Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I  

‫ َو َخ َذ َل َم ْن َش ا َء ِم ْن َخ ْلقِ ِه‬،‫ض لِ ِه َو َك َر ِم ِه‬ ْ َ‫ق َم ْن َشا َء ِم ْن َخ ْلقِ ِه بِف‬ َ َّ‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ َوف‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َس يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا‬،ُ‫ْك لَه‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬.‫بِ َم ِشيَْئتِ ِه َو َع ْدلِ ِه‬
ٰ
‫ࣙ ْب ِن‬  ‫ار ْك َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد‬ ِ َ‫ص لِّ َو َس لِّ َم َوب‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.ُ‫ص فِيُّهُ َو َحبِ ْيبُ ه‬َ ‫ َو‬،ُ‫َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
‫ َواَل‬،‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ْالقِيَا َم ِة‬ ٍ ‫ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬،ُ‫ص حْ بِ ِه َو َم ْن َوااَل ه‬ َ ‫ َو َعلَى ٰالِ ِه َو‬،ِ‫َع ْب ِد هللا‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم ْالقَاِئ ِل‬ِ ‫ فَِإنِّي ُأ ْو‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬ ِ‫َح ْو َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهلل‬
‫ار َع ٰلى‬ ِ َّ‫ يَ ْو َم ي ُْس َحب ُْو َن فِى الن‬.‫ُر‬ ٍ ۘ ‫ض ٰل ٍل َّو ُس ع‬ َ ‫ اِ َّن ْال ُمجْ ِر ِمي َْن فِ ْي‬:‫فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه‬
‫ اِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء َخلَ ْق ٰنهُ بِقَ َد ٍر‬.‫ُوج ُْو ِه ِه ۗ ْم ُذ ْوقُ ْوا َمسَّ َسقَ َر‬
(٤٩-٤٧ :‫)القمر‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat
kepada kita semua terutama kepada diri pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala
dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.  
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Al Hafizh Abu Nu’aim dalam Tarikh Ashbahan meriwayatkan dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Orang-orang Musyrikin Quraisy mendatangi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menentang Rasulullah dalam masalah qadar (takdir).
Kemudian turunlah ayat-ayat yang kami baca di atas yang maknanya:   “Sesungguhnya
orang-orang kafir berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada
hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka):
“Rasakanlah sentuhan api neraka!” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
dengan qadar (yang telah ditetapkan)” (QS al-Qamar: 47-49)  
Salah satu prinsip keyakinan kaum Muslimin adalah beriman kepada qadar (takdir)
Allah subhanahu wata’ala. Ketika ditanya tentang iman, jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam di antaranya adalah:
  ‫َوبِ ْالقَ َد ِر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬
(‫ )رواه مسلم‬ 
Makna hadits ini, engkau beriman bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam
keberadaan (seluruh makhluk yang diciptakan Allah), yang baik dan yang buruk,
semuanya terjadi dengan takdir Allah yang azali (tidak bermula).
