Anda di halaman 1dari 20

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. ……..
tentang penunjukan unit induk dan pembinaan teknis organisasi unit pelaksana teknis
taman nasional maka BTNW selaku unit pelaksana teknis (UPT) Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab selain kepada
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) sebagai induk
Organisasi (atasan langsung dan penangung jawab pelaksana tugas dan fungsi
organisasi), juga kepada Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (PHLHK) selaku pembinaan teknis yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
pencegahan, pengamanan hutan dan penegakan tindak pidana Kehutanan, Oleh karena
itu, Kegiatan pembangunan dan pengelolaan TNW sebagaimana yang tertuang di dalam
renstra BTNW selain mengacu pada Renstra Ditjen KSDAE Tahun 2015-2019, juga
mengacu pada Renstra Ditjen PHLHK.

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1


Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional,
maka Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan taman nasional berdarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut BTNW menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut :

- Penata zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan


kawasan taman nasional ;
pengelolaan kawasan taman nasional ;

- Penyidikan, perlindungan dan pengamanan, kawasan taman nasional ;

- Pengendalian kebakaran hutan;

- Promosi, informasi KSDAH & E promosi,

- Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan KSDA & E; kerjasama


pengembangan KSDAH & E serta pengembangan kemitraan;
- Pemberdayaan masyarkat sekitar kawasan taman nasional;

- Pengambangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan prawisata alam;

- Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Dalam upaya untuk menjawab permasalahan, tantangan dan issue strategis


pengelolaan BTNW lima tahun ke depan (2015-2019), maka sasaran dan Indikator kinerja
kegiatan (IKK) krgiatan pengelolaan TNW dijabarkan secara realistis dan jelas dengan
mengacu kepada Renstra Ditjen KSDAE yang terukur dan akan diimplementasikan melalui
kegiata kegiatan yang disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi BTNW untuk periode
lima tahun.

Sebagaimana diamanatkan dalam peraturan presiden Nomor: 29 tahun 2014 tentang


System Akuntabilitas kinerja Instansi pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayungan
Aparatur Negara Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 53 Tahun 2014 tentang
petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, PelaporanKinerja dan Tata Cara Reviu Atas laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, maka BTNW sebagai salah satu UPT lingkup Ditjen KSDAE
dan sebagai unsur penyelenggaraan negara, berkewajiban untuk
memepertanggungjawabkan pelaksanaaan tugas, fungsi dan peranannya dalam
pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang diemban berdasarkan perencanaan
startejik yang telah ditetapkan berupa laporan pertanggungjawaban yang mengambarkan
kinerja instansi pemerintah melalui Status Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah
(SAKIP). Hal ini merupakan salah satu alat pengukuran indikator pertanggungjawaban
instansi pemerintah dalam rangka reformasi birokrasi menuju pemerintah yang
profesional.

SAKIP, adalah rangkaian instrument sistematik dari berbagai aktivitas dan produser
yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklasifikasian, dan pelaporan kinerja dalam rangka pertanggung jawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah: menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel,
sehingga dapat bekerja secara efesien, efektif, dan responsife terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya; mewujudkan transparansi instansi pemerintah;
mengakomodasi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional dan
mewejudkan terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Dengan menerapkan SAKIP, setiap instansi pemeritah diwajibkan membuat Rencana
Stratejik (RENGSTRA), Perjanjian Kinerja, Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan,Mengukur Capaian Kinerja, dan Laporan Kinerja Tahunan dan Evaluasi Kinerja.

Laporan Kinerja Tahunan BTNW Tahun 2015 mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor: 29 tahun 2014 (pasal 14, pasal 27, pasal 30), dan Peraturan Menteri
Pendayungan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 53 tahun 2014 tersebut
diatas, adalah memberikan gambaran capaian ukuran kemampuan dalam pencapaian visi,
misi dan tujuan oraganisasi serta sasaran yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Tahun 2015, sekaligus sebagai acuan untuk perbaikan kinerja BTNW ditahun yang akan
dating.

