Anda di halaman 1dari 13

REHABILITASI MUSIBAH

Disusun Oleh :

Sri Pratiwi HNIM 17.0603.0066


Dwi Setyaningsih NIM 17.0603.0077
Hana Setiawati NIM 17.0603.0092
A. PENDAHULUAN

 manusia sekarang ini telah lebih jauh menyederhanakan makna dan “falsafah”
atas pengertian “musibah”. Manusia tidak lagi berpengertian bahwa, sebenarnya,
musibah tidak sesederhana “segala bencana yang di luar kehendak manusia”.
Akibatnya, sepertinya ada dua pilihan bagi kita : menerima sepenuhnya sebagai
sebuah kecelakaan alam murni, atau mengkaitkannya dengan kehendak Sang
Kuasa. Pilihan pertama sudah jelas, ia lebih banyak di-“imani” masyarakat Barat.
Pilihan kedua adalah pilihan yang hingga kini masih dipegang umat Islam. Hanya
saja, pilihan kedua ini masih berupa pemahaman yang global dan masih banyak
umat Islam yang belum dapat memahami bagaimana menyikapi makna musibah
ini.
Kami akan memaparkan beberapa pembahasan
mengenai rehabilitasi musibah, yaitu :
1.Pengertian musibah
2.Faktor yang mempengaruhi terjadinya musibah.
3.Bentuk musibah
4.Cara menyikapi kedatangan musibah.
5.Cara Menghadapi Musibah
Pengertian Musibah
Secara etimologis musibah berarti kejadian
(peristiwa) yang menyedihkan yang menimpa,
malapetaka, atau bencana (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,2006).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
musibah.

1. Perbuatan ceroboh
2. Kemunafikan
3. Takdir atau izin Allah
1. Perbuatan ceroboh
 Kecerobohan struktural sistematis menyebabkan Allah menurunkan musibah
kepada suatu kaum.
 Contohnya korupsi dalam proyek pembangunan gedung sekolah
 Karena kualitasnya tidak baik, maka baru berumur lima tahun atau bahkan kurang
dari itu telah terjadi kerusakan di sana-sini, seperti keramik lantai dasar gempil
karena isian semen kurang, dan kerusakan-kerusakan interior lainnya. Meskipun
demikian, tidak ada yang protes karena semua sektor (Pemborong,pengawas,
perencana bangunan,pekerja) telah menyadari akibat kerusakan proyek itu. Malah
bisa-bisa senang karena segera ada rehap, yang berarti proyek baru. Proyek baru
berarti rezeki. Kecerobohan semacam itulah akhirnya Allah mcnurunkan musibah,
dalam arti musibah itu terjadi sebagai akibat perbuatan tangan manusia jahil.
2. Kemunafikan
 Kemunafikan tidak pernah berakibat baik menurut agama, justru musibah pasti menimpa
kepada para munafik.
 Dalam hal ini Alquran mengatakan dalam surat Al Mukmin ayat 62-63: yang artinya :
 Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah
disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil
bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik
dan perdamaian yang sempurna.” Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka
 Salah satu arti penting dari kedua ayat ini adalah jika manusia memperagakan perilaku
(kepercayaan keyakinan, cita-cita, perkataan, perbuatan) yang tergolong munafik pasti
berbuah musibah (malapetaka, bencana, keadaan yang menyedihkan). Dari teori ini juga
dapat disusun teori berikutnya. Jika manusia tidak memperagakan kemunafikan, memiliki
peluang untuk selamat.
3. Takdir atau izin Allah

 Allah menyebutkan suatu musibah terjadi dan menimpa di bumi karena ditetapkan
oleh Allah swt di Lauh Mahfuz. Demikian Allah berfirman:
 ‫َم ا َأَص اَب ِم ن ُّمِص يَبٍة ِفي اَأْلْر ِض َو اَل ِفي َأنُفِس ُك ْم ِإاَّل ِفي ِكَتاٍب ِّم ن َقْبِل َأن َّنْبَر َأَهاۚ ِإَّن َٰذ ِلَك َع َلى الَّلـِه َيِس يٌر‬
 Artinya: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (lauh Mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Q.S.
al-Hadid/57 : 22). Jenis musibah semacam ini jelas menjadi rahasia Allah semata.
BENTUK
MUSIBAH
SAKIT
KEMATIAN
MENGHADAPI MUSIBAH

 Salahsatu cara menghadapi musibah yaitu sakit adalah


berobat.
MENYIKAPI KEDATANGAN
MUSIBAH
1. ISTIRJA’
(Pernyataan bahwa urusannya dikembalikan kepada Allah.Demikian keterangan
Alquran yang dimaksud:
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “innalillahi
wa inna lillahi rajiun” sesungguhnya kami adalah milik allah dan kepadanya lah
kami kembali (Q.S. al-Baqarah/2 :156)
2. Menalkin orang yang sakaratul maut
Orang yang dalam keadaan sakaratul maut adalah orang yang dalam keadaan paling kritis dan
membutuhkan perhatian (perawatan) ekstra dari saudara-saudaranya seiman. Dalam keadaan sakaratul
maut supaya ditalkin (dibisiki) bacaan “la ilaha illallah” ( tidak ada Tuhan kecuali Allah (H.R. at-
Turmuzi dari Abu Said al-Hudri,11[t.th] :725).
KESIMPULAN

 Kenapa dan bagaimana serta apa pun jenis musibah yang menimpa siapa pun,
maka yang jelas Allah SWT tidak zalim. Allah SWT Maha Adil dan Maha Arif
lagi Maha Bijaksana. Dalam QS.9. At-Taubah : 70 dan QS.29.Al-'Ankabuut : 40
serta QS.30.Ar-Ruum : 30, Allah SWT menyatakan yang terjemahannya : "Maka
Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang
berlaku zalim kepada diri sendiri.
 ‫َو َم ا َك اَن َر ُّبَك ِلُيْهِلَك اْلُقَر ى ِبُظْلٍم َو َأْهُلَها ُم ْص ِلُحوَن‬
 “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara
zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan dan
perbaikan.” (QS. Huud: 117)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai