Anda di halaman 1dari 64

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( DALAM )

TERAPI AKUPRESUR UNTUK PENDERITA HIPERTENSI


DI BANGSAL EDELWEIS RS HARAPAN MAGELANG

Analisa Jurnal Ini Disusun Guna Memenuihi Tugas KMB


Program Studi Profesi Ners Semester 2
Dosen Pembimbing :
Ns. Robiul Fitri M, M.Kep
Perceptor:
Ririn Dwi F,S.Kep.,Ns

DI SUSUN:
DWI ISTUTIK 21.0604.0015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg serta pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Gonzaga
Richardus Nahak, 2019).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan
pembuluh darah.Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Hipertensi mengakibatkan bebagai komplikasi pada pembuluh darah (Mufida, 2019).
Tekanan darah biasa dicatat sebagai tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik
merupakan tekanan darah maksimum dalam arteri yang disebabkan sistoleventricular.
Tekanan sistolik menunjukan tekanan atas yang nilainya lebih besar, sedangkan
tekanan diastolik merupakan tekanan minimum dalam arteri yang disebabkan oleh
diastoleventricular(Nurtriyana muhammad ivan, 2019).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18 tahun di
seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan penderita
hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering
ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan
jantung, stroke. Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi. Pelayanan kesehatan pada penyakit
hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. (Parwati, Ni, 2018).
Penatalaksaan pada penderita hipertensi terdiri dari modifikasi pola hidup dan
dilanjutkan dengan pemberian obat-obat antihipertensi. Ada beberapa cara untuk
menangani hipertensi yaitu terapi farmakologi dan non farmakologis. Dengan terapi
farmakologis berarti kita menggunakan obat- obatan, sedangkan dengan terapi non
farmakologis berarti kita menggunakan bahan-bahan non obat.(Ratih Damayanti,
2013).
Penyakit hipertensi dapat dicegah atau diobati. Ada berbagai cara untuk mengobati
hipertensi, antara lain dengan mengkonsumsi obat- obatan penurun tekanan darah,
pengaturan pola makan, olahraga, mengurangi stres, menghindari alkohol, dan tidak
merokok. Trend pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi
alternatif dan komplementer. Terapi alternatif dan komplementer yang saat ini
dipercaya masyarakat untuk mengobati hipertensi diantaranya akupuntur, akupresur,
bekam, terapi herbal, terapi listrik, dan lain-lain. Salah satu metode non farmakologik
yang berpotensi untuk menurunkan keluhan nyeri serta meningkatkan kenyamanan
tubuh pada penderita hipertensi adalah akupresur. Akupresur merupakan salah satu
cara pengobatan alternatif secara nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk
pengobatan hipertensi (Nurtriyana muhammad ivan, 2019).
Akupresur merupakan salah satu pengobatan tradisional dengan melakukan pemijatan
pada titik tertentu yang dapat digunakan untuk pengobatan di rumah dalam rangka
meningkatkan kemandirian sehat, menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri
kepala (Priyo, Margono, & Nurul hidayah, 2018).
Dari uraian diatas sangat jelas pentingnya terapi komplementer relaksasi akupresur
untuk menurunkan tekanan darah dan nyeri kepala tanpa menimbulkan efek samping,
mudah dilakukan sewaktu-waktu bahkan oleh orang awam sekalipun dan bersumber
daya masyarakat.
B. Tujuan
1. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
medical bedah dengan masalah utama hipertensi.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi hipertensi dengan terapi nonfarmakologi.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hipertensi dengan akupresur titik hegu dan titik
taichong.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah diastolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan darah diastolic sedikitnya 90 mmHg (Gonzaga Richardus Nahak,
2019).
Sedangkan menurut Kemenkes RI penyakit hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang.(Kemenkes RI, 2013).
B. ETIOLOGI
Faktor penyebab hipertensi menurut (Sari et al., 2014) seperti:
1) Keturunan
2) Jenis kelamin,
3) Usia
4) Ras,
5) Obesitas
6) Konsumsi garam berlebih
7) Kurang olahraga
8) Merokok
9) Konsumsi alkohol
10) Stress psikososial berpengaruh pada perubahan struktur dan fungsi arteri yang
mengalami penuaan seperti penumpukan kolestrol pada pembuluh darah.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak dan dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada titik ini
neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah. Dimana dengan dilepaskannya noripenefrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat memengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstiktor. Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga ikut
terangsang. Medula adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pemepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron dan korteks adrenal. Hormon ini yang menyebabnkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Dan dari faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Barbot,
2019).
D. PATHWAY HIPERTENSI
(Beever, 2001; Hall, 2012; Barbot, 2019).

E. KLASIFIKASI
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7 terbagi menjad
kelompok normal, pra hipertensi, hipertesi derajat I, dan hipertensi derajat 2 (Gonzaga
Richardus Nahak, 2019).
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7

Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic


( mmhg) (mmhg)
Normal <120 <80
Pra hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

F. TANDA DAN GEJALA


1) Pada hipertensi primer sering tidak menunjukan gejala apapun. Baru timbul gejala
setelah adanya komplikasi pada organ pasien, misalnya : mata, ginjal, otak dan
jantung. Gejala yang banyak dirasakan oleh pasien hipertensi primer adalah sakit
kepala, mimisan, jantung berdebar – debar, dan sering buang air kecil dimalam
hari. Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang terasa berat
pada bagian tengkuk dan biasanya terjadi pada siang hari. Gejala lain adalah sesak
napas, sulit tidur, mata berkunang – kunang, mudah marah, dan cepat lelah.
2) Dibawah ini gejala – gejala penyakit akibat hipertensi sekunder yang disebabkan
adanya kerusakan pada organ tubuh:
a. Gejala hipertensi yang dirasakan karena adanya kelainan ginjal
1) Sejarah penyakit ginjal yang turun - temurun
2) Menderita infeksi saluran kencing
3) Sering buang air kecil dan merasa haus
4) Sering merasakan sakit dibagian pinggang
b. Gejala hipertensi yang dirasakan karena feokromositoma
1) Sakit kepala hebat yang dating secara tiba – tiba
2) Wajah pucat
3) Keringat yang berlebihan
4) Jantung berdebar – debar sangat kencang (Mirasantika, 2018).

Sedangkan menurut (Nurarif & Kusuma, 2016),tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi :

1) Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah
tidak teratur.
2) Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang adalah:
1) Mengenai mata,
Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
2) Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(TransientIschemic Attack/TIA).
3) Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada
proses akut seperti pada hipertensi maligna (Mirasantika, 2018).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic atau laboratoriun yang diambil adalah :
1) Serum: Aldosteron; Supine nilai normal : 2-5 ng/Dl, Standing nilai normal : 7-20
ng/dL, Kolesterol plasma total Nilai normal :150-199 mg/dL, Nilai normal LDL :
130 mg/dL, Nilai normal HDL : 40 mg/dL, Trigliserida nilai normal : 250 mg/dL.
2) .Urine : BUN (Blood Urea Nitrogen) ; 8-20mg/dl (2.9-7.1 mmo/L), Renin ; nilai
normal : 0,2-3,3 ng/ml/jam, Asam urat ; nilai normal : 2.5-8 mg/Dl.
3) Elektrokardiogram (ECG); Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia (Gonzaga Richardus
Nahak, 2019).
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Hipertensi ada 2 antara lain:
1) Secara nonfarmakologi
Pada saat seseorang ditegakkan diagnosanya menderita hipertensi derajat satu,
maka yang pertma dilakukan adalah mencari lcoho resiko apa yang ada.
Kemudian dilakukan upaya untuk menurunkan lcoho risiko yang ada dengan
modifikasi gaya hidup, sehingga dapat dicapai tekanan darah yang diharpkan. Bila
dalam waktu 1 (satu) bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat
diberika. Bila hipertensi derajat dua maka intervensi obat diberikan bersamaan
dengan modifiksi gaya hidup.
Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan mengontrol hipertensi
adalah
a. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak
b. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal
c. Gaya hidup aktif/olahraga teratur
d. Stop merokok
e. Membatasi konsumsi lcohol (bagi yang minum).
2) Secara farmakologi Tatalaksana
Tatalaksana hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan pola hidup
tekanan darah belum mencapai target (masih >149/90 mmHg) atau 130/80 mmHg
pada diabetes atau ginjal kronik. Pemilihan obat berdasarkan ada/tidaknya indikasi
khusus. Bila tidak ada indikasi khusus pilhan obat tergantung dari derajat
hipertensi. Teradapat 9 kelas obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah yang diinginkan. Penam bahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai
apabila pemakaian obat dosis tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target
tekanan darah. Apabila tekanan darah melibihi 20/10 mmHg di atas target, dapat
di pertimbangkan utnuk memulai terapi dengan dua obat (Gonzaga Richardus
Nahak, 2019).
BAB III

RESUME KASUS

Ny Siswati adalah seorang ibu rumah tangga yang berumur 69 tahun dan sudah memasuki
masa lansia. Pendidikan ibu Siswati adalah sekolah menengah tingkat atas. Pada hari
Minggu, 6 Febuari 2022 jam 10:30 ibu siswati masuk ke igd RS Harapan dengan keluhan
pusing, mual, lelah dan merasa lemas. Pada hari Senin, 7 Febuari 2022 jam 14:30, dilakukan
pengkajian dengan hasil pasien masih mengeluh pusing, berputar –putar, mual jika untuk
bergerak, gliyer,kondisi ny Siswati bedrest, masih teras lemas, lelah, Tekanan darah: 172/102
mmhg, Nadi : 99 kali/menit, Suhu : 36,8 0c, Respirasi: 20 kali/menit. Untuk kebutuhan ADL
masih bantuan perawat dan keluarga kecuali makan dan minum yang sudah mandiri, toileting
dan mandi masih dengan bantuan perawat dan keluarga. Untuk pengkajian nyeri didapatkan
hasil Provokes ( yang menimbulkan nyeri) : hipertensi ( kerusakan vaskuler pada pembuluh
darah perifer), Quality( bagaimana kualitasnya): tajam nenusuk, Regio( dimana letaknya) :
kepala, Scale( berapa skalanya) : 4, Time ( waktu): setiap jarak 1 samapai 2 menit.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN DAN ANALISA JURNAL

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Dwi Istutik


Semester / Tingkat : 2/I
Teampat Praktek : Kamar 8 Bangsal Edelweis RS Harapan Magelang
Tanggal Pengkajian : Senin, 7 Febuari 2022 jam 14:30
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : Ny S
2. Umur : TTL 7 Juli 1952/ 69 tahun
3. Alamat : Grojol RT 3 RW 2 Payaman Secang Magelang.
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk RS : Minggu, 6 Febuari 2022 jam 10:30
7. Nomor Rekam Medis : 076356
8. Diagnosa Medis : Hipertensi dengan febris
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum
a) Alasan masuk rumah sakit: klien datang ke igd RS Harapan
dengan keluhan pusing, mual, lelah dan merasa lemas.
b) Tekanan darah : 172/102 mmhg
c) Nadi : 99 kali/menit
d) Suhu : 36,8 0c
e) Respirasi : 20 kali/menit
b. Riwayat masa lalu ( penyakit, kecelakaan dll): riwayat panas sudah 5
hari yang lalu.
c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
1 Sanmol 3X500mg Obat pemberian
dokter praktek

d. Kemampuan mengontrol kesehatan


a) Yang dilakukan bila sakit : periksa ke praktek dokter terdekat.
b) Pola hidup ( konsumsi alcohol/ olah raga): tidak mengkonsumsi
alcohol dan hanya melakukan jalan-jalan pagi.
e. Faktor social ekonomi( penghasilan/ asuransi kesehatan,dll): memakai
asuransi penjaminan BRI Life kelas 1.
f. Pengobatan sekarang
No Nama Dosis Kandungan Manfaat
obat
1 Futrol 20 Futrolit infus digunakan Memenuhi kebutuhan
it TPM untuk memenuhi karbohidrat, cairan,
infus kebutuhan karbohidrat, dan elektrolit pada
cairan, dan elektrolit sebelum, selama, dan
pada sebelum, selama, sesudah operasi.
dan sesudah operasi.
Mengatasi kondisi
Infus ini termasuk
dimana sejumlah
dalam golongan obat
cairan dan sodium
keras yang harus
tubuh hilang dalam
menggunakan resep
jumlah yang
dokter. Futrolit infus
seimbang (dehidrasi
mengandung natrim,
isotonik) dan
kalium, kalsium,
kehilangan cairan
magnesium, natrium
yang berada di luar
klorin, dan asetat
sel (cairan
ekstraseluler).
2 Broad 2x1 Antibiotic mengandung Mengobati infeksi
ced gram cefotaxim golongan bakteri
injeks cephalosporin
i
3 Onda 4mg/ Mengandung antagonis Mengobati mual
ncetro 12 reseptor 5HT3 muntah
n jam
injeks
i
4 Sanm 3x Paracetamol 500mg Menurunkan panas
ol 500m
g
5 Betah 3x1 Antihistamin Mengobati vertigo,
istin syndrome meniere
6 Fluna 1x1 Calcium chanel bloker Mengobati migraine,
rizin pusing

g. Riwayat imunisasi
Tidak ada riwayat imunisasi.
Jenis imunisasi Ke 1 Ke 2 Ke 3
BCG Umur
Oleh
Komplikasi
Hepatitis B Umur Umur Umur
Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
DPT Umur Umur Umur
Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
Polio Umur Umur Umur
Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
Cmpak Umur
Oleh
Komplikasi
Imunisasi lain Jelaskan
yang pernah
dijalankan

2. NUTRITION
a. A ( Antropometri) meliputi BB,TB,LK,LD,LILA,IMT:
1) BB biasanya 60 kgDan BB sekarang 60 kg
2) Lingkar perut : tidak terkaji
3) Lingkar kepala : tidak terkaji
4) Lingkar dada: tidak terkaji
5) Lingkat lengan atas : tidak terkaji
6) TB: 155 cm
7) IMT : 59/ 155cmx155cm=60kg/1,55x1,55m= 60/2,4025= 24,97
( normal)
b. B( Biochemical) meliputi data labolatorium yang abnormal:
SGOT :86,2 u/l
SGPT: 48,7 u/l
Trombosit: 68000 m3
c. C( Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut,turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
Rambut hitam beruban, lurus, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
d. D ( Diet) meliputi nafsu jenis frekuensi makan yang diberikan selama
dirumah sakit:
Makan 3 kali sehari di rumah sakit dengan porsi sedang jenis bubur, lauk,
sayur buah. : nafsu makan bagus, 3 kali sehari sesuai dengan jadwal rs
porsi hanya sedikit berkurang.bubur lauk dan sayur serta buah.
e. E( Energi) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di RS :
Klien hanya tertiduran di tempat tidur, jarang bergerak dikarenakan masih
merasa pusing dan terasa gliyer.
f. F( Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi( kemampuan menelan,
mengunyah dll):
proses menelan dan mengunyah tidak mengalami kelainan.
a. Penilaian statsu gizi: pola asupan makanan selama di RS baik tidak ada
penurunan dalam asupan makanan.
g. Pola asupan cairan: minum makan dan infus.
h. Cairan masuk:
Hari 1:
Cairan masuk=oral+enteral+parenteral+ air metabolisme(5ccxBB)
Total masuk infus dalam 24 jam =500 cc, minum = 400cc, injeksi= 14cc
Total cairan masuk= 500+400+14+ (5ccx60)=914+300= 1214cc
Hari ke 2
Total cairan masuk= 600cc+ 1000cc+ 300=1900cc
Hari ketiga
Total cairan masuk= 500cc+ 1000cc+ 300=1800cc
i. Cairan keluar:
Hari 1
Cairan keluar=BAB+urin+NGT+muntah+drain+IWL( 15ccxBB/24)
Total urine = 610cc, iwl= 900tinja= -
Total cairan keluar= 610+ ( 15ccx60)=610+ 900=1510cc
Hari ke dua
Total cairan keluar= 1100cc+ 900= 2000cc
Hari ketiga
Total cairan keluar= 1050cc+ 900= 1950cc
j. Penilaian status cairan ( balance cairan):
Hari pertama
Masuk=1214cc
Keluar= 1510ccBalance cairan = 1214-1510= - 296cc
Hari kedua
Balance cairan = 1900-2000= -100cc
Hari ketiga
Keluar= 1800-1950= - 150cc
k. Pemeriksaan:
a) Abdomen inspeksi : simetris, kondisi dinding perut dalam batas
normal.
b) Auskultasi: peristaltic usus 20x/menit
c) Palpasi : tidak terasa nyeri pada palpasi
d) Perkusi ukuran lien normal, tidak ada cairan dan massa, bunyi timpani,
3. ELIMINATION
a. Sistem urinary
1) Pola pengeluaran urine( frekuensi,jumlah,ketidaknyamanan): bak
siang hari kurang lebih 5 kali malam 1 kali dengan jumlah kurang
lebih 120 ml. tidak ada gangguan dalam proses eliminasi.
2) Riwayat kelainan kandung kemih: tidak ada
3) Pola urine ( jumlah, warna,kekentalan,bau): 5 kali siang hari untuk
malam 1 kali, warna kekuningan jernih bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine: tidak ada retensi maupun
distensi
b. Sistem gastroentestinal
1) Pola eliminasi : bab setiap hari 1 kali konsistensi lembek, warna
kuning feses.
2) Konstipasi dan factor penyebab konstipasi: tidak mengalami
konstipasi.
c. Sistem integument
1) Kulit(integritas kulit/ hidrasi/ turgor/ warna/ suhu): akral hangat,
turgor kulit kemerahan.
4. ACTIVITY/ REST
a. Istirahat/ tidur
1) Jam tidur: selama di rs banyak tidur, siang kira-kira 2 jam untuk
malam kira-kira 8 jam
2) Insomnia: Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam
prosestidur.
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: berdoa sebelum tidur.
b. Aktivitas
1) Pekerjaaan: irt
2) Kebiasaan olah raga: jarang berolah raga.
3) ADL
a) Makan: makan sendiri dengan bantuan keluarga.
b) Toileting: bisa sendiri dengan bantuan keluarga.
c) Kebersihan: terjaga kebersihannya
d) Berpakaian: dalam berpakaian klien dibantu perawat ataupun
keluarganya.
4) Kekuatan otot: kekuatan otot klien mengalami kelemahan.
5) ROM: pasif/aktif: aktif
6) Resiko untuk cidera: tidak ada resiko terjadinya cidera.
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung: tidak ada
2) Edema ekstremitas: tidak ada
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring 172/102mmhg.
b) Duduk : tidak terkaji
4) Tekanan vena jugularis:-
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat.
b) Palpasi: ictus cordis teraba atau tidak: teraba
c) Perkusi : terdengar bunyi Pekak
d) Auskultasi : irama jantung reguler
d. Pulmonary respons
1) Penyakit system nafas: tidak ada
2) Penggunaan o2: tidak memakai o2
3) Kemampuan bernafas : tidak ada keluhan.
4) Gangguan pernafasan(batuk, suara nafas, sputum,dll): tidak ada
gangguan.
5) Pemeriksaan paru-paru:
a) Inspeksi: dada simetris
b) Palpasi: tidak teraba masa di dada
c) Perkusi: redup
d) Auskultasi: irama pernafasan reguler
5. PERCEPTION/ COGNITION
a. Orientasi/ kognisi
a) Tingkat pendidikan : SMA
b) Kurang pengetahuan : mengerti tentang hipertensi yang dideritanya,
rutin kntrol di dokter terdekat.
c) Pengetahuan tentang penyakit : mengerti tentang hipertensi yang
dideritanya.
d) Orientasi ( waktu,tempat orang): mengetahui tempat dan waktu dengan
tepat.
b. Sensasi/persepsi
a) Riwayat penyakit jantung : hipertensi
b) Sakit kepala : nyeri, merasa pusing pada kepalanya
c) Penggunaan alat bantu : tidak memakai alat bantu dengar dan
penglihatan memakai kaca mata.
d) Penginderaan : tidak mengalami perubahan dalam penginderaan
c. Comunication
a) Bahasa yang digunakan : indonesia dan jawa
b) Kesulitan berkomunikasi : tidak mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi.
6. SELF PERCEPTION
a. Self concept/ self esteem
a) Perasaan cemas/ takut : tidak mengalami kecemasan
b) Perasaan putus asa/ kehilangan : tidak mengalami putus asa
c) Keinginan untuk menciderai : tidak ada keinginan untuk menciderai
diri sendiri maupun orang lain
d) Adanya luka/ cacat : tidak ada luka atau cacat.
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
a) Status hubungan : menikah
b) Orang terdekat : anak dan suami
c) Perubahan konflik/peran : tidak ada
d) Perubahan gaya hidup : tidak ada
e) Interaksi dengan orang lain : mudah berinteraksi dengan perawat
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
a) Masalah/ disfungsi seksual : tidak pernah mengalami disfungsi sexual
b) Periode menstruasi : menapause
c) Metode KB yang digunakan : tidak kb
9. COPING/ STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
a) Rasa sedih/ cemas/ takut : klien merasa tenang karena sudah berada di
rumah sakit dan merasa tenang karena ada perawat dan dokter yang
merawatnay.
b) Kemampuan untuk mengatasi : berdoa
c) Perilaku yang menampakan cemas : tidak ada
10. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
a) Kegiatan keagamaan yang di ikuti : mengikuti jamaah yasinan dan
pengajian.
b) Kemampuan untuk berpartisipasi ; mudah beradaptasi dengan perawat
c) Kegiatan kebudayaan : tidak mengikuti kegiatan kebudayaan
d) Kemampuan memecahkan masalah : dengan bantuan anak-dan
suaminya.
11. SAFETY/ PROTECTION
a. Alergi
a) Penyakit autoimun : tidak ada
b) Tanda infeksi : tidak ada
c) Gangguan thermoregulasi : riwayat panas 5 hari dirumah
d) Gangguan/ resiko ( komplikasi immobilisasi, jatuh aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipiglikeia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap): hipertensi dengan tekanan
darah 172/102 mmhg
12. COMFORT
a. Kenyaman/ nyeri
a) Provokes ( yang menimbulkan nyeri) : hipertensi ( kerusakan vaskuler
pada pembuluh darah perifer)
b) Quality( bagaimana kualitasnya): tajam nenusuk
c) Regio( dimana letaknya) : kepala
d) Scale( berapa skalanya) : 4
e) Time ( waktu): setiap jarak 1 samapai 2 menit.
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai : mual, lemas, lelah
13. GROWTH / DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : masa lansia
b. DDST ( Form di lampirkan) : tidak ada
c. Terapi bermain (SAB dilampirkan) :tidak ada
C. DATA LABORATORIUM
Tanggal& Jenis Hasil Harga normal Satuan Inter
jam pemeriksaan pemeriksaan preta
si
6 Feb Antigen SARS- Negatif Negatif
2022jam CoV-2
10:57 WIB
6 Feb KIMIA
2022 jam SGOT 86,2 < 31 U/L
10:57WIB SGPT 48,7 <31 U/L
FAAL GINJAL
Ureum 13,5 20-40 Mg/dl

Creatinin 0,6 0,5-0,9 Mg/dl

IMUNO-
SEROLOGI
Negatif <=2 negatif
Tubex-TF
3 Borderline
4-6 weak positif
6-10strong positif

6 Feb HEMATOLOGI
2022 jam HB 14,7 11,5-15,2 g/dl
10:57WIB Leukosit 3,51 3,5-10,0 10^3/
Trombosit 68 150-450 mm3
Hematokrit 41,8 37,0-45,0 10^3/
Eritrosit 4,81 4,00-5,40 mm3
MCV 82,0 77,0-91,0 %
MCH 26,9 24,0-30,0 10^6/
MCHC 32,8 32,0-36,0 mm3
RDW-CV 13,9 11,0-16,0 ℳm^3
RDW-SD 41,2 37,0-49,0 Pg
MPV 8,3 6,0-11,0 g/dl
PDW 10,4L 11,0-18,0 %
PCT 0,300 0,15-0,50 Fl
DIFFCOUNT ℳm^3
Limfisot% 19,9 0,0-100,0 dl
Monosit% 5,6 0,0-100,0 /
Neutrofil% 73,7 0,0-100,0
Eosinofi% 0,3 0,0-100,0 %
Basofl% 00,0-100,0 %
Neutrofil# 0,5 1,80-8,00 %
Limfisot# 17,01H 1,5-6,50 %
Monosit# 4,60 0,00-0,80 %
Eosinofi# 0,07 0,00-0,60 ribu/ul
Basofl# 0,12 0,00-0,20 ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul

D. RADIOLOGI ( USG, RONTGEN)


EKG: Sinus Rhythm

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

ANALISA DATA

Nama inisial klien : Ny S


No RM : 076356
Diagnosa Medis : hipertensi dengan febris
Bangsal : kelas 1 kamar 8 bangsal Edelweis
No Tanggal dan DATA
jam DATA SUBYEKTIF ( GEJALA) DATA OBYEKTIF( TANDA)
pengkajian
1 Senin, 7 1. Klien mengatakan pusing Nyeri:
Febuari berputar-putar Provokes ( yang menimbulkan
2022 jam 2. Klien mengatakan mual nyeri) : hipertensi ( kerusakan
15:30 jika bayak bergerak. vaskuler pada pembuluh darah
3. Klien mengatakan gliyer perifer).
Quality( bagaimana kualitasnya):
tajam nenusuk.
Regio( dimana letaknya) : kepala
Scale( berapa skalanya) : 4
Time ( waktu): setiap jarak 1 sampai
2 menit.

Tekanan darah: 172/102 mmhg


Nadi: 99 kali/menit

2 Senin, 7 1. Klien mengatakan hanya Klien bedrest


Febuari tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot klien lemah
2022 jam 2. Klien mengatakan terasa ADL masih dengan bantuan perawat
15:30 mual jika untuk bergerak. dan keluarga terutama berpakaian
3. Klien mengatakan lemas dan toileting.
dan lelah
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal Symtom Etiologi Problem Prioritas
dan jam
1 Senin, 7 DS: Agen pencedera Nyeri akut 1
Febuari 1. Klien mengatakan pusing berputar- fisiologis (peningkatan
2022 jam putar tekanan vaskuler
15:30 2. Klien mengatakan mual jika bayak selebral dan iskemia).
bergerak.
3. Klien mengatakan gliyer
DO:
Nyeri:
1. Provokes ( yang menimbulkan
nyeri) : hipertensi ( kerusakan
vaskuler pada pembuluh darah
perifer).
2. Quality( bagaimana kualitasnya):
tajam nenusuk.
3. Regio( dimana letaknya) : kepala
4. Scale( berapa skalanya) : 4
5. Time ( waktu): setiap jarak 1
samapai 2 menit.

Tekanan darah: 172/102 mmhg


Nadi: 99 kali/menit

2 Senin, 7 DS: Kelelahan Intoleransi aktivitas 2


Febuari 1. Klien mengatakan hanya tiduran
2022 jam ditempat tidur.
15:30 2. Klien mengatakan terasa mual jika
untuk bergerak.
3. Klien mengatakan lemas dan lelah.
DO:
1. Klien bedrest
2. Kekuatan otot klien lemah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT RENCANA KEPERAWATAN


Nama inisial klien : Ny S
No RM : 076356
Diagnosa Medis : hipertensi dengan febris
Bangsal : Kamar 8 bangsal Edelweis
N Tangga Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi Rasional
o l dan keperawatan
jam
1 Senin, Nyeri akut B.D Agen Tujuan : setelah (Manajemen nyeri I.08238)
7 pencedera dilakukan tindakan  Mengetahui
1. Identifikasi lokasi, karakteristik
Febuar fisiologis(peningkata keperawatan diharapkan karakteristik dari
nyeri, durasi, frekuensi,
i 2022 n tekanan vaskuler tingkat nyeri menurun nyeri.
intensitas nyeri
jam selebral dan Kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri.
15:30 iskemia). Tingkat nyeri ( L.08066)  Mengetahui
derajat nyeri.
1. Pasien 3. Identifikasi faktor yang
mengatakan nyeri memperberat dan memperingan  Untuk mengetahui
berkurang dari nyeri. kwalifikasi nyeri.
skala 7 menjadi 2.
2. Pasien
menunjukan 4. Berikan terapi non  Untuk mengatasi
ekspresi wajah farmakologis untuk nyeri pada klien
tenang. mengurangi rasa nyeri (mis:
3. Pasien dapat akupuntur,terapi musik
beristirahat hopnosis, biofeedback, teknik
dengan nyaman imajinasi terbimbing,kompres
hangat/dingin).
 Memberikan rasa
5. Kontrol lingkungan yang
nyaman terhadap
memperberat rasa nyeri (mis:
klien.
suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan).
6. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
 Melatih
kemandirian klien
7. Ajarkan teknik non
dalam manajemen
farmakologis untuk
nyeri.
mengurangi nyeri.
 Untuk mengatasi
8. Kolaborasi pemberian
nyeri pada klien
analgetik, jika perlu.

 Untuk mengatasi
nyeri pada klien

6.
2 Senin, Intoleransi aktivitas Tujuan : setelah (Manajemen energi I.050178)
7 B.D Kelelahan dilakukan tindakan  Untuk mengetahui
1. Monitor kelelahan fisik dan
Febuar keperawatan diharapkan factor penyebab
emosional.
i 2022 toleransi aktivitas kelelahan yang
jam meningkat Kriteria hasil : terjadi pada klien.
2. Monitor pola dan jam tidur.
15:30 toleransi aktivitas  Untuk mengetahui
(L.05047) kemampuan klien
3. Sediakan lingkungan yang dalam istirahat
1. Pasien mampu
nyaman dan rendah stimulus tidur.
melakukan
(mis: cahaya, suara,  Memberikan rasa
aktivitas sehari-
kunjungan). nyaman .
hari.
4. Berikan aktifitas distraksi yang
2. Pasien mampu
menenangkan.
berpindah tanpa
bantuan.  Memberikan
3. pasien alternative dalam
5. Anjurkan tirah baring.
mengatakan mengatasi masalah
6. Anjurkan melakukan aktifitas
keluhan lemah klien.
secara bertahap.
berkurang  Mengatasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan kelelahan

asupan makanan.  Melatih gerak otot


secara aktif.
 Dengan adanya
pemberian gizi
msks sksn
Meningkatkan
kekuatan otot.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT IMPLEMENTASI
Nama inisial klien : Ny S
No RM : 076356
Diagnosa Medis : hipertensi dengan febris
Bangsal : Kamar 8 bangsal Edelweis
Hari pertama
N Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
o dan jam
1 Senin, 7 Nyeri akut B.D Agen 1. Mengidentifikasi lokasi, DS:
Febuari pencedera karakteristik nyeri, durasi, Klien mengatakan pusing,
2022 fisiologis(peningkatan frekuensi, intensitas nyeri gliyer dan berputar-putar.
jam tekanan vaskuler 2. Mengidentifikasi skala nyeri. D0:
14:30. selebral dan iskemia). 3. Mengidentifikasi faktor yang Provokes ( yang menimbulkan
memperberat dan memperingan nyeri) : hipertensi ( kerusakan
nyeri. vaskuler pada pembuluh darah
perifer).
Quality( bagaimana
kualitasnya): tajam nenusuk.
Regio( dimana letaknya) :
kepala
Scale( berapa skalanya) : 4
Time ( waktu): setiap jarak 1
Senin, 7 4. Memberikan terapi non
samapai 2 menit.
Febuari farmakologis untuk mengurangi
2022 rasa nyeri dengan akupresur titik
DS:
jam hegu dan titik taichong 30 kali
Klien mengatakan pusing yang
17:00 putaran dalam 15 menit.
dirasakan mulai berkurang
5. Melakukan kolaborasi pemberian
setelah diberi obat minum dan
obat peroral betahistin dan
di pijat oleh perawat.
flunarizintablet.
D0:
P: pusing pada kepala
Q: tajam nenusuk mulai
berkurang
R: kepala
S:Skla 3
T: lama timbulnya.
TD: 149/95 mmhg
2 Senin, 7 Intoleransi aktivitas B.D 1. Memonitor kelelahan fisik dan DS:
Febuari Kelelahan emosional. Klien mengatakan masih terasa
2022 2. Memonitor pola dan jam tidur. lelah, lemas.
jam 3. Menganjurkan melakukan Klien mengatakan akan
14:30. aktifitas secara bertahap. melakukan aktifitas secara
4. Melakukan kolaborasi dengan bertahap sesuai arahan perawat.
ahli gizi tentang cara D0:
meningkatkan asupan makanan. Klien kelihatan masih bedrest
dan jarang bergerak.

Hari Kedua
N Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
o dan jam
1 Selasa, Nyeri akut B.D Agen 1. Mengontrol lingkungan yang DS:
8 pencedera memperberat rasa nyeri (mis: suhu 1. Klien mengatakan lebih
Febuari fisiologis(peningkatan ruangan, pencahayaan,kebisingan). nyaman dan rilek
2022 tekanan vaskuler 2. Menganjurkan memonitor nyeri 2. Klien mengatakan nyeri
jam selebral dan iskemia). secara mandiri. berkurang.
16:30 3. Memberikan terapi non 3. Klien mengatakan
farmakologis untuk mengurangi mengetahui cara
rasa nyeri dengan akupresur mengontrol nyeri dengan
pemijatan pada titik hegu dan tehnik pemijatan.
taichong 30 pijatan selama 15 DO:
menit. 1. Skala nyeri menjadi 2.
2. TD: 137/95 mmhg

2 Selasa, Intoleransi aktivitas 1. Menyediakan lingkungan yang DS:


8 B.D Kelelahan nyaman dan rendah stimulus (mis: 1. Klien mengatakan lebih
Febuari cahaya, suara, kunjungan). nyaman dan rileks.
2022 2. Memberikan aktifitas distraksi 2. Klien mengatakan akan
jam yang menenangkan. mengurangi aktifitasnya
16:30 3. Menganjurkan tirah baring dan akan beraktivitas
sesuai kemampuannya.
DO:
1. Klien kelihatan masih
bedrest dengan aktivitas
terbatas.

Hari ketiga
N Tanggal Diagnosa keperawatan implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
o dan jam
1 Rabu, 9 Nyeri akut B.D Agen 1. Memberikan terapi non DS:
Febuari pencedera farmakologis untuk 1. Klien mengatakan lebih rileks
2022 fisiologis(peningkatan mengurangi rasa nyeri dan nyaman
jam tekanan vaskuler dengan akupresur titik hegu 2. Klien mengatakan
16:00 selebral dan iskemia). dan taichong 30 pijatan mengetahui cara mengatasi
selama 15 menit jipertensi dan nyerinya
2. Mengajarkan teknik non dengan akupresur titik hegu
farmakologis untuk dan taichong.
mengurangi nyeri dengan DO:
akupresur titik hegu dan 1. Klien kelihatan rileks dan
taichong. paham akan terapi akupresur
yang diberikan dan diajarkan
oleh perawat.
2. TD: 132/ 92 mmhg
2 Rabu, 9 Intoleransi aktivitas B.D 1. Menganjurkan melakukan DS:
Febuari Kelelahan aktifitas secara bertahap. 1. Klien mengatakan akan
2022 2. Melakukan kolaborasi beraktivitas secara bertahap
jam dengan ahli gizi tentang dan sesuai kemampuannya.
16:00 cara meningkatkan asupan 2. Klien mengatakan akan
makanan. mengurangi makan makanan
yang mengandung minyak
dan garam.
DO:
1. Klien kelihatan faham akan
apa yang disampaikan
perawat.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT EVALUASI
Nama inisial klien: Ny S
No RM : 076356
Diagnosa Medis : Hipertensi dengan febris
Bangsal : Kamar 8 bangsal Edelweis
Evaluasi hari pertama
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam
1 Senin, 7 Nyeri akut B.D Agen S:
Febuari pencedera Klien mengatakan pusing yang dirasakan mulai berkurang setelah
2022 jam fisiologis(peningkatan diberi obat minum dan di pijat oleh perawat.
17:30 tekanan vaskuler O:
selebral dan iskemia). P: pusing pada kepala
Q: tajam nenusuk mulai berkurang
R: kepala
S:Skla 3
T: lama timbulnya.
TD: 149/95 mmhg
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi dengan pemberian akupresur.
2 Senin, 7 Intoleransi aktivitas B.D S:
Febuari Kelelahan 1. Klien mengatakan masih terasa lelah, lemas.
2022 jam 2. Klien mengatakan akan melakukan aktifitas secara bertahap
17:30 sesuai arahan perawat.
O:
Klien kelihatan masih bedrest dan jarang bergerak.
A:
Masalah belumteratasi
P:
Lanjutkan intervensi dengan Memberikan aktifitas distraksi yang
menenangkan dan menganjurkan tirah baring.

Evaluasi hari ke 2
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam
1 Selasa, 8 Nyeri akut B.D Agen S:
Febuari pencedera 1. Klien mengatakan lebih nyaman dan rilek
2022 jam fisiologis(peningkatan 2. Klien mengatakan nyeri berkurang.
17:00 tekanan vaskuler 3. Klien mengatakan mengetahui cara mengontrol nyeri dengan
selebral dan iskemia). tehnik pemijatan.
O:
1. Skala nyeri menjadi 2.
2. TD: 137/95 mmhg
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi
2 Selasa, 8 Intoleransi aktivitas B.D S:
Febuari Kelelahan 1. Klien mengatakan lebih nyaman dan rileks.
2022 jam 2. Klien mengatakan akan mengurangi aktifitasnya dan akan
17:00 beraktivitas sesuai kemampuannya.
O:
1. Klien kelihatan masih bedrest dengan aktivitas terbatas.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi selanjutnya.

Evaluasi hari ketiga


No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam
1 Rabu, 9 Nyeri akut B.D Agen S:
Febuari pencedera 1. Klien mengatakan lebih rileks dan nyaman.
2022 jam fisiologis(peningkatan 2. Klien mengatakan mengetahui cara mengatasi jipertensi dan
17:30 tekanan vaskuler nyerinya dengan akupresur titik hegu dan taichong.
selebral dan iskemia). O:
1. Klien kelihatan rileks dan paham akan terapi akupresur yang
diberikan dan diajarkan oleh perawat.
2. TD: 132/ 92 mmhg.
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi sampai klien pulang.
2 Rabu, 9 Intoleransi aktivitas B.D S:
Febuari Kelelahan 1. Klien mengatakan akan beraktivitas secara bertahap dan sesuai
2022 jam kemampuannya.
17:30 2. Klien mengatakan akan mengurangi makan makanan yang
mengandung minyak dan garam.
O:
Klien kelihatan faham akan apa yang disampaikan perawat.
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi sampai klien pulang
ANALISA JURNAL KEPERAWATAN MEDIKA BEDAH

TERAPI AKUPRESUR PADA PASIEN HIPERTENSI

A. Judul Jurnal
Efektifitas Relaksasi Autogenik & Akupresur Menurunkan Sakit Kepala & Tekanan
Darah pada Lansia Hipertensi.
B. Kata Kunci
Relaksasi Autogenik, Akupresur,Tekanan Darah, Sakit Kepala, Hipertensi
C. Penulis Jurnal
Priyo , Margono, Nurul Hidayah
D. Latar Belakang Masalah
Merapi merupakan gunung api yang mempunyai daya rusak tinggi, paling aktif dan
terganas di Indonesia. Peristiwa erupsi merapi tahun 2010 masih menimbulkan trauma
pasca bencana pada sebagian lansia sampai dengan sekarang. Dampak psikologis ini
memicu semakin meningkatnya penyakit hipertensi di masyarakat terutama pada lansia.
Penderita hipertensi biasanya mengeluh sakit kepala dan tekanan darahnya meningkat.
Terapi secara aman, mudah dan minimal efek sampingnya yaitu dengan menggunakan
relaksasi autogenik dan terapi akupresur.
E. Tujuan Penelitian
Tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan dapat menjadikan relaksasi autogenik
maupun akupresur sebagai terapi alternatif pada hipertensi
F. Metodologi penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan quasy experiment dengan rancangan two
group pre-post test design. Jumlah sampel sebanyak 40 responden. Perlakuan dilakukan
selama 2 kali perminggu selama 3 minggu.
G. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan tekanan darah maupun nyeri pada klien
lansia hipertensi baik dengan relaksasi autogenik maupun akupresur. Hasil analisis uji T
dependent diperoleh hasil tekanan sistolik (P^ 0,00 ) dan diastolik (P^ 0,00), setelah
diintervensi relaksasi autogenik dan tekanan sistolik (P^ 0,00 ) dan diastolik (P^ 0,01)
setelah diintervensi akupresur. Artinya ada perbedaan tekanan darah sistolik maupun
diastolik setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik maupun akupresur. Sedangkan
hasil uji T independent diperoleh hasil 0,316, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan
antara teknik relaksasi dan teknik akupresur.
H. STRENGHT ( Kelebihan)
1. Pemberian terapi relaksasi autogenik maupun akupresur terbukti mampu menurunkan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolic.
2. Pemberian terapi relaksasi autogenik maupun akupresur tidak menimbulkan efek
samping.
3. Terapi relaksasi autogenik dan terapi akupresur sebuah terapi yang bersumber pada
kelokalan yang murah, mudah dan bisa dilakukan masyarakat secara mandiri.
4. Relaksasi autogenik merupakan suatu metode relaksasi yang bersumber dari diri
sendiri dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres dan ketegangan otot yang
memungkinkan dapat mengatasi sakit kepala dan menurunkan tekanan darah. Terapi
relaksasi autogenik akan mengubah pikiran kllien menjadi tentaram dan berakibat
meningkatnya hormon serotonin dan melatonin yang berakibat menurunnya tekanan
darah pasien.
5. Akupresur merupakan salah satu pengobatan tradisional dengan melakukan pemijatan
pada titik tertentu yang dapat digunakan untuk pengobatan di rumah dalam rangka
meningkatkan kemandirian sehat, menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri
kepala.
6. Terapi komplementer relaksasi autogenik dan akupresur untuk menurunkan tekanan
darah dan nyeri kepala tanpa menimbulkan efek samping, mudah dilakukan sewaktu-
waktu bahkan oleh orang awam sekalipun dan bersumberdaya masyarakat.
I. WEAKNESS ( Kelemahan)
1. Penelitian ini hanya memberikan relaksasi autogenik dann akupresur pada pasien lansia
saja..yang seharusnya bisa diberikan kepada selain pasien lansia.
2. Responden hanya di lereng merapi saja yang seharusnya mencari responden di daerah
lain seperti dataran rendah.
3. Belum memberikan terapi ini pada pasien rawat inap di RS.
4. Perawat menggunakan terapi relaksasi autogenik dan terapi akupresur sebagai terapi
pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
hipertensi akibat trauma bencana saja.
J. OPPORTUNITES ( Peluang)
a. Memberikan sumber referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan
penelitian dalam hal yang sama.
b. Bagi Institusi Penelitian sebagai tambahan referensi dan wacana di lingkungan
pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut, khususnya untuk penelitian
yang sejenisnya.
c. Memberikan kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk menggunakan terapi
komplementer dalam mengatasi nyeri dan hipertensi.
d. Menberikan kesempatan perawat untuk mengembangakan metode non
farmakologi untuk mengatasi nyeri dan hiprtenasi.
K. THREADS ( Ancaman)
a. Pasien mungkin belum paham tentang Terapy akupresur sehingga mungkin
akan menolak ketika akan dilakukan terapi.
b. Belum banyak orang yang mengetahui manfaat serta kasiatakupresur bagi
penderita nyeri dan hipertensi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari kepada Ny Siswati
didapatkan hasil bahwa tekanan darah Ny Siswati menurun dari 172/102mmhg
menjadi 132/ 92 mmhg.
2. Selain menggunakan terapi nonfarmakologi pasien dengan hipertensi juga bisa
dilakukan terapi lain untuk menurunkan hipertensi seperti menjaga pola makan,
mengurangi stress dan olah raga yang teratur.
B. SARAN
1. Sebagai perawat sebaiknya dalam melakukan menejemen pasien dengan
hipertensi harus bisa menggunakan terapi nonfarmakologi.
2. Sebagai perawat sebaiknya memperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan hipertensi
3. Menjadikan budaya akupresur dan terapi autogenic dalam menjaga kesehatan
kita.

DAFTAR PUSTAKA

Gonzaga Richardus Nahak. (2019). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. C.N
DENGAN HIPERTENSI DI WISMA KENANGA UPT PANTI SOSIAL PENTANTUN
LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPAG.

Mirasantika. (2018). Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada
Pasien Penderita Hipertensi Di Ruang Laika Waraka Interna RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara. In Energies (Vol. 6). Retrieved from
http://journal.ummgl.ac.id/index.php/nursing/article/view/872

Mufida, R. T. (2019). Efektivitas Pemberian Jus Buah Naga Merah (Hylosereus Polyirhizzus)
terhadap Penderita Hipertensi pada Menopause di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja
Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri. Journal for Quality in Women’s Health, 2(2), 59–
67. https://doi.org/10.30994/jqwh.v2i2.40

Nurarif, & Kusuma. (2016). Pengaruh Hipertensi terhadap perilaku hidup pada lansia. Poltekkes
Jogja, (2011), 8–25.

Nurtriyana muhammad ivan. (2019). Aplikasi Akupresur Titik Taichong Pada Penderita
Hipertensi Untuk Mencegah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak. Jurnal
Kesehatan, 17(1), 74–84.

Parwati, Ni, N. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


UTAMA HIPERTENSI PADA Tn. R DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA. Fakultas Ilmu Kesehatan Ump, (2010), 8–42.
Retrieved from http://repository.ump.ac.id/2753/

Priyo, Margono, & Nurul hidayah. (2018). Efektifitas Relaksasi Autogenik & Akupresur
Menurunkan Sakit Kepala & Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi. PROFESI
(Profesional Islam) Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2, 99(SUPPL. 2),
46–51.

Sari, A. P., Wahyuni, E. D., Program, M., Pendidikan, S., Keperawatan, F., Airlangga, U., …
Airlangga, U. (2014). Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Melalui
Therapeutical Gardening Di Upt Pslu Magetan. Critical Medical and Surgical Nursing
Journal, 3(1), 1–10. Retrieved from https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiQyIOdieTl
AhWx7HMBHZ6qCwsQFjADegQIABAC&url=http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-cmsnjcfa1cb64a52full.pdf&usg=AOvVaw2BIvgCUWVOGP7EfTLQtbtu
%0Ahttps:/
Jurnal Asli

Efektifitas Relaksasi Autogenik & Akupresur Menurunkan Sakit Kepala & Tekanan
Darah pada Lansia Hipertensi

Priyo 1*, Margono 2 Nurul Hidayah3

1
Program Studi Profesi Ners/Fakultas,Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang 2Program Studi D3 Keperawatan/Fakultas,Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang 3Program Studi Profesi
Ners/Fakultas,Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
priyo@ummgl..ac.id

Abstrak

Merapi merupakan gunung api yang mempunyai daya rusak tinggi, paling aktif dan terganas di
Indonesia. Peristiwa erupsi merapi tahun 2010 masih menimbulkan trauma pasca bencana pada
sebagian lansia sampai dengan sekarang. Dampak psikologis ini memicu semakin meningkatnya
penyakit hipertensi di masyarakat terutama pada lansia. Penderita hipertensi biasanya
mengeluh sakit kepala dan tekanan darahnya meningkat. Terapi secara aman, mudah dan
minimal efek sampingnya yaitu dengan menggunakan relaksasi autogenik dan terapi akupresur.
Penelitian ini menggunakan rancangan quasy experiment dengan rancangan two group pre-post
test design. Jumlah sampel sebanyak 40 responden. Perlakuan dilakukan selama 2 kali
perminggu selama 3 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tekanan darah
maupun nyeri pada klien lansia hipertensi baik dengan relaksasi autogenik maupun akupresur.
Hasil analisis uji T dependent diperoleh hasil tekanan sistolik (P^ 0,00 ) dan diastolik (P^ 0,00),
setelah diintervensi relaksasi autogenik dan tekanan sistolik (P^ 0,00 ) dan diastolik (P^ 0,01)
setelah diintervensi akupresur. Artinya ada perbedaan tekanan darah sistolik maupun diastolik
setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik maupun akupresur. Sedangkan hasil uji T
independent diperoleh hasil 0,316, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan antara teknik
relaksasi dan teknik akupresur. Tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan dapat
menjadikan relaksasi autogenik maupun akupresur sebagai terapi alternatif pada hipertensi.
Kata Kunci Relaksasi Autogenik, Akupresur,Tekanan Darah, Sakit Kepala, Hipertensi

The Effectiveness of Autogenic Relaxation & Acupressure in Lowering Headache &


Blood Pressure on Elderly People With Hypertension
Abstract

Merapi is a volcano that has high destructive power. It is the most active and ferocious
volcano in Indonesia. The eruption of Merapi in 2010 still causes post-disaster trauma in
some elderly people until now. This psychological impact triggers the increasing incidence of
hypertension in society, especially in elderly people. Patients with hypertension usually
complain of headaches and blood pressure increases. The safe therapy, easy and has minimal
side effects is by using autogenic relaxation and acupressure therapy. This study used a quasy
experiment design with two group pre-post test design. The number of samples was 40
respondents. The treatment was done twice a week during 3 weeks. The results showed a
decrease in blood pressure and pain in elderly clients with hypertension after having both
autogenic relaxation and acupressure. From the result of the T dependent test, it was obtained
that the systolic pressure was (P ^ 0.00) and the diastolic was (P ^ 0.00), after autogenic
relaxation intervention, and after the intervention of acupressure, the systolic pressure was (P
^ 0.00) and the diastolic was (P <0.01). This means that there is a difference in systolic and
diastolic blood pressure after autogenic relaxation intervention or acupressure therapy.
While the result of the independent T test obtained was 0.316, meaning that there is no
difference between relaxation technique and acupressure technique. Health workers,
especially nurses are expected to apply autogenic relaxation as well as acupressure as an
alternative therapy in hypertension.

Keywords Autogenic Relaxation, Acupressure, Blood Pressure, Headache, Hypertension

PENDAHULUAN
Bencana alam meletusnya gunung Merapi pada tahun 2010 telah meluluhlantahkan sebagian
kabupaten Magelang. Bencana ini menelan banyak korban jiwa, kehilangan tempat tinggal, harta
benda, ketakutan, suasana yang mencekam (gemuruh perut Merapi) dan harus tinggal di
pengungsian. Peristiwa inilah yang memicu berbagai macam gangguan psikologis seperti
kecemasan maupun trauma (Tentama, 2014). Dampak psikologis pasca trauma Merapi meliputi:
mengingat akan peristiwa traumatik, gangguan tidur dan menghindari pembicaraan yang
berhubungan dengan erupsi Merapi (Sumarno, 2013). Kondisi semacam ini dapat menurunkan
kualitas hidup dan memicu meningkatnya penyakit hipertensi pada populasi lansia.
Pada tahun 2010, diperkirakan orang yang menderita hipertensi sebanyak 1,39 miliar orang yang
terdiri dari 349 juta di negara ber- penghasilan tinggi, dan 1,04 miliar dinegara yang
berpenghasilan rendah dan menengah (Mills. 2016). Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar
antara 8,6–10% atau diperkirakan 15 juta orang. Angka kejadian penyakit ini cenderung menjadi
hipertensi berat (Ikhtiarsyah dkk, 2012).

Jumlah penderita hipertensi baik regional maupun nasional masih membutuhkan perhatian oleh
pemerintah maupun masyarakat. Berdasar- kan hasil pengukuran tekanan darah dapat diketahui
bahwa penderita hipertensi di Indonesia masih sebesar 26,5 %. Jumlah penderita hipertensi
pada lansia mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur, yaitu: umur 55-64 tahun
sebesar 45,9 %, umur 65-74 tahun sebanyak 57,6%, dan pada umur lebih dari 74 tahun
sebanyak 63,8% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Hipertensi di Jawa tengah sendiri persen-
tasenya masih sebesar 26,4% dan menempati proporsi terbanyak dari seluruh penyakit tidak
menular yang dilaporkan yaitu sebanyak 57, 87%. Hipertensi di kabupaten Magelang persen-
tasenya sebanyak 23,60% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Hasil survei penda-
huluan yang dilakukan di Desa Ngargomulyo yang merupakan salah satu daaerah rawan
bencana Merapi didapatkan kasus penyakit tidak menular yang tertinggi dengan keluhan
tekanan darahnya meningkat dan pusing.
Meningkatnya penyakit hipertensi ini bisa mengakibatkan komplikasi seperti: penyakit jantung
koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronik dan retinopati. Penyebab terjadinya
hipertensi sampai sekarang belum dapat dipastikan banyak menyerang masyarakat dan
merupakan penyebab kematian dan kesakitan, yang biasa disebut The Silent Killer utama di
Indonesia (Nuraini, 2015).

Untuk mengatasi hipertensi di daerah rawan bencana Merapi diperlukan sebuah terapi yang
bersumber pada kelokalan yang murah, mudah dan bisa dilakukan masyarakat secara mandiri
yaitu relaksasi autogenik dan terapi akupresur. Relaksasi autogenik merupakan suatu metode
relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres dan
ketegangan otot yang memungkinkan dapat mengatasi sakit kepala dan menurunkan tekanan
darah. Akupresur merupakan salah satu pengo- batan tradisional dengan melakukan pemijatan
pada titik tertentu yang dapat digunakan untuk pengobatan di rumah dalam rangka meningkat-
kan kemandirian sehat, menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri kepala.
Dari uraian diatas sangat jelas pentingnya kedua terapi komplementer relaksasi autogenik dan
akupresur untuk menurunkan tekanan darah dan nyeri kepala tanpa menimbulkan efek samping,
mudah dilakukan sewaktu-waktu bah- kan oleh orang awam sekalipun dan bersumberdaya
masyarakat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian ekspe- rimen semu (quasy-experiment) dengan menggu-
nakan rancangan two group pre-post test design. yang dilakukan di desa Ngargomulyo yang
merupakan daerah rawan bencana Kabupaten Magelang. Penelitian dilaksanakan sebanyak 6
kali terapi selama 3 minggu (seminggu 2 kali terapi). Pengukuran tekanan darah dan sakit
kepala dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi autogenic dan akupresur
pada responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik purposive
sampling. Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 40 responden.

Instrumen yang digunakan adalah automatic blood pressure monitor Omron HEM-8712,
penilaian Impact of Event Scale (IES), dan Visual Analog Scale. Analisis untuk
membandingkan hasil pre dan post terapi menggunakan dependent sample T Test pada
signifikan 5%. Sedangkan membandingkan relaksasi autogenik dan aku- presur menggunakan
pengujian independent.
sample T Test diperoleh hasil P value sebesar
0,316 (lebih besar dari < 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang akan diuraikan meliputi hal-hal berikut ini: karakteristik responden, distribusi rata-
rata penurunan tekanan darah setelah diterapi dan distribusi kelompok yang berbeda antara
terapi relaksasi autogenic dan akupresur.

Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan pekerjaan
pada kelompok intervensi relaksasi dan akupresur lansia hipertensi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Agama,


Pendidikan, dan Pekerjaan Pada Kelompok Intervensi Relaksasi Autogenik dan Akupresur
Lansia Hipertensi
Karakteristik Kelompok Kelompok
Responden Intervensi Intervensi
Relaksasi Akupresur
Autogenik
Usia N % N %
55-59 3 15,0 2 10,0
60-64 5 25,0 2 10,0
65-69 1 5,0 2 10,0
70-74 4 20,0 10 50,0
> 75 7 35,0 4 20,0

Jenis Kelamin
Laki-laki 2 10,0 1 5
Perempuan 18 90,0 19 95,0
Agama
Islam 11 55,0 19 95,0
Katolik 8 40,0 1 5,0
Kristen 1 5,0 0,0 0,0

Pendidikan
Tidak sekolah 9 45,0 17 85,0
SD 11 95,0 19 95,0

Pekerjaan
Buruh 1 5,0 1 5,0
Petani 19 95,0 19 95,0

Berdasarkan tabel 3.1.1 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia yang
terbanyak pada kelompok intervensi terapi autogenik adalah umur 51-70 tahun sebanyak 7
responden (35,0%) dan kelompok intervensi akupresur yaitu kategori 70-74 tahun sebanyak 10
responden (50,0%). Berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak kelompok intervensi relaksasi
autogenik adalah perempuan yaitu sebanyak 18 responden (90,0%) , dan intervensi akupresur
sebanyak 19 responden (95,0%).
Karakteristik responden berdasarkan agama, yang terbanyak pada intervensi relaksasi autogenik
adalah Islam yaitu sebanyak 11 responden (55,%), dan pada kelompok intervensi Akupresur
sebanyak 19 responden (95,0%). Pendidikan pada kelompok intervensi relaksasi autogenik yang
terbanyak adalah SD sebanyak 11 responden (55%), dan pada intervensi akupresur terbanyak
tidak sekolah sebanyak 17 responden (85,0%). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
pada kelompok relaksasi autogenik terbanyak adalah petani sebanyak 19 responden (95,0%),
dan pada kelompok intervensi akupresur sebanyak 19 responden (95,0%).

Gambaran Trauma Akibat Bencana Merapi


Gambaran trauma akibat bencana Merapi pada responden lansia hipertensi adalah sebagai
berikut:
Gambaran Trauma Akibat Bencana Merapi
Trauma Kelompok Kelompok
Intervensi Intervensi
Relaksasi akupresur
autogenik
N % N %
Ringan 0 0,0 3 15,0
Sedang 20 100,0 17 85,0
Total 20 100,0 20 100,0

Berdasarkan tabel 3.1.2 diketahui bahwa responden yang mengalami trauma akibat bencana
terbanyak pada kelompok intervensi relaksasi autogenik adalah trauma sedang yaitu sebanyak
75 responden (85,0%), dan trauma ringan sebanyak 3 responden (15%). Sedangkan pada
kelompok intervensi akupresur yang menga- lami trauma akibat bencana yang terbanyak adalah
trauma sedang yaitu sebanyak 75 respon- den (85,0%), dan trauma ringan sebanyak 3 responden
(15%).

Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Responden Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Intervensi Relaksasi Autogenik

Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan intervensi relaksasi autogenik pada
lansia hipertensi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi
Autogenik pada Lansia Hipertensi
Tekanan Darah Mean Std. deviation P
Sistolik value
Sesudah 134,00 13,306
Relaksasi MmHg
Autogenik
Paired Samples 39,850 12,080 ,000
Test Paired
Differences
Diastolik
Sebelum 95,15 8,493 ,001
Relaksasi MmHg
Autogenik
Sesudah 80,20 7,523

Relaksasi MmHg
Autogenik
Wilcoxon Signed ,000
Ranks Test
Berdasarkan tabel 3.1.3 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar 173,85 MmHg, dan standar deviasi
sebesar 17.005, dan setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar 134,00
MmHg, dan standar deviasi sebesar 13,306. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah diastolik
sebelum dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar 95,15 MmHg, dan standar
deviasi sebesar 8,493, dan setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah 80,20 MmHg,
dan standar deviasi sebesar 7,523. Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample T Test
pada tekanan sistolik di peroleh P value 0,000 (P value <0,05), artinya ada per bedaan pengaruh
nyeri setelah dilakukan inter- vensi relaksasi autogenik dan pada uji Wilcoxon pada tekanan
darah diastolik diperoleh P value 0,001 (P value<0,05), artinya ada perbedaan tekanan
diastolik setelah diberikan intervensi relaksasi autogenik.
Nyeri kepala responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi relaksasi autogenik pada
lansia hipertensi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 3.1.4 dapat diidentifikasi bahwa nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan
intervensi relaksasi autogenik adalah 5,05, dengan standar deviasi sebesar 1,317 dan sesudah
dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah 1,05, dengan standar deviasi sebesar 1,099.
Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample T Test di peroleh P value 0,000 (P value
<0,05), artinya ada perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik.
Tekanan Darah Pada Responden Sebe- lum Dan Sesudah Diterapi Akupresur
Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan intervensi akupresur pada lansia
hipertensi adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 3.1.5 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar 179,25 MmHg, dan standar deviasi sebesar
17,812 dan sesudah dilakukan intervensi akupresur sebesar 138,10 MmHg, dengan standar
deviasi sebesar 10,382. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan
intervensi akupresur adalah sebesar 100,20 MmHg, dan standar deviasi sebesar 11,976 dan
sesudah dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar 84,20 MmHg, dan standar deviasi
sebesar 14,606.
Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample T Test pada tekanan sistolik di peroleh P
value 0,000 (P value <0,05), artinya ada perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi
akupresur dan pada uji Wilcoxon pada tekanan darah diastolik diperoleh P value 0,001 (P
value<0,05), artinya ada perbedaan tekanan diastolik setelah diberikan intervensi akupresur.

Nyeri Kepala Pada Responden Sebelum Dan Sesudah Diberikan Intervensi Akupresur
Nyeri kepala responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi akupresur pada lansia
hipertensi adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 3.1.7, dari hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah N
adalah sebanyak 20 responden untuk masing-masing perlakuan. Mean yang dihasilkan pada
teknik relaksasi autogenik sebesar -1,1834, sedangkan pada teknik aku- presur sebesar -1,0250.
Selanjutnya Standard Error of Mean pada teknik relaksasi sebesar 0,11654 dan pada teknik
akupresur sebesar 0,10350.
Sebelum uji T, terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varian dengan F Test, artinya jika varian
sama, maka t menggunakan equal variance assumed dan jika varian berbeda maka
menggunakan equal variance not assumed. Kriteria pengujian Ho diterima jika P value > 0,05.
Dari hasil perhitungan pengujian independent sample T Test, diperoleh hasil P

Berdasarkan tabel 3.1.6 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan
intervensi akupresur adalah sebesar 4,50, dengan standar deviasi sebesar 1,850 dan sesudah
dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar 1,40, dengan standar deviasi sebesar 1,353.
Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample T Test diperoleh P value 0,000 (P value <
0,05), artinya ada perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi akupresur.

Perbedaan rata-rata Tekanan Drah Sebelum dan Sesudah Diberikan Inter- vensi
Relaksasi Autogenik dan Aku- presur
Perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi autogenik dan terapi
akupresur adalah sebagai berikut:
value sebesar 0,316 (P value > 0,05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara
teknik relaksasi dan teknik akupresur.

Pembahasan
Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan usia yang terbanyak lanjut usia (elderly) 60-74. Perubahan
pada sistem kardiovaskuler lansia mengalami penurunan kemampuan memompa darah 1%
setiap tahun. Umur merupakan salah satu Faktor penyebab hipertensi yang tidak bisa
dimodifikasi (Nuraini, 2015). Karakteristik responden berdasarkan usia yang terbanyak lanjut
usia (elderly) 60-74. Seiring meningkatnya lansia berakibat meningkatnya kasus hipertensi.
Bertambahnya umur akan diikuti peningkatan tekanan darah sebagai akibat pengerasan
pembuluh nadi (Divine, 2012). Peningkatan tekanan darah yang terjadi lansia karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua (Padila, 2013). Arteriosklerosis atau
pengerasan arteri inilah serigkali memicu peningkatan tekanan darah pada lanjut usia (Wade,
2016).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Riskesdas (2013) yang melaporkan bahwa dengan
meningkatnya umur pada lansia, maka mengalami kecenderungan peningkatan kasus
hipertensi.
Penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan. Hasil
penelitian Anwar dan Andriani (2010) menun- jukkan bahwa jumlah responden lansia
hipertensi yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebesar 61,8%. Pada populasi umum,
laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan perempuan (39% laki-laki dan 31%
perempuan). Aziza(2007).
Menyebutkan bahwa resiko hipertensi lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan, dan
akan menurun seiring bertam- bahnya umur. Jumlah lansia hipertensi terbanyak adalah
perempuan. Hal ini dimungkinkan karena kecenderungan perempuan lebih banyak melakukan
aktifitas di rumah pada saat pengambilan data dan lebih banyak yang bersedia berpartisipasi
menjadi responden penelitian ini. Penelitian ini sesuai dengan Riskesdas (2013). Bahwa
proporsi penderita hipertensi pada perempuan cenderung lebih banyak daripada laki-laki
(perempuan 28,8% dan laki laki 22,8%). Karakteristik responden berdasarkan agama terbanyak
pada intervensi relaksasi autogenik adalah Islam. Berdasarkan pendidikan, penderita hipertensi
terbanyak adalah yang tidak sekolah. Karakteritik responden berdasarkan pekerjaan, yang
terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani. Kondisi ini sesuai dengan data demografi dari
desa Ngargomulyo dan juga adanya kemung- kinan akibat pola makan yang kurang baik sesuai
hasil Riskesdas (2013).
Perbedaaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi
Autogenik Dan Akupresur

Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah
sebesar 173,85 MmHg dan setelah inter vensi menjadi 134,00 MmHg, artinya terdapat
penurunan rata-rata 39, 85 MmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan
intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar 95,15 MmHg, dan setelah intervensi menjadi
80,20 MmHg, artinya mengalami penurunan 14,95 MmHg.
Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar
179,25 MmHg, menurun menjadi sebesar 138,10 MmHg setelah dilakukan intervensi. Artinya
ada penurunan sebesar 41,15 MmHg. Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample T
Test pada tekanan sistolik di peroleh P value 0,000 dan diastolik dengan menggunakan uji
Wilcoxon diperoleh P value 0,000 (P value <0,05), artinya ada perbedaan pengaruh tekanaan
darah sistolik maupun diastolik setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik.
Nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar
100,20 MmHg dan setelah dilakukan intervensi menjadi 84,20 MmHg. Artinya ter- dapat
selisih penurunan 16 MmHg. Berdasarkan pengujian dependent sample T Test pada tekanan
sistolik di peroleh P value 0,000 dan tekanan diastolik dengan uji Wilcoxon diperoleh hasil P
value 0,01 (P value <0,05), artinya ada perbedaan pengaruh tekakan darah sistolik maupun
diastolik setelah dilakukan intervensi akupresur.
Nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan intervensi relaksasi autogenik adalah sebesar 5,05
dan mengalami penurunan menjadi 1,05 setelah intervensi. Artinya ada penurunan nyeri kepala
sebesar 4,0. Sedangkan berdasarkan pengujian dependent sample T Test diperoleh P value 0,000
(P value <0,05), artinya ada per- bedaan pengaruh nyeri kepala setelah dilakukan intervensi
relaksasi autogenik.
Nilai rata-rata nyeri kepala sebelum dilakukan intervensi akupresur adalah sebesar 4,50, dan
mengalami penurunan menjadi 1,40 setelah intervensi. Artinya terdapat penurunan nyeri kepala
sebesar 3,10. Berdasarkan pengujian dependent sample T Test diperoleh P value 0,000 (P value
<0,05), artinya ada perbedaan pengaruh nyeri setelah dilakukan intervensi akupresur.

Dari pengujian independent sample T Test diperoleh hasil P value sebesar 0,316 (lebih besar dari
< 0,05). Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara teknik relaksasi dan teknik akupresur.
Secara umum tekanan darah sangat dipengaruhi oleh kecepatan denyut jantung, volume
sekuncup dan TPR. Oleh karena itu, peningkatan salah satu dari ketiganya yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Hipertensi bisa disebabkan akibat peningkatan aktifitas susunan saraf simpatis. Stres jangka
panjang mengakibatkan pengaktifan sistem simpatis dan mengakibatkan kelebihan genetik
reseptor norepineprin di jantung atau otot polos vaskuler. (Corwin, 2009).
Mekanisme ini akan berpengaruh terhadap eksresi natrium dan air oleh ginjal, kepekaan
baroreseptor, respon vaskuler, dan skekresi renin. Renin adalah hormon yang dikeluarkan oleh
ginjal yaitu aparatus jukstaglomerulus (JG) sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
atau penurunan konsentrasi natrium plasma. Apabila tekanan darah naik maka sel sel otot polos
mengurangi pelepasan renninnya. Renin beredar di dalam darah di hati mengubah angio-
tensinogen menjadi angiotension I. Angiotension I bereaksi dengan enzim (angiotension-
conver- ting enzyme, ACE) mengaktifkan angiotension I menjadi angiotension II yang bersifat
konstriktor pada system vaskuler. Reaksi ini menyebabkan sintesis hormon mineralokortikoid
atau aldosteron. Aldosteron menyebabkan peningkatan resorpsi natrium dan berakibat
rearbsorbsi air sehingga volume plasma meningkat dan meningkatkan aliran plasma,
peningkatan curah jantung, dan secara langsung meningkatkan tekanan darah.
Penurunan tekanan darah mempengaruhi peningkatan produksi renin dan kadar natium di dalam
darah. Peningkatan renin tersebut akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Selanjutrnya angiotension I secara cepat bereaksi dengan angiotensin-converting enzym menjadi
angiotension II yang berfungsi sebagai vasokonstriktor untuk meningkatkan kontraksi otot polos
dan peningkatan resistensi perifer total sistemik serta merangsang kortek adrenal memproduksi
aldosteron. Kadar kalium plasma yang rendah juga menghambat sekresi aldosteron yang
menyebabkan volume darah menurun sehingga curah jantung menurun (Ridwan, 2009).
Hipertensi dapat disebabkan oleh gangguan transport aktif dari pompa Na+ dan K+. Kondisi ini
akan diikuti dengan kenaikan Ca2+ intraseluler sehingga otot lebih mudah berkontraksi yang
mengakibatkan munculnya efek simpatis atau vasokontriksi (Ridwan, 2009). Epineprin
(adrenalin) juga dilepaskan ke dalam darah selama stress dan cemas yang menyebabkan detak
jantung meningkat, pembuluh darah menyempit dan kepala pusing (Wade, 2016).
Terapi Autogenik mengembalikan keseimbangan fisik dan emosional yang kita butuhkan pada
saat stres yang berlebihan dengan cara mengembalikan keseimbangan fisik dan emosional yang
sehat. Terapi ini memungkinkan kita untuk mematikan respons stres dan beralih pada lawannya
yaitu respon relaksasi dan mengembalikan keseimbangan alami tubuh kita (Rodin, 2017).
Metode ini berfokus pada berbagai manifestasi fisik relaksasi dalam tubuh yang dapat
membantu menyeimbangkan kembali keseluruhan sistem tubuh dan pikiran, dengan
menguasainya sendiri (Bird, 2006).
Keadaan fisik istirahat secara mendalam akan mengatasi respons stres yang dirasakan. Kondisi
ini diaktifkan oleh parasympathetic nervous system, cabang lain dari sistem saraf otonom.
Seluruh sistem tubuh dan pikiran kembali ke keadaan harmonis dan seimbang. Detak jantung
dan pernapasan menjadi lebih lambat, ketegangan otot dan tekanan darah menurun, metabolisme
melambat dan aktivitas mental yang lebih tenang. Respons relaksasi memunculkan proses
penyembuhan diri yang menyebabkan tubuh istirahat, perbaikan dan penyembuhan,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengembalikan keseimbangan emo- sional. Teknik
relaksasi mendalam yang komprehensif dikembangkan pada tahun l932 oleh seorang psikiater
Jerman, Dr. Johannes Schultz mengembangkan serangkaian latihan sederhana atau perintah
sugestif otomatis yang memungkinkan seseorang beralih dari keadaan kecemasan berubah
menjadi kedamaian dalam waktu yang sangat singkat (Sauders S & Chairman, 2006). Hasil
penelitian Dwiyanti (2015), menyatakan bahwa adanya pengaruh terapi relaksasi autogenik
terhadap tekanan darah tinggi pada hipertensi.
Stres pada lansia karena trauma pasca bencana merapi akan mampu menurunkan kadar hormon
serotonin dan melatonin yang menjadi- kan factor pemicu meningkatnya tekanan darah. Upaya
untuk mengatasi gangguan tekanan darah ini adalah dengan relaksasi autogenik. Relaksasi
meningkatkan kualitas dan jumlah waktu tidur , mengurangi rasa sakit, meelepaskan ketegangan,
mengatasi stress, meninmbulkan rasa damai dan penerimaan (Padila, 2013). Terapi relaksasi
autogenik akan mengubah pikiran kllien menjadi tentaram dan berakibat meningkatnya hormon
serotonin dan melatonin yang berakibat menurunnya tekanan darah pasien tentram (Muhrosin,
Susilo & Novitasari, 2016).
Hasil penelitian Wicaksono, Aini Haryani (2016), menunjukkan relaksasi autogenik efektif
terhadap tekanan darah lanjut usia dengan nilai p = 0,000 (α=0,05) untuk tekanan darah systole
dan p value = 0,003 (α =0,05) untuk tekanan darah diastole dengan penurunan rata-rata tekanan
darah sebesar 21,429/ 11,905 mmHg.
Pada saat dilakukan terapi relaksasi autogenik, keadaan fisik istirahat secara mendalam akan
mengatasi respons sistem yang dirasakan. Hal ini diaktifkan oleh parasympathetic nervous
system, cabang lain dari system saraf otonom. Seluruh sistem tubuh dan pikiran kembali ke
keadaan harmonis dan seimbang. Detak jantung dan pernapasan menjadi lebih lambat,
ketegangan otot dan tekanan darah menurun yang akan mampu menurunkan sakit kepala. Terapi
auto- genik akan mampu memperbaiki kerusakan vaskuler pada hipertensi dengan menurunkan
resistensi pembuluh darah otak (Nurarif & Kusuma, 2013).

Terdapat penurunan sakit kepala pada terapi relaksasi sebanyak 96% pada indeks sakit kepala
pasien dibandingkan dengan 25% pada pasien kelompok alprazolam (p <0,001). Pada respon-
den yang diberikan terapi relaksasi, kadar kortisol plasma rata-rata ditemukan secara signifikan
lebih rendah pada mereka yang menderita sakit kepala kronis selama lebih dari 5 tahun
(Dickinson, dkk, 2008)
Akupresur dapat membantu meringankan gejala atau mengurangi atau menghilangkan gejala
sakit kepala dan ketegangan yang mampu menurunkan tekanan darah tinggi. Adapun titik titik
penekanan yang dilakukan adalah meliputi: titik Taichong (H3) terletak 3 jari dari lipatan jari
kaki I dan II. Titik ini membersihkan panas hati dan mengatasi sakit kepala. Titik Zusanli (Lb
36) terletak 4 jari dibawah patela lutut, Titik ini mempunyai fungsi menambah energi dan
menjernihkan panas lambung serta meningkatkan daya tahan tubuh. Titik Hegu (UB 4) terletak
di punggung tangan pada puncak yang paling tinggi jika ibu jari dan jari telunjuk dirapatkan,
berfungsi mengatasi sakit kepala depan dan samping. Titik Ist.1 terletak diantara 2 alis,
berfungsi untuk membuyarkan hambatan energi daerah kepala depan yaitu mengatasi sakit
kepala bagian depan dan pusing. Titik Baihul (Tu 20) terletak dipuncak kepala yang berfungsi
membuyarkan energi daerah kepala atas, sakit kepala atas dan pusing. Akupresur titik Fungche
(KE 20) berada di lekukan tengkuk atas di bawah kepala, 2 jari dari garis tengah tengkuk dan
Jianjing (KE 21) berada pada lekukan di atas bahu, lurus ke bawah dengan daun telinga,
mempunyai fungsi melancarkan energi daerah samping kepala, nyeri kepala (Depkes RI, 2009
& Kemenkes RI, 2015). Perangsangan pada titik- titik tersebut akan menghasilkan enzim
endorpin (substansi sejenis morfin) dari otak yang menimbulkan rasa nyaman dan dapat
menurunkan kadar kortisol dalam darah melalui pengaturan HPA axis (Syaifullah, 2010).

Hasil penelitian sebelum dan sesudah diberi- kan terapi akupresur menunjukkan perbedaan yang
bermakna. Perbedaan tersebut terlihat dari penurunan rata-rata tekanan darah antara sebelum dan
sesudah diberikan akupresur. Akupresur membantu memperbaiki sirkulasi dan menurun- kan
tekanan darah (Padila, 2013). Stimulasi titik akupresur akan mampu merangsang endorpin yang
membuat pasien merasa tenang dan nyaman. Stimulasi titik akupresur juga akan merangsang
dilepaskannya histamin yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Proses tersebut
berakibat menurunkan tekanan darah dan sakit kepala dengan cara terjadinya vasodilatasi dan
menurunnya resistensi pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2013). Kedua manfaat akupresur
tersebut dapat menurunkan tekanan darah lansia (Majid & Rini, 2016).
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini karena adanya faktor yang sulit
dikendalikan antara lain: stres, pola diet, aktivitas dan faktor lingkungan responden.

SIMPULAN
Karakteristik responden berdasarkan usia yang terbanyak adalah lanjut usia (elderly) 60-74, jenis
kelamin yang terbanyak adalah perempuan, agama terbanyak adalah Islam, pendidikan yang
terbanyak adalah tidak sekolah, dan pekerjaan yang terbanyak adalah petani.
Setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik terjadi penurunan rata rata tekanan darah
sistolik sebesar 39,85 MmHg dan diastolik sebesar 14,95 MmHg.
Setelah dilakukan intervensi akupresur terjadi penurunan nilai rata-rata tekanan darah sistolik
41,15 MmHg dan diastolik mengalami penurunan sebesar 16 MmHg.
Ada perbedaan pengaruh tekanaan darah sistolik maupun diastolik setel dilakukan intervensi
relaksasi autogenic maupun akupresur. Setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenik terjadi
penurunan rata rata nyeri kepala sebesar 4,0 dan setelah dilakukan intervensi akupresur terjadi
penurunan nilai rata-rata nyeri kepala sebesar 3,10.
Ada perbedaan pengaruh nyeri kepala setelah dilakukan intervensi relaksasi autogenic maupun
akupresur. Pengujian independent sample T Test diperoleh hasil P value sebesar 0,316 (lebih
besar dari < 0,05). Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan teknik relaksasi dengan teknik
akupresur.

Hendaknya perawat menggunakan terapi relaksasi autogenik dan terapi akupresur sebagai
terapi pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi
akibat trauma bencana. Hendaknya diajarkan kepada para maha- siswa keperawatan dalam
melakukan tindakan keperawatan pada pasien hipertensi dengan melihat sumber daya yang ada
di masyarakat seperti dengan terapi relaksasi autogenik dan terapi akupresur.
Perlunya penelitian eksperimen pengga- bungan terapi relaksasi dan akupresur sebagai satu
kesatuan terapi dengan cara dikombinasikan.
REFERENSI

Anwar, S., Andriani, I. (2010). Analisa Hubungan Faktor Demografi dan Hipertensi Ter-
hadap Terjadinya Cedera Pada Lansia Di Posbindu Matahari RW 09 Kelurahan Kota
Baru Bekasi Barat. Jurnal Kedok- teran dan Kesehatan UMJ, Vol. 6, 107- 202.
Aziza, L. (2007). Hipertensi, the Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter
Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Bird, J. (2006). Autogenic Therapy, International Therapist Issue.

Corwin, E,J. (2009). Buku saku Patofisiologi.

Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pelatihan Akupresur untuk Petugas Kesehatan,
Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat kesehatan
Komunitas.

Dickinson, et al. (2008). Relaxation for the mana- gement of primary hypertension in adults:
a Cochrane review. Newcastle University, Institute of health and Society.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Semarang: www.dinkesjatengprov.go.id

Divine, J.G. (2012). Program Olahraga Tekanan Darah Tinggi Panduan untuk
mengatur olahraga dan medikasi mengobati hipertensi. Yogyakarta: PT Citra Aji
Parama.

Dwiyanti, Y. (2015). Pengaruh relaksasi autogenik dalam upaya penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi dengan pendekatan model teori adaptasi Roy. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan: Basic data analysis for health research
training. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Panduan Akupresur mandiri bagi Pekerja Di Tempat
Kerja.

Lin, G.H., et al .(2016). Effectiveness of Akupressure on the Taichong Acupoint in Lowering


Blood Pressure in Patients with Hypertension; A Randomized Clinical Trial.
Evidenced-Based Complemntary and Alternative Medicine. Hindawi Publishing
Corporation. http://dx.doi.org/ 10.1155/2016/1549658.

Majid, Y.A., Rini, P.S.( 2016). Terapi Akupresur Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman serta
Mampu Menurunkan Tekanan Darah Lansia. Palembang: STIKES Muhammadiyah
Palembang.

Mills, K.T., Bundy, J.D., Kelly, T.N., Reed, J. E., Kearney, P.M, Reynolds K, Chen, J., He,
J. (2016).Global Disparities of Hypertension Prevalence and Control.
https://doi.org/10.1161/CIRCULATION AHA.115.018912.

Muhrosin, Susilo, Novitasari. (2016). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah
pada Lansia Di Unit Pelayanan Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Ungaran: STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran.

Nuraini, B. (2015). Risk Faktors of Hypertension, J Majority Volume 4 No.5, Lampung:


Fakulty of Medicine University of Lampung

Nurarif, A.H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Ridwan, M. (2009). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Jakarta:


Pustaka Widyamara

Rodin, S. (2017). Autogenic Therapy: A powerful stress reduction technique, The Hale
Journal.

Sinta,S. (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Jakarta: Flash
Book.

Tentama, F. ( 2014). Dukungan Sosial Post- Traumatic Stress Disorder Pada Remaja
Penyintas Gunung Merapi. Jurnal Psikologi UNDIP, 133-138.

Snyder, M. Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapiesin Nursing.


Springer Publishing Company, LLC

Sumarno. (2013). Dampak Psikologis Pasca Trauma Akibat Erupsi Merapi, Yogyakarta:
Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Skripsi.

Sauders , S., Chairman. (2006). Autogenic Therapy: Short Term Therapy for Long Term
Gain, www.positivehealth.com

Wade, C. (2016). Mengatasi Hipertensi.


Bandung: Nuansa Cendekia.

Wahjudin. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC

Wicaksono, M.T.A., Aini, F., Haryani, S. (2016), Efektifitas Relaksasi Autogenic terhadap
tekanan darah pada lansia hipertensi di Puskesmas Lerep Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Stikes Ngudi Waluyo.

Mengetahui

Perceptor RS Harapan

Ririn Dwi F,S.Kep.,Ns

Anda mungkin juga menyukai