Laporan Kinerja Tahunan BTNW tahun 2015, menyajikan uraian pengukuran,


menyajikan uraian pengukuran keluaran atau hasil kegiatan-kegiatan dari program
capaian sasaran Strategis, analisis capaian kinerja dan akuntabilitas keuangan dalam
keberhasilan didalam memenuhi target target yang telah direncanakan tahun 2014,
dalam rangka mewujudkan visi dan misi BTNW, analisis terhadap efesiensi penggunaan
sumberdaya anggaran, serta kendala kendala yag dihadapi dan langkah-langkah untuk
menanggulangi kendala-kendala yang dihadapi.

B. Kelembagaan

Berdasarkan peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1


Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis tama nasional,
maka Balai Taman Nasional Wakatobi yang saat ini berkedudukan di kota Baubau,
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan Balai TN Tipe A yan terdiri dari 1 eselon III, 4
rsrlon IV dan Kelompok Jabatan Fungsioal:

- Kepala balai
- Sub Bagian Tata Usaha ;
- Seksi pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Wangi-Wangi;
- Seksi pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Kaledupa;
- Seksi pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Tomia-Binongko;
Kelompok Jabatan fugsional (PEH, POLHUT, PENYULUH).
Adapun tugas pokok dari masing-masing eselon IV dan kelompok jabatan
fungsional pada Balai TN Wakatobi adalah sebagai berikut :
1. Sub bagian tata usaha, mempunyai tugas melakukan urusan Tata persuratan,
ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga
perencanaan, kerjasama, data dan informasi, pemantauan dan evaluasi, pelaporan,
serta kehumasan.
2. Seksi pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah I wangi-wang,i wilayah II
kaledupa, dan wilayah III Tomio_Binongko mempunyai tugas melakukan penyusunn
rencana dan aggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat , pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan lestari, pengamanan dan pengendalian penggunaan sumberdaya
kelautan, pemberantasan penebangan dan peredaran kayu (mangrove), tumbuhan
dan satwa liar secara ilegal, serta pengelolaan sarana prasarana, promosi, bina
wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, serta kerjasama di wilayah kerjanya.

3. Kelompok Jabatan Fungsional, mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan


tugas pokok dan fungsi jabatan fungsional masing_masing serta sesuai dengan
peraturan_perundangan yang berlaku Kelompok jabatan fungsional di Balai TN
Wakatobi terdiri dari

- Kelompok Polisi Kehutanan (POLHUT);

- Kelompok Pengendalian Ekosistem Hutan (PEH);

- Kelompok Penyuluh Kehutanan.

Dalam rangka optimalisasi pengelolaan kawasan TN Wakatobi makan telah dirintis


pengelolaan kawasan berbasis Resort melalui surat keputusan kepala Balai TN Wakatobi
Nomo: SK.20/BTNW-1/um/2011 tanggal 4 Januari 2011 tentang penetapan wilayah
kerja Resort lingkup Balai TN Wakatobi dan surat keputusan Balai TN Wakatobi Nomor:
SK.15/BTNW-1/Peg/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang penataan tugas personil Resort
lingkup Balai TN Wakatobi. Berdasarkan surat keputusan tersebut, susunan organisasi di
tingkat SPTN wilayah dikembangkan sebagai berikut:

1. Seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah I di Wangi wangi terbagi dalam 2 wilayah
Resort, yaitu Resort wangi-wangi dan resort matahora;
2. Seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah II di kaledupa terbagi dalam dua wilayah
Resort yaitu Resort kaledupa dan resort kaledupa Selatan;
3. Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah III di tomia terbagi dalam III wilayah
resort, yaitu resort Tomia, Resort Tomia Timur dan resort binongko.
C. Sumberdaya dan sarana pendukung

1. Kawasan Taman Nasional Wakatobi


Kawasan kepulauan Wakatobi dan perairan disekitarnya seluas ±1.390.000
Ha ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menhut No. 393/kpts-VI/1996,
tanggal 30 Juli 1996 dan telah ditetapkan berdasarkan SK Menhut No. 7651/kpts-
II/2002, tanggal 19 Agustus 2002, terdiri dari 4 (empat) pulau besar (P. Wangi
Wangi, P. Kaledupa, P. Tomio dan P. Binongko) yang terbagi menjadi 100
desa/kelurahan, 8 Kecamatan dalam wilayah administratif kabupaten Wakatobi
Provinsi Sulawesi Tenggara Taman Nasional Wakatobi (TNW) dikelola dengan sistem
zonasi, yang ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam No.149/IV-KK/2007 tanggal 23 Juli 2007, terdiri atas:
zona Inti Seluas ± 1.300 Ha (0,09%), zona perlindungan bahari seluas ± 36.450 Ha
(2,62%), zona pariwisata seluas ± 6.180 ha (0.44%), zona pemanfaatan lokal seluas
±_ 804 ha (57,84%), zona pemanfaatan umum seluas ± 495.700 Ha (35,66), dan
zona khusus daratan seluas ± 46.370 Ha (3,34%). Sebagai impelemtasi dari Surat
Menteri Kehutanan No. S.723/Menhut-IV/2005 tanggal 30 November 2005 hal
pengelolaan TNW yang ditunjukkan kepada Bupati Wakatobi yang isinya antara lain
menyebutkan bahwa RTRWK kabupaten Wakatobi hendaknya diselaraskan dengan
sistem zonasi TNW, sehingga Dirjen PHKA dan Bupati Wakatobi secara bersama
mengesahkan zonasi TNW (revisi 2007). Keikutsertaan Bupati Wakatobi dalam
pengesahan Zonasi TNW menjadi satu-satunya zonasi yang TN yang ada di
Indonesia yang pengesahannya juga dilakukan oleh pemerintah daerah (Bupati).

2. Sumber daya manusia


Jumlah pegawai di balai Taman Nasional Wakatobi sampai dengan Desember
2015 tercatat sebanyak 85 orang, yang terdiri dari 62 orang pegawai Negeri Sipil dan
23 orang pegawai kontrak. Adapun sebaran pegawai Balai TN Wakatobi disajikan
pada gambar 2.

3. Sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana penunjang penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pengelolaan TN Wakatobi yang telah dimiliki, antara lain:

a. Balai Taman Nasional Wakatobi di bau-bau


Sarana prasarana yang ada di bau-bau, antara lain:

1) Kantor balai Taman Nasional Wakatobi (400 M2) berkedudukan di jalan


Dayanu Iksanuddin nomor 71 bau-bau Sulawesi Tenggara dan
perlengkapannya;
2) Sarana komunikasi (telepon, SSB, HT, RIG, Internet, SKRT);
3) Sarana transportasi (kendaraan roda 2 dan roda 4);
4) Pusat informasi (120 M2) dan perlengkapannya M2
5) Rumah dinas kepala Balai(120 M2) dan perlengkapannya;
6) Rumah dinas kepala Sub Bagian Tata Usaha (70 M2) dan perlengkapannya;
7) Mess Taman Nasional(120 M2)dan perlengkapannya;
8) Ruang kearsipan (70 M2) dan perlengkapannya;
9) Garasi mobil ( 4 unit) yang berada di 2 unit Kantor Balai, 1 unit di rumah
jabatan kepala Balai dan 1 unit di rumah jabatan Kasubag TU;
10) Garasi motor;
11) Peralatan dan perlengkapan selam;
12) Hanggar pesawat (1 unit).
b. Seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah I di wangi-wangi

Sarana prasarana yang ada di wilayah Seki pengelolaan Taman Nasional


wilayah I, antara lain:

1) Kantor Seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah (SPTNW) seluas 350 M2


pada tahun 2007 dan perlengkapannya;

2) Rumah dinas kepala SPTN (70 M2 ) dan perlengkapannya;

3) Syarat Polhut 2 (dua) unit masing-masing seluas 120 M2 dan


perlengkapannya;

4) Pagar keliling kantor SPTNW;

5) Pagar keliling rumah dinas kepala SPTNW dan Barak Polhut;

6) pondok kerja 1 unit dan perlengkapannya;

7) kantor Resort (70 M2);

8) Shelter

9) Sarana komunikasi (Telepon, SSB, HT, SKRT);


10) Kendaraan roda 2;

11) Kendaraan roda 4 (1 unit);

12) Spedboat (1unit);

13) Perahu kayu (1 unit);

14) Pesawat trike Aquila (1unit);

15) Peralatan selam;

16) peralatan dokumentasi( kamere, handycame);

