Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Hari/Tanggal: Selasa, 26 Maret 2024


Kelompok: Lima (5)
Nama anggota:
1. Amalia Purnamaningsih (11231330000001)
2. Nur Muthmainnah Siddik (11231330000005)
3. M. Ghatfan Izza Carmavirendra (11231330000020)
4. Ahmad Rafi Fadhila (11231330000032)
5. Fawwaz Amora Sulthan (11231330000047)
6. Amanda Hafizhah Ariefriadi (11231330000053)
7. Salsabilla Nasywa Hilman (11231330000057)
8. Ayesha Yasmine Kalila (11231330000060)
9. Najla Fatin Wisantika (11231330000083)
10. Aisyah Az-Zahra Hippy (11231330000088)

A. Judul Praktikum
Tahan Napas

B. Tujuan Praktikum
1. Memahami pengaruh berbagai kondisi pernapasan terhadap tercapainya
breaking point pada waktu menahan napas.
2. Menentukan lama tercapainya breaking point seseorang pada waktu
menahan napas pada berbagai kondisi pernapasan.
3. Menerangkan sebab terjadinya perbedaan lama kesanggupan menahan
napas pada kondisi pernapasan yang berbeda.

C. Landasan Teori
Cortex cerebral memiliki hubungan dengan pusat pernafasan, kita sebagai
manusia dapat secara sadar menahan nafas diri. Kemampuan ini berguna untuk
melindungi saluran pernapasan dari air atau gas berbahaya. Namun,
kemampuan untuk menahan nafas ini dibatasi oleh penumpukan CO2 dan H+ di
dalam tubuh. Ketika pCO2 dan konsentrasi H+ meningkat sampai titik tertentu,
Chemoreceptor central akan menerima rangsangan dan membuat DRG (Dorsal
Respiratory Group) neurons terstimulasi kuat. DRG yang terstimulasi akan
mengirimkan impuls ke otot-otot pernapasan untuk berkontraksi.

D. Metode Praktikum
D.1 Alat dan bahan
1. Stopwatch
2. Beberapa kantung plastik (Berisi O2 murni, berisi CO2 10%)
D.2 Cara kerja
1. Percobaan ini dilakukan pada minimal 2 orang percobaan (OP).
2. OP diminta untuk menahan napas dengan cara menghentikan
pernapasan serta menutup mulut.
A. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi biasa.
B. Percobaan ini dilakukan pada akhir ekspirasi biasa.
C. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi tunggal yang kuat.
D. Percobaan ini dilakukan pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat.
E. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi tunggal yang kuat
setelah OP bernapas dalam dan cepat selama 20 detik.
F. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari
kantung plastik yang berisi O2.
G. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi tunggal yang kuat
setelah OP bernapas dalam dan cepat selama 20 detik dengan 3
kali pernapasan yang terakhir dari kantung plastik yang berisi O2.
H. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari
kantung plastik yang berisi CO2 10%.
I. Percobaan ini dilakukan pada akhir inspirasi tunggal yang kuat
segera setelah OP berlari ditempat selama 2 menit.
3. Lamanya dapat menahan napas pada berbagai kondisi pernapasan di
atas oleh OP dicatat (dalam detik).
4. Sebab-sebab terjadinya perubahan lama menahan napas pada
percobaan butir 2.a. sampai 2.i. dijelaskan.

E. Hasil

Percobaan Laki-laki Perempuan

A. Percobaan ini dilakukan pada akhir 39,52 detik 44,84 detik


inspirasi biasa.

B. Percobaan ini dilakukan pada akhir 36,70 detik 40,80 detik


ekspirasi biasa.

C. Percobaan ini dilakukan pada akhir 69,76 detik 68,50 detik


inspirasi tunggal yang kuat.

D. Percobaan ini dilakukan pada akhir 54,02 detik 56,50 detik


ekspirasi tunggal yang kuat.
E. Percobaan ini dilakukan pada akhir 105,25 113,59 detik
inspirasi tunggal yang kuat setelah OP detik
bernapas dalam dan cepat selama 20
detik.

F. Percobaan ini dilakukan pada akhir 92,36 detik 140,93 detik


inspirasi tunggal yang kuat dari kantung
plastik yang berisi O2.

G. Percobaan ini dilakukan pada akhir 121,64 140,93 detik


inspirasi tunggal yang kuat setelah OP detik
bernapas dalam dan cepat selama 20 detik
dengan 3 kali pernapasan yang terakhir
dari kantung plastik yang berisi O2.

H. Percobaan ini dilakukan pada akhir 61,41 detik 99,80 detik


inspirasi tunggal yang kuat dari kantung
plastik yang berisi CO2 10%.

I. Percobaan ini dilakukan pada akhir 21,59 detik 20,90 detik


inspirasi tunggal yang kuat segera setelah
OP berlari ditempat selama 30 detik.

F. Pembahasan
A, B, C, dan D
Lama waktu tahan napas proses inspirasi akan lebih lama dibandingkan proses
ekspirasi karena inspirasi akan lebih banyak menghasilkan cadangan O2 di
paru-paru. Oleh karena itu, hasil lama waktu tahan napas sebagai berikut:
A<C = Lama waktu tahan napas inspirasi kuat lebih lama daripada inspirasi
biasa.
B<D = Lama waktu tahan napas ekspirasi kuat lebih lama daripada ekspirasi
biasa.

E, F, G, H, dan I
Dengan hiperventilasi secara sengaja, pCO2 yang berada di dalam tubuh lebih
menurun daripada normal. Ini dapat menyebabkan OP menahan nafas lebih
lama. Kantung udara yang dihirup (O2 atau CO2) juga dapat mempengaruhi
tekanan parsial gas dalam tubuh, sehingga berefek kepada lama waktu tahan
nafas OP. Oleh karena itu, hasil lama waktu tahan nafas sebagai berikut:
C<E = Lama waktu tahan nafas inspirasi kuat setelah hiperventilasi lebih lama
daripada saat inspirasi kuat biasa karena saat hiperventilasi, kadar pCO2 lebih
menurun daripada biasa sehingga chemoreceptor central terangsang lebih
lambat.
H<C = Lama waktu tahan nafas inspirasi kuat lebih lama daripada inspirasi
dengan 10% CO2 karena dengan menghirup CO2, tekanan parsial CO2 di dalam
tubuh meningkat.
I<C = Lama waktu tahan nafas inspirasi dengan kuat lebih lama daripada lama
waktu tahan nafas setelah berlari di tempat selama 30 detik karena setelah OP
beraktifitas, jumlah O2 yang diubah menjadi CO2 dan asam laktat lebih banyak
daripada saat OP rileks.
F<G = Seharusnya percobaan G lebih bisa membuat OP menahan nafas lebih
lama daripada percobaan F karena dengan gabungan hiperventilasi (pCO2
menurun lebih) dan juga dengan inspirasi kuat dengan O2 di akhir lebih baik
daripada hanya inspirasi dengan O2 saja. Hasil yang didapatkan tidak sesuai
teori.

Kemungkinan kesalahan saat percobaan F dan G adalah OP tidak mendapat


cukup istirahat setelah beberapa percobaan sebelumnya. Hal ini menyebabkan
tubuh OP masih memiliki pCO2 lebih, sehingga DRG dari tubuh OP memberi
impuls kepada otot inspirasi untuk berkontraksi lebih cepat daripada seharusnya.
Kemungkinan kesalahan kedua adalah para OP tidak fokus dalam melakukan
tugasnya (tertawa, menulis, dan hal lain) sehingga tubuhnya menggunakan
energi berlebih yang seharusnya tidak diperlukan.

Side note untuk percobaan I,


Ketika aktivitas fisik -> terjadi peningkatan metabolisme -> konsentrasi asam dan
tekanan parsial CO2 meningkat -> hal ini dideteksi oleh kemoreseptor sentral ->
kontraksi otot respirasi meningkat.

G. Kesimpulan
Hasil dari percobaan ini berbeda tergantung beberapa faktor yang digunakan.
Faktor-faktor tersebut antara lain, hiperventilasi atau tidak, beraktivitas fisik atau
tidak, dan menghirup kantong berisi gas O2/CO2 atau tidak. Sebagian besar dari
hasil percobaan ini sesuai teori, namun ada juga sedikit yang hasilnya tidak
sesuai teori.

H. Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan breaking point?
Kondisi di mana tubuh secara involunter tidak bisa menahan napas
kembali karena chemoreceptor yang mendeteksi kadar CO2 yang berlebih
di tubuh.
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking point? Tingginya
kadar pCO2 di dalam tubuh, dan juga tingginya konsentrasi asam di
dalam tubuh.

3. Bagaimana perubahan pO dan pCO dalam udara alveolus dan darah


pada waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi?
Ketika otot bekerja dengan lebih keras (seperti saat olahraga), oksigen
yang berada di dalam darah akan lebih cepat digunakan untuk pembuatan
energi. Selain itu, hasil dari metabolisme sel adalah asam laktat yang
bersifat asam dan juga CO2. Rendahnya pO2, tingginya H+, dan pCO2
akan menstimulasi DRG dengan kuat sehingga tubuh akhirnya bernafas
dengan lebih cepat/hyperventilate.

Pada saat OP hiperventilasi dengan sengaja, kadar pCO2 akan turun


daripada yang seharusnya (<40 mmHg). Namun, ini membuat DRG tidak
terstimulasi dan pernafasan akan kembali normal. Rendahnya pCO2
dalam tubuh OP dapat membuat OP tahan nafas lebih lama.

I. Daftar Pustaka
Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy & Physiology. 16th edition.
Wiley; 2021.

J. Lampiran

(Kantong udara O2 dan CO2 yang digunakan)


(Menghirup kantung udara berisi O2)

(Menahan nafas)

(Lari di tempat selama 30 detik)


A. Judul Praktikum
Sesak Napas

B. Tujuan Praktikum
1. Mengenal sensasi dan penyebab sesak napas.
2. Menjelaskan sensasi sesak napas.
3. Menjelaskan salah satu penyebab dan mekanisme terjadinya sesak
napas.

C. Landasan Teori
Landasan teori dari sesak nafas itu karena ada hambatan, sehingga oksigen
yang masuk lebih sedikit dan karbondioksida yang keluar lebih sedikit juga,
pCO2 tinggi di dalam tubuh, sehingga chemokine central mendeteksi tingginya
pCO2, DRG terstimulasi, lalu membuat OP bernafas lebih cepat/hyperventilate
untuk memenuhi kebutuhan O2
D. Metode Praktikum
D.1 Alat dan bahan
1. Stopwatch
2. Karet penutup hidung (noise piece) berlubang dengan 3 ukuran diameter
lubang (3 mm, 4 mm, 5 mm)
D.2 Cara kerja
1. Percobaan ini dilakukan pada minimal 2 orang percobaan yang tidak
memiliki kontraindikasi.
2. Karet penutup hidung (nose piece) ukuran 5 mm dipasang pada salah
satu lubang hidung OP, dan lubang hidung yang lain ditutup (dengan jari
telunjuk OP) sehingga udara harus mengalir melalui hidung dengan nose
piece.
3. OP diminta untuk terus bernapas sampai napas terasa menjadi sangat
sesak dan tidak sanggup lagi bernapas menggunakan karet penutup
hidung tersebut. Bila OP masih dapat bertahan sampai 5 menit,
percobaan dihentikan.
4. Lama waktu OP dapat bernapas melalui karet penutup hidung dicatat
dalam detik.
5. Langkah 2 sampai dengan 4 diulangi dengan menggunakan karet penutup
hidung ukuran 4 mm dan 3 mm. Istirahat 5 menit diberikan antara 2
percobaan.

E. Hasil
Nama Alat Perempuan Laki-laki
Nose Piece 5mm 313 detik 310 detik
Nose Piece 4mm 303 detik 307 detik
Nose Piece 3mm 287 detik 236 detik

F. Pembahasan
setelah 2 OP yang ditentukan melakukan tata kerja praktikum dengan sesuai. didapati
bahwa kedua OP mengalami hal yang sama.

1. penutup hidung 5 mm
kedua OP memasang penutup hidung yang berukuran 5 mm sehingga udara yang
masuk ke dalam tubuh melalui hidung akan lebih sedikit daripada kondisi normal (tanpa
penutup hidung) hasilnya kedua OP masih dapat bertahan dalam kondisi tersebut lebih
dari 5 menit walaupun terasa sedikit sulit.
2. penutup hidung 4 mm
setelah istirahat selama 5 menit, kedua OP melanjutkan ke langkah berikutnya yang
mana menggantikan penutup hidung menjadi diameter 4 mm. hasilnya kedua OP masih
sanggup bertahan selama 5 menit dalam keadaan tersebut.
3. penutup hidung 3 mm
pada penutup hidung 3 mm, OP tidak dapat mencapai 5 menit seperti waktu
sebelumnya. OP laki-laki mendapatkan hasil 236 detik ( 3 menit 56 detik), sedangkan
OP perempuan mendapatkan hasil 287 detik (3 menit 57 detik). pada kondisi ini udara
yang masuk sangatlah sedikit sehingga kedua OP tidak dapat bertahan terlalu lama.
G. Kesimpulan
sensasi sesak napas PO2 dan PCO2 berubah. semakin kecil diameter maka
resistensinya akan meningkat dan aliran udara menurun sehingga kadar oksigen
juga akan menurun. resistensi berbanding terbalik dengan aliran udara.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Apa saja kontraindikasi untuk melakukan percobaan ini?
kotradikasi adalah suatu kondisi spesifik yang membuat suatu prosedur
tidak disarankan atau tidak dilakukan. pada percobaan kali ini,
kontradikasi adalah PPOK (penyakit paru obstruksi kronik) yaitu, Bronkitis
akut, emfisema, bronkietaksis, dan asma. penyakit-penyakit tersebut
terjadi karena aliran udara berkurang karena peningkatan resistentsi
saluran napasnya.
● Asma : kondisi peradangan, sering dikaitkan dengan alergi, yang
ditandai dengan bronkokonstriksi dan edema jalan napas. Asma
dapat dipicu oleh olahraga (asma yang diinduksi dengan olahraga)
atau oleh perubahan suhu yang cepat atau kelembaban udara
inspirasi. (silverthorn. 5th ed)
● Emfisema : destruksi dinding alveolus mengembang berlebihan.
(Robbins 9th ed)
● Bronkitis : Radang jalan napas
2. Bagaimana mekanisme timbulnya sensasi sesak napas pada percobaan
ini?
sesak napas merupakan interaksi berbagai sinyal yang berasal dari
sejumlah reseptor di saluran napas atas, paru, dan kemoreseptor yang
dikirim ke pusat pernapasan di batang otak dan korteks motorik.
respon ventilasi terhadap perubahan PCO2 arteri :
-meningkatnya PCO2 arteri -> merangsang pusat pernapasan ->
meningkatnya ventilasi-> menurunnya PCO2
-menurunnya PCO2 arteri ->mengurangi dorongan pernapasan->
menurunnya ventilasi sampai PCO2 normal
3. Mengapa terjadi perbedaan kecepatan timbulnya sensasi sesak napas
pada pernapasan melalui karet penutup hidung tersebut?
semakin kecil ukuran karet penutup hidung maka udara yang masuk akan
semakin sedikit akibatnya ventilasi semakin meningkat

I. Daftar Pustaka
1. Dee Unglaub Silverthorn. Human Physiology. Benjamin Cummings; 2010.
2. Abbas AK, Aster JC, Vinay Kumar, Robbins SL. Robbins basic pathology.
Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier; 2013.
J. Lampiran
(Percobaan sesak
nafas dengan
timer)
(Macam-macam dari ukuran nosepiece yang digunakan OP)

Anda mungkin juga menyukai