Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fran Anugrah Siregar

NIM : 17 01 1522

Tingkat/Jurusan : IV-D/ Teologia

Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Lama II

Dosen : Dr. Jontor Situmorang Kelompok 10

Menjelaskan Hubungan Bencana Global dengan Pemeliharaan Allah Terhadap Seluruh


Ciptaan

I. Pendahuluan
Allah menciptakan manusia dan segala isinya memiliki maksud tersendiri
menurut Allah. Segala ciptaan memiliki hakekat dan fungsi masing-masing dalam
menciptakan kemualilaan bagi sang penciptanya. Manusia Allah ciptakan untuk
mengelolah dan memampukan manusia untuk menguasi bumi. Tetapi dalam segala
kehidupan ciptaan Allah akan bisa tergoyangkan keberlangsungan kehidupannya
salah satunya terjadinya bencana yang bisa menimpah setiap ciptaan Allah.
Terjadinya bencana tidaklah hal yang di inginkan oleh setiap makluk ciptaan Allah
tetapi ada maksud dalam bentuk pemeliharaan yang Allah berikan kepada seluruh
ciptaannya.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Bencana Global
Pengertian bencana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu
yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan;
kecelakaan; bahaya.1 Bencana dalam bahasa Ibrani adalah ‫‘( ׇצ ׇמל‬āmāl) yaitu
penderitaan, kata benda ‫‘( ׇצ ׇמל‬āmāl) muncul 55 kali dalam Alkitab, . Arti dasar
dari akar kata ini mungkin "menjadi (datang) lelah"; di sekitar kluster makna
dasar ini serangkaian makna yang terkait secara semantik: di satu sisi, 'ml
menunjukkan apa yang membuat orang lelah, yaitu, "bekerja" (kata kerja dan kata
benda); di sisi lain, ini mengacu pada kondisi seseorang yang kelelahan, yaitu,

1
…KBBI, (Jakarta: Gramedia Pusaka Umum, 2008), 168.

1
"masalah", "kesengsaraan", dan "kehancuran". Akhirnya, ini dapat menunjukkan
hasil positif dari kerja keras: "menghasilkan." nuansa, seseorang hampir tidak
dapat berbicara tentang perkembangan semantik.
Lebih tepat untuk memahami keragaman sebagai ekspresi dari "pemikiran
global" dari Semit kuno. Ketika Semit mengungkapkan sebuah konsep, semua
aspeknya beresonansi, meskipun dalam konteks satu nuansa tertentu akan berada
di latar depan Konsep "menjadi lelah" mencakup semua aspek yang tercantum di
atas: pekerjaan melelahkan, seperti juga kesengsaraan dan penderitaan; tetapi
kerja keras dapat mendatangkan keuntungan.2
II.2. Makna dan Latar Belakang dari Bencana
Alkitab mencatat beberapa kejadian alam yang terjadi, misalnya gempa
bumi yang terjadi pada zaman Uzia -- raja Yehuda, dan zaman Yerobeam -- raja
Israel (Ams. 1:1; Zakh.14:5). Nampaknya gempa bumi tersebut merupakan gempa
bumi yang dahsyat dan berdampak dalam kehidupan umat Israel, sebab kejadian
itu ditulis oleh dua nabi sekaligus: Amos dan Zakharia. Namun, tidak ada catatan
lain yang menceritakan bagaimana gempa itu terjadi, dan hubungannya dengan
kehadiran Tuhan dalam peristiwa itu. Beberapa peristiwa bencana alam, yang
dicatat dalam Alkitab mengandung makna khusus yang Allah ingin nyatakan
kepada manusia pada masa itu. Tanda Peringatan/Hukuman Allah Atas Manusia
Bencana alam yang sangat dahsyat, dan terjadi sekali saja dalam hidup manusia
tercatat dalam Alkitab yaitu ketika Tuhan menghukum ciptaan-Nya pada jaman
Nuh dengan Air Bah (banjir besar) karena ketidaktaatan kepada Allah (Kej. 6:1-
9:19).
Bencana itu merupakan peringatan sekaligus hukuman Allah atas ciptaan-
Nya. Hukuman itu dijatuhkan Allah karena hati mereka sudah sedemikian jahat
(Kej. 6:5). Hati mereka yang jahat itu tercermin dalam sikap hidup mereka, yang
cenderung selalu berbuat jahat. Hal itu membuat Allah sangat sedih hati, bahkan
Alkitab mencatat bahwa Allah “menyesal” (di-ulang 2 kali) karena telah
menjadikan manusia di bumi (Kej. 6:6-7). Kenyataan ini membuktikan bahwa

2
Botterweck, G. Johannes, etc. (ed.), Theological Dictionary of The Old Testament -
Vol. XI, (USA: William, B. Eerdmans Publishing, 2005), 196.

2
kejahatan manusia itu sudah sedemikian parah, dan tidak bisa dibiarkan lagi.
Untuk itu, Allah menegaskan bahwa Aku akan menghapuskan manusia yang telah
Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-
binatang melata dan burung-burung di udara…” (Kej.6:7). Allah menghukum
ciptaan-Nya itu dengan Air Bah yang sangat dahsyat, yang didahului dengan
turunnya hujan lebat selama empat puluh hari empat puluh malam (Kej. 7:12).
Bencana Air Bah itu begitu dahsyat dan merupakan pengadilan Allah yang
radikal,3 Dosa secara azasi (radikal) dengan secara umum (universal) merajai
kehidupan manusia, mulai dari gerak-gerik/kehendak hatinya sampai kepada
perbuatannya yang besar (dan oleh sebab dosa adalah pembinasaan ciptaan Allah)
Allah mengambil keputusan membiarkan dan meneruskan usaha yang dimulai
manusia dengan dosanya, yaitu pembinasaan ciptaan-Nya secara besar-besaran.
Dengan kata lain : Pengarang Y menganggap “bencana semesta alam” itu adalah
hukuman Allah yang adil dan benar sebagai balasan pembenrontakan manusia.4
Seluruh ciptaan diciptakan dalam keadaan dan bebas dari penderitaan (Kej
1:31), tetapi sesudah dosa itu terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk
pertentangan, kesakitan, kebinasaan, dan maut (Kaj 3:1-19). Beban penderitaan
selalu dirasa berat oleh umat Allah (Kej 47:9; 2 Sam 14:14). Sebab dari
penderitaan adalah dosa atau kesalahan manusia itu sendiri yang menimpa baik
perseorangan maupun kelompok kecil atau seluruh bangsa (Amsal 1-2).
Penderitaan sebagai akibat dosa dan akhirnya berkembang menjadi gagasan
bahwa penderitaan adalah hukuman Allah atas dosa. Hukuman Allah ini
didasarkan karena sifat Allah yang adil yang harus memberikan imbalan kepada
orang yang melakukan hal yang benar dan memberikan hukuman kepada orang
yang melakukan dosa. Tetapi dibalik semuanya itu Allah adalah tempat
perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan.5
II.3. Bencana Air Bah (mambul)

3
Guthrie, dkk. (Editor), Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1998), 91.
4
Walter Lempp, Tafsiran Alkitab: Kitab Kejadian pasal 5:1-12:3, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), 62.
5
Robert Godis, The Book of God and Man, (London: Chichaco Press, 1991), 266.

3
Kerusakan perangai dan pendurhakaan terhadap Allah, mula-mula hany
terdapat pada keturunan Kain saja tetapi kemudian ternyata ada pada keturunan
Set juga. Oleh karena itu Allah mengambil keputusan untuk memusnakan
manusia dengan air bah. Hanya Nuh sekeluarga yang akan diselamatkan dalam
bahtera (Air bah = banjir besar).6 Penghakiman Allah terhadap dosa manusia
adalah kisah air bah. Melalui kisah ini, pengarang menyatakan dengan cara yang
paling menakutkan bahwa dosa manusia mendatangkan hukum Allah.7 Sebab air
itu menutupi seluruh bumi, yang membinasakan segala yang hidup (Kej. 7:19-23).
Bencana itu menyebabkan kebinasaan atas segala sesuatu yang ada di bumi. Tidak
ada sesuatu yang dapat bertahan hidup melawan ganasnya Air Bah itu. Kemudian
air itu tetap menggenangi bumi selama seratus lima puluh hari lamanya (Kej.
7:24). Bencana tersebut bukan suatu kebetulan (suatu kejadian alam biasa), tetapi
benar-benar merupakan hukuman Allah atas manusia, yang juga berdampak
kepada ciptaan-Nya yang lain. Kejahatan manusia tidak hanya berdampak kepada
manusia saja, tetapi juga kepada ciptaan Allah yang lain. Kemudian Allah berjanji
kepada Diri-Nya sendiri bahwa Ia tidak akan “…mengutuk bumi ini lagi…dan…
takkan membinasakan lagi…” (Kej. 8:21). Dalam Alkitab memang tidak ada
bencana lain yang sedemikian dahsyat yang merupakan hukuman Allah atas
manusia dan ciptaan-Nya yang lain.
Meskipun Allah tetap menghukum manusia karena kejahatan atau ketidak
taatannya kepada-Nya melalui bencana-bencana yang lain. Tetapi Allah tidak
melakukannya dengan mendatangkan Air Bah yang dahsyat lagi. Tanda
Penampakan/Kehadiran Allah kepada Manusia Banyak cara yang dipakai Tuhan
untuk menunjukkan kehadiran-Nya di tengah-tengah manusia. Salah satu tanda itu
adalah dengan adanya bencana alam. Salah satu diantaranya adalah Gempa Bumi
(GB), dan hal tersebut dicatat juga dalam Alkitab. Terdapat beberapa ayat Alkitab
yang menjelaskan bahwa gempa bumi yang terjadi sebagai tanda
penampakan/kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya, walaupun “Di Palestina
sering ada GB yang tektonik (bukan GB karena gunung berapi).”8 Tetapi ada juga

6
I. Snoek, Sejarah Suci, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 32.
7
W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 132.
8
Herbert Haag, Kamus Alkitab (Flores: Nusa Indah, 2002), 138.

4
yang mengatakan dalam buku Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 mengatakan bukti
ilmiah mengenai air bah yang membawa bencana pada satu atau lain waktu, tidak
membantu memecahakan soal ini, karena kita tidak tahu waktunya air bah itu (lih
tafsiran Kej 5 dan 11:10 dab). Dengan alasan-alasan yang sama, penyimpulan
yang ditarik dari anggapan, bahwa segenap manusia dibinasakan, juga tidak dapat
ditentukan, sebab kita tidak dapat mengatakan berapa bagian bumi ini didiami
pada suatu waktu yang tidak diketahui. Sekalipun demikian, air bah tampil dalam
Alkitab sebagai penghukuman yang paling umum diantara pencipta, kejatuhan
manusia dan pengadilan terahir. Paling sedikit air bah itu memotong tonggak
pokok dari sejarah manusia, terkecuali sisah bahtera. Dengan demikian air bah itu
mengakhiri dunia yang lama dan membernarkan penyajian PB tentang air bah
yang dipandangnya sebagai umum dalam artinya serta menandai akhir dari suatu
tahap dan awal dari suatu tahap yang lain dalam rencana penyelamatan Allah.9
II.4. Pemeliharaan Allah
Kamus menjelaskan providence (pemeliharaan) sebagai asas yang
menguasai dunia alamiah atau kasih karunia atau kehendak Allah yang
memerintah atas segala hal di dunia. Dalam bahasa Ibrani, kata ini adalah ‫ׇראָה‬
(rāâ‫ )׳‬yang berarti menyediakan sebelumnya (Kej 22:8), dan πρόνοια (pronoia)
dalam bahasa Yunani, yang adalah gabungan kata πρό (pro, before ‘sebelum’)
dan νοέω (noeo, to think, berpikir). Kata ini secara harafiah menunjukkan
“pedangan kemasa depan” yang secara bertahap berkemabang menjadi berarti
“pemeliharaan”.10 Kata pemeliharaan merujuk baik pada penjagaan Allah dan
kuasanya atas alam semesta.11 Pemeliharaan Allah (Providence of God)
Pengertian Istilah Istilah "Providensia" berarti pemeliharaan Allah, berasal dari
bahasa Latin yaitu proaide, dari kata pro (sebelumnya) dan oidere (membekali),
maka proaide berarti menyediakan sebelumnya atau melihat.12