17) Pos jaga terapug;

18) Marka zonasi;

19) Hanggar pesawat Trike Aquila (1 unit);

20) Jet ski, banana boat dan canor;

21) Peralatan monitoring/survey (GPS, Kompas, Telpon, Sateli dan lain-lain).

c. Seksi pengelolaan Taman Nasional Wailayah II di Kaledupa

Sarana prasara yang ada di Wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah
II, antara lain :

1) Kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTNW) seluas 350 M2


dan perlengkapannya;

2) Pagar keliling Kantor SPTNW II Kaledupa;

3) Guest House ( 240 M2) dan perlengkapannya;

4) Pondok kerja 3 unit dan perlengkapannya (1 unit kondisi baik, 2 unit rusak
berat);

5) Pos jaga 1 unit (Rusak Berat);

6) Pusat Pengunjung & perlengkapannya;

7) Peralatan selam;
8) Sarana komunikasi (SSB, HT, SKRT);

9) Sarana Transportasi (Speed boat, Kendaraan roda-2 dn roda-4);

10) Dermaga;

11) Shelter (rusak berat);

12) Peralatan Dokumentasi (Kamera);

13) Kapal Patroli (Mesin 30 PK) 1 unit (rusak berat);

14) Marka zonasi;

15) Rumah Dinas KSPTN (70 M2) dan perlengkapannya;

16) Barak Polhut (120 M2) dan perlengkapannya;

17) Peralatan Bina Cinta Alam.

d. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III di Tomio

Sarana dan Prasarana yang ada di Wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah III, antara lain :

1) Kantor SPTN seluas 350 M2 dan perlengkapannya;

2) Rumah dinas kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (70 M2);

3) Barak Polhut 2 uit dan perlengkapannya;

4) Pagar Keliling rumah dinas Kepala SPTN dan Kantor SPTN;

5) Pondok kerja 3 unit dan perlengkapannya (1 unit rusak berat);

6) Shetler (rusak berat);

7) Sarana dan Komunikasi (RIG, SSB, HT, SKRT);

8) Kendaraan roda 2;

9) Speed boat (2 Unit);

10) Perahu kayu (1 uit);

11) Jetsky (1 Unit);


12) Dermaga 1 buah;

13) Peralatan Dokumentasi (Kamera, dan handycam);

14) Kapal Patroli (Mesin 30 PK) 1 buah (rusak berat);

15) Peralatan Bina Cinta Alam;

16) Peralatan selam;

17) Marka zonasi.

Pada tahun 2015 terdapat penambahan nilai asset, BTNW sebesar


Rp.799,783,990," , dan pengurangan asset (penghapusan barang inventaris)
sebesar Rp.947,750,591," , sehingga total asset Balai TNW per 31 Desember
2015 sebesar Rp. 26,407,267,736," ,

D. Permasalahan utama (strategic issued)

Permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi oleh BTNW saat ini
sebagaimana disajikan pada tabel 2

Tabel 2: Permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi oleh BTNW saat
ini

No. Permasalahan Usulan Langkah-Langkah Kebutuhan


Strategis Tindak Lanjut Penyelesaian Regulasi Sebagai Keterangan
Solusi
1. Tumpang Evaluasi terpadu/ Peraturan Progres/Status
Tindih Sinkronisasi SK Menteri Menteri LHK Permasala-han:
Kawasan TNW Kehutanan No: 7651/Kpts- tentang Dasar utama
dengan Hutan II/2002 tentang penetapan Pengurangan permasalahan
Lindung dan kawasan kep. Wakatobi Luas Kawasan adalah adanya
Areal dan perairan Laut TNW yakni penunjukan
Pemanfaatan disekitarnya seluas mengeluarkan seluruh wilayah
Lainnya. 1.390.000 Ha sebagai TNW APL dan HL daratan dalam
dengan SK Menteri sesuai kawasan TNW
Kehutanan SK.465/Menhut- sebagai APL dan
No.SK.465/Menhut-II/2011 II/2011 HL sesuai SK
tanggal 9 Agustus 2011 Menteri Kehutanan
tentang Perubahan No.SK.465/Menhut-
peruntukan kawasan hutan II/2011 tgl 9
menjadi bukan kawasan Agustus 2011
Hutan seluas ± 110.105 tentang perubahan
(Seratus Sepuluh Ribu peruntukan
Seratus Lima) Hektar dan kawasan Hutan
perubahan Antara fungsi menjadi Bukan
kawasan Hutan seluas ± kawasan Hutan
115.111 (Seratus Lima seluas ± 110.105
Belas Ribu Seratus Sebelas) (Seratus Sepuluh
Hektar di Provinsi Sulawesi Ribu Seratus Lima)
Tenggara. Hektar dan
Perubahan Antar
Fungsi Kawasan
Hutan seluas
±115.111 (Seratus
Lima Belas Ribu
Seratus Sebelas)
Hektar di provinsi
Sulawesi Tenggara,
sementara
berdasarkan
manajemen zonasi
TNW Lokasi
tersebut
merupakan zona
khusus dan
sebagai zona inti.

BTNW Kerjasama
dengan BPKH
Wilayah XXII
Kendari telah di
lakukan rapat
pembahasan
dengan instansi
terkait (Bapeda
Prop. Sultra; Dinas
Kehutanan Prop.
Sultra; BIPHUT
Sultra; Dinas
Perikanan Prop.
Sultra; Bapeda
Kab. Wakatobi;
BTNW; BKSDA
Prop. Sultra; BPKH
Wilayah XXII
Kendari dan
Project-Leader
WWF Se-Sulawesi,
di Kantor BKSDA
Sultra di Kendari
pada tangal 2
Februari 2015)

BTNW telah
menyampaikan
hasil pembahasan
permasalahan ini
kepada Direktur
15BHL sesuai surat
Kabalai No.
S.343/BTNW-
1/Ren/2015 tgl 30
Maret 2015
Kewenangan
kepala BTNW
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Melakukan evaluasi
rutin dan
menyampaikan
hasilnya kepada
Dirjen KSDAE
melalui Direktorat
KK, koordinasi
dengan instansi
/pihak terkait
untuk
mendapatkan
masukan bagi
evaluasi fungsi
kawasan.

Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Dit KKBHL,
Bappeda Provinsi
Sulawesi Tenggar;
Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi
Tenggara; BIPHUT
Sulawesi Tenggar;
Dinas Perikanan
Provinsi Sulawesi
Tenggara; Bupati
Wakatobi, Bappeda
kabupaten
Wakatobi; Dinas
Pertania,
kehutanan,
peternakan dan
perkebunan
kabupaten
Wakatobi; Balai TN
Wakatobi; Balai
ksda Provinsi
Sulawesi
Tenggara; BPKH
Wilayah XXII
Kendari dan
Project-leader
WWF Se-Sulawesi
(mitra
kerja/pendukung).

Informasi
lainnya
Kesimpulan hasil
pembahasan
permasalahan luas
kawasan TNW
adalah sebagai
berikut:
 Hasil Tata batas
TNWi seluas
1.387.994,82 Ha.
 Total daratan
kepulauan
Wakatobi seluas
45.495,30 Ha
 pulau-pulau yang
dipertahankan
menjadi kawasan
TNW seluas
1.582,30 Ha.
 Hutan Lindung
(HL) seluas
9.973,25 Ha
 Areal
penggunaan lain
(APL) seluas
33.940,21 Ha.
 -Dengan
demikian setelah
dilakukan
rasionalisasi TNW
menjadi seluas
1.344,081,36 Ha.
2. Tumpang Evaluasi Peraturan Sama dengan No.1
tindih kawasan terpadu/sinkronisasi SK Menteri LHK
dengan Menteri kehutanan No: tentang
kabupaten 765/kpts-II/2002 tentang pengurangan luas
Wakatobi penetapan kawasan kawasan TNW
kepulauan Wakatobi dan yakni
perairan laut di sekitarnya mengeluarkan
seluas 13.90.000 Ha APL dan HL
sebagai TNW dan undang- sesuai SK
undang No.29 tentang 465/Menhut-
pembentukan Kabupaten II/2011 agar
Bombana, kabupaten tidak tumpang
Wakatobi dan Kabupaten tindih dengan
Kolaka Utara di provinsi kawasan Kab.
Sulawesi Tenggara Wakatobi
3. Perlindungan Melakukan peninjauan Revisi peraturan Progress /status
satwa kembali terhadap status terkait untuk permasalahan
dilindungi jenis-jenis satwa dilindungi penurunan status Masyarakat
yang yang ada di Taman dilindungi khusus Wakatobi yang
dimanfaatkan Nasional Wakatobi dan (TN Wakatobi) berada dalam
oleh pemanfaatannya dapat kawasan TNW, ±
masyarakat diatur melalui prinsip 92.995 jiwa dalam
konservasi yaitu 100
berdasarkan pada desa/kelurahan, 8
waktu/jumlah/lokasi/ukuran kecamatan, 1
(umur) tertentu, Selain Kabupaten (BPS
sebagai obyek wisata alam. Kabupaten
Wakatobi 2013),
hidupnya
bergantung pada
sumberdaya alam
laut TNW.
Beberapa jenis
sumber daya alam
tnw yang sering
dimanfaatkan oleh
masyarakat
Wakatobi namun
masuk dalam
daftar satwa
dilindungi berdasar
PP No. 9 tahun
1999, antara lain
yaitu kima, penyu,
ketam Kendari.
Jenis-jenis
dilindungi tersebut
di atas yang
dimanfaatkan oleh
masyarakat
Wakatobi, memiliki
nilai ekonomi
cukup tinggi, yang
apabila dikelola
dengan baik dapat
memberikan
peningkatan
pendapatan
masyarakat.
Namun dengan
status
perlindungan
terhadap satwa-
satwa tersebut,
pemantauan
terhadap
pemanfaatannya
sulit dilakukan,
bahkan seharusnya
perlu dilakukan
penegakan hukum
terhadap orang
yang
memanfaatkannya.

Kewenangan
kepala BTN W
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Kepala Balai hanya
sebatas
menyampaikan
permasalahan
kepada Dirjen
KSDAE cq
Direktorat KKH.

Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Dit KKH, LIPI,
Bappeda Sulawesi
Tenggara Dinas
Kehutanan Provinsi
Sulawesi
Tenggara; aDinas
Perikanaan Provinsi
Sulawesi
Tenggaara;
Bappeda
kabupaten
Wakatobi; Dinas
Pertanian,
kehutanan,
peternakan dan
perkebunan
kabupaten
Wakatobi; Balai
TN Wakatobi;
aBalai KSDA
Provinsi Sulawesi
Tenggara; dan
project Leader
WWF Se-Sulawesi
4. Penerapan PP Kementerian LHK melalui Revisi PP No 12 Progress/ status
No, 12 Tahun Dirjen KSDAE melakukan tahun 2014 permasalahan
2014 tentang sosialisasi ke Pemda dengan  Pihak PT WDR
jenis dan tarif Wakatobi dan pihak terkait mengakomodir sebelumnya
atas jenis tentang implementasi PP masukan dari bersedia
PNBP yang No 12 tahun 2014 pemerintah membayar pnbp
berlaku pada daerah Wakatobi sesuai PP.59
Kementerian dan perlu adanya tahun 1998,
kehutanan bagi hasil dengan namun setelah
belum optimal, pemerintah berlakunya PP.12
Pemda daerah, dimana tahun 2014
Wakatobi Daerah pun tentang PNBP
belum memiliki Perda yang berlaku
sepenuhnya terkait retribusi pada Kemenhut,
mendukung masuk. pihak WDR pun
pemberlakuan merasa
PP tersebut keberatan
khususnya membayar karcis
terhadap tamu masuk bagi para
PT. Wakatobi pengunjungnya,
dive Resort karena dianggap
dan patuno terlalu
resort memberatkan.

 Pemerintah
Kabupaten juga
memiliki Perda
terkait retribusi
masuk ya itu
Perda. No. 15
tahun 2013
tentang retribusi
tempat rekreasi
dan olahraga.
 kepala Balai TN
Wakatobi telah
melaporkan
kepada Kapolres
dan kajari
Wakatobi untuk
melakukan
penegakan
hukum peraturan
undang-undang
No.20 tahun
1997 tentang
PNBP melalui
surat No.
S.457/BTNW-
1/Lin/2015
tanggal 25 Mei
2015.

Kewenangan
kepala BTNW
dalam
penyelesaian
permasalahan:
ka Balai memiliki
kewenangan untuk
meminta pihak
PT.WDR segera
membayar PNBP
sesuai PP.12 tahun
2014.

Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Ditjen KSDAE Cq,
Dit, PJLHK,
Pemda Walatobi
5. Penerapan PP Kementerian LHK melalui Revisi PP No.36 Progres/Status
No.36 tahun Dirjen KSDAE yang Tahun 2010 Permasalahan:
2010 tentang melakukan sosialisasi ke tentang Wakatobi dive
pengusahaan Pemda Wakatobi dan pihak Pengusahaan Resort telah
pariwisata terkait tentang PP No.36 Pariwisata Alam memiliki dermaga
alam di Suaka Tahun 2010 Di Suaka yang berada di
Margasatwa Margasatwa, wilayah kerja TN
Taman Taman Nasional, Wakatobi. Namun
Nasional, Taman Hutan hingga saat ini,
taman hutan Raya, dan taman belum memiliki izin
raya dan Wisata Alam agar usaha penyediaan
taman wisata mengakomodir sarana wisata
alam di TN lebih jauh alam.
belum dapat pemerintah kami telah mendor
optimal daerah KSDAE untuk
dilaksanakan Khususnya terkait segera mengurus
khususnya perjanjian. IUPSWA, namun
pada PT hingga saat ini
Wakatobi dive pihak PT. WDR
Resort tanggapan nya
kurang positif dan
terkesan
mengabaikan
arahan kami.

Kewenangan
kepala BTNW
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Ka Balai memiliki
kewenangan untuk
meminta pihak
PT.WDR segera
mengurus IUPSWA

Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Ditjen KSDAE Cq.
Dit. PJLHK, Pemda
Wakatobi

Kurang  pengurangan luas  peraturan Progres/Status


kawasan TNW yakni Menteri LHK Permasalahan:
6. sinerginya
mengeluarkan pulau- tentang Didalam hal
kegiatan stake pulau yang telah pengurangan perizinan
berpenghuni/ telah luas kawasan penangkapan ikan
holder dalam
dibebani hak kepemilikan TNW di zona
pembangunan  Larangan ke Pemda  Penegasan dari pemanfaatan lokal
dan jurnal
TNW ( Prov/Kab untuk Menteri LHK
pemanfaatan
termasuk mengeluarkan izin usaha tentang umum sebelumnya
perizinannya di
masalah penangkapan biota laut kewenangan
Pemerintah
perijinan). di kawasan TNW Pemerintah kabupaten
Wakatobi ( Dinas
Daerah terkait
Perikanan dan
UU No.23 Tahun Kelautan), namun
dengan lahirnya
2014 khususnya
UU No.23 Tahun
di wilayah TNW 2014 tentang
Pemerintah
Daerah, maka
kewenangan
tersebut beralih ke
pemerintah
provinsi.
BTNW hingga saat
ini belum pernah
memberikan
pertimbangan
teknis kepada
pemerintah
kabupaten
Wakatobi dalam
perjanjian
penangkapan ikan
ataupun
pengangkutan
ikan.
Kewenangan
kepala Balai
dalam
penyelesaian
permasalahan:
Koordinasi

Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
terkait;
Stakeholder terkait

Informasi
lainnya:
Telah dilaksanakan
rapat koordinai,
namun hasilnya
tidak dilaksanakan
Rapat koordinasi Surat keputusan Progres/Status
Permaslahan:
pengembangan pariwisata bersama/
- Penetapan TNW
harmonisasi sebagai Kawasan
Strategis
aturan yang ada
Pariwisata
pada Nasional (KSPN)
- penetapan TNW
Kementerian
sebagai destinasi
LHK, wisata
- penetapan TNW
Kementerian
sebagai
Pariwisata dan Kabupaten
- perizinan
Ekonomi kreatif,
pemanfaatan
Kemendagri dan ikan
Kementerian
Kewenangan
Kelautan dan kepala BTNW
dalam
Perikanan
penyelesaian
permasalahan:
Koordinasi

Instansi yang
harus terlibat
dalam
penyelesaