Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

Petunjuk:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Kirimkan (submiss) jawaban Anda langsung


melaui situs Tuton ini. Jawaban harus sudah terkirim (submitted) paling lambat tanggal 17
September 2017 pukul 24.00 WIB.

1. Ada tiga paham monoteis, yaitu Deisme, Panteisme, dan Ekletisme. Jelaskan bagaimana
pengaruh ketiga paham tersebut terhadap pemikiran manusia pada jaman modern ini?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan manusia sebagai khalifah. Lengkapi penjelasanmu
dengan kutipan ayat al-Quran yang relevan!

3. Menurut kodratnya manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia dibanding
makhluk lain. Berikan pendapatmu tentang hal itu disertai dengan argumen dan dalil yang tepat!

4. Bagaimana pandangan Islam tentang Hak Asasi Manusia. Jelaskan beserta contohnya!

5. Apa yang kamu ketahui tentang konsep masyarakat madani (civil society)? Bagaimana
prinsip-prinsip masyarakat madani tersebut?

Jawaban

1. Zaman sekarang banyak yang menyalahgunakan faham. Maka mereka akan memengaruhi
pemikiran manusia mengenai tuhan.. Mereka bisa bisa membuat tuhan sendiri demi apa
yaang mereka percaya.
2. Peranan manusia sebagai Khalifa

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama,
memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan
yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).

1. Memakmurkan Bumi

Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka
sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap
menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan
eksplorasi itu.

2. Memelihara Bumi

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu
merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya
manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam
itu perlu dihindari.

Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai
tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi.
Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi
sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).

Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara


bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang
dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk
berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad
SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat
kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya
dalam surat Al Isra ayat 4 yang Artinya

dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)

Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi
sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang
diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang Artinya:

dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)

3. Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia selama mereka dapat memanfaatkan
secara optimal tiga anugerah keistimewaan / kelebihan yang mereka miliki yakni, Spiritual,
Emotional, dan Intellectual dalam diri mereka sesuai misi dan visi penciptaan meraka.
Namun apabila terjadi penyimpangan misi dan visi hidup, mereka akan menjadi makhluk
paling hina, bahkan lebih hina dari binatang dan Iblis bilamana mereka kehilanan control
atas ketiga keistimewaan yang mereka miliki. Penyimpangan misi dan visi hidup akan
menyebabkan derajat manusia jatuh di Mata Tuhan Pencipta dan di dunia.

Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai.” (QS. Al A’raf : 179).
Mari kita luruskan misi dan visi hidup kita agar sesuai dengan kehendak Tuhan Pencipta
Allah SWT, semoga kita dapat tetap menjaga kemuliaan tersebut sehingga derajat kita tidak
dipandang rendah baik di Mata Tuhan maupun di antara makhluk ciptaan-Nya, aamiin.

4. Hak Asasi Manusia Dalam Islam

Sejak mula sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, islam telah meletakkan dasar
yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia adalah sama dan hanya dibedakan
dari sudut ketakwaannya; tidak ada paksaan dalam beragama; dan tidak boleh satu kaum
menghina kaum yang lain. Rasululah Muhammad SAW sendiri bersabda, bahwa ”setiap
manusia di lahirkan dalam keadaan suci.”

Landasan pijak keterkaitan dengan hak tersebut dalam islam dikenal melalui dua konsep;
yaitu hak manusia (haq alinsan) dan hak allah. Hak manusia itu bersfat relative sedangkan
hak allah adalah mutlak, tetapi antara kedua hak tersebut saling melandasi satu sama lain.

Contohnya Yaitu: Hak perlindungan terhadap akal pikiran


Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam perangkat hokum
yang sangat elementer, yakni tentng haramnya makan atau minum hal-hal yang dapat
merusak akal dan pikiran manusia.

5. Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil


society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan
dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis
ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah
orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat
politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara
historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke,
dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang
mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry
Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di
luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya
dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil
society di masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di
antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans;
gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society
mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan
masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini
Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka,
egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber
dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau
sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat
militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan
untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of
government and the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).

Prinsip-prinsip masyarakat madani.

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam


masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan


program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim
totaliter.

6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan


berbagai ragam perspektif.

8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang
mengatur kehidupan sosial.

9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun


secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.

11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh
Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak
lain yang berbeda tersebut.

12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap
ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia.

14. Berakhlak mulia.

Anda mungkin juga menyukai