PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. ……..
tentang penunjukan unit induk dan pembinaan teknis organisasi unit pelaksana teknis
taman nasional maka BTNW selaku unit pelaksana teknis (UPT) Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab selain kepada
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) sebagai induk
Organisasi (atasan langsung dan penangung jawab pelaksana tugas dan fungsi
organisasi), juga kepada Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (PHLHK) selaku pembinaan teknis yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
pencegahan, pengamanan hutan dan penegakan tindak pidana Kehutanan, Oleh karena
itu, Kegiatan pembangunan dan pengelolaan TNW sebagaimana yang tertuang di dalam
renstra BTNW selain mengacu pada Renstra Ditjen KSDAE Tahun 2015-2019, juga
mengacu pada Renstra Ditjen PHLHK.
SAKIP, adalah rangkaian instrument sistematik dari berbagai aktivitas dan produser
yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklasifikasian, dan pelaporan kinerja dalam rangka pertanggung jawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah: menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel,
sehingga dapat bekerja secara efesien, efektif, dan responsife terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya; mewujudkan transparansi instansi pemerintah;
mengakomodasi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional dan
mewejudkan terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Dengan menerapkan SAKIP, setiap instansi pemeritah diwajibkan membuat Rencana
Stratejik (RENGSTRA), Perjanjian Kinerja, Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan,Mengukur Capaian Kinerja, dan Laporan Kinerja Tahunan dan Evaluasi Kinerja.
Laporan Kinerja Tahunan BTNW Tahun 2015 mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor: 29 tahun 2014 (pasal 14, pasal 27, pasal 30), dan Peraturan Menteri
Pendayungan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 53 tahun 2014 tersebut
diatas, adalah memberikan gambaran capaian ukuran kemampuan dalam pencapaian visi,
misi dan tujuan oraganisasi serta sasaran yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Tahun 2015, sekaligus sebagai acuan untuk perbaikan kinerja BTNW ditahun yang akan
dating.
B. Kelembagaan
- Kepala balai
- Sub Bagian Tata Usaha ;
- Seksi pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Wangi-Wangi;
- Seksi pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Kaledupa;
- Seksi pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Tomia-Binongko;
Kelompok Jabatan fugsional (PEH, POLHUT, PENYULUH).
Adapun tugas pokok dari masing-masing eselon IV dan kelompok jabatan
fungsional pada Balai TN Wakatobi adalah sebagai berikut :
1. Sub bagian tata usaha, mempunyai tugas melakukan urusan Tata persuratan,
ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga
perencanaan, kerjasama, data dan informasi, pemantauan dan evaluasi, pelaporan,
serta kehumasan.
2. Seksi pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah I wangi-wang,i wilayah II
kaledupa, dan wilayah III Tomio_Binongko mempunyai tugas melakukan penyusunn
rencana dan aggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat , pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan lestari, pengamanan dan pengendalian penggunaan sumberdaya
kelautan, pemberantasan penebangan dan peredaran kayu (mangrove), tumbuhan
dan satwa liar secara ilegal, serta pengelolaan sarana prasarana, promosi, bina
wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, serta kerjasama di wilayah kerjanya.
1. Seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah I di Wangi wangi terbagi dalam 2 wilayah
Resort, yaitu Resort wangi-wangi dan resort matahora;
2. Seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah II di kaledupa terbagi dalam dua wilayah
Resort yaitu Resort kaledupa dan resort kaledupa Selatan;
3. Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah III di tomia terbagi dalam III wilayah
resort, yaitu resort Tomia, Resort Tomia Timur dan resort binongko.
C. Sumberdaya dan sarana pendukung
8) Shelter
Sarana prasara yang ada di Wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah
II, antara lain :
4) Pondok kerja 3 unit dan perlengkapannya (1 unit kondisi baik, 2 unit rusak
berat);
7) Peralatan selam;
8) Sarana komunikasi (SSB, HT, SKRT);
10) Dermaga;
Sarana dan Prasarana yang ada di Wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah III, antara lain :
8) Kendaraan roda 2;
Permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi oleh BTNW saat ini
sebagaimana disajikan pada tabel 2
Tabel 2: Permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi oleh BTNW saat
ini
BTNW Kerjasama
dengan BPKH
Wilayah XXII
Kendari telah di
lakukan rapat
pembahasan
dengan instansi
terkait (Bapeda
Prop. Sultra; Dinas
Kehutanan Prop.
Sultra; BIPHUT
Sultra; Dinas
Perikanan Prop.
Sultra; Bapeda
Kab. Wakatobi;
BTNW; BKSDA
Prop. Sultra; BPKH
Wilayah XXII
Kendari dan
Project-Leader
WWF Se-Sulawesi,
di Kantor BKSDA
Sultra di Kendari
pada tangal 2
Februari 2015)
BTNW telah
menyampaikan
hasil pembahasan
permasalahan ini
kepada Direktur
15BHL sesuai surat
Kabalai No.
S.343/BTNW-
1/Ren/2015 tgl 30
Maret 2015
Kewenangan
kepala BTNW
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Melakukan evaluasi
rutin dan
menyampaikan
hasilnya kepada
Dirjen KSDAE
melalui Direktorat
KK, koordinasi
dengan instansi
/pihak terkait
untuk
mendapatkan
masukan bagi
evaluasi fungsi
kawasan.
Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Dit KKBHL,
Bappeda Provinsi
Sulawesi Tenggar;
Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi
Tenggara; BIPHUT
Sulawesi Tenggar;
Dinas Perikanan
Provinsi Sulawesi
Tenggara; Bupati
Wakatobi, Bappeda
kabupaten
Wakatobi; Dinas
Pertania,
kehutanan,
peternakan dan
perkebunan
kabupaten
Wakatobi; Balai TN
Wakatobi; Balai
ksda Provinsi
Sulawesi
Tenggara; BPKH
Wilayah XXII
Kendari dan
Project-leader
WWF Se-Sulawesi
(mitra
kerja/pendukung).
Informasi
lainnya
Kesimpulan hasil
pembahasan
permasalahan luas
kawasan TNW
adalah sebagai
berikut:
Hasil Tata batas
TNWi seluas
1.387.994,82 Ha.
Total daratan
kepulauan
Wakatobi seluas
45.495,30 Ha
pulau-pulau yang
dipertahankan
menjadi kawasan
TNW seluas
1.582,30 Ha.
Hutan Lindung
(HL) seluas
9.973,25 Ha
Areal
penggunaan lain
(APL) seluas
33.940,21 Ha.
-Dengan
demikian setelah
dilakukan
rasionalisasi TNW
menjadi seluas
1.344,081,36 Ha.
2. Tumpang Evaluasi Peraturan Sama dengan No.1
tindih kawasan terpadu/sinkronisasi SK Menteri LHK
dengan Menteri kehutanan No: tentang
kabupaten 765/kpts-II/2002 tentang pengurangan luas
Wakatobi penetapan kawasan kawasan TNW
kepulauan Wakatobi dan yakni
perairan laut di sekitarnya mengeluarkan
seluas 13.90.000 Ha APL dan HL
sebagai TNW dan undang- sesuai SK
undang No.29 tentang 465/Menhut-
pembentukan Kabupaten II/2011 agar
Bombana, kabupaten tidak tumpang
Wakatobi dan Kabupaten tindih dengan
Kolaka Utara di provinsi kawasan Kab.
Sulawesi Tenggara Wakatobi
3. Perlindungan Melakukan peninjauan Revisi peraturan Progress /status
satwa kembali terhadap status terkait untuk permasalahan
dilindungi jenis-jenis satwa dilindungi penurunan status Masyarakat
yang yang ada di Taman dilindungi khusus Wakatobi yang
dimanfaatkan Nasional Wakatobi dan (TN Wakatobi) berada dalam
oleh pemanfaatannya dapat kawasan TNW, ±
masyarakat diatur melalui prinsip 92.995 jiwa dalam
konservasi yaitu 100
berdasarkan pada desa/kelurahan, 8
waktu/jumlah/lokasi/ukuran kecamatan, 1
(umur) tertentu, Selain Kabupaten (BPS
sebagai obyek wisata alam. Kabupaten
Wakatobi 2013),
hidupnya
bergantung pada
sumberdaya alam
laut TNW.
Beberapa jenis
sumber daya alam
tnw yang sering
dimanfaatkan oleh
masyarakat
Wakatobi namun
masuk dalam
daftar satwa
dilindungi berdasar
PP No. 9 tahun
1999, antara lain
yaitu kima, penyu,
ketam Kendari.
Jenis-jenis
dilindungi tersebut
di atas yang
dimanfaatkan oleh
masyarakat
Wakatobi, memiliki
nilai ekonomi
cukup tinggi, yang
apabila dikelola
dengan baik dapat
memberikan
peningkatan
pendapatan
masyarakat.
Namun dengan
status
perlindungan
terhadap satwa-
satwa tersebut,
pemantauan
terhadap
pemanfaatannya
sulit dilakukan,
bahkan seharusnya
perlu dilakukan
penegakan hukum
terhadap orang
yang
memanfaatkannya.
Kewenangan
kepala BTN W
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Kepala Balai hanya
sebatas
menyampaikan
permasalahan
kepada Dirjen
KSDAE cq
Direktorat KKH.
Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Dit KKH, LIPI,
Bappeda Sulawesi
Tenggara Dinas
Kehutanan Provinsi
Sulawesi
Tenggara; aDinas
Perikanaan Provinsi
Sulawesi
Tenggaara;
Bappeda
kabupaten
Wakatobi; Dinas
Pertanian,
kehutanan,
peternakan dan
perkebunan
kabupaten
Wakatobi; Balai
TN Wakatobi;
aBalai KSDA
Provinsi Sulawesi
Tenggara; dan
project Leader
WWF Se-Sulawesi
4. Penerapan PP Kementerian LHK melalui Revisi PP No 12 Progress/ status
No, 12 Tahun Dirjen KSDAE melakukan tahun 2014 permasalahan
2014 tentang sosialisasi ke Pemda dengan Pihak PT WDR
jenis dan tarif Wakatobi dan pihak terkait mengakomodir sebelumnya
atas jenis tentang implementasi PP masukan dari bersedia
PNBP yang No 12 tahun 2014 pemerintah membayar pnbp
berlaku pada daerah Wakatobi sesuai PP.59
Kementerian dan perlu adanya tahun 1998,
kehutanan bagi hasil dengan namun setelah
belum optimal, pemerintah berlakunya PP.12
Pemda daerah, dimana tahun 2014
Wakatobi Daerah pun tentang PNBP
belum memiliki Perda yang berlaku
sepenuhnya terkait retribusi pada Kemenhut,
mendukung masuk. pihak WDR pun
pemberlakuan merasa
PP tersebut keberatan
khususnya membayar karcis
terhadap tamu masuk bagi para
PT. Wakatobi pengunjungnya,
dive Resort karena dianggap
dan patuno terlalu
resort memberatkan.
Pemerintah
Kabupaten juga
memiliki Perda
terkait retribusi
masuk ya itu
Perda. No. 15
tahun 2013
tentang retribusi
tempat rekreasi
dan olahraga.
kepala Balai TN
Wakatobi telah
melaporkan
kepada Kapolres
dan kajari
Wakatobi untuk
melakukan
penegakan
hukum peraturan
undang-undang
No.20 tahun
1997 tentang
PNBP melalui
surat No.
S.457/BTNW-
1/Lin/2015
tanggal 25 Mei
2015.
Kewenangan
kepala BTNW
dalam
penyelesaian
permasalahan:
ka Balai memiliki
kewenangan untuk
meminta pihak
PT.WDR segera
membayar PNBP
sesuai PP.12 tahun
2014.
Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Ditjen KSDAE Cq,
Dit, PJLHK,
Pemda Walatobi
5. Penerapan PP Kementerian LHK melalui Revisi PP No.36 Progres/Status
No.36 tahun Dirjen KSDAE yang Tahun 2010 Permasalahan:
2010 tentang melakukan sosialisasi ke tentang Wakatobi dive
pengusahaan Pemda Wakatobi dan pihak Pengusahaan Resort telah
pariwisata terkait tentang PP No.36 Pariwisata Alam memiliki dermaga
alam di Suaka Tahun 2010 Di Suaka yang berada di
Margasatwa Margasatwa, wilayah kerja TN
Taman Taman Nasional, Wakatobi. Namun
Nasional, Taman Hutan hingga saat ini,
taman hutan Raya, dan taman belum memiliki izin
raya dan Wisata Alam agar usaha penyediaan
taman wisata mengakomodir sarana wisata
alam di TN lebih jauh alam.
belum dapat pemerintah kami telah mendor
optimal daerah KSDAE untuk
dilaksanakan Khususnya terkait segera mengurus
khususnya perjanjian. IUPSWA, namun
pada PT hingga saat ini
Wakatobi dive pihak PT. WDR
Resort tanggapan nya
kurang positif dan
terkesan
mengabaikan
arahan kami.
Kewenangan
kepala BTNW
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Ka Balai memiliki
kewenangan untuk
meminta pihak
PT.WDR segera
mengurus IUPSWA
Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Ditjen KSDAE Cq.
Dit. PJLHK, Pemda
Wakatobi
Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
terkait;
Stakeholder terkait
Informasi
lainnya:
Telah dilaksanakan
rapat koordinai,
namun hasilnya
tidak dilaksanakan
Rapat koordinasi Surat keputusan Progres/Status
Permaslahan:
pengembangan pariwisata bersama/
- Penetapan TNW
harmonisasi sebagai Kawasan
Strategis
aturan yang ada
Pariwisata
pada Nasional (KSPN)
- penetapan TNW
Kementerian
sebagai destinasi
LHK, wisata
- penetapan TNW
Kementerian
sebagai
Pariwisata dan Kabupaten
- perizinan
Ekonomi kreatif,
pemanfaatan
Kemendagri dan ikan
Kementerian
Kewenangan
Kelautan dan kepala BTNW
dalam
Perikanan
penyelesaian
permasalahan:
Koordinasi
Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Stakeholder terkait
Informasi
lainnya:
- adanya Peraturan
daerah tentang
retribusi masuk
- adanya Peraturan
Bupati Wakatobi
tentang tata cara
perolehan dan
penggunaan
personal
identification
Number (PIN)
wisata selam di
objek wisata
bawah laut
kabupaten
Wakatobi
- adanya UU
perikanan
- adanya UU
pengelolaan
wilayah pesisir
dan pulau-pulau
kecil
- adanya
Destination
management
organization
(DMI)
- adanya forum
tata kelola
pariwisata (FTKP)