Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU KEWARGANEGARAAN

DI SUSUN OLEH ;

DAFFA GUSBON NUGROHO 21.0603.0010

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

TAHUN 2022
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA PENEGAK HUKUM DAN LEMBAGA
PERADILAN

1. KEPOLISIAN
Kepolisian sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.(Santoyo, 2008).
Kepolisian Nasional Indonesia disebut dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia
atau disingkat dengan Polri. Polri mempunyai motto yakni Rastra Sewakotama yang
berasal dari Bahasa Sansekerta, yang memiliki arti Abdi Utama bagi Nusa Bangsa.
Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.28 Sistem
yang digunakan oleh Polri ialah sistem Kepolisian Nasional.(Cookson & Stirk, 2019).
Menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Menyatakan bahwa
“ Fungsi kepolisian adalah menjalankan salah satu fungsi Pemerintahan negara dalam
tugas penegakan Hukum, selain perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat”(Warsito Hadi Utomo, 2005).
Peran Polri antara lain :
1) Perlindungan masyarakat;
2) Penegakan hukum;
3) Pencegahan pelanggaran hukum;
4) Pembinaan Keamanan dan Ketertiban masyarakat. Polisi memiliki tanggung
jawab untuk menindak pelaku-pelaku kejahatan atau melakukan upaya preventif
agar tercipta situasi yang aman dan tenteram. Polisi terutama dibutuhkan ketika
terjadi permasalahan sosial yang merugikan. Karena tanggung jawabnya itulah
polisi memiliki keterlibatan secara langsung dalam efektifnya penegakan hukum
di lingkungan masyarakat(Cookson & Stirk, 2019).

Tugas-tugas pokok Kepolisian tersebut tertuang dalam Pasal 14 Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2002 yaitu:

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan


masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
2) Menyelengarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum dan peraturan perundang-undangan;
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6) Melakukan kordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengaman swakarsa;
7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
8) Menyelenggarakan identifikasi Kepolisian, kedokteran kepolisian, kedokteran
kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologis kepolisian untuk kepentingan
tugas Polisi;
9) Melindungi keselamatan jiwa raga harta benda masyarakat, dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum dilayani oleh
instansi dan atau pihak yang berwenang;
11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam
lingkup tugas kepolisian, serta
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan.

Mengenai Kewenangan umum Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam


Pasal 15 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yang menyebutkan : Secara umum
menyebutkan Kepolisian berwenang:

1) Menerima laporan atau pengaduan;


2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu
ketrtiban umum;
3) Mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit masyarakat;
4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrasi
Kepolisian;
6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagia bagaian dari tindakan Kepolisian
dalam rangka pencegahan;
7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8) Mengambil setik jaridan identitas lainya dan memotret seseorang ;
9) Mencari keterangan dan barang bukti;
10) Menyelenggarakan pusat informasi (Warsito Hadi Utomo, 2005).
2. KEJAKSAAN
Kejaksaan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2005 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia. Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negera di bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan Undang- undang yang dilaksanakan secara merdeka.
Kejaksaan mempunyai tugas:
1) Melakukan penuntutan;
2) Melaksakan penetapan hakim dan putus- an pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
3) Melakukan pengawasan terhadap pelak- sanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat.
4) Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-un-
dang.
5) Melengkapi berkas perkara tertentu, me- lakukan pemeriksaan tambahan sebelum
dilimpahkan kepengadilan.
6) Di bidang perdata dan tata usaha negara kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun diluar pengadilan untuk dan atau atas nama
pemerintah.
7) Di bidang ketertiban dan ketentraman melaksanakan kegiatan peningkatan ke-
sadaran hukum masyarakat, pengamanan kebijakan penegak hukum, pengawasan
peredaran barang cetakan, pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan
negara, pencegah penyelahgunaan dan penodaan negara(Santoyo, 2008).

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia telah


mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan di dalam Pasal 30, yaitu :

1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :


a) Melakukan penuntutan;
b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
d) Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah
3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan :
a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c) Pengamanan peredaran barang cetakan;
d) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f) Penelitian dan pengembangan hukum statistic kriminal”(Cookson & Stirk,
2019).
3. KEHAKIMAN
Berdasarkan poin pertimbangan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dijelaskan bahwa kekuasaan
kehakiman ialah kekuasaan negara yang memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, yang dilakukan
oleh Mahkamah Agung beserta badan peradilan lain di bawahnya baik dalam
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara, peradilan
militer, dan dilakukan juga oleh Mahkamah Konstitusi(Cookson & Stirk, 2019).
Sementara hakim ialah organ pengadilan yang mengemban tanggung jawab dan
menjalankan kewajiban untuk memastikan agar hukum dan keadilan ditegakkan baik
berdasarkan yang tertulis maupun tidak, dan putusannya tidak boleh bertentangan
dengan asas dan keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Organ pengadilan yang
juga dianggap telah mengetahui hokum. Kekuasaan kehakiman tidak lepas pula dari
peran hakim dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil Tuhan di dunia, yakni
memutus sebuah penyelesaian perkara berdasarkan fakta-fakta hukum yang ada di
persidangan. Hakim tidak boleh memutuskan suatu hal tanpa pertimbangan yang
matang atau atas dasar kepentingan pribadi atau kepentingan golongan. Kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka, yang tidak boleh ada campur
tangan pihak mana pun baik itu pemerintah maupun masyarakat di dalamnya
(Cookson & Stirk, 2019).
4. PERADILAN AGAMA
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan dalam
pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya di
lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer,
merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk
menyelenggarakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu
antara orang-orang yang beragama Islam.
Pengadilan Agama Sumber yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas
dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur
dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Pengadilan AgamaSumber mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut:
1) Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam
tingkat pertama (vide: Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
2) Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada
pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis
yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi umum/perlengkapan, keuangan,
kepegawaian, dan pembangunan.(vide: Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
3) Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas
dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan
Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan
dengan seksama dansewajarnya (vide: Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.
3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta
pembangunan. (vide: KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
4) Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam
kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide: Pasal 52 ayat
(1) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006).
5) Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan
persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan
umum/perlengkapan) (vide: KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006)

5. PERADILAN MILITER
Mengenai  justisiabel  Peradilan Militer di dalam perkara pidana yang dilakukan
Militer (prajurit TNI) berpangkat Kapten ke bawah yang melakukan tindak pidana
(kejahatan) maupun pelanggaran masih aktif dan orang-orang yang tunduk pada
kekuasaan Peradilan Militer berdasarkan Undang-Undang Peradilan Militer. Dalam
pelaksanaan tugas dan kewenangannya baik itu  teknis yudisial  maupun  non teknis
yudisial  Peradilan Militer menetapkan visi dan misi sesuai dengan kebijakan yang
telah digariskan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam rangka
terwujudnya badan peradilan yang ideal.
Wewenang Pengadilan Militer Tinggi adalah:
1) Pengadilan Militer Tinggi pada tingkat pertama:
a) Memeriksa dan memutus perkara pidana yang terdakwanya adalah
prajurit atau salah satu prajuritnya berpangkat mayor ke atas.
b) Yang berdasarkan Undang-Undang dipersamakan dengan Prajurit
seperti prajurit siswa, prajurit mobilisan, dan orang yang diberi
pangkat titular;
c) Anggota suatu golongan, jawatan, badan yang disamakan dan dianggap
sebagai Prajurit berdasarkan Undang-Undang.
2) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan
Bersenjata
a) Pengadilan Militer Tinggi memeriksa dan memutus pada tingkat
banding perkara pidana yang telah diputus Pengadilan Militer dalam
daerah hukumnya yang dimintakan banding.
b) Pengadilan Militer Tinggi memutus pada tingkat pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Militer dalam
daerah hukumnya.(Heniarti, 2017).
6. PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang juga melaksanakan Fungsi sebagai berikut :
1) Meneruskan sengketa-sengketa Tata Usaha Negara ke Pengadilan Tata Usaha Negara
dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Negara yang berwenang;Peningkatan
2) kualitas dan profesionalisme Hakim dan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
seiring peningkatan integritas moral dan karakter sesuai pedoman perilaku hakim
( PPH ), kode etik dan Prasetya Hakim Indonesia, guna tercipta dan dilahirkannya
putusan-putusan yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum dan keadilan,
serta memenuhi harapan pera pencari keadilan (justiciabelen);
3) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga peradialan guna
meningkatkan dan memantapkan martabat dan wibawa Aparatur dan Lembaga
Peradilan, sebagai benteng terakhir tegaknya hukum dan keadilan,sesuai dengan UUD
1945;
4) Memantapkan pemahaman dan pelaksanaan tentang organisasi dan tata kerja
kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang, sesuai dengan keputusan
Ketua Mahkamah Agung No.KMA/012/SK/III/1993 tanggal 5 Maret 1993 tentang
Organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara;
5) Membina calon hakim dengan memberikan bekal-bekal pengetahuan di bidang
hukum dan administrasi Peradilan Tata Usaha Negara,serta pembinaan moral dan
etika agar menjadi Hakim yang profesional dan bermartabat.
6) Melakukan pembinaan pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya, baik
menyangkut administrasi, teknis, yustisial maupun administrasi umum.
7) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim dan pegawai
lainnya.
8) Menyelenggarakan sebagian kekuasaan negara di bidang kehakiman

7. PERADILAN UMUM ( PENGADILAN NEGERI, PENGADILAN TINGGI,


MAKAMAH AGUNG)
Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-
undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai
saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut
Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di
semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan
Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
-     terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa,
mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan
meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan
serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi
kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)/
8. PENASEHAT HUKUM
Pengacara atau hukum adalah lulusan pengacara yang mempelajari, menerapkan,
mengembangkan, atau menangani hukum. Seorang pengacara dapat menjalankan
berbagai profesi di dunia , antara lain: pengacara, pengacara perusahaan, pengacara
pajak, juru sita, pengacara hukum, asisten hukum, notaris, jaksa penuntut umum,
hakim, dll .
Pengacara mewakili kepentingan hukum klien dan mencoba mencoba melihat efektif
mungkin. Mereka juga memiliki peran penasehat dan tetap berhubungan dengan
rekanan. Selama prosedur, mereka menyediakan dokumen prosedur, mengajukan
kasus-kasus pengadilan dan berkorespondensi dengan otoritas kehakiman. Lebih
lanjut, tugas umum berikut dapat dijelaskan dimana pengacara bertanggung jawab:
1) Menganalisis dan menguraikan masalah hokum
2) aturan dalam hokum
3) Penataan hukum yang sistematis (menganalisis dan mengidentifikasi masalah
sistematis)
4) Menafsirkan dan / atau aturan hukum dan aturan saat ini atau menyusun aturan baru
untuk mana belum ada undang-undang dan aturan yang dibuat
5) Mendefinisikan, membuat dan menggunakan konsep hokum
6) Elaborasi dan penggunaan penghargaan, penilaian, klasifikasi dan teori
7) Turunkan prinsip-prinsip dalam hukum peradilan
8) Untuk memutuskan atau menyetujui pihak yang berlawanan
9) Memberikan informasi tentang sistem hukum atau masalah hukum lainnya melalui
media dan / atau bicara public
10) Menganalisis, mempelajari dan mendeskripsikan fakta dan peristiwa
11) Mendebat atau resolusi, interpretasi, bukti (dapat diterima), dll.
12) Mencerminkan nilai-nilai hukum, fakta dan bukti (terus-meneruskan putusan /
pendapat, menasihati pengacara dan hakim, dll.)
13) Memprediksi apa yang bisa dilakukan juri
14) Mengautentikasi atau mengkritik sistem politik
15) Belajar, menyebarkan dan menyebarkan pengetahuan

Daftar Pustaka

https://www.mahkamahagung.go.id/id/tugas-pokok-dan-fungsi

https://web.pa-sumber.go.id/tugas-pokok-fungsi/

https://hukum.uma.ac.id/2020/09/19/tugas-dan-fungsi-pengacar-lawyer/

Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). 済無 No Title No Title No Title. 15–63.

Heniarti, D. D. (2017). Sistem Peradilan Militer Di Indonesia. 1–195.

Santoyo. (2008). Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 8(3), 199–204.
Retrieved from https://bit.ly/2FhMAKf

Warsito Hadi Utomo. (2005). Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia ,Prestasi
Pustaka, Jakarta, 2005, hlm 5. 52–77.

Anda mungkin juga menyukai