Jadi, ketaatan dan kemaksiatan yang muncul dari makhluk dan dilakukannya, masing-
masing terjadi karena diciptakan, diwujudkan, diketahui dan dikehendaki oleh Allah. Ini
tidak berarti bahwa Allah meridhai keburukan. Juga tidak berarti bahwa Allah
memerintahkan perbuatan maksiat. Melainkan perbuatan hamba yang baik itu terjadi
dengan takdir, cinta, dan ridha Allah. Sedangkan perbuatan hamba yang buruk terjadi
dengan takdir Allah, tapi tidak Ia cintai dan tidak Ia ridhai. Imam Abu Hanifah
radliyallahu ‘anhu yang merupakan salah seorang ulama salaf menegaskan dalam al-
Fiqh al-Akbar:
  ‫ضاِئ ِه َو ِع ْل ِم ِه َو َم ِشيَْئتِ ِه‬ َ ‫اجبَةً بَِأ ْم ِر هللاِ تَ َعالَى َو َم َحبَّتِ ِه َوبِ ِر‬ِ ‫ت َو‬ ْ َ‫َوالطَّا َعةُ ُكلُّهَا َما َكان‬
َ َ‫صي ُكلُّهَا بِ ِع ْل ِم ِه َوق‬
‫ضاِئ ِه َوتَ ْق ِدي ِْر ِه َو َم ِشيَْئتِ ِه اَل بِ َم َحبَّتِ ِه َواَل‬ ِ ‫ضاِئ ِه َوتَ ْق ِدي ِْر ِه َو ْال َم َعا‬
َ َ‫َوق‬
‫ضاِئ ِه َواَل بَِأ ْم ِر ِه‬ َ ‫ بِ ِر‬ 
“Kewajiban-kewajiban seluruhnya terjadi dengan perintah Allah, cinta, ridha, ilmu,
kehendak, qadla’ dan takdir-Nya, sedangkan maksiat-maksiat seluruhnya terjadi dengan
ilmu, qadla’, takdir dan kehendak Allah, bukan dengan kecintaan Allah, bukan dengan
ridha Allah dan bukan dengan perintah-Nya.”   Jadi ada perbedaan antara kehendak dan
perintah Allah. Allah tidak pernah memerintahkan kekufuran dan perbuatan-perbuatan
maksiat, akan tetapi kekufuran orang-orang kafir dan kemaksiatan para pelaku maksiat
tidak mungkin satu pun terjadi seandainya Allah tidak menghendaki terjadinya.
Seandainya terjadi sesuatu yang tidak Allah kehendaki, hal itu menunjukkan bahwa
Allah lemah dan kalah. Padahal sifat lemah bagi Allah adalah mustahil. Karena Allah
ta’ala Mahakuasa dan Maha Berkehendak, maka kehendak-Nya pasti terjadi.   Oleh
karena itu, keimanan, ketaatan, kekufuran dan perbuatan-perbuatan maksiat, semua itu
terjadi dengan kehendak Allah dan takdir-Nya. Seandainya Allah tidak menghendaki
terjadinya kemaksiatan para pelaku maksiat, kekufuran orang-orang yang kafir,
keimanan orang-orang yang beriman dan ketaatan orang-orang yang taat, niscaya Allah
tidak akan menciptakan surga dan neraka.
Seseorang tidak boleh mengatakan, jika perbuatan maksiat terjadi dengan kehendak
Allah lalu kenapa Allah menyiksa hamba yang melakukan maksiat. Karena Allah ta’ala
tidak dipertanyakan kepada-Nya tentang apa yang diperbuat-Nya (QS al-Anbiya’: 23).
Jika Allah ta’ala menyiksa pelaku maksiat, maka itu terjadi dengan keadilan-Nya tanpa
kezaliman. Dan jika Allah memberi pahala kepada orang yang taat, maka hal itu dengan
kemurahan-Nya, bukan kewajiban bagi-Nya. Yang demikian itu dikarenakan kezaliman
hanya mungkin terjadi dari seseorang yang memiliki “atasan” yang berhak memerintah
dan melarangnya. Padahal tidak ada sesuatu apapun yang menjadi atasan yang
memerintah dan melarang Allah. Maka Allah berhak berbuat terhadap apa yang
dikuasai-Nya sesuai dengan kehendak-Nya karena Allah-lah pencipta dan pemilik segala
sesuatu. Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
  ‫ظالِ ٍم لَهُ ْم َولَ ْو َر ِح َمهُ ْم‬َ ‫مواتِ ِه لَ َع َّذبَهُ ْم َوهُ َو َغ ْي ُر‬ َ ‫ض ِه و َس‬ ِ ْ‫ب َأ ْه َل أر‬ َ ‫إن هللاَ لَ ْو َع َّذ‬
َّ
ُ‫ت ِم ْث َل ُأ ُح ٍد َذهَبًا فِي َسبِ ْي ِل هللاِ َما قَبِلَه‬ َ ‫ َولَ ْو َأ ْنفَ ْق‬،‫ت َرحْ َمتُهُ َخ ْيرًا لَهُ ْم ِم ْن َأ ْع َمالِ ِه ْم‬ ْ َ‫َكان‬
َ ‫ك َو َما َأ ْخطََأ‬
‫ك لَ ْم يَ ُك ْن‬ َ ‫ك لَ ْم يَ ُك ْن لِي ُْخ ِطَئ‬ َ َ‫صاب‬ َ ‫أن َما َأ‬ َّ ‫ وتَ ْعلَ َم‬،‫ك َحتَّى تُْؤ ِم َن بِ ْالقَ َد ِر‬ َ ‫هللاُ ِم ْن‬
‫ت النَّا َر‬ َ ‫ت َعلَى َغي ِْر هَ َذا َد َخ ْل‬ َّ ‫ك َولَ ْو ِم‬ َ َ‫ُص ْيب‬
ِ ‫لِي‬
(‫)رواه أبو دود وابن حبان وغيرهما‬
Maknanya: “Sungguh, seandainya Allah menyiksa penduduk langit dan penduduk bumi,
niscaya Allah akan menyiksa mereka tanpa Ia berlaku zalim kepada mereka (dengan
penyiksaan tersebut), dan seandainya Allah merahmati mereka (tidak menyiksa
mereka), maka sungguh rahmat Allah itu lebih baik bagi mereka dari amal perbuatan
mereka. Dan seandainya engkau berinfak emas seberat gunung Uhud di jalan Allah,
maka Allah tidak menerimanya darimu sampai engkau beriman kepada takdir dan
engkau mengetahui bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan pernah
meleset darimu, dan apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka ia tidak akan
pernah menimpamu, dan jika engkau mati tidak dalam keyakinan ini, maka engkau akan
masuk neraka.” (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban dan lain-lain)  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang
terjadi di alam ini kecuali dengan kehendak Allah. Seorang hamba tidak akan
mengalami atau ditimpa kebaikan, keburukan, kesehatan, sakit, kefakiran, kekayaan
dan lainnya kecuali dengan kehendak Allah ta’ala. Demikian pula apapun yang Allah
takdirkan dan Allah kehendaki pada diri hamba, maka hal itu tidak akan pernah meleset
darinya. Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengajarkan kepada salah seorang putrinya:
 ‫ن‬ْ ‫ان َو َما لَ ْم يَ َشْأ لَ ْم يَ ُك‬
َ ‫َما َشا َء هللاُ َك‬
(‫ )رواه أبو دود‬ 
Maknanya: “Apapun yang Allah kehendaki ada atau terjadi, pasti akan ada dan terjadi,
dan apapun yang tidak Allah kehendaki ada atau terjadi, pasti tidak akan ada dan tidak
akan terjadi” (HR Abu Dawud)  
Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Apa yang dipaparkan di atas tidak berarti bahwa para hamba tidak memiliki kehendak
sama sekali sebagaimana dikatakan golongan Jabriyyah. Jabriyyah mengatakan bahwa
hamba itu seperti bulu di udara yang tidak memiliki ikhtiar sama sekali. Keyakinan
seperti ini adalah pendustaan terhadap agama. Allah ta’ala berfirman:

  ‫َو َما تَ َش ۤا ُء ْو َن آِاَّل اَ ْن يَّ َش ۤا َء هّٰللا ُ َربُّ ْال ٰعلَ ِمي َْن‬
(٢٩ :‫)التكوير‬
Maknanya: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS at-Takwir: 29)  
Artinya, Allah menetapkan adanya kehendak pada diri hamba akan tetapi kehendak
hamba itu di bawah kehendak Allah ta’ala. Bukan kehendak hamba mengalahkan
kehendak Allah seperti yang dikatakan oleh golongan Qadariyyah. Mereka mengatakan
bahwa Allah menghendaki kebaikan untuk semua hamba, akan tetapi sebagian hamba
berbuat maksiat dan mengalahkan kehendak Allah secara paksa. Dengan keyakinan ini,
mereka telah menjadikan Allah kalah dan lemah. Keyakinan yang benar tiada lain
adalah bahwa para hamba memiliki kehendak dan ikhtiar, akan tetapi kehendak mereka
di bawah kehendak Allah. Jadi tidak ada satu pun yang mampu melakukan apa yang
tidak Allah kehendaki terjadi sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh firman Allah dalam
surat at-Takwir ayat 29 di atas.   Ayat tersebut membantah golongan Jabriyyah yang
menafikan kehendak dan ikhtiar dari para hamba sama sekali. Ayat tersebut juga
membantah golongan Qadariyyah yang mengatakan bahwa Allah menghendaki seluruh
hamba untuk menjadi Mukmin yang bertakwa, termasuk Iblis dan Fir’aun. Akan tetapi
Iblis, Fir’aun dan orang-orang kafir itu membatalkan kehendak Allah dan
mengalahkannya. Dengan keyakinan ini, mereka telah menjadikan Allah kalah. Padahal
Allah ta’ala adalah Dzat yang selalu mengalahkan tanpa terkalahkan sebagaimana
firman-Nya:
  ‫َوهّٰللا ُ َغالِبٌ َع ٰلٓى اَ ْم ِر ٖه‬
(21 :‫ )يوسف‬ 
Maknanya: “ .... dan Allah berkuasa mewujudkan kehendak-Nya.... ” (QS Yusuf: 21)   Juga
sebagaimana firman Allah yang lain:

ِ َّ‫َوالن‬
  ‫اس‬ َّ ‫س هُ ٰدىهَا َو ٰل ِك ْن َح‬
‫ق ْالقَ ْو ُل ِمنِّ ْي اَل َ ْملَـَٔ َّن َجهَنَّ َم ِم َن ْال ِجنَّ ِة‬ ٍ ‫َولَ ْو ِشْئنَا اَل ٰ تَ ْينَا ُك َّل نَ ْف‬
‫اَجْ َم ِعي َْن‬
(13 :‫ )السجدة‬ 
Maknanya: “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap
jiwa petunjuk, akan tetapi telah menjadi ketetapan-Ku: Sesungguhnya akan aku penuhi
neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama” (QS as Sajdah: 13)  
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan telah memberitakan tentang golongan
Qadariyyah ini sebelum kemunculan mereka dan memperingatkan kaum Muslimin agar
tidak mengikuti keyakinan mereka serta menjelaskan bahwa mereka bukanlah bagian
dari umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

  ُ‫صيْبٌ فِي ْاِإل ْساَل ِم ْالقَ َد ِريَّةُ َو ْالـ ُمرْ ِجَئة‬ َ ‫ص ْنفَا ِن ِم ْن ُأ َّمتِ ْي لَي‬
ِ َ‫ْس لَهُ َما ن‬ ِ
ِ ‫ب ْالقَد‬
(‫َر‬ ِ ‫ )رواه البَ ْيهَقِ ُّي في ِكتَا‬ 
Maknanya: “Ada dua golongan di antara umatku yang tidak mempunyai bagian dari
Islam sama sekali, yaitu golongan Qadariyyah dan Murji’ah” (HR al-Baihaqi dalam kitab
al-Qadar)   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:  
‫لِ ُكلِّ ُأ َّم ٍة َمج ُْوسٌ َو َمج ُْوسُ هَ ِذ ِه ْاُأل َّم ِة الَّ ِذي َْن يَقُ ْولُ ْو َن اَل قَ َد َر‬
(‫سنَنِه‬
ُ ‫ )رواه أبو داو َد في‬ 
Maknanya: “Bagi setiap ummat ada majusinya dan majusi ummat ini adalah orang-
orang yang mengatakan tidak ada takdir” (HR Abu Dawud)   Imam an-Nawawi dalam
karyanya Raudhah ath-Thalibin, bab ar-Riddah, menegaskan bahwa orang yang
mengatakan dirinya berbuat sesuatu tanpa takdir Allah maka ia telah kafir kepada
Allah.   Terakhir, kami sampaikan apa yang ditegaskan oleh Sayyidina ‘Ali radhiyallahu
‘anhu wakarrama wajhahu sebagaimana diriwayatkan Imam al-Baihaqi:  
‫صابَهُ لَ ْم‬َ ‫أن َما َأ‬ ٍّ ‫ان ِإلَى قَ ْلبِ ِه َحتَّى يَ ْستَ ْيقِ َن يَقِينًا َغي َْر َش‬
َّ ‫ك‬ ُ ‫ص ْاِإل ْي َم‬
َ ُ‫أح َد ُك ْم لَ ْن يَ ْخل‬ َّ
َ ‫إن‬
‫ ويُقِ َّر بِ ْالقَ َد ِر ُكلِّ ِه‬،ُ‫ُص ْيبَه‬
ِ ‫ُخطَئهُ َو َما َأ ْخطََأهُ لَ ْم يَ ُك ْن لِي‬
ِ ‫يَ ُك ْن لِي‬
ِ ‫ب ْالقَد‬
(‫َر‬ ِ ‫ )رواه البَ ْيهَقِ ُّي في ِكتَا‬ 
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian, iman tidak akan masuk ke hatinya (dan
bersih dari syirik), hingga ia meyakini dengan keyakinan tanpa keraguan sedikit pun
bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpanya tidak akan meleset darinya dan apa yang
tidak (ditakdirkan) menimpanya tidak akan pernah bisa menimpanya, dan menetapkan
takdir keseluruhannya.” (Diriwayatkan al-Baihaqi dalam kitab al-Qadar)  
‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga‬‬
‫‪bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.  ‬‬

‫آن ْالعَظِ ي ِْم‪َ ،‬و َن َف َعنِي َوِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِمنْ آ َي ِة َوذ ِْك ِر‬ ‫ك هللا لِي َو َل ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬
‫ار َ‬ ‫َب َ‬
‫العلِ ْي ُم‬‫ْال َح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه َوِإ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع َ‬
‫هللا لِيْ َو َل ُك ْم‪َ ،‬فاسْ َت ْغ ِفر ُْوهُ‪ِ ،‬إ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬‫‪َ.‬أقُ ْو ُل َق ْولِيْ ٰه َذا َوَأسْ َت ْغ ِف ُر َ‬
‫‪ ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫صلِّ ْي َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه ‪ ‬‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َو َكفَى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫ْك لَهُ‪َ ،‬وَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ‬ ‫َأ ْه ِل ْال َوفَا‪َ .‬أ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل إلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري َ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم‬ ‫َو َر ُس ْولُهُ‪َ  ‬أ َّما بَ ْع ُد‪ ،‬فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْس لِ ُم ْو َن‪ُ ،‬أ ْو ِ‬
‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَقَ ا َل‪:‬‬ ‫َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْس لِي ًما‪،‬‬ ‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬ ‫ُصلُّ َ‬ ‫ِإ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬
‫ٰ‬
‫ْت َعلَى َس يِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ ‫ص لَّي َ‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللّهُ َّم َ‬
‫ت‬ ‫ار ْك َ‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َو َعلَى ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَ ٰللّهُ َّم‬ ‫آل َس يِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ْال َع الَ ِمي َْن ِإنَّ َ‬
‫َعلَى َس يِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت‪ ،‬اللهم‬ ‫ت اَأْلحْ يَ ا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬ ‫وال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَ ا ِ‬‫ت ْ‬ ‫ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْس لِ َما ِ‬
‫ف ْال ُم ْختَلِفَ ةَ‬ ‫الس ي ُْو َ‬ ‫ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَ ا َء َو ْالفَحْ َش ا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َو ُّ‬
‫اص ةً َو ِم ْن ب ُْل َدا ِن‬ ‫الش َداِئ َد َو ْال ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخ َّ‬ ‫َو َّ‬
‫إن هللاَ يَ ْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ا ِن‬ ‫ك َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‪ِ  ‬عبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمةً‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫َوِإ ْيتَ ا ِء ِذي ْالقُ رْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ َش ا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪.‬‬
‫‪.‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬
‫‪ ‬‬

‫‪https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-beriman-kepada-takdir-allah-ta-ala-‬‬
‫‪Vd41u‬‬

Anda mungkin juga menyukai