Kelompok : A-15
Ketua : Iqbal Musyaffa 1102015100
Sekretaris : Andina Dewanty 1102013026
Anggota : Farizal Arief 1102014095
Abiyyu Ghiyats Mahardika 1102015002
Angga Rizki Oktavian 1102015022
Anggriani Rahayu 1102015025
Bagas Anindito 1102015044
Farah Atsilla 1102015072
Iqbal Musyaffa 1102015100
Kendra Nugraha 1102015112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
DASAR TEORI
Kapasitas paru
Volume alun napas, volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali
bernapas. Nilai rerata pada kondisi istirahat 500ml. Volume cadangan
inspirasi(IRV), volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas
volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma,otot
intercostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan, Nilai rerata 3000ml. Kapasitas
inspirasi (IC), Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi
tenang normal (IC= IRV+TV). Nilai rerata 3500 ml.
Volume cadangan ekspirasi, volume udara tambahan yang dapat secara aktif
dikeluarkan dengan mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi
udara yang secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volume alun napas
instirahat. Nilai rerata= 1000ml.
Volume residual (RV) volume udara minimal yang tertinggal di dalam paru
setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata=1200ml. Volume ini tidak dapat diukur oleh
spirometer karena udara ini tidak keluar dan masuk paru. Namun melewati
pengenceran gas misalnya helium. Kapasitas residual fungsional (FRC), volume
udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (FRC= ERV+RV) nilai rerata
2200ml.
Kapasitas Vital (VC), volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu
kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Nilai rerata= 4500ml. Kapasitas paru total
(TLC), volme udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru (TLC= VC + RV).
Nilai rerata= 5700 ml
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV), volume udara yang dapat
dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan VC, FEV ada;aj
sekitar 80% dari volume VC.
Berbagai perubahan pada volume paru mencerminkan satu factor dalam
menentukan ventilasi paru atau ventilasi semenit, yaitu volume udara yang dihirup
dan dihembuskan dalam satu menit. Faktor lain yang penting adalah kecepatam
napas, dengan nilai rerata 12 kali per menit.
Ventilasi paru = volume alun napas x kecepatan pernapasan.
TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN
TUJUAN
1. Menetapkan tercapainya breaking point sesorang pada waktu menahan napas pada
berbagai kondisi pernapasan.
2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan napas pada kondisi pernapasan yang
berbeda-beda.
3. Mengukur tekanan pernapasan dengan manometer air raksa dan manometer air.
Tata Kerja
1. Tahan Napas
Tetapkanlah lamanya o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan
pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga tercapai breaking point
pada berbagai kondisi pernapasan seperti tercantum dalam daftar di bawah ini (berilah
istirahat 5 menit anatara 2 percobaan).
1. Pada akhir inspirasi biasa.
P-IV.1.1 Apa yang dimaksud dengan breaking point ?
Jawab : Breaking point adalah kemampuan seseorang untuk menahan napas
sampai ia tidak kuat lagi untuk menahannya
P-IV.1.2 Faktor-faktor apa yang menyebabkan breaking point ?
Jawab : Menurunnya tekanan oksigen <60 mmHg dan peningkatan karbondioksida
2. Pada akhir ekspirasi biasa.
3. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat.
4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat.
5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p. bernapas dalam dan cepat selama
1 menit.
6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik berisi O2.
7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan
3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastik berisi O2.
8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastik berisi CO2 10%.
9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari di tempat selama 2
menit.
10. Setelah breaking point pada percobaan no. 9 tercapai, biarkanlah o.p. bernapas lagi
selama 40 detik, kemudian tentukan berkali-kali lama menahan napas sesudah
inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama 40 detik sampai o.p.
bernapas lagi dengan tenang sebelum berlari.
P-IV.1.3 bagaimana perubahan pO2 dan pCO2 dalam udara alveoli dan darah pada
waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi ?
Jawab : Pada keadaan normal pO2 dalam keadaan tinggi dan pCO2 dalam keadaan
rendah. Saat terjadi kerja otot dan menyebabkan pO2 tetap tetapi pCO2 meningkat
karena terjadi pembentukan CO2 lebih banyak pada proses pembentukan ATP oleh
sel. Sebagai kompensasi dari kurangnya O2 dalam tubuh, maka tubuh mengalami
hiperventilasi untuk meningkatkan PO2 menyeimbangkan PCO2
HASIL PRAKTIKUM
Nama O.P. : Kendra Nugraha
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Analisa Data:
Lama tahan nafas (breaking point) pada akhir inspirasi biasa lebih panjang
dibandingkan dengan pada akhir ekspirasi biasa. Hal tersebut dikarenakan cadangan
O2 paru pasca inspirasi lebih besar dibandingkan dengan pasca ekspirasi. Walaupun
demikian, pada akhir inspirasi tunggal kuat lama tahan nafas menjadi jauh lebih
panjang. Hal tersebut dikarenakan pada saat inspirasi tunggal kuat kapasitas paru
menjadi maksimal. Sehingga, cadangan O2 paru menjadi jauh lebih besar. Akibatnya,
breaking point menjadi lebih lama. Sebaliknya, pada akhir ekspirasi tunggal kuat,
yang terjadi adalah pengosongan paru secara maksimal. Sehingga, cadangan O2 paru
pun jauh lebih sedikit. Akibatnya, breaking point menjadi sangat sebentar.
Akhir inspirasi tunggal kuat pasca lari di tempat 2 menit memiliki breaking
point terpendek. Aktivitas fisik membuat kita memerlukan energi yang besar. Cara
mendapatkan energi adalah dengan melakukan metabolisme, dimana salah satu bahan
bakunya adalah O2. Hasil sampingan dari proses metebolisme itu sendiri adalah CO2.
Sehingga pada akhir inspirasi tunggal kuat pasca lari di tempat selama 2 menit, di
dalam paru telah terjadi penumpukan CO2. Akibatnya terjadi pemendekan breaking
point pada akhir inspirasi tunggal. Namun, yang terjadi pada hasil kelompok kami
tidak sesuai karena disebabkan oleh faktor lain seperti kelengahan dalam melihat
lamanya waktu tahan napas.
Kesimpulan:
Breaking Point (waktu seseorang untuk menahan napas) ditentukan oleh
peningkatan CO2 dan penurunan O2. Waktu breaking point dapat diperpanjang dengan
cara inspirasi sebelum menahan napas atau hiperventilasi selama 1 menit. Namun pada
hiperventilasi kerja otot waktu napas akan justru mengurangi breaking point.
Kendala:
Pada akhir inspirasi tunggal kuat dari kantong O2 dan akhir inspirasi tunggal pasca
nafas dalam cepat selama 3 menit dengan pernafasan yang terakhir dari kantong O2
tidak dapat kelompok kami lakukan dikarenakan oksigen dalam ruang praktikum habis.
2. Tekanan Pernapasan
HASIL PRAKTIKUM
a. Tabel Data
O.P : Abiyyu Ghiyats
Usia : 19 tahun
Ekspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
= (55+ 45):2
= 50 mmH2O
b. Analisa Data
Inspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
= (2,0 + 2,5) : 2
= 2,25 mmHg
Ekspirasi
Tekanan pernafasan = (Tekanan awal + Tekanan akhir) : 2
= (1,0+2,0) : 2
= 1,5 mmHg
c. Kesimpulan:
Pada percobaan A, tekanan pernafasan normal lebih tinggi pada saat inspirasi
dibandingkan dengan ekspirasi karena pada saat inspirasi dibantu dengan otot
pernafasan yaitu otot diafragma sedangkan pada saat ekspirasi tidak, Dan pada
percobaan B, tekanan pernafasan maksimal lebih pada saat inspirasi
dibandingkan dengan ekspirasi karena pada saat inspirasi maksimal otot-otot
yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan ekspirasi maksimal.
3. PERNAPASAN PADA ORANG
TUJUAN
Tata Kerja:
Mula-mula dicatat data mengenai o.p yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan yang
kemudian dimasukan ke dalam alat. Setelah alat-alat siap dihubungkan dengan listrik.