9
Guthrie, dkk. (Editor), Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1998), 91-92.
10
Abraham Park, Pemeliharaan yang Misterius dan Ajaib, (Jakarta: Grasindo, Yayasan Damai Sejahtera
Utama, 2013), 31.
11
Bill Berends, Teologi Dasar, (Suara Harapan Bangsa, 2013), 68.
12
Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris-lnd.onesia, {Iakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),257.

5
Providensia Allah juga dapat dimengerti sebagai pemeliharaan Allah
terhadap ciptaan-Nya melalui berbagai proses yang telah ditetapkannya,yang
kurang lebih bisa disebut sebagai hukum-hukurn alam. Maksudnya adalah
pemeliharaan melalui hal-hal yang bersifat alamiah atau wajar, mungkin pula
bersifat adikodrati.13 Dan dalam bahasa Indonesia kata pemeliharaan berasal dari
kata dasar “pelihara” yang berarti menjaga atau merawat dengan baik yang
mengusahakan dan melindungi. Jadi pemelihara berkenaan dengan pngertian dari
kata sifat pemeliharaan yang merupakan suatu perbuatan dalam hal memelihara,
menjaga serta merawat.14
Ada 3 cara pemeliharaan Allah untuk memberikan manfaat kepada umat
manusia dan seluruh jagat raya; “pelestarian’ (preservation) yang terus-menerus
menopang, menjaga, dan merawat segala sesuatu yang semula diciptakan-Nya
dengan firman-Nya yang penuh kuasa, “kerjasama” (concurrence) yang dengan
kedaulatan-Nya berkuasa dan menggerakkan seluruh hati dan perbuatan manusia
untuk melakukan kehendak-Nya, dan “pemerintahan” (goverment) yang
memerintah dan mengatur segala sesuatu di jagad raya untuk menggenapi dengan
pasti tujuan penyelamatan orang-orang yang terpilih.15
II.5. Dasar dan Hubungan Bencana Global Terhadap Pemeliharaan Allah
Dari setiap istilah kata pemelihara diatas dapat kita lihat bahwa adanya
kegiatan Allah kepada ciptaan-Nya. Allah menjadikan dari yang tidak ada
menjadi ada, yaitu ketika Allah menciptakan, Allah juga mengarahkan pada setiap
ciptaan-Nya kepada tujuan yang Allah tentukan. Manusia sebagai ciptaan yang
menurut gambar dan rupa Allah (Kej.1:26), meyakini bahwa Allah lah yang
bertindak secara bijaksana sebagai pencipta alam, menyediakan yang diperlukan
bagi semua ciptaan-Nya dan Allah masih berkarya hingga saat ini. Dalam
Perjanjian Lama, istilah pemeliharaan telah digunakan sebagai hubungan antara
Allah dengan ciptaan-Nya dan dalam bahasa ibrani kata yang dipakai
adalah ‫ׁשמַר‬ (samar)
‫ׇ‬ yang digolongkan kedalam bentuk Qal ‫(ׁשמַר‬samar)
‫ׇ‬ yang

13
William Dyrness, Tema-tema dalant Teologi Perjanjian Lanm, (Malang: Gandum Mas, 2001)57- 58.
14
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), 727
15
Abraham Park, Pemeliharaan Yang Misterius Dan Ajaib, (Jakarta: Grasindo dan Yayasan Damai Sejahtera
Utama, 2013), 31-32.

6
artinya menjaga, melindungi dan memelihara. Sedangkan dalam bentuk Niphal
yaitu ‫נִׇׁש מ ְַר‬ (nisamar) yang artinya mengamati seseorang (Kej.18:15, 20;
mzm.12:20).16
Penyelenggaraan Allah berlangsung melalui perjanjian. Perjanjian adalah
penyambungan yang penting dan alat yang menggenapi sejarah penebusan. Dalam
sejarah penebusan, Allah melakukan tindakan-tindakan khusus demi menggenapi
perjanjian-Nya untuk selama-lamanya. Tindakan ini dinamakan “pemeliharaan”
providence Allah. Pemeliharaan adalah kegiatan Allah yang terus-menerus dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan-Nya, yaitu penggenapan ketentuan-ketentuan
dari Allah yang bekerja atas segala hal sesuai dengan apa yang diingi-Nya.
Dengan kata lain, pemeliharaan adalah kegiatan yang terperinci dari Allah yang
bekerja untuk mencapai tujuan penbusan. Maksudnya, Allah campur tangan
dengan kedaulatan dan bekerja secara aktif atas segala hal yang terjadi di dunia
ini, sampai rencana-Nya untuk menyelamatkan manusia yang telah berbuat dosa
digenapi.17
Perlu sekali diketahui, bahwa meskipun disebut sebagai hukum alam, hal
yang wajar atau alamiah, bahkan dianggap sebagai suatu kebetulan. Tapi Alkitab
jelas. sekali menyatakan, bahwa semuanya tidak lepas dari pemeliharaan Allah
(Mat. 5:45; Maz.104:14; Ayb.37:10,L2). Alkitab memberikan banyak bukti
bahwa setelah selesai mencipta, Allah masih terus campur tangan atas jalannya
sejarah dunia ini. Allah terus menerus memelihara kelangsungan dunia, Ia
melindungi semua makhluk-Nya, Ia bertindak dalam segala peristiwa yang terjadi
dalam dunia ini, bahkan Allah mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhir
yang telah ditetapkan-Nya. Dalam iman Kristen, konsep ini disebut sebagai
providensia Allah atau pemeliharaan Allah. ]adi, ketika Alkitab berbicara tentang
pemeliharaan Allah, maka Alkitab memberikan indikasi bahwa pemeliharaan
Allah mencakup seluruh aspek hidup manusia di dalam dunia.18

16
G.Sauer, To keep to guard (smr), Theological Lexicion of The Old Testament, (USA: Hendrikcson
Publisher, 1997), 940.
17
Abraham Park, Pemeliharaan yang Misterius dan Ajaib, (Jakarta: Grasindo, Yayasan Damai Sejahtera
Utama, 2013), 31.
18
Francis Turretin, Institutes of Elenctic Theology Vol.One.Trans. George Musgrave Giger. Ed. James T.
Dennison, Jr. Philipsburg, (New Jersey: 1992), 516.

7
II.6. Makna Bencana Global unutk Pemeliharaan Allah Terhadap
Ciptaan
Sejak penciptaan dan seterusnya, Allah senantiasa memelihara ciptan-Nya
melalui berbagai proses yang telah ditetapkan-Nya yang kita namakan sedikit
kurang tempat sebagai hukum-hukum alam. Dengan kata lain, dalam ciptaan
terkandung sarana untuk mengembangbiakkan dan menghasilkan hidup. Allah
memakai proses-proses ini untuk meneruskan pemeliharaan-Nya.19
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam hal pemeliharaan Allah
yaitu:
a. Pemeliharaan dalam Penciptaan
Setelah Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam penciptaan maka
berfirmanlah Allah kepada manusia yang Ia ciptakan supaya beranak cucu dan
bertambah banyak serta memenuhi bumi ini dan menaklukannya (Kej.1:28). Hal
ini menunjukkan bahwa Allah memelihara ciptaan-Nya dan memberikan mandat
pemeliharaan kepada manusia. Allah menciptakan segala isinya pada suatu masa,
tetapi ini tidak berarti bahwa waktu sudah ada sebelum ada penciptaan, karena
waktu juga merupakan ciptaan Allah (Mzm.74:16) dan Allah tidak dibatasi atau
terikat dengan waktu karena Allah tetap berkarya/mencipta sampai saat ini yang
disebut dengan “penciptaan yang terus menerus”.20
b. Pemeliharaan Allah pada saat kejatuhan manusia kedalam dosa
Kita mengetahui bahwa manusia yang diciptakan Allah menurut gambar
dan rupa-Nya telah jatuh kedalam dosa (Kej.3). Jika kita lihat dalam hal ini, Allah
wajar menghukum manusia namun pada kenyataannya kita lihat bahwa manusia
tetap saja melakukan dosa. Tetapi dalam hal ini meskipun demikian Allah tetap
setia untuk memelihara kehidupan manusia. Kejatuhan manusia kedalam dosa
bukan berarti bahwa Allah meninggalkan dan berhenti berhubungan dengan
manusia. Allah tetap berkarya dalam hidup manusia, gambar Allah tetap
menandai manusia bahkan diteruskan sampai turun-temurun (Kej.3:20).21
c. Pemeliharaan melalui perjanjian

19
William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2013), 64.
20
Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 53-54
21
Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama I, 47-48

8
Dalam hal pemeliharaan melalui perjanjian, ini bisa kita lihat ketika Allah
melakukan perjanjian dengan Nuh. Dimana Allah mengadakan perjanjian dengan
Nuh sebanyak dua kali, yang pertama yaitu perjanjian sebelum air Bah (Kej.6:18)
dan yang kedua yaitu perjanjian Allah dengan Nuh setelah air Bah (Kej.9:9-17).
Sebelum peristiwa air bah Allah berjanji akan menyelamatkan seluruh keluarga
Nuh dari peristiwa kejadian air Bah nantinya. Dan setelah peristiwa air Bah sifat
perjanjian Allah kelihatan, Allah tidak ingkar janji. Ciri-ciri perjanjian tersebut
yakni perjanjian itu disusun dan ditetapkan Allah sendiri dan jangkauannya
umum, bukan hanya untuk Nuh tetapi keturunannya kelak serta kepada makhluk
hidup yang diselamatkan dari peristiwa air Bah tersebut.22
II.7. Tujuan dalam Pemeliharaan Allah
Ketika kita berbicara mengenai adanya pemeliharaan yang dilakukan
Allah, maka kita juga harus mengetahui apa tujuan dari pemeliharaan Allah
tersebut. Providentia atau pemeliharaan yang dilakukan oleh Allah memiliki
maksud dan tujuan yaitu memelihara makhluk-Nya dan menyelamatkan setiap
ciptaan-Nya. Tujuan utamanya yaitu untuk kemuliaan-Nya sendri dan
menunjukkan kesempurnaan-Nya, kesucian-nya, keadilan-nya, kuasa-Nya,
hikmat-Nya, kasih-Nya dan kebenaran-Nya.23 Manusia itu diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah “Tselem dan demut” dan dalam kej.2:15 dijelaskan
bagaimana keistimewaan manusia yang berada dalam tugas dan tanggung jawab
untuk memelihara ‫(ׁשמַר‬samar)
‫ׇ‬ lingkungan hidup (kej.2:25).24
Disamping membentuk dan memelihara suatu lingkungan yang cocok bagi
manusia, Allah bertindak langsung untuk mengadakan keselamatan. Pada tingkat
ini, kita menunjuk kepada mujizat-mujizat, tetapi kita tidak boleh terlampau tajam
membedakannya dari tingkat-tingkat lain dalam pelaksanaan rencana Allah. Allah
tidak menyangkal apa yang telah ditetapkan-Nya. Malah agaknya, seperti Ia
menyatakan kebaikan-Nya dalam tatanam alam, begitu pula Ia dengan leluasa
turut campur dalam mengontrol peristiwa-peristiwa dengan cara-cara khusus.

22
Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama I, 70.
23
B.Sihombing, Agama Kristen Protestan, (P.Siantar: Team, 1987), 64-66
24
Robert P.Borong, Etika lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen, visi gereja memasuki millennium
baru, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 134

9
Didalam perayaan pelepasan bangsa Israel dari Mesir oleh Allah yang dikisahkan
oleh kitab Keluaran terdapat gema ciptaan Allah. Pada saat yang sama air bah,
laut, dan angin yang kita hubungkan dengan tatanan alam, menyempurnakan
pekerjaan penyelamatan yang ajaib ini (Kel 15:5, 8, 10).25 Loyalitas Yahweh
kepada umat-Nya menjadi jelas dalam peristiwa kelaparan, keluaran dan
perjalanan dipadang gurun Israel terus dibebaskan dari perbudakan Firaun, tulah
yang Allah berikan juga mempunyai tujuan penginjilan bagi orang Mesir. Setiap
bencana ditimbulkan “supaya engkau (orang Mesir) mengetahui, bahwa Aku,
Tuhan, ada di negeri ini” (Kel 8:22).26
III. Refleksi Teologis
Ada beberapa hal penting yang perlu dipikirkan sebagai refleksi teologis ketika
melihat bencana global yang ada dalam Perjanjian Lama diperhadapkan dengan
pemeliharaan Allah terhadap ciptaannya:
1. Memahami Panggilan Allah untuk Mengguasai Bumi Secara Benar

Dalam Kejadian 1:26, 28, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan


menurut gambar dan rupa Allah dan Dia memberi kuasa yang begitu besar kepada
manusia atas bumi ini, untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atasnya. Ayat ini
menyatakan secara tegas bahwa manusia mempunyai kuasa penuh atas bumi dengan
segala isinya. Sehingga banyak orang memahami firman Tuhan itu secara keliru,
mereka merasa punya hak penuh untuk berbuat apa saja terhadap bumi ini. Mereka
merasa mempunyai legitiminasi yang kuat untuk mengeksploitasi alam ini
sekehendak hatinya. Pemahaman yang keliru tersebut memberikan sumbangan yang
besar terhadap pengrusakan lingkungan selama ini. Karena kesalah pahaman dan
pemikiran manusia yang ingin menguasai dunia ini dengan sepenhnya dan tidak takut
lagi sama Tuhan. Seperti terjadinya air bah disebabkan karena sudah banyak orang-
orang yang tidak takut lagi kepada Allah dan sudah melakukan perbuatan dosa
sehingga Allah memberikan bencana air bah yang menutupi seluruh permukaan bumi.
Hal ini menjadi refleksi bagi kita bahwa tindakan yang ingin menguasai bumi dan
tidak takut lagi terhadap sang pencipta adalah perbuatan yang tidak benar. Karena

25
William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2013), 66.
26
Walter C. Kaiser, Teologi Perjanjian Lama, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2004), 141.

10
hakekat yang Tuhan berikan kepada manusia bukanlah untuk menghancurkan tetapi
untuk memelihara ciptaan.

Sama hal juga dengan terjadinya Covid 19 yang melanda dunia saat ini adalah
suatu perbuatan tingkah laku pengetahuan manusia yang mencoba membuat suatu
tindakan yang mau menguasai dunia. Tetapi karena perbautan manusia atau beberapa
oknum bisa berakibat kesemua orang. Adanya covid 19 mengajarkan kepada kita
bahwa kita harus bersyukur kepada Tuhan buat setiap apa yang mau kita kerjakan dan
biarlah hikmat yang kita terima dari terjadinya covid 19 ini dan untuk mengajarkan
kita selalu menjaga kebersihan selalu.

2. Orang Kristen yang memberikan Kasih

Terjadinya bencana adalah suatu hal yang harus membuat orang Kristen untuk
menunjukkan besar kasihnya kepada sesama manusia. Dengan tindakan saling tolong
menolong memberikan tunjukan kasih yang utuh. Karena seperti yang tertulis dalam
Galatia 6:2 “Bertolong-tolonglah menunggu bebanmu! Demikianlah kamu memnuhi
hukum Kristus”. Sehingga kita ketika ada bencana haruslah kita mampu memberi
pertolongan.

IV. Kesimpulan
Bencana adalah adalah sesuatu kejadian yang bisa terjadi di dunia ini, bencana bisa
diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri maupun bukan ulah manusia. Terjadinya
bencana global sangatlah merugikan manusia karena akan terjadi kesengsaraan,
penyakit bahkan kematian. Sejak penciptaan dan seterusnya, Allah senantiasa
memelihara ciptan-Nya melalui berbagai proses yang telah ditetapkan-Nya yang kita
namakan sedikit kurang tempat sebagai hukum-hukum alam. Bencana itu merupakan
peringatan sekaligus hukuman Allah atas ciptaan-Nya. Hukuman itu dijatuhkan Allah
karena hati mereka sudah sedemikian jahat (Kej. 6:5). Hati mereka yang jahat itu
tercermin dalam sikap hidup mereka, yang cenderung selalu berbuat jahat. Tetapi
Allah melakukan pemelihataan bagi ciptaannya. Pemeliharaan yang dilakukan oleh
Allah memiliki maksud dan tujuan yaitu memelihara makhluk-Nya dan
menyelamatkan setiap ciptaan-Nya. Tujuan utamanya yaitu untuk kemuliaan-Nya

11
sendri dan menunjukkan kesempurnaan-Nya, kesucian-nya, keadilan-nya, kuasa-Nya,
hikmat-Nya, kasih-Nya dan kebenaran-Nya.
V. Daftar Pustaka

…KBBI, Jakarta: Gramedia Pusaka Umum, 2008.


Barth, Christoph, Teologi Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Berends, Bill, Teologi Dasar, Suara Harapan Bangsa, 2013.
Dyrness, William, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, Jawa Timur:
Gandum Mas, 2013.
G. Johannes, Botterweck, etc. (ed.), Theological Dictionary of The Old Testament-
Vol. XI, USA: William, B. Eerdmans Publishing, 2005.
Godis, Robert, The Book of God and Man, London: Chichaco Press, 1991.
Guthrie, dkk. (Editor), Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Kejadian-Ester (akarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998.
Haag, Herbert, Kamus Alkitab, Flores: Nusa Indah, 2002.
Kaiser, Walter C., Teologi Perjanjian Lama, Jawa Timur: Gandum Mas, 2004.
Lasor, W. S., Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Lempp, Walter, Tafsiran Alkitab: Kitab Kejadian pasal 5:1-12:3, Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2015.
Napel, Henk ten, Kamus Teologi Inggris-lndonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996.
P.Borong, Robert, Etika lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen, visi gereja
memasuki millennium baru, Jakarta: BPK-GM, 2002.
Park, Abraham, Pemeliharaan yang Misterius dan Ajaib, Jakarta: Grasindo, Yayasan
Damai Sejahtera Utama, 2013.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1987.
Sauer, G.,To keep to guard (smr), Theological Lexicion of The Old Testament, USA:
Hendrikcson Publisher, 1997.
Sihombing, B,.Agama Kristen Protestan, P.Siantar: Team, 1987.
Snoek, I., Sejarah Suci, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

12
Turretin, Francis, Institutes of Elenctic Theology Vol.One.Trans. George Musgrave
Giger. Ed. James T. Dennison, Jr. Philipsburg, New Jersey: 1992.

13

Anda mungkin juga menyukai