٰم ٰه يَ ٰز ْد ُكم ،ولذ ُ
ٰكر هللا أكبَر. فَا ْذ ُك ُروا هللا العَ ٰظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُكمَ ،وا ْش ُك ُروهُ َ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan nasihat kepada Mu’adz bin Jabal, tiga wasiat yang telah
kita ketahui semuanya. Namun dalam mengamalkannya bukanlah sesuatu yang mudah. Akan tetapi pahalanya
besar, kebahagiaannya pun juga, ketika kita mengamalkannya pun juga sesuatu yang luar biasa. Bahkan
perbekalan menuju kehidupan akhirat yang tentunya kita berharap dengan itu kita bisa masuk ke dalam
surgamu.
Subhanallah..
Permintaan yang agung, permintaan yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan ini. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada Mu’adz bin Jabal, do’a yang luar biasa.
Karena tidak mungkin kita mampu melakukan itu semua tanpa bantuan dari Allah. Kita lemah. Banyak
manusia yang lebih suka untuk mengikuti hawa nafsunya, mengikuti syahwatnya dan lupa kepada Allah
Rabbul ‘Izzati wal Jalalah.
َ َّاللَّ ُه ََّّمَّأَ ِع ِني
َّعلَىَّ ِذ ْك ِر َك
Ya Allah Bantulah aku untuk senantiasa mengingatMu, untuk senantiasa lisan kita berdzikir kepada Allah,
untuk senantiasa basah lisan kita dengan dzikir kepada Allah, sesuatu yang kalau kita pikirkan saudaraku,
tidaklah mudah.
Padahal dzikir itu sangat ringan di lisan kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َّ ان ٰإلَى
الر ْح َم ٰن ٰ َان ٰفى ْال ٰميز
ٰ َ َح ٰبيبَت، ان ٰ َ ثَ ٰقيلَت، ان
ٰ سَ ِّالل
ٰ علَى َ ان ٰ َان َخ ٰفيفَت
ٰ َ َك ٰل َمت
َّللاٰ ْالعَ ٰظ ٰيم
َّ َس ْب َحان َّ َس ْب َحان
ُ ، َّللاٰ َو ٰب َح ْم ٰد ٰه ُ
“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi
hamdih, subhanallahil ‘adzim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung).
(HR. Bukhari dan Muslim)
Semua kita pasti mampu mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, Allahuakbar. Semua
kita mampu itu. Tapi berapa banyak diantara kita yang lisannya selalu berdzikir kepada Allah? Seringnya
diantara kita mengingat selain Allah. Terlebih kita lihat orang-orang yang asik dengan media sosial, orang-
orang yang lebih asyik dengan sesuatu ia tidak akan pernah asyik dan dzikir kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Jarang diantara kita yang lebih asik dengan dzikir kepada Allah. Sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
ُ َو َما ْال ُمفَ ٰ ِّرد ُْونَ يَا َر:سبَقَ ْال ُمفَ ٰ ِّرد ُْونَ قَالُ ْوا
َ اَلذَّا ٰك ُر ْونَ هللا:س ْو َل هللاٰ ؟ قَا َل َ
َُكثٰي ًْرا َوالذَّا ٰك َرات
“al-Mufarridun telah mendahului.” Para Sahabat berkata, “Siapa al-Mufarridun wahai Rasulullah?” Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah.”
(HR. Muslim)
Banyak diantara kita disaat kita berdzikir, mungkin tak lebih dari satu menit. Setelah itu sibuk dengan
mengingat yang lainnya. Sibuk dengan whatsappnya, sibuk dengan facebooknya, bahkan mengingat manusia
mungkin lebih mengasyikkan bagi dia daripada mengingat Allah Jalla wa Ala.
Sehingga bahkan sebagian orang untuk mengingat Allah terasa kelu lisannya. Bahan untuk mengucapkan Allah
saja kelu lisannya. Ia hanya bisa berucap “yang di atas”, “Tuhan yang Maha Kuasa” dan yang lainnya. Karena
Allah palingkan hatinya, karena Allah tidak suka kepadanya, karena hatinya memang ternyata lebih mencintai
selain Allah Jalla wa Ala.
Umatal Islam,
Padahal dzikir manfaatnya sangat besar dalam kehidupan ini. Dengan banyak berdzikir hati kita akan
terlindung dari setan.
Kalau hati kita kosong dari dzikir kepada Allah, setanlah yang masuk kedalam pikiran kita. Setanlah yang
berusaha untuk menggoda kita untuk menyeret kita kepada berbagai macam kemaksiatan. Tapi disaat kita
selalu ingat Allah, selalu berdzikir kepada Allah, Subhanallah, bagaimana setan akan mampu untuk
menggoda?
Dengan banyak berdzikir, hati akan menjadi hidup, hati menjadi bening. Dengan pentingnya hati itulah Allah
akan mudahkan ia dalam beramal shalih. Seorang lelaki mengeluh ke Rasulullah:
Karena orang yang senantiasa lisannya basah dengan dzikir kepada Allah, hatinya akan kuat saudaraku
sekalian, hatinya akan bening saudaraku sekalian, hatinya akan terjaga dari godaan setan yang terkutuk.
Sehingga disaat itu Allah akan berikan bantuan dan kekuatan untuk senantiasa beramal shalih.
Orang yang senantiasa dzikir kepada Allah, lisannya Allah jauhkan dari ghibah, tulisannya Allah jauhkan dari
menyakiti hati orang lain, lisannya Allah jauhkan dari berbagai macam perkara yang dimurkai oleh Allah.
Betapa besarnya manfaat itu. Bamun Subhanallah, berapa banyak diantara kita yang lisannya selalu berdzikir
kepada Allah? Sangat sedikit sekali.
َّش ْك ِر َك
ُ َو
Bantu aku ya Allah untuk mensyukuri nikmatMu. Nikmat yang Allah berikan kepada kita sangat banyak sekali.
Nikmat HP kita, nikmat makanan yang kita makan, semuanya usahakanlah sebagai fasilitas untuk beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Umatal Islam,
Bersyukur kepada Allah bukanlah perkara yang mudah kalau bukan karena Allah bantu kita. Bersyukur kepada
Allah membutuhkan kekuatan iman. Bersyukur kepada Allah mengharuskan atau membuat kita seharusnya
ingat akan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang jarang mengingat nikmat Allah, orang yang
senantiasa memikirkan tentang kepentingan dirinya saja dan tak pernah mengingat nikmat-nikmat Allah yang
begitu banyak kepadanya, ia tidak akan bersyukur kepada Allah.
نبينا محمد و آله وصحبه ومن،الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا
أن مح ِّمداً عبده
َّ وأشهد، وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له،وااله
ُورسوله
Ummatal Islam,
Bantu aku ya Allah didalam shalatku supaya shalatku bisa khusyu’. Senantiasa kita merasakan lezat didalam
shalat. Berapa banyak diantara kita yang shalatnya khusyu’? Disaat kita masuk ke dalam shalat kita berpikir
kesana-kemari, hati kita sudah tidak khusyu’ lagi. Bahkan hati kita sudah tidak merasakan kenikmatan shalat,
kenikmatan bermunajat kepada Allah.
Mengapa demikian? Karena ternyata kita menganggap shalat hanya beban, shalat itu hanya sebatas beban
yang membebani hidup kita. Ketika kita mendengar adzan, hati kita ternyata tidak menyambut dengan
gembira. Tapi hati kita merasa berat.
Maka Subhanallah saudaraku, betapa butuhnya kita kepada bantuan Allah dalam merealisasikan ibadah
kepada Allah? Bantu aku ya Allah memperbaiki ibadahku kepadaMu.
Tidak mungkin kita bisa memperbaiki ibadah tanpa menuntut ilmu, saudaraku. Kita berusaha untuk menuntut
ilmu, duduk di majelis taklim, memahami tentang hakikat ibadah kepada Allah, tentang hukum-hukum
ibadah, kemudian kita berusaha sekuat tenaga sambil minta kepada Allah untuk merealisasikan ibadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika kita berpuasa, berapa banyak diantara kita yang melewatkan waktu-waktu dalam puasa untuk hal yang
tidak ada manfaatnya? Pergi kesana-kemari, bahkan ada yang menghabiskan waktunya hanya untuk main
game belaka, menunggu berbuka puasa. Ternyata ia tidak dibantu oleh Allah untuk memperbaiki ibadahnya.
Saudaraku sekalian, memperbaiki ibadah itu adalah merupakan sesuatu yang besar. Karena dengan ibadahlah
kita bisa masuk ke dalam surga. Ibadahlah yang menyebabkan kita bertaqwa kepada Allah. Ibadah itu
kebutuhan hidup kita. Bahkan kebutuhan hati kita kepada ibadah melebihi kebutuhan kita kepada makan dan
minum kita.
Orang tanpa ibadah, ia bagaikan binatang ternak. Kematian hati itu lebih besar daripada kematian badan,
saudaraku. Orang yang jauh ibadah kepada Allah, hatinya akan mati. Maka dari itu saudaraku sekalian, jagalah
do’a ini:
ع ٰن ْالفَ ْحش ٰ
َاء اء ذٰي ْالقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َ
ان َو ٰإيت َ ٰ
س ٰاْل ْح َٰإ َّن اللَّـهَ يَأ ْ ُم ُر ٰب ْالعَ ْد ٰل َو ْ ٰ
َو ْال ُمن َك ٰر َو ْالبَ ْغي ٰ ۚ يَ ٰع ُ
ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ ﴿﴾٩٠
علَى نٰعَ ٰم ٰه يَ ٰز ْد ُكم ،ولذ ُ
ٰكر هللا أكبَر. فَا ْذ ُك ُروا هللا العَ ٰظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُكمَ ،وا ْش ُك ُروهُ َ
)2 Enam Langkah Iblis dalam Menyesatkan Manusia
Nama masjid: Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor
Nama Khatib: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
Nama Imam : Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
Inti Khutbah/Isi Khutbah:
KHUTBAH JUM’AT PERTAMA TENTANG ENAM LANGKAH IBLIS
DALAM MENYESATKAN MANUSIA
Kedua, berjihad melawan setan. Yaitu dengan cara mempelajari langkah-langkah setan tersebut. Siapapun
diantara kita yang ingin selamat dari pada godaan setan, hendaklah kita pelajari dan pahami dengan betul
tentang was-was dan godaan-godaan iblis kepada manusia. Sebagian ulama menyebutkan bahwa ada enam
langkah iblis dalam menyesatkan manusia. Langkah-langkah itu adalah:
“Artinya : Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan, lalu bertanya : “Siapakah yang
menciptakan kamu?” Lalu dia mejawab : “Allah”. Syetan berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan
Allah?”. Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi
wa rasulih” (aku beriman kepada Allah dan RasulNya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera
hilang darinya” (HR. Ahmad)
Ini karena memang setan sengaja ingin menjadikan seorang hamba ragu akan Allah, ragu tentang kehidupan
akhirat dan bahwasannya setelah kematian akan ada kebangkitan. Sehingga seorang hamba tidak merasa yakin
akan adanya kebangkitan, iapun jauh dari amal shalih. Apalagi ketika ia tidak yakin akan adanya Allah. Maka
bagi dia semua halal. Bagi dia semua adalah boleh-boleh saja. Itulah tujuan besar yang iblis inginkan dan bala
tentaranya agar manusia mempersekutukan Allah, agar manusia kafir kepada Allah, agar manusia tidak yakin
akan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka iblis berusaha menjadikan manusia musyrik atau mempersekutukan Allah dengan berbagai macam cara.
Terkadang kita melihat teman-teman iblis dari bala tentara iblis itu berusaha untuk menghembuskan syubhat-
syubhat kepada manusia. Sehingga manusia menghalalkan kesyirikan, mengagungkan kuburan-kuburan,
mengagungkan ibadah-ibadah selain Allah subhanahu wa ta’ala. Akhirnya kuburan menjadi sesuatu yang
diibadahi selain Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagian orang, mereka lebih khusyu ketika berada di kuburan
dibandingkan ketika ia berada di dalam masjid. Bahkan mereka kahwatir dan takut kuwalat kepada wali
daripada takut kepada Allah. Sehingga akhirnya makna ibadah betul-betul terlihat disisi kuburan tersebut.
Hal seperti ini banyak membuat manusia jatuh kepada kesyirikan dengan alasan dalam rangka menghormati
para wali. Padahal bukan demikian menghormati para wali. Menghormati para wali adalah dengan cara
mencintai mereka karena Allah. Yaitu dengan cara mengikuti jejak kaki mereka apabila sesuai dengan titah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan menjadikan mereka sebagai sesembahan selain Allah.
Ketika cara ini tidak berhasil dan ternyata seorang hamba kuat aqidah dan tauhidnya, ketika seorang hamba
paham tentang kesyirikan, maka cara yang kedua adalah dengan menyeret seorang hamba kepada perbuatan
bid’ah.
2. MENYERET SEORANG HAMBA KEPADA PERBUATAN BID’AH
Kenapa hal ini terjadi? Karena iblis paham, dengan bid’ah agama akan hancur dan rusak.
Kenapa bid’ah lebih disukai sebelum maksiat-maksiat besar? Karena dengan bid’ah, banyak orang
menganggap itu sebagai sebuah kebaikan. Selama ia menganggap itu baik, dia tidak akan pernah bertaubat dan
jauh dari kembali kepada sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dari itu, iblis berusaha agar seorang hamba jatuh kepada kebid’ahan demi kebid’ahan. Lalu ia pun
menghiaskan amalan-amalan yang tidak disyariatkan seakan-akan itu disyariatkan dengan berbagai macam
alasan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengamalnyanya. Tidak pula para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak pula para ulama setelahnya. Akan tetapi itu
merupakan hiasan-hiasan iblis belaka yang dianggap sebagai sebuah kebenaran oleh pelakunya.
Ketika cara yang kedua ini juga tidak berhasil. Seorang hamba kuat dalam berpegang kepada sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia diseret pada perbuatan maksiat besar.
Setan akan berusaha menyeret seorang manusia kepada maksiat besar seperti zina, riba, melakukan perbuatan
dzalim kepada manusia dengan menghibah, mencaci-maki dan dosa-dosa besar lainnya. Dosa-dosa besar ini
menjadi corong yang sangat empuk menuju kekufuran. Karena para ulama mengatakan, “maksiat-maksiat itu
corong kepada kekafiran”.
Ketika seseorang terbiasa dengan maksiat-maksiat itu, dia akan menganggap maksiat itu boleh-boleh saja.
Ketika ia membolehkan maksiat, disitulah ia telah lepas dari Islam dengan kesepakatan seluruh ulama.
Ketika setan tidak berhasil dicara yang ketiga, maka cara yang keempat adalah dengan cara diseret kepada
dosa-dosa kecil.
Dijadikan seorang hamba meremehkan dosa-dosa kecil. Dianggap hanya dosa-dosa kecil yang mudah untuk
dihilangkan istighfar dan amal shalih. Tapi kemudian apa yang terjadi? Ia terus menerus melakukan dosa-dosa
kecil tersebut. Tidak ada keinginan untuk berusaha meninggalkan semampu dia.
Ketika pintu yang keempat ini ternyata iblis pun sulit dan hamba yang ia ajak untuk meremehkan dosa-dosa
kecil segera bertaubat kepada Allah, maka pintu yang selanjutnya adalah dihiaskan perkara-perkara yang
mubah.
Menonton sepak bola boleh-boleh saja. Ini adalah perkara yang mubah. Tetapi ketika hal ini dijadikan sebagai
sesuatu yang berlebih-lebihan bahkan sampai mengidolakan pemain-pemain sepak bola yang bukan muslim,
tentu ini akibatnya berat dihari kiamat. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
Ketika tim kesayangan Anda menang, apakah Anda mendapatkan hadiah dari mereka?
Ketika tim kesayangan Anda kalah, Anda kesal dan geram dalam perkara yang tidak ada sebab-sebab syar’inya.
Sungguh merugi saudaraku. Hati kita dipermainkan dan dijadikan lalai terhadap banyak kebaikan-kebaikan.
Saya tidak mengatakan tidak boleh. Tapi waspadalah. Orang yang berhati-hati dalam agamanya berusaha agar
jangan sampai itu menjerumuskan ia kepada perkara yang tidak diridhoi oleh Allah.
Kalau ternyata pintu ini masih kuat juga. Maka setan akan menyeret kepada pintu yang keenam. Yaitu
dijadikan ia menganggap remeh amalan-amalan yang lebih utama dan disibukkan dengan amalan yang tidak
lebih utama.
Ada orang yang sangat perhatian kepada shalat tahajud namun shalat berjama’ah subuhnya ia tinggalkan. Ada
orang yang dia sangat memperhatikan dzikir setelah subuh sampai terbit matahari, tapi ia lalaikan kewajiban
dirinya. Demi mengejar yang sunnah, ia tinggalkan yang wajib. Ini pun termasuk talbis iblis.
Maka hati-hatilah. Waspadalah saudaraku sekalian..
Kita berusaha untuk terus mempelajari apa pintu-pintu iblis dan apa yang menjadi hal yang empuk untuk
digunakan oleh setan menggoda manusia.
ع ٰن ْالفَ ْحش ٰ
َاء اء ذٰي ْالقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َ
ان َو ٰإيت َ ٰ
س ٰاْل ْح َٰإ َّن اللَّـهَ يَأ ْ ُم ُر ٰب ْالعَ ْد ٰل َو ْ ٰ
َو ْال ُمن َك ٰر َو ْالبَ ْغي ٰ ۚ يَ ٰع ُ
ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ ﴿﴾٩٠
علَى نٰعَ ٰم ٰه يَ ٰز ْد ُكم ،ولذ ُ
ٰكر هللا أكبَر. فَا ْذ ُك ُروا هللا العَ ٰظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُكمَ ،وا ْش ُك ُروهُ َ
)3 Khutbah Jum’at: Memilih Teman Yang Shalih
Nama Masjid : Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor
Nama Khatib: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
Nama Imam : Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
IntiKhutbah/Isi Khutbah:
KHUTBAH JUM’AT PERTAMA TENTANG MEMILIH TEMAN YANG
SHALIH
Ummatal Islam,
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa bertakwa kepadaNya. Dan
Allah memerintahkan kita untuk menjaga ketakwaan kita dengan sungguh-sungguh. Allah berfirman:
يَا أَيُّ َها الَّذٰينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ َح َّق تُقَاتٰ ٰه
” Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.”
(QS. Ali-Imran[3]: 102)
Artinya, jagalah ketakwaanmu! Jangan sampai Allah cabut ketakwaanmu dari hatimu karena kamu tidak
menjaganya. Dan tentunya saudaraku, menjaga ketakwaan itu tidak mudah. Kita membutuhkan kekuatan,
kesabaran dan cahaya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pertolongan dari Allah itu yang terbesar.
Berapa banyak orang-orang yang tidak ditolong oleh Allah? Sehingga ia pun tidak bisa menjaga ketakwaannya
kepada Allah. Kemudian aa pun menjadi orang-orang yang lalai setelah itu. Oleh karena itulah saudara-
saudaraku sekalian, Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kita untuk memilih teman.
Karena sesungguhnya teman itu sangat mempengaruhi ketakwaan seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
Saudara-saudaraku sekalian, Islam sangat memperhatikan dengan siapa kita berteman. Karena ketika kita
berteman, kita akan mudah terpengaruh oleh akhlak teman-teman kita, kita akan mudah terpengaruh oleh
agama teman kita, kita akan terpengaruh oleh pemikiran teman kita, karena manusia sangat mudah sekali
mentransfer dan demikian pula menerima sesuatu yang dia merasa senang kepadanya.
Ummatal Islam,
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun juga di dalam Al-Qur’an mengingatkan kita tentang masalah teman ini.
Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dan surat Al-Furqon, menyebutkan tentang penduduk
neraka yang dia menyesal karena ia masuk neraka akibat temannya. Ia berkata:
َ ضلَّ ٰني
ع ٰن ال ٰذِّ ْك ٰر بَ ْعدَ ٰإ ْذ َ َ ﴾ لَّقَ ْد أ٢٨﴿ يَل
ً يَا َو ْيلَت َ ٰى لَ ْيتَنٰي لَ ْم أَت َّ ٰخ ْذ فُ ََلنًا َخ ٰل
… ۗ َجا َءنٰي
“Aduh, andaikan aku tidak menjadikan dia sebagai teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku
Akan tetapi hakikat teman yang benar yaitu teman yang mengingatkan kita kepada Allah, teman yang
menambah ketakwaan kita dan membantu kita untuk istiqomah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disebutkan dalam sebuah atsar, ada seseorang bertanya, “Siapa teman yang terbaik?” Maka orang ini berkata,
“Temanmu yang terbaik yaitu teman yang apabila kamu melihatnya membuat kamu ingat kepada Allah.” Yaitu
teman apabila dia berbicara, bertambah keilmuanmu dan apabila ia beramal bertambah keimananmu.
Saudara-saudaraku sekalian,
Karena sesungguhnya teman-teman yang shalih itu adalah merupakan perhiasan yang terindah di dunia ini
selain istri yang shalihah. Teman-teman yang shalih, di dunia kita bisa mendapatkan manfaat. Manfaat dari
ilmunya, manfaat dari adabnya, manfaat juga dari ketakwaannya, membantu kita untuk senantiasa istiqomah,
menunjuki kita di saat kita tidak tahu.
Di hari kiamat, teman-teman itu akan datang kepada Allah meminta syafaat agar temannya yang dimasukkan
ke dalam api neraka dikeluarkan. Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya. Bahwa ketika
kaum Mukminin telah melewati jembatan Shirath, mereka pun datang kepada Allah dan berkata:
Janganlah kita terpengaruh oleh slogan orang-orang yang berkata bahwa kita harus gaul, lalu ternyata kita
bergaul dengan setiap orang. Tidak peduli apakah itu bisa merusak keimanan kita dan ketakwaan kita atau
tidak.
Kita bergaul di media sosial sana bersama orang-orang yang terkadang sama sekali tidak menambah keimanan
kita dan ketakwaan kita. Malah semakin menjauhkan kita dari agama Allah, dari mengingat Allah, dari
memperjuangkan agamaNya dan mengamalkan perintah dan titahNya.
Umatal Islam.
Lihatlah Abu Thalib paman Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam. Paman Rasulullah adalah orang yang
sangat kuat pembelaannya terhadap Rasulullah. Di mana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika
berdakwah di Mekah, beliau aman dibawah perlindungan pamannya tersebut. Tapi ternyata ketika pamannya
didalam sakaratul maut hendak menuju kematian, datanglah Rasulullah untuk mentalqinkan. Namun disisi
Abu Thalib ada dua pemuka Quraisy teman Abu Thalib. Yaitu Abu Jahl dan satu lagi pemuka Quraisy yang
lainnya.
Rasulullah berusaha, “Wahai Paman, ucapkan إالهللا الإله, dengan kalimat itu aku akan bela engkau disisi Allah.”
Sementara Abu Jahl berkata, “Hai Abu Thalib, apakah kamu benci kepada agama ayahmu Abdul Muthalib?”
Sementara Rasulullah terus mengulanginya lagi, akhirnya Abu Thalib lebih rela untuk wafat diatas agama
ayahnya. Tidak mau mengucapkan إالهللا الإله. Akibat dari pada teman. Kalau kita akrabnya dengan orang-orang
yang tidak baik, disaat kita sakaratul maut merekalah yang berada di sisi kita. Kalau kita berteman dengan
orang-orang yang shalih, yang mencintai Allah dan RasulNya, disaat kita sakaratul maut merekalah yang
berada di sisi kita. Mentalqinkan kita sehingga kita pun menjadi orang-orang yang akhir kalamnya إالهللا الإله.
Saudara-saudaraku sekalian,
Kita tidak ingin masuk neraka karena teman-teman kita. Justru kita ingin masuk masuk surga bersama teman-
teman kita. Maka berusahalah pilih teman-temanmu yang bisa memasukkan ke surga, yang menggandeng
tanganmu untuk istiqomah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
نبينا محمد و آله وصحبه ومن،الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا
أن مح ِّمداً عبده
َّ وأشهد، وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له،وااله
ُورسوله
Ummatal Islam,
Diantara tanda kelemahan iman, kita menjauhi teman yang mengingatkan kesalahan pada diri kita sendiri.
Saat kita jatuh kepada kesalahan lalu teman kita mengingatkan kesalahan kita, kita malah tidak suka
kepadanya. Sementara satu lagi teman kita yang tidak pernah menegur kesalahan kita, lantas kita pun
menganggap dia orang baik, dia teman yang pantas untuk kita jadikan sebagai teman akrab kita. Tidak, demi
Allah!
Justru orang yang mengingatkan kesalahanmu lebih sayang kepadamu dari dia. Dia tidak ingin engkau masuk
neraka, dia ingin kamu masuk surga. Maka dia berusaha mengingatkan kesalahanmu. Memang pahit jika dia
harus melakukan itu. Namun itu jalan satu-satunya agar temannya selamat dari api neraka. Dia sayang kepada
temannya, maka dia ingatkan supaya ia jangan sampai masuk ke dalam api neraka. Namun ternyata kita malah
tidak suka kepadanya. Kita lebih senang untuk masuk ke dalam api neraka.
Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin berkata bahwa dahulu Salafush Shalih, teman
yang paling mereka cintai adalah yang selalu mengingatkan kelalaian mereka. Sementara di zaman ini kata
beliau, orang yang paling tidak kita sukai adalah yang mengingatkan kesalahan kita. Dan itu adalah tanda
kelemahan iman.
Kita bukanlah malaikat, kita adalah manusia yang tak lepas dari kesalahan. Bila kita tidak ingin apabila ada
teman kita mengingatkan kesalahan kita, itu sama saja kita berkata bahwa saya tak pernah salah.
Maka berterimakasihlah kepada orang yang mengingatkan kesalahan kita. Karena itu tanda keikhlasan.
Sebagaimana Imam Adz-Dzahabi berkata, “Tanda orang ikhlas bahwa apabila ia diingatkan kesalahannya,
hatinya tidak panas. Dia pun juga tidak ngeyel. Justru ia berterima kasih dan berkata, semoga Allah merahmati
orang yang mengingatkan kesalahanku.”
Namun ini jarang dizaman ini, saudaraku sekalian. Maka jadilah kita orang-orang yang ikhlas dalam berteman.
Mengharapkan wajah Allah semata. Jadilah kita orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bukan
karena urusan dunia, bukan karena tujuan-tujuan dunia, karena itu semuanya tidak akan menjadikan kita
berteman secara kekal sampai akhirat nanti. Karena pertemanan yang kekal itu adalah ketika kita saling
mencintai karena Allah. Allah berfirman: