Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Jumat: Tidak Putus Asa Menghadapi Musibah

‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُمَح َّمٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْدَناَن‬، ‫َاْلَح ْم ُد ِهلِل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن‬، ‫ َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن‬. ‫الَّز َم اِن‬
‫ َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا‬، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬، ‫َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلَقُه اْلُقْر آُن َأَّم ا َبْعُد‬
‫ َر َّبَنا اَل‬، ‫ َلَها َم ا َك َسَبْت َو َع َلْيَها َم ا اْك َتَسَبْت‬،‫اَل ُيَك ِّلُف ُهللا َنْفًسا ِإاَّل ُو ْس َعَها‬: ‫ اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن‬، ‫الَم َّناِن‬
‫ َر َّبَنا َو اَل ُتَح ِّم ْلَنا َم ا‬،‫ َر َّبَنا َو اَل َتْح ِم ْل َع َلْيَنا ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَتُه َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلَنا‬،‫ُتَؤاِخ ْذ َنا ِإْن َنِس يَنا َأْو َأْخ َطْأَنا‬
)286 : ‫ َو اْعُف َع َّنا َو اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َح ْم َنا َأْنَت َم ْو اَل َنا َفاْنُصْر َنا َع َلى اْلَقْو ِم اْلَك اِفِر يَن (البقرة‬،‫اَل َطاَقَة َلَنا ِبِه‬
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh Tidak ada seorang pun yang bisa
luput dari musibah, termasuk para Nabi dan Rasul-Nya; dan tidak ada jenis
musibah apapun namanya yang bisa menimpa, melainkan dengan izin Allah
(QS at-Taghabun: 11). Musibah yang datang silih berganti dapat memperburuk
kehidupan kita. Kesenangan berubah menjadi kesedihan, kesuksesan
menjelma menjadi kegagalan, dan kebaikan pun bisa menimbulkan keburukan.
Ketika musibah datang menghampiri, kerapkali membuat kita terkejut (shock),
tidak nyaman, serasa terluka dan sakit menyayat hati.
Berbagai musibah yang terjadi, ada yang ringan, sedang dan berat.
Jenisnya juga beragam. Demikian pula konteks situasi/kondisi dan sikap
seseorang dalam menghadapinya. Lantaran terkena Covid 19 atau penyakit
lain, orang jadi kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, hilang pekerjaan,
dan bahkan kabar kematian pun datang bertubi-tubi. Untuk itu Allah
mengingatkan kita dalam firman-Nya:
‫) اَّلِذ يَن‬155 ( ‫َو َلَنْبُلَو َّنُك ْم ِبَش ْي ٍء ِم َن اْلَخ ْو ِف َو اْلُجوِع َو َنْقٍص ِم َن اَأْلْم َو اِل َو اَأْلْنُفِس َو الَّثَم َر اِت َو َبِّش ِر الَّصاِبِريَن‬
)156 – 155 :‫ (البقرة‬.)156( ‫ِإَذ ا َأَص اَبْتُهْم ُمِص يَبٌة َقاُلوا ِإَّنا ِهَّلِل َو ِإَّنا ِإَلْيِه َر اِج ُعوَن‬
Artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (Yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innâ lillâhi wa
innâ ilaihi râji'ûn." (QS al-Baqarah: 156).
Sesungguhnya seorang muslim jika ditimpa suatu musibah hendaknya ia
merasa yakin bahwa kebaikan, keburukan dan segala sesuatu itu berasal dari
Allah, lalu berkata: "Diri kami ini adalah milik Allah dan kami akan kembali
kepada-Nya. Untuk-Nya kami persembahkan puji syukur atas segala karunia
dan kami harus bersabar jika mendapatkan ujian atau diberi pahala dan
balasan."
Kalimat istirja’ yang sering kita baca dan juga membanjiri jagad sosial
media, mengingatkan kepada kita bahwa musibah itu terjadi dengan taqdir-
Nya. Mengisyaratkan kepada shâhibul musîbah agar ikhlas menerimanya.
Pepatah Arab mengatakan: ‫ِباْلُمِص ْيَبِة ُيْك َر ُم اْلَم ْر ُء َو ُيَهاُن‬
Artinya, “Dengan musibah orang bisa menjadi mulia dan bisa menjadi
hina.”
Musibah yang diterima secara positif akan mendatangkan peluang,
ibrah, hikmah dan anugerah. Sebaliknya bila musibah disikapi secara negatif,
maka akan menjadi penghalang dari rahmat, sehingga bertindak negatif dan
mengutuk ujian yang dapat mengundang azab dari Allah ta’âlâ. Rasulullah saw
bersabda: )‫َم ْن ُيِر ِد ُهلل ِبِه َخ ْيًرا ُيِص ْب ِم ْنُه (رواه البخاري‬
Artinya, “Orang yang Allah inginkan kebaikan atasnya maka akan
diberinya musibah.” (HR al-Bukhari).
Untuk itu hendaknya kita tidak berputus asa dalam menghadapi musibah
agar semakin mendapatkan kebaikan-kebaikan dari Allah ta’âlâ. Bagi orang
beriman, musibah tidak boleh dilihat sebagai peristiwa negatif. Melainkan
harus dipandang sebagai ajang melatih diri untuk sabar dan tabah. Manusia
diuji untuk tidak mudah berputus asa, karena Allah telah berjanji akan
mengangkat derajat orang yang menghadapi musibah dengan penuh
kesabaran, dan akan mengganti apa yang hilang atau lepas dari tangan mereka
dengan anugerah yang lebih baik.
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh Banyak orang yang salah menyikapi
musibah dan berakhir dengan putus asa. Orang yang berputus asa akan
dihinggapi rasa ragu, pesimis, menganggap semua negatif, merasa dirinya
tidak berguna, bahkan merasa kehilangan dukungan dari keluarga. Secara
psikologis orang yang putus asa akan menunjukkan gejala emosi yang dapat
mengakibatkan tindak kejahatan.
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh Allah telah berfirman:
)83 :‫ َو ِإَذ ا َم َّسُه الَّشُّر َك اَن َيُئوًسا (اإلسراء‬،‫َو ِإَذ ا َأْنَعْم َنا َع َلى اِإْل ْنَس اِن َأْع َر َض َو َنَأٰى ِبَج اِنِبِه‬
Artinya, “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya
berpalinglah dia dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila
dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (QS al-Isrâ’: 83).
Sesungguhnya perasaan bangga dan putus asa merupakan tabiat manusia.
Apabila mereka diberikan nikmat kesehatan dan kelapangan, mereka tidak
mau berzikir dan berdoa kepada Allah, bahkan menjauh dari Allah dengan
sombong dan berbangga diri. Namun jika ditimpa kesusahan seperti sakit dan
kemiskinan, mereka putus asa dari rahmat Allah. Padahal Allah memberikan
solusi untuk mengatasi putus asa dengan membaca Al-Qur’an, dzikir, bersikap
sabar, banyak berdoa, meningkatkan rasa syukur kepadaNya.
)56 :‫َقاَل َو َم ْن َيْقَنُط ِم ْن َر ْح َم ِة َر ِّبِه ِإاَّل الَّضاُّلوَن (الحجر‬
Artinya, “Ibrahim berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari
rahmat Tuhan-nya kecuali orang-orang sesat’." (QS al-Hijr: 56).
Pada surat al-Baqarah: 214 dijelaskan, apakah kalian mengira akan
masuk surga dengan hanya menyatakan keislaman tanpa diuji seperti halnya
orang-orang sebelum kalian? Mereka diuji dan dingoncangkan dengan
berbagai cobaan (kemiskinan, penyakit dan kesengsaraan). Sampai- sampai
Rasulullah sendiri dan orang-orang yang bersamanya berkata, "Kapankah
pertolongan Allah akan tiba?" Saat itu Allah menepati janji-Nya dan
mengatakan kepada mereka bahwa pertolongan itu sudah dekat.
Yakinlah, bahwa tidak ada beban musibah apapun yang tidak bisa
dilewati. Allah akan memberikan beban sesuai dengan kekuatan masing-
masing, sebagaimana firman-Nya: )286 :‫اَل ُيَك ِّلُف ُهللا َنْفًسا ِإاَّل ُو ْس َعَها (البقرة‬
Artinya, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kadar kesanggupannya.” (QS al-Baqarah: 286).
Ayat ini menjelaskan, setiap cobaan yang diberikan selalu memiliki jalan
keluar. Allah tidak memberikan cobaan melainkan sesuai dengan kemampuan
hamba-Nya. Untuk itu, sudah semestinya manusia tidak patah semangat, dan
terus berusaha mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapinya. Meskipun
terasa sulit, jika selalu percaya dan yakin atas kekuasaan Allah, maka hati akan
terasa lebih tenang. Yakinlah badai pasti berlalu, jangan putus asa dari rahmat
Allah, musibah pasti akan berakhir, ujian pasti berlalu. Semoga musibah yang
mendera ini menjadi ladang amal dan kebaikan di kemudian hari. Amin.
‫ َو َتَقَّبَل ُهللا ِم َّنا‬، ‫ َو َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم ْن آَيِة َو ْذ ُك َر اْلَح ِكْيَم‬، ‫َباَر َك هللا ِلي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬، ‫ َو َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َفَأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم‬. ‫َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬
Khutbah II
‫ َأْش َهُد‬.‫ َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْهِل اْلَو َفا‬،‫ َو ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد اْلُم ْص َطَفى‬،‫َاْلَح ْم ُد ِهلِل َو َكَفى‬
‫ َأَّم ا َبْعُد‬،‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬،‫َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬
، ‫ َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم‬. ‫ ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِسْي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَع ِلِّي اْلَعِظ ْيِم‬، ‫َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا‬، ‫ ِإَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي‬: ‫َأَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّساَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِر ْيِم َفَقاَل‬
‫ّٰل‬
‫ َال ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬.‫َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬
‫ َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬، ‫َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬
‫ ِفي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬، ‫َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬
‫ َاللهم اْدَفْع َع َّنا‬.‫َالّٰل ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‬
‫ َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا‬، ‫اْلَباَل َء َو اْلَغاَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َداِئَد َو اْلِمَح َن‬
‫ ِإَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬،‫ ِم ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخ اَّص ًة َو ِم ْن ُبْلَداِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َعاَّم ًة‬، ‫َبَطَن‬
، ‫ إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي‬،‫ِع َباَد ِهللا‬
‫ َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬، ‫ َفاْذ ُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم‬. ‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬
Rakimin Al-Jawiy, Dosen Psikologi Islam UNUSIA Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai