Anda di halaman 1dari 14

A.

PENDAHULUAN
Setiap mukmin meyakini bahwa setiap yang terjadi di alam ini adalah atas
kehendak dan takdir Allah swt. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan
apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Gempa, angin ribut, dan
puting beliung, longsor, banjir bandang, wabah flu burung, flu babi,
dan Tomcat (semut beracun yang tadinya bersahabat dengan petani dalam
membasmi hama, kini malah menyerang manusia). Inilah serangkaian buah
dari benih dosa dan maksiat yang pernah kita tanam dengan tangan kita
sendiri. Kita boleh lupa pernah menanam “benih terlarang” itu. Hanya saja
Allah tak pernah lupa apalagi tidur walau sekejap.
‫َو ما َأصاَبُك ْم ِم ْن ُمِص يَبٍة َفِبما َك َسَبْت َأْيِد يُك ْم َو َيْع ُفوا َع ْن َك ِثيٍر‬
“Dan segala sesuatu yang menimpa kalian (berupa adzab dan bala’) adalah
disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah banyak memaafkan
kalian.” (QS. Asy-Syuura: 30) Ada banyak ayat dalam Alquran yang
menegaskan bahwa dosa dan maksiat, adalah biang kerok atas terjadinya
musibah silih berganti yang menimpa peradaban manusia dari masa ke masa.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat: 751 H) mengatakan,
‫ َداُر الَّلَّذ ِة َو الِّنْع َم ِة َو اْلَبْهَج ِة َو الُّسُروِر إَلى َداِر اآلاَل ِم واَأْلْح َز اِن َو اْلَم َص اِئِب؟‬،‫َفَم ا اَّلِذ ْي َأْخ َرَج اَألَبَو ْيَن ِم َن اْلَج َّنِة‬
Apakah yang telah menyebabkan kedua orangtua kita (Adam dan Hawa)
dikeluarkan dari surga, negeri (yang penuh dengan) kelezatan, kenikmatan,
kebahagiaan dan kesenangan, menuju negeri penuh derita, kesedihan dan
musibah?
Kira-kira, manusia sekarang ini mengidentifikasi “musibah” sebagai segala hal
dahsyat, yang terjadi “di luar” kehendak manusia dan menyebabkan kematian
dan kesengsaraan banyak manusia. Pada saat terjadinya “musibah” itu,
manusia baru merasakan keprihatinan yang mendalam. Tidak tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi kebanyakan menyerahkan kepada Yang Maha
Tunggal. Sayangnya, “penyerahan” kepada Sang Kuasa tersebut lebih
bernuansa Su’ udzdzan atau Negative Thinking kepada-Nya.
Akhirnya, manusia sekarang ini pun telah lebih jauh menyederhanakan makna
dan “falsafah” atas pengertian “musibah”. Manusia tidak lagi berpengertian
bahwa, sebenarnya, musibah tidak sesederhana “segala bencana yang di luar
kehendak manusia”. Akibatnya, sepertinya ada dua pilihan bagi kita :
menerima sepenuhnya sebagai sebuah kecelakaan alam murni, atau
mengkaitkannya dengan kehendak Sang Kuasa. Pilihan pertama sudah jelas, ia
lebih banyak di-“imani” masyarakat Barat. Pilihan kedua adalah pilihan yang
hingga kini masih dipegang umat Islam. Hanya saja, pilihan kedua ini masih
berupa pemahaman yang global dan masih banyak umat Islam yang belum
dapat memahami bagaimana menyikapi makna musibah ini.
Dalam makalah ini akan kami paparkan beberapa pembahasan mengenai
rehabilitasi musibah, yaitu :
1. Pengertian musibah
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya musibah.
3. Bentuk musibah

1
4. Cara menyikapi kedatangan musibah.
5. Cara Menghadapi Musibah

B. PENGERTIAN MUSIBAH
Secara etimologis musibah berarti kejadian (peristiwa) yang menyedihkan
yang memimpa, malapetaka, atau bencana (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2006).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA


MUSIBAH
Kata ‘musibah’ disebut 10 kali dalam Alquran. Keseluruhannya berarti
keadaan yang menyedihkan, bencana, atau malapetaka, baik terhadap
seseorang, maupun kelompok atau masyarakat umum. Musibah, menurut ayat-
ayat tersebut terjadi karena banyak factor, antara lain:
1. Perbuatan Ceroboh
Kecerobohan struktural-sistematis menyebabkan Allah menurunkan
musibah kepada suatu kaum. Arti struktural di sini telah menjadi
kebiasaan umum dan legal pada suatu masyarakat. Maksud legal di sini
adalah jika seseorang melakukannya dianggap baik oleh masyarakatnya,
dan jika tidak melakukannya, ia dikatakan buruk oleh masyarakat tersebut.
Legal berarti sudah menjadi kesepakatan resmi dan mengikat bagi warga
masyarakat. Jika seseorang tidak melakukan sesuatu perbuatan yang sudah
dianggap baik secara umum oleh sesuatu masyarakat, umpama mengubur
ari-ari di bagian depan rumah, ari-ari tersebut dibungkus dalam kain putih
kemudian dimasukkan ke dalam periuk tanah, kalau malam diberi lampu
penerang di atas, dan biasa ditaburi aneka kembang di atasnya, ia akan
dianggap menyalahi adat kebiasaan yang baik. Padahal, perbuatan
seseorang dan kepercayaan umum masyarakat tersebut jika diukur dari
segi syariat Islam adalah ceroboh karena perbuatan dan kepercayaan itu
bersumber dari ajaran Hindu. Dengan kata lain, kecerobohan tersebut telah
menjadi budaya yang mapan dalam masyarakat Islam tersebut. Kalau yang
melakukan itu masyarakat Hindu tidak perlu dipermasalahkan karena
memang ajarannya begitu. Umat Islam menghormati mereka. Jika yang
melakukan itu orang Islam perlu ditegur. Ari-ari itu tidak lebih kecuali
hanya bangkai,najis, dan tidak perlu diupacarai secara sacral dan khusus
dalam Islam. Tidak ada satu ayat atau satu hadis pun yang menjelaskan
mengenai pemakaman ari-ari di depan rumah. Nah umat Islam sebaiknya
murni hanya melakukan syariat Islam dan meninggalkan syariat apa pun
non Islam. Umat Islam yang melaksanakan syariat non Islam adalah
masyarakat yang ceroboh.
Masyarakat terdiri atas (1) lapisan-Iapisan sosial baik dari segi ekonomi,
sosial, politik, agama, dan aspek lainnya. (2) hubungan-hubungan antar
individu, antar invidu terhadap kelompok atau sebaliknya, dan hubungan
antar kelompok, (3) pembagian status dan peran-peran sosial. Jika
kecerobohan itu telah menjadi budaya, maka ceroboh itu telah memasuki
secara mantab dalam keseluruhan jaringan sosial itu. Contoh kecerobohan

2
struktural-sistematis adalah korupsi dalam proyek pembangunan gedung
sekolah. Dalam proyek ini yang terlibat secara langsung adalah : (1) Dinas
yang berwenang memberikan ijin mendirikan bangunan, (2) Dinas yang
berwenang mengijinkan tanah itu boleh atau tidak dikeringkan untuk
didirikan bangunan, (3) Dinas yang berwenang menghitung dan menarik
pajak baik tanah yang di atasnya didirikan bangunan maupun
bangunannya sendiri setelah berdiri, (4) Pemborong, (5) pelaksana, (6)
pimpinan proyek, (7) pengawas, (8) pemborong fiktif sekedar bendera,(9)
mandor, (10), pekeija, (11) kerohanian, dan (12) aneka toko material. Satu
sama lain ke 12 sektor ini saling terkait secara fungsional membentuk
sesuatu yang disebut korupsi jika mereka bekerja tidak atas dasar syariat
agama. Sektor I – 3 tidak mau bekerja kalau tidak ada pelicin atau biasa
disebut uang siluman dengan cara mengulur-ulur waktu perijinannya.
Dalam ke tiga dinas terdapat konseptor, penulis (pengetik) pengurusan
tanda tangan pimpinan, arsiparis, dan ekspedisitor. Masing-masing butuh
uang rokok untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Setelah diberi pelicin
keseluruhan administrasi menjadi beres. Sektor 6 meminta setoran 5 %
terlebih dahulu dari nilai harga proyek sebelum proyek itu digarap. Sektor
(4) karena telah banyak mengeluarkan biaya siluman, maka ia mengurangi
kualitas bahan-bahan bangunan dan menggelembungkan satuan-satuan
harga barang, perijinan, dan seluruh upah kerja. Ada saling pengertian
antara pemborong, pengawas, dan perencana dalam pengurangan kualitas
bahan-bahan bangunan dan penggelembungan setiap satuan harga barang.
Antara mandor dan para pekerja ada saling pengertian mengambil atau
menukar bahan-bahan bangunan dengan perhitungan tidak mencolok.
Antara bagian pengadaan barang-barang (tukang belanja) dan toko-toko
material (suplier) saling ada pengertian untuk menaikkan satuan-satuan
harga barang, tetapi pembayarannya normal dengan harapan tokonya
menjadi langganan dan yang belanja memperoleh keuntungan pribadi,
Sektor kerohanian menjalankan praktik ritus yang jauh dari syariat,
umpama dengan kelengkapan sesaji. Sasaran ritus keseluruhan sektor
pembangunan proyek itu sukses dan selamat, artinya di dalamnya terdapat
kandungan mendoakan para koruptor, kolusor, dan kroni-kroninya
selamat. Karena masing-masing sektor bekerja sarna saling
menguntungkan, maka terjadilah penggelembungan nilai harga proyek
dengan kualitas tidak seperti yang tertulis dalam bestek maupun gambar
perencanaannya. Karena kualitasnya tidak baik, maka baru berumur lima
tahun atau bahkan kurang dari itu telah terjadi kerusakan di sana-sini,
seperti keramik lantai dasar gempil karena isian semen kurang, dinding
bengkah-bengkah, bak kamar mandi bocor, pintu-pintu tidak bisa ditutup
dengan sempurna, kaca-kaca ventilasi pecah karena bingkainya melot
(melengkung), atap bocor, dan kerusakan-kerusakan interior lainnya.
Meskipun demikian, tidak ada yang protes karena semua sektor telah
menyadari akibat kerusakan proyek itu. Malah bisa-bisa senang karena
segera ada rehap, yang berarti proyek baru. Proyek baru berarti rezeki.
Kecerobohan semacam itulah akhirnya Allah mcnurunkan musibah, dalam

3
arti musibah itu terjadi sebagai akibat perbuatan tangan manusia jahil.
Dalam hal ini Alquran mengatakan:
‫َو اَّلِذ يَن ِإَذ ا َفَع ُلوا َفاِح َش ًة َأْو َظَلُم وا َأْنُفَس ُهْم َذ َكُروا َهَّللا َفاْسَتْغ َفُروا ِلُذ ُنوِبِهْم َوَم ْن َيْغ ِفُر الُّذ ُنوَب ِإاَّل ُهَّللا َو َلْم ُيِص ُّر وا‬
‫َع َلٰى َم ا َفَع ُلوا َو ُهْم َيْع َلُم وَن‬
Artinya
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-
musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: “Dari mana datangnya
(kekalahan) itu” Katakanlah !’, Itu dari ( kesalahan) dirimu sendiri”,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Q.S. Ali
Imran/3:165).
Dalam sejarah disebutkan bahwa sahabat Rasul yang bernama Hamzah
ditunjuk untuk memimpin pasukan pemanah dan berada di bagian atas –
lereng gunung – sementara itu peperangan berkecamuk di bagian bawah
da tanda-tanda kemenangan sudah amat jelas. Melihat kondisi semacam
itu pasukan pemanah pimpinan hamzah turun dari posisinya ikut nimbrung
berperang di bawah dengan aharapn segera memperoleh harta rampasan
perang (ghanimah). Keadaan ini dimanfaatkan musuh, lalu mereka
menggrebeg dari belakang hingga pasukan Islam kocar-kacir. Turunnya
pasukan hamzah yang indisipliner dari perintah Rasul inilah yang
dimaksud ceroboh dalam ayat tersebut. Akibat kecerobohan itu,
peperangan dimenangkan kaum kuffar. Hal ini amat menyedihkan bagi
pasukan umat Islam.
Arti penting dari dua ayat ini adalah suatu petunjuk – yang dapat dijadikan
pedoman atau teori – jika manusia ceroboh (aku, kita, kami, kamu, kamu
semua) pasti akan datang musibah (bencana, malapetaka, suatu peristiwa
yang menyedihkan). Untung saja Allah itu Maha Pengampun sehingga
kecerobohan manusia itu, untuk sebagian besar masih diampuni. Akan
tetapi, jika kecerobohan ini diterus-teraskan, Allah tidak akan
mengampuni lagi. Allah berfirman:
‫ُذ ِّرَّيَۢة َبۡع ُض َها ِم ۢن َبۡع ٖۗض َو ٱُهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya
(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu
seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang
disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan
memberi petunjuk QS al-Mu’min/40:33).
2. Kemunafikan
Secara umum, munafik berarti berpura-pura percaya atau setia kepada
agama tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak percaya; selalu mengatakan
sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Kemunafikan adalah
perbuatan munafik (Kamus Besar,1990:599).
Kemunafikan tidak pernah berakibat baik menurut agama, justru musibah
pasti menimpa kepada para munafik. Dalam hal ini Alquran mengatakan:
‫َفِإن َتَو َّلۡو ْا َفِإَّن ٱَهَّلل َع ِليُۢم ِبٱۡل ُم ۡف ِسِد يَن‬
‫ُقۡل َٰٓيَأۡه َل ٱۡل ِكَٰت ِب َتَع اَلۡو ْا ِإَلٰى َك ِلَم ٖة َس َو ٓاِۢء َبۡي َنَنا َو َبۡي َنُك ۡم َأاَّل َنۡع ُبَد ِإاَّل ٱَهَّلل َو اَل ُن ِر َك ِبِهۦ َش ا َو اَل َيَّتِخ َذ َبۡع ُض َنا‬
‫ٗٔ‍ۡي‬ ‫ۡش‬
‫َبۡع ًضا َأۡر َباٗب ا ِّم ن ُدوِن ٱِۚهَّلل َفِإن َتَو َّلۡو ْا َفُقوُلوْا ٱۡش َهُدوْا ِبَأَّنا ُم ۡس ِلُم وَن‬

4
Artinya
Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik)
ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri,
kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah,
kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan
perdamaian yang sempurna.” Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (QS. Al-Mu’min/40:62-63).
Salah satu arti penting dari kedua ayat ini adalah jika manusia
memperagakan perilaku (kepercayaan keyakinan, cita-cita, perkataan,
perbuatan) yang tergolong munafik pasti berbuah musibah (malapetaka,
bencana, keadaan yang menyedihkan). Dari teori ini juga dapat disusun
teori berikutnya. Jika manusia tidak memperagakan kemunafikan,
memiliki peluang untuk selamat.
3. Takdir atau Izin Allah
Allah menyebutkan suatu musibah terjadi dan menimpa di bumi karena
ditetapkan oleh Allah swt di Lauh Mahfuz. Demikian Allah berfirman:
‫َم ا َأَص اَب ِم ن ُّمِص يَبٍة ِفي اَأْلْر ِض َو اَل ِفي َأنُفِس ُك ْم ِإاَّل ِفي ِكَتاٍب ِّم ن َقْبِل َأن َّنْبَر َأَهاۚ ِإَّن َٰذ ِلَك َع َلى الَّلـِه‬
‫َيِس يٌر‬
Artinya: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (lauh Mahfuz)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah (Q.S. al-Hadid/57 : 22). Jenis musibah semacam ini
jelas menjadi rahasia Allah semata. Penjelasan musibah sebagai ketetapan
Allah dimaksudkan sebagaimana dijelaskan pada ayat berikutnya, apabila
seseorang tertimpa musibah supaya tidak bersedih secara berlarut-larut,
dan jika memperoleh sesuatu yang menggembirakan supaya tidak
bersukacita berlebihan (Q.S. al-Hadid/57: 23). Penekanan Allah kepada
manusia adalah supaya mereka berlomba-lomba kepada ampunan-Nya dan
surga. (Q.S. al-Hadid/57 : 21). Jadi apa yang terjadi di dunia supaya
dijalani dengan baik, jangan terhenti terpikat oleh keindahan dan
kemegahan dunia, melainkan perhatian utama adalah ampunan Ilahi dan
surga anugerah-Nya. Musibah hanya terjadi karena izin Allah sebagai batu
ujian untuk memperoleh kesuksesan besar, ampunan Allah dan Surga.
Berikut ayat yang menjelaskan bahwa musibah hanya terjadi karena izin
Allah:
‫َم ا َأَص اَب ِم ْن ُّمِص ْيَبٍة ِإاَّل ِبِإْذ ِن ِهّٰللاۗ َو َم ْن ُّيْؤ ِم ْن ِباِهّٰلل َيْهِد َقْلَبٗه ۗ َو ُهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬
Artinya
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu (Q.S. at-Taghabun/64:11). Antara ayat ini dengan ayat-ayat
sebelumnya (yang dikutip dalam uraian ini) tampak bertentangan. Di satu
pihak musibah terjadi karena akibat perbuatan jahil, ceroboh, atau
kemunafikan manusia, di sisi lain musibah tidak akan terjadi kalau bukan

5
karena takdir atau izin Allah. Pemahamannya adalah jika manusia
ceroboh, jahil, dan munafik, pasti ditetapkan (takdir) atau diizini
(rekomendasi) musibah menimpa kepada manusia. Bagi mereka yang
tidak jahil, ceroboh, dan munafik, peluang untuk selamat atau memperoleh
petunjuk Allah lebih besar.
Dari uraian ini dapat diambil kesimpulan bahwa musibah adalah sesuatu
yang kita rasakan sangat menyedihkan, mulai dari rasa sakit secara orang-
perorang, kerusakan lingkungan secara mendadak seperti tanah longsor,
banjir bandang, gelombang pasang, kebakaran, badai, sunami, hingga
kematian massal. Penyebab musibah adalah perbuatan manusia sendiri
kemudian ditetapkan oleh Allah.

D. BENTUK MUSIBAH
Telah dijelaskan bahwa musibah adalah keadaan yang kita rasakan sangat
meyedihkan. Keadaan yang menyedihkan bisa berwujud sakit dan bisa
berwujud kematian. Dengan demikian sakit merupakan salah satu bentuk
musibah. Tidak dapat disangkal bahwa sakit adalah musibah dan
menyedihkan. Tetapi bila sabar karena sakit, tetap ingat kepada Allah, tidak
meninggalkan syariat agama, dan melaksanakannya sesuai dengan
kemampuannya, Allah justru mengangkatnya pada derajat kebaikan. Demikian
Rasulullah bersabda :
‫ال يصيب المؤمن شوكة فما فوقها إال رفعه هللا بها درجة وخط عنه خطيئته (رواه الترمذى عن‬
)‫عائشة‬.
Artinya
Tidaklah seorang mukmin terkena duri atau lebih dari itu kecuali Allah
mengangkatnya satu derajat dan menghapus/mencoret kesalahan-
kesalahannya( Turmuzi dari ‘Aisyah,11, [t.th] : 222).
Dari hadis ini dapat dipahami bahwa jika orang sakit itu sabar karena sakitnya
justru memperoleh pahala dari sisi Allah. Sakit memang terasa sakit, tetapi
tidak boleh berharap supaya cepat mati. Mengharap kematian justru tidak
sabar. Dikisahkan bahwa Harisah bin Mudarrib memasuki rumah Khabab. Ia
sedang sakit perut yang parah. Ia berkata :
‫ما اعلم احدا من اصحاب النبي صلى هللا عليه وسلم لقى من البالء ما لقيت لقد كنت ما اجد درهما‬
‫على عهد رسول هللا وفى ناحيتى بيتى اربعون الفا ولوال أن رسول هللا نهانا او نهى أن يتمنى الموت‬
)‫لتمنيت (رواه الترمذى عن حارثة بن مضرب‬
Artinya
Tak seorang pun di antara sahabat Nabi yang menemui balak seperti yang aku
temui ini. Sungguh aku tidak menemui satu dirham pun di era Rasulullah;
sementara di salah satu sudut dirumahku ada 40.000 dirham. Seandainya
beliau tidak melarangku atau melarang mengharap kematian, pasti aku telah
mengharap kematianku ( H.R. at-Turmuzi dari Harisah bin Mudarrib,11,
[t.th] :222)
Dalam kisah tersebut dapat dipahami bahwa di antara para sahabat Nabi,
Khabab berbeda dari yang lain. Nabi dan para sahabat umumnya ketika
meninggal tidak memiliki apa-apa lagi karena habis untuk menegakkan
kalimat tauhid. Sementara ia masih memiliki uang cukup banyak. Maka, ia

6
semacam putus asa, lebih baik mati saja karena kualitas hidupnya tidak seperti
sahabat-sahabat yang lain. Tetapi ia sadar bahwa mengharap supaya cepat
mati itu tidak boleh. Jika sakit sudah amat parah, maka doa yang pas untuknya
di panjatkan kepada Allah adalah :
)‫اللهم احيينى ماكانة الحياة خيرا لى وتوفنى إذا كانت الوفاة خيرا لى (رواه الترمذى عن أنس بن مالك‬
Artinya :
Ya Allah, hidupkanlah/sembuhkanlah aku jika hidup itu lebih baik bagiku, dan
matikanlah aku jika mati itu lebih baik bagiku ( H.R. at-Turmuzi dari Anas bin
Malik, II, [t.tH.] : 265).
Berharap mati saja tidak boleh, apalagi bunuh diri ! orang yang mati karena
bunuh diri tidak perlu di salati. Demikian pesan dari Rasulullah :
)‫أن رجال قتل نفسه فلم يصل عليه صلى هللا عليه وسلم (رواه جابر بن سمرة‬
Artinya :
Bahwa seorang laki-laki membunuh dirinya maka beliau Saw tidak
menyalatinya ( H.R. at-Turmuzi dari Jabir bin Samurah, II. [t.th.] : 265)

E. MENGHADAPI MUSIBAH
Salah satu cara menghadapi musibah yaitu sakit adalah berobat. Berobat
merupakan kewajiban bagi orang sakit supaya sehat kembali. Dikisahkan
bahwa seorang dari desa ( A’rabiyyun ) datang kepada Nabi Saw lalu
bertanya, “Apakah aku harus berobat wahai Rasulullah ?” jawab beliau :
‫ يارسول‬:‫ فقالوا‬.‫ تداواو فإن هللا لم يضع داء إال وضع له شفاء او دواء إال داء واحدا‬,‫نعم يا عباد هللا‬
)‫ الهرام (رواه الترمذى عن اسامة بن شريك‬:‫ وما هو ؟ قال‬,‫هللا‬.
Artinya :
Ya, wahai hamba-hamba Allah !, berobatlah kamu. Sesungguhnya Allah tidak
memberikan penyakit kecuali memberinya obat pula, kecuali satu penyakit.
Mereka bertanya, “Apa itu wahai Rasulullah ?” jawabnya “ pikun“ ( H.R. at-
Turmuzidari Uswah bin Syarik,II, [t.th] : 258 ).
Secara praktis berobat yang paling komrehensif melalui dokter ahli. Atas
dasar pemeriksaan dokter. Apa nasihatnya supaya dipenuhi, apakah berobat
jalan atau rawat inap di rumah sakit yang dirujuk. Di rumah sakit,
pemeriksaan jenis penyakit apa yang diderita pasien dapat diketahui secara
lebih akurat, sehingga obat apa yang harus diminum serta tindakan apa yang
harus dijalani akan lebih mengenai sasaran, dan harapan berikutnya, sakit
lekas hilang dan pasien lekas sembuh.
Secara realistis orang sakit adalah orang yang paling atau sekurang-kurangnya
sangat lemah. Orang lemah amat perlu dikasihani. Terlalu besar kesalahan
orang yang mengelabuhi orang sakit. Demikian contoh mengelabuhi orang
sakit. Sudah berobatnya mahal, masih dipermahal lagi dari harga yang sudah
tinggi; Harga obat dinaikan 10 kali lipat, justru obatnya diganti dengan obat
yang kualitasnya rendah untuk daya penyembuhannya; Obat masih banyak
sudah diminta supaya menebus resep lagi sehingga sisa obat tadi dibawa
pulang untuk praktik di luar kedinasan; Obat untuk diagnose sebenarnya
cukup 30 tablet, ditulis 50 tablet sehingga sisanya untuk kepentingan sendiri;
menipu pasien yang meminta ruang kelas sesuai dengan fasilitas yang
diberikan oleh perusahaannya dikatakan kosong, lalu ditunjukkan kelas yang

7
lebih tinggi, padahal ruang yang diminta masih ada yang kosong; Obat generik
yang mestinya tersedia bagi pasien dikatakan kosong supaya membeli obat
bermerek yang jauh lebih mahal, padahal kualitasnya sama supaya
memperoleh komisi dari rekanannya; jenis obat yang mestinya masuk dalam
daftar askes dikatakan tidak termasuk askes, sehingga obat tersebut harus
dibeli oleh pasien. Cara-cara seperti ini di samping mengelabuhi orang sakit
juga termasuk korupsi. Siksa koruptor kelak amat berat. Demikian sabda Nabi
SAW :
‫ قام فينا النبي صلى هللا عليه وسلم فذكر الغلول فعظمه وعظم امره‬:‫عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ يارسول هللا‬:‫اوعلى رقبته فرس له حمحة يقول‬,‫ال القين احد كم يوم القيامة على رقبته شاة لها ثغاء‬
‫ ال‬:‫ يارسول هللا اغثنى ! فأقول‬,‫وعلى رقبته بعير له رغاء‬,‫ ال املك لك شيأ قد ابلغت‬:‫اغثنى ! فأقول‬
‫ ال املك لك شيأ قد‬:‫ يارسول هللا اغثنى! فأقول‬:‫ فيقول‬,‫ وعلى رقبته صامة‬.‫املك لك شيأ قد ابلغتك‬
‫ ال املك لك شيأ قد ابلغتك (متفق‬:‫ يارسول هللا اغثنى! فأقول‬:‫ او على رقبته رقاع تخفق فيقول‬.‫ابلغت‬
)‫عليه‬
Artinya :
Dari Abi Huraihah, ia berkata, Nabi Saw berdiri di tengah-tengah kita dan
menyebut ghulul, maka sangat memberatkan dosanya, sehingga bersabda:
“Jangan sampai aku bertemu seorang pada hari kiamat memikul kambing di
atas lehernya yang mengembik-embik, atau kuda yang mendengking, lalu
memanggil, ya Rasulullah, tolonglah aku”, maka aku jawab: “Aku tidak dapat
menolongmu dari siksa Allah sedikitpun, Aku telah memperingatkan
kepadamu”. Juga di atas lehernya Onta yang bersuara, lalu berseru: “Ya
Rasulullah, tolonglah aku”, maka Aku menjawab: ”Aku tidak bisa
menolongmu sedikitpun dari siksa Allah. Aku telah memperingatkan
kepadamu”. Atau di atas lehernya kain-kain yang berkibar, lalu berseru, “Ya
Rasulullah, tolonglah aku,” jawabku, “Aku tidak dapat menolongmu walau
sedikitpun, aku telah memperingatkan kepadamu.” (Mutafaqun ‘alaih – ‘Abd
al-Baqi,II,1996:710-711).
Dari hadis ini dapat diperluas pemahamannya, bahwa apa saja yang
dikorupsikan itu akan dibawa serta pada hari kiamat dengan dikalungkan pada
lehernya. Karena demikian berat siksaan para koruptor, maka siapa pun dari
kita, inklusif perawat, harus bekerja menurut profesinya secara professional
dan jujur, mencakup antara lain : aman, nyaman, etis, estetis, dan ekonomis
( Sinopsis, 1982 : 3), berlaku lemah lembut kepada siapa pun, termasuk
pasien, adalah suatu kewajiban. Berkenaan dengan lemah lembut atau cinta
kasih, Rasulullah bersabda:
‫ترى المؤمنين فى تراحمهم وتوادهم وتواطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى عضوا تداعى له سائر جسده‬
)‫بالسهر والحمى (متفق عليه عن النعمان بن بشير‬
Artinya :
Engkau akan melihat orang mukmin dalam kasih sayang, cinta mencinta, dan
pegaulan mereka ibarat satu badan. Jika satu anggotanya sakit, maka menjalar
kepada yang lain anggota sehingga terasa panas dan tidak dapat tidur.
( H.Mustafaq ‘alaih dari Nu’man bin Basyir – ‘Abd al-Baqi,II, 1996 : 993 ).
Atau lebih singkat beliau berkata :
)‫إن المؤمن للمؤمن كالبنيان الواحد يشده بعضه بعضا وشبك اصابعه (متفق عليه‬
Artinya ;

8
Seorang mukmin terhadap sesama mukmin bagaikan satu bangunan yang
setengahnya menguatkan setengahnya yang lain, lalu Nabi Saw
menggenggamkan jari-jemarinya. ( H.Muatanfaqun ‘alaih dari Abi Musa –
‘Abd al-Baqi,II, 1996 : 992 ).
Dalam kesempatan lain beliau bersabda :
‫إن هللا رفيق يحب الرفق ويعط الرفق ماال يعطى على العفف وماال يعطى على ما سواه (رواه مسلم‬
)‫عن عائشة‬
Artinya :
Sesungguhnya Allah itu lemah lembut dan menyukai orang yang lemah
lembut, dan Dia akan memberi sesuatu yang tidak diberikan kepada orang
kasar, dan Dia tidak akan memberikan kepada orang yang selainnya. ( H.R.
Muslim dari ‘Aisyah – an-Nawawi, [t.th.] : 307 ).
Kebanyakan orang yang masuk surga adalah orang yang akhlaknya baik,
demikian sebuah hadis berbunyi :
,‫ تقوى هللا وحسن الخلق‬:‫ فقال‬,‫سئل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن اكثر ما يدخل الناس الجنة‬
)‫ الفم والفرج (رواه الترمذى عن ابى هريرة‬: ‫ فقال‬,‫وسئل عن اكثر ما يدخل النار‬
Artinya :
Rasulullah ditanyai tentang yang paling banyak masuk surga, jawabnya
“taqwallah” dan kebaikan budipekerti”. Ia juga ditanyai yang paling banyak
masuk neraka, jawabnya “orang yang suka mengomel dan mengumbar
kelamin“, dalam arti berzina (H.R Turmuzi dari Abi Huraihah – an-Nawawi,
[t.th] : 304 ).
Kelemahlembutan perawat terhadap pasien dapat diterjemahkan ke dalam
enam butir sebagai berikut :
a. Ada saling percaya antara perawat dan pasien
b. Perawat memahami apa yang menjadi hak pasien dan ia harus melindungi
hak tersebut, antara lain mengenai hak privasi pasien.
c. Perawat harus sensitif terhadap perubahan yang mungkin terjadi pada
pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain,
kelemahan fisik dan ketidak berdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan,
sehingga tidak dapat menggunakan hak-hak dan kewajibannya secara baik.
d. Perawat harus memahami keberadaan pasien atau klien sehingga dapat
bersikap sabar dan tetap memperhatikan pertimbangan etis dan moral.
e. Perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala
resiko yang mungkin timbul selama pasien dalam perawatannya.
f. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara
nilai-nilai pribadinya dengan nilai-nilai pribadi pasien dengan cara membina
hubungan yang baik antara pasien, keluarga, dan teman sejawat serta dokter
untuk kepentingan pasien. ( Nila. 2001 : 41-41 )
Jika perawat bekerja lebih banyak didorong untuk mencari uang dan sepi dari
dorongan ibadah, ketidakberdayaan pasien akan tertelantarkan. Sebaliknya,
jika perawat bekerja atas dasar iman, mencari karunia Allah, menolong
sesama umat, dan mencari ridha-Nya, di samping kerjanya bernilai ibadah,
pasiennya akan terlayani dengan memuaskan. Soal hasil kerja diserahkan
kepada Allah. Wallahu a’lamu bi ash-shawab (Allah lebih mengetahui yang
benar).

9
F. MENYIKAPI KEDATANGAN MUSIBAH
Telah disinggung sedikit bahwa jika kita memperoleh musibah tidak perlu
bersedih secara berlarut dan bila kedatangan anugerah tidak bergembira
kelewat batas (Q.S al-Hadid/57 :23) adalah cara umum memperagakan di
dunia ini karena mati dan hidup kita sepenuhnya di tangan Allah swt. Dia lah
yuhyi wa yumit (mematikan dan menghidupkan – Q.S. al-Baqarah/2 :258; at-
Taubah/9 : 116; Yasin/36 :78; al-Hadid/57 :2, dan masih banyak ayat lagi).
Pola umum menyikapi musibah seperti itu dijelaskan dalam tindakan nyata
menurut petunjuk baik Alquran maupun Sunnah Rasul yakni :
1. Istirja’
Menurut keterangan dari Alquran, jika kita tertimpa musibah baik besar
atau kecil supaya melakukan istirja’, yaitu pernyataan bahwa urusannya
dikembalikan kepada allah. Demikian keterangan Alquran yang dimaksud:
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan
“innalillahi wa inna lillahi rajiun” sesungguhnya kami adalah milik allah
dan kepadanya lah kami kembali (Q.S. al-Baqarah/2 :156)
Secara umum istirja’ dilakukan berkenaan dengan peristiwa kematian,
tetapi biasanya disertai ratap tangis oleh sanak keluarga si mati. Bahkan,
sering terjadi keluarga yang terkena musibah tidak melakukan istirja’,
melainkan justru menangisnya sangat keras. Cara ini sangat tidak benar.
Cara yang benar berkenaan dengan datangnya musibah adalah hanya
mencukupkan. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna
dan rahmat dari tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk (Q.S. al-Baqarah/2 :157)
Ketidak benaran meratap karena musibah juga dijelaskan oleh Rasulullah
saw. Dengan disertai ancaman yang serius. Demikian sabda beliau :
‫النائحة إذا لم تتب قبل موتها تقام يوم القيامة وعليها سربال من قط•ران ودرع من ج•رب‬
)‫(رواه مسلم واحم•••••••••••••••••••••دعن ابى مالك االشعرى‬
Artinya
Apabila wanita yang meratap tangis tidak bertaubat sebelum dia
meninggal, maka dia akan dibangkitkan pada hari kiamat, dan di tubuhnya
dikenakan jubah yang penuh tir dan dir’ah yang penuh penyakit kudis
(H.R Muslim dan Ahmad dari Abi Mlik-al-Asy’ari-ibrahim, 1988:188)
Dalam hadis itu disebutkan ketika dia meratap (niyahah) secara praktis
melakukan dosa yang amat besar dengan ancaman diberi berpakaian sirbal
dan dir’ah. Sirbal artinya baju, gamis, atau jubah. Qathiran maknanya
cairan yang berbau busuk, yang cepat muncul karena panas yang teramat
sangat dan dari daging atau tulang yang terbakar. Jarab artinya penyakit
yang menjangkiti kulit dan biasa meninggalkan noda-noda hitam. Ini
merupakan gambaran siksa yang pedih dan azab yang keras. Laki-laki
yang kuat sekalipun tidak akan kuat menanggungnya. Bagaimana kalau ini
menimpa wanita ? (Ibrahim,1988 :188) Ketika ummu ‘Athiyah masuk
Islam, dibaiat Rasulullah, dinasihati secara langsung untuk tidak
melakukan niyahah ketika suaminya tertimpa musibah (Ibrahim,
1988 :189; ‘Abd al-Baqi,1, 1996 :454). Di balik larangan meratapi orang
mati ternyata, orang mati tersebut di alam kubur disiksa karena ditangisi

10
atau diratapi oleh keluarganya yang masih hidup, belum termasuk disiksa
karena perbuatan jahatnya ketika masih hidup di dunia. Demikian sabda
Nabi saw :
‫ من نيح عليه يعذب بما نيح عليه (رواه البح••ارى‬:‫سمعت النبي صلى هللا عليه وسلم يقول‬
)‫و مسلم عن المغيره‬
Artinya
Aku (al-mughirah) mendengar Nabi saw bersabda : “Barang siapa yang
diratapi, dia akan disiksa sebab diratapinya (H.R al-Bukhari dan Muslim
dari al-Mughirah).
Beliau juga bersabda demikian :
)‫إن الميت ليعدب ببكاء الحي (رواه البخارى ومسلم عن عم••••••ر بن الخط••••••اب‬
Artinya
Sesungguhnya mayit itu disiksa karena diratapi keluarganya yang masih
hidup- H.R al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khathab (‘Abd al-Baqi,
1, 1996 ;447). Tradisi meratapi orang mati oleh keluarganya yang masih
hidup, di jawa amat subur. Jika diukur dari hadis-hadis di atas sebenarnya
mereka, yang menangisi dan meratapi itu, amat kejam dan tidak memilki
belas kasihan terhadap orang yang meninggal. Kita bisa membayangkan
bahwa orang yang berpindah tempat dari daerah asal ke daerah lain, di
tempatnya yang baru itu, pasti keadaannya serba kacau karena belum bisa
menyesuaikan dengan lingkungannya yang baru. Nah, pindah alam, dari
alam dunia ke alam kubur (al-barzah) untuk sebagian orang pasti lebih
dahsyat kekacauannya, ia harus mengalaminya sendirian, seluruh jeritan
dan rintihan tidak ada yang mendengar, dan masih dikacaukan oleh
keluarganya yang masih hidup di dunia dengan menangisi atau
meratapinya. Sebenarnya Rasulullah belum cukup hanya melarang para
wanita atau siapa saja yang menangisi orang mati, tetapi beliau juga
melaknatinya, begitu pula ‘Aisyah istri beliau. Ketika Ja’far, ibnu Haris,
dan ibnu Rawahah gugur di medan perang, istri mereka bertiga menangisi
mereka karena kegugurannya (kesyahidannya) itu. Kejadian ini diketahui
Rasulullah. Beliau memerintah seorang sahabat agar menasihati wanita-
wanita itu untuk diam. Sahabat melakukan perintah tersebut hingga tiga
kali, dan para wanita itu tetap menangis. Kemudian ia lapor kepada
Rasulullah akan kegagalan misinya.
Rasulullah lalu bersabda :
‫فاحث افواهن التراب فقلت ارغم هللا انفك لم تفعل ما امرك رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ولم‬
‫تترك رسول هللا ص••••••••••••••لى هللا علي••••••••••••••ه وسلم العنا‬.
Artinya
Masukilah mulut mereka dengan tanah! Aku (‘Aisyah) berkata : “mudah-
mudahan Allah menghinakan kamu. Kamu tidak mau memenuhi perintah
Rasulullah saw dan kamu membiarkan beliau dalam keadaan sedih – HR.
mutafaq ‘alaih (‘Abd al-Baqi, 1996,1 :453).
Kesedihan Rasulullah lantaran si mayit disiksa di kubur karena ratapan
keluarganya (istri), padahal kemtian mereka disebabkan terbunuh dalam
perang syahid. Dengan demikian, meratapi orang mati tergolong biadab
jika diukur dari kesedihan Rasulullah karena kebandelan wanita yang

11
meratapi orang mati dan dari kepentingan orang mati hanya butuh bantuan
doa ampunan dari orang yang masih hidup. Ketika raja Habsyah
meninggal, Rasulullah mengumumkan kematianya, lalu bersabda:
“istaghfiruliakhikum” (mohonkanlah ampunan untuk saudaramu-H.R.
Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah (Abd al-Baqi,1, 1996:463)
Ketika Rasulullah diberitahu oleh Ummu Salamah bahwa suaminya, Abu
Salamah meninggal, Ummu Salamah disuruh berdoa demikian:
)‫اللهم اغفرلى وله واعقبنى منه عقبى حسنة (رواه الترمذى عن أم سلمة‬
Artinya
Ya Allah, ampunilah aku dan dia (Abu Salamah) dan berilah ganti untukku
darinya dengan ganti yang lebih baik (H.R. at-Turmuzi dari Ummu
Salamah,11,[t.th.] : 224). Versi lain dari doa musibah adalah sebagai
berikut:
‫اللهم اج•••••••••••••••رنى غى مصيبتى واخلف لى خيرا منها‬.
Artinya: Ya Allah berilah pahala dalam musibahku ini, dan aku mohon
ganti yang lebih baik daripadanya (al-Hadis). Doa tuntunan Rasulullah
cukup singkat dan padat untuk kepentingan orang yang sudah mati (Abu
salamah) dan untuk kepentingan orang yang masih hidup (dirinya sendiri,
Ummu Salamah) supaya memperoleh jodoh kembali setelah ditinggal oleh
suaminya. Tuntunan doa itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh
Ummu Salamah. Doa itu amat makbul. Demikian kata Ummu Salamah :
‫ رسول هللا ص•••••••لى هللا علي•••••••ه وسلم‬,‫فأعقبنى هللا من هو خير منه‬.
Artinya
Maka Allah mengganti untukku orang yang lebih baik daripadanya (Abu
Salamah), yaitu Rasulullah saw (H.R. at-Turmuzi dari ummu alalmh,11,
[t.th.] :224).
Doa lain yang dituntunkan untuk orang mati, ketika menyalatinya antara
lain :
‫ اللهم من احييته منا‬,‫اللهم إغفر لحينا وميتنا وشاهدنا وغائبنا وص••غيرنا وكبرنا وذكرنا وأنثانا‬
‫ ومن توفيته منا فتوفه على السالم (رواه الترمذى عن أبى إبراهيم‬,‫فأحي••ه على االيم••ان‬
)‫االشهلى وأبي••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ه‬
Artinya
Ya Allah, ampunilah kepada orang yang masih hidup dan yang sudah mati
dari kami, yang kecil dan yang tua dari kami, yang laki-laki dan
perempuan dari kami, ya Allah hidupkanlah dari kami dengan hidup
secara iman dan matikanlah kami dengan mati dalam keadaan Islam (H.R.
at-Turmuzi dari Abu Ibrahim al-asyhali dari bapaknya) Dan:
)‫اللهم إغفر له وارحمه واغسله بالبرد كما يغسل الثوب (رواه الترمذى عن عوف بن مالك‬
Artinya
Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, mandikanlah dia dengan air sejuk
sebagaimana kain dicuci (H.R. at-Turmuzi dari ‘Auf bin Malik)
2. Menalkin orang yang sakaratul maut
Secara praktis sakaratul maut adalah proses yang hebat perjalanan ruh
keluar dari badan (naza’) menuju kematian. Secara literal sakar berarti
mabuk atau tidak sadar. Jadi, karena kedahsyatan peristiwa kematian,
seseorang menjadi tidak sadarkan diri, yang secara medis disebut koma,

12
sering disertai keringat dingin pada pelipis (H.R. at- Turmuzi,11.[t.th] :
224) selanjutnya mati. Orang yang dalam keadaan sakaratul maut adalah
orang yang dalam keadaan paling kritis dan membutuhkan perhatian
(perawatan) ekstra dari saudara-saudaranya seiman. Dalam keadaan
sakaratul maut supaya ditalkin (dibisiki) bacaan “la ilaha illallah” ( tidak
ada Tuhan kecuali Allah (H.R. at- Turmuzi dari Abu Said al-
Hudri,11[t.th] :725). Talkin supaya dilakukan berulang-ulang sehingga ia
membacanya kalimat itu (la ilaha illallah) sungguh sangat beruntung
karena Rasulullah bersabda :
)‫من كان أخر قوله ال إله إال هلل دخل الجنة (رواه الترمذى عن ابى سعيد الخد رى‬
Artinya
Barang siapa yang akhir ucapannya “la illaha illa-llah” pasti masuk surga
{H.R at-Turmuzi dari Abu Said al-Hudri,11,[t.th.] : 226) Jika orang yang
sedang sakaratul maut itu mondok (opname) di rumah sakit, secara prinsip
menalkin adalah kewajiban tenaga medis termasuk perawat muslim,
meskipun pekerjaan ini dapat dilakukan orang lain, terutama familinya.
Sebaiknya, jika pasien laki-laki yang menalkin juga laki-laki, dan jika
pasien wanita yang menalkin juga wanita, kecuali tidak ada pilihan
umpama yang ada hanya lak-laki atau wanita. Merekalah yang
berkewajiban menalkinnya tanpa memandang laki-laki atau wanita.

G. SIMPULAN
Kenapa dan bagaimana serta apa pun jenis musibah yang menimpa siapa pun,
maka yang jelas Allah SWT tidak zalim. Allah SWT Maha Adil dan Maha
Arif lagi Maha Bijaksana. Dalam QS.9. At-Taubah : 70 dan
QS.29.Al-'Ankabuut : 40 serta QS.30.Ar-Ruum : 30, Allah SWT menyatakan
yang terjemahannya : "Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada
mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.
‫َو َم ا َك اَن َر ُّبَك ِلُيْهِلَك اْلُقَر ى ِبُظْلٍم َو َأْهُلَها ُم ْص ِلُحوَن‬
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara
zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan dan
perbaikan.” (QS. Huud: 117)
Semoga Allah SWT senantiasa memaafkan segala kesalahan kita dan
mengampuni segala dosa kita. Semoga musibah yang kita terima selama ini
merupakan ujian, sekurangnya merupakan peringatan, dan bukan azab yang
didahulukan. Semoga ke depan kita semua dijadikan Allah SWT sebagai
hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa. Aamiiin.

H. DAFTAR PUSTAKA
Poerwanto, W.J.S, 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia.(3th ed), Jakarta:
Balai Pustaka, Departemen Pendidikan nasional.

http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/2012/01/13/rehabilitasi-musibah/

http://keluargaumarfauzi.blogspot.co.id/2015/01/makna-musibah.html

13
http://sabarjunianto.blogspot.co.id/2015/09/musibah-menurut-agama-islam-dan-
cara.html

https://tafsirq.com/index

14

Anda mungkin juga menyukai