Anda di halaman 1dari 11

BLOK SISTEM PERNAFASAN

Laporan Praktikum Fisiologi


TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN DAN PERNAPASAN
PADA ORANG

Kelompok : A-15
Ketua : Iqbal Musyaffa 1102015100
Sekretaris : Andina Dewanty 1102013026
Anggota : Farizal Arief 1102014095
Abiyyu Ghiyats Mahardika 1102015002
Angga Rizki Oktavian 1102015022
Anggriani Rahayu 1102015025
Bagas Anindito 1102015044
Farah Atsilla 1102015072
Iqbal Musyaffa 1102015100
Kendra Nugraha 1102015112

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
DASAR TEORI

Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi saling berkaitan:


respirasi internal dan eksternal.
Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh kejadian dalam pertukaran 02 dan
CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi eksternal mencakup
empat langkah:
1. udara seara bergantian dimasukka ke dan dikeluarkan dari paru sehingga
udara dapat dipertukarkan antara atmosfer(ligkungan ekternal) dan antung
udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilakukan oleh mekanis bernapas
atau ventilasi.
2. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di
dalam kapiler paru melalui proses difusi.
3. Darah mengangkut 02 dan CO2 antara paru dan jaringan.
4. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darhah melalui proses
difusi menebus kapiler sistemik.

Volume Paru-Paru dewasa


Pada orang dewasa sehat, udara maksimal yang dapat ditampung paru adalah
sekitar 5,7 liter pada pria dan 4,2 liter pada wanita. Dalam keadaan normal, ketika
bernapas tenang volume paru jauh dari volume inspirasi atau ekspirasi maksimal.
Pada akhir ekspirasi tenang normal paru masih mengandung sekitar 2200 ml udara.
Selama bernapas biasa pada keadaan istirahat sekitar 500 ml udara masuk dan keluar
paru sehingga selama bernapas tenang volume paru bervariasi antara 2200 ml pada
akhir ekspirasi sampai 2700 ml pada akhir inspirasi. Selama ekspirasi
maksimal,volume paru dapat turun menjadi 1200 pada pria dan dan 1000ml pada
wanita. Tetapi paru tidak pernah mengempis secara total karena saluran napas kecil
kolaps ketika ekspirasi paksa pada volume paru yang rendah,menghambat
pengeluaran udara lanjut.

Kapasitas paru
Volume alun napas, volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali
bernapas. Nilai rerata pada kondisi istirahat 500ml. Volume cadangan
inspirasi(IRV), volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas
volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma,otot
intercostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan, Nilai rerata 3000ml. Kapasitas
inspirasi (IC), Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi
tenang normal (IC= IRV+TV). Nilai rerata 3500 ml.
Volume cadangan ekspirasi, volume udara tambahan yang dapat secara aktif
dikeluarkan dengan mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi
udara yang secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volume alun napas
instirahat. Nilai rerata= 1000ml.
Volume residual (RV) volume udara minimal yang tertinggal di dalam paru
setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata=1200ml. Volume ini tidak dapat diukur oleh
spirometer karena udara ini tidak keluar dan masuk paru. Namun melewati
pengenceran gas misalnya helium. Kapasitas residual fungsional (FRC), volume
udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (FRC= ERV+RV) nilai rerata
2200ml.
Kapasitas Vital (VC), volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu
kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Nilai rerata= 4500ml. Kapasitas paru total
(TLC), volme udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru (TLC= VC + RV).
Nilai rerata= 5700 ml
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV), volume udara yang dapat
dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan VC, FEV ada;aj
sekitar 80% dari volume VC.
Berbagai perubahan pada volume paru mencerminkan satu factor dalam
menentukan ventilasi paru atau ventilasi semenit, yaitu volume udara yang dihirup
dan dihembuskan dalam satu menit. Faktor lain yang penting adalah kecepatam
napas, dengan nilai rerata 12 kali per menit.
Ventilasi paru = volume alun napas x kecepatan pernapasan.
TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN

TUJUAN

1. Menetapkan tercapainya breaking point sesorang pada waktu menahan napas pada
berbagai kondisi pernapasan.
2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan napas pada kondisi pernapasan yang
berbeda-beda.
3. Mengukur tekanan pernapasan dengan manometer air raksa dan manometer air.

Alat yang diperlukan


1. Stopwatch/ arloji
2. Beberapa kantong plastik: - yang kosong
- yang berisi O2
- yang berisi CO2 10%
3. Sfigmomanometer + stetoskop
4. Alat analisis gas Fyrite: untuk CO2
5. Manometer air raksa + Botol perangkap
6. Manometer air

Tata Kerja
1. Tahan Napas

Tetapkanlah lamanya o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan
pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga tercapai breaking point
pada berbagai kondisi pernapasan seperti tercantum dalam daftar di bawah ini (berilah
istirahat 5 menit anatara 2 percobaan).
1. Pada akhir inspirasi biasa.
P-IV.1.1 Apa yang dimaksud dengan breaking point ?
Jawab : Breaking point adalah kemampuan seseorang untuk menahan napas
sampai ia tidak kuat lagi untuk menahannya
P-IV.1.2 Faktor-faktor apa yang menyebabkan breaking point ?
Jawab : Menurunnya tekanan oksigen <60 mmHg dan peningkatan karbondioksida
2. Pada akhir ekspirasi biasa.
3. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat.
4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat.
5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p. bernapas dalam dan cepat selama
1 menit.
6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik berisi O2.
7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan
3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastik berisi O2.
8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastik berisi CO2 10%.
9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari di tempat selama 2
menit.
10. Setelah breaking point pada percobaan no. 9 tercapai, biarkanlah o.p. bernapas lagi
selama 40 detik, kemudian tentukan berkali-kali lama menahan napas sesudah
inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama 40 detik sampai o.p.
bernapas lagi dengan tenang sebelum berlari.
P-IV.1.3 bagaimana perubahan pO2 dan pCO2 dalam udara alveoli dan darah pada
waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi ?
Jawab : Pada keadaan normal pO2 dalam keadaan tinggi dan pCO2 dalam keadaan
rendah. Saat terjadi kerja otot dan menyebabkan pO2 tetap tetapi pCO2 meningkat
karena terjadi pembentukan CO2 lebih banyak pada proses pembentukan ATP oleh
sel. Sebagai kompensasi dari kurangnya O2 dalam tubuh, maka tubuh mengalami
hiperventilasi untuk meningkatkan PO2 menyeimbangkan PCO2
HASIL PRAKTIKUM
Nama O.P. : Kendra Nugraha
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun

Keadaan Lama Tahan Nafas

Akhir inspirasi biasa 60 detik

Akhir ekspirasi biasa 61 detik

Akhir inspirasi tunggal kuat 72 detik

Akhir ekspirasi tunggal kuat 57 detik

Akhir inspirasi tunggal cepat dalam 1 menit 98 detik

Akhir inspirasi tunggal kuat dari kantong O2 -

Akhir inspirasi tunggal pasca nafas dalam cepat -


selama 3 menit dengan pernafasan yang
terakhir dari kantong O2

Akhir inspirasi kuat dari kantong CO2 10% 54 detik

Akhir inspirasi tunggal kuat pasca lari di tempat 22 detik


2 menit

Inspirasi setelah berlari sampai kembali normal 22 detik

Analisa Data:
Lama tahan nafas (breaking point) pada akhir inspirasi biasa lebih panjang
dibandingkan dengan pada akhir ekspirasi biasa. Hal tersebut dikarenakan cadangan
O2 paru pasca inspirasi lebih besar dibandingkan dengan pasca ekspirasi. Walaupun
demikian, pada akhir inspirasi tunggal kuat lama tahan nafas menjadi jauh lebih
panjang. Hal tersebut dikarenakan pada saat inspirasi tunggal kuat kapasitas paru
menjadi maksimal. Sehingga, cadangan O2 paru menjadi jauh lebih besar. Akibatnya,
breaking point menjadi lebih lama. Sebaliknya, pada akhir ekspirasi tunggal kuat,
yang terjadi adalah pengosongan paru secara maksimal. Sehingga, cadangan O2 paru
pun jauh lebih sedikit. Akibatnya, breaking point menjadi sangat sebentar.
Akhir inspirasi tunggal kuat pasca lari di tempat 2 menit memiliki breaking
point terpendek. Aktivitas fisik membuat kita memerlukan energi yang besar. Cara
mendapatkan energi adalah dengan melakukan metabolisme, dimana salah satu bahan
bakunya adalah O2. Hasil sampingan dari proses metebolisme itu sendiri adalah CO2.
Sehingga pada akhir inspirasi tunggal kuat pasca lari di tempat selama 2 menit, di
dalam paru telah terjadi penumpukan CO2. Akibatnya terjadi pemendekan breaking
point pada akhir inspirasi tunggal. Namun, yang terjadi pada hasil kelompok kami
tidak sesuai karena disebabkan oleh faktor lain seperti kelengahan dalam melihat
lamanya waktu tahan napas.

Kesimpulan:
Breaking Point (waktu seseorang untuk menahan napas) ditentukan oleh
peningkatan CO2 dan penurunan O2. Waktu breaking point dapat diperpanjang dengan
cara inspirasi sebelum menahan napas atau hiperventilasi selama 1 menit. Namun pada
hiperventilasi kerja otot waktu napas akan justru mengurangi breaking point.

Kendala:
Pada akhir inspirasi tunggal kuat dari kantong O2 dan akhir inspirasi tunggal pasca
nafas dalam cepat selama 3 menit dengan pernafasan yang terakhir dari kantong O2
tidak dapat kelompok kami lakukan dikarenakan oksigen dalam ruang praktikum habis.

2. Tekanan Pernapasan

A. Pengukuran tekanan pernapasan normal


1. Suruh o.p. bernapas biasa selama 1-2 menit.
2. Dengan tetap bernapas melalui hidung, hubungkanlah pipa kaca manometer air
dengan mulut o.p. sehingga permukaan air dalam manometer naik turun
mengikuti ekspirasi dan inspirasi.
3. Catatlah besar tekanan inspirasi dan ekspirasi normal o.p.

Tekanan Pernapasan Maksimal


1. Hubungkanlah pipa kaca manometer air raksa dengan mulut o.p. melalui botol
perangkap.
2. Suruhlah o.p. melakukan inspirasi dan ekspirasi sekuat-kuatnya beberapa kali
sambil menutung hidung. Permukaan air raksa dalam manometer akan naik dan
turun mengikuti inspirasi dan ekspirasi. Catatlah besar tekanan inspirasi dan
ekspirasi maksimal o.p.
P-IV.1.4 Apakah fungsi botol perangkap pada percobaan ini ?
Jawab : Untuk mencegah masuknya air raksa kedalam mulut o.p.

HASIL PRAKTIKUM

a. Tabel Data
O.P : Abiyyu Ghiyats
Usia : 19 tahun

NAIK TURUN RATA RATA

Inspirasi 70 mmH2O 80 mmH2O 75 mmH2O

Ekspirasi 55 mmH2O 45 mmH2O 50 mmH2O


b. Analisis Data
Inspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
=( 70 + 80):2
= 75 mmH2O

Ekspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
= (55+ 45):2
= 50 mmH2O

Pengukuran Tekanan Pernafasan Maksimal


a. Tabel Data

Naik Turun Rata-rata


Inspirasi 2,0 mmHg 2,5 mmHg 2,25 mmHg
Ekspirasi 1,0 mmHg 2,0 mmHg 1,5 mmHg

b. Analisa Data
Inspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
= (2,0 + 2,5) : 2
= 2,25 mmHg
Ekspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
= (1,0+2,0) : 2
= 1,5 mmHg
c. Kesimpulan:
Pada percobaan A, tekanan pernafasan normal lebih tinggi pada saat inspirasi
dibandingkan dengan ekspirasi karena pada saat inspirasi dibantu dengan otot
pernafasan yaitu otot diafragma sedangkan pada saat ekspirasi tidak, Dan pada
percobaan B, tekanan pernafasan maksimal lebih pada saat inspirasi
dibandingkan dengan ekspirasi karena pada saat inspirasi maksimal otot-otot
yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan ekspirasi maksimal.
3. PERNAPASAN PADA ORANG

TUJUAN

Dalam latihan ini akan dipelajari:


1. Kapasitas vital fungsional
2. Kapasitas vital
3. Kapasitas residu fungsional
4. Kurva flow volume

Alat yang diperlukan:

Autospirometer AS 500 lengkap dengan peralatannya yang terdiri dari Autospirometer


AS 500, Mouth piece, trancuder.

Tata Kerja:

Mula-mula dicatat data mengenai o.p yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan yang
kemudian dimasukan ke dalam alat. Setelah alat-alat siap dihubungkan dengan listrik.

1. Pemeriksaan Kapasitas Vital Fungsional


Tekanan FVC, setelah itu tekan start/stop, lalu dilihat pesan yang tertulis di LCD
dan dikerjakan:
- Ekspirasi pelan-pelan
- Inspirasi maksimal
- Ekspirasi paksa
- Bernapas biasa
2. Pemeriksaan Kapasitas Vital
Tekan VC/MVV, kemudian tekan start/stop lalu baca pesan yang tertulis di LCD.
Kemudian dilihat hasilnya di LCD.
3. Pemeriksaan Kapasitas Residu Fungsional
Seperti di atas, tetapi dilakukan pernapasan tenang selama 3 akli, kemudian
ekspirasi komplit, bila tidak stabil tidak terdapat pesan di LCD, tetapi bila stabil
terdapat pesan dan dilakukan pernapasan dangkal, ekspirasi komplit kemudian
inspirasi penuh, dan lihat hasilnya di LCD.
4. Pemeriksaan Kapasitas Pernapasan Maksimal
Tekan VC/MVV lalu tekan start/stop, perhatikan pesan pada LCD, bernapas biasa
dan cepat salam 12 detik.
5. Pemeriksaan Kurve Flow Volume
Tekan FVC, lalu tekan start/stop, dan lihat pesan di LCD yaitu napas semaksimal
mungkin di luat alat kemudian ekspirasi secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya
ke dalam mouth piece yang dihubungkan dengan transducer. Dan setelah itu
dilihat hasilnya bila perlu direkam.
HASIL PRAKTIKUM
Nama o.p : Fathir
Umur : 20 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 57 kg
Hasil :

1. Pemeriksaan Kapasitas Vital Fungsional


Prediction Actual %
VC 4,55 1,03 23
TV 0,50
IRV 0,29
ERV 0,24
IC 0,79

2. Pemeriksaan Kapasitas Vital


Prediction Actual %
VC 4,55 1,03 23
TV 0,50
IRV 0,29
ERV 0,24
IC 0,79

3. Pemeriksaan Kapasitas Residu Fungsional


Prediction Actual %
VC 4,55 1,39 31
TV

Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan spirometri:


1. Operator harus ahli
2. Alat terkalibrasi
3. Op harus mengikuti instruksi yang di berikan
4. Minimal percobaan 3 kali
DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Respiratory. 2015. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Yarsi.
Sherwood, Lee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2, ab. Pendit Brahm U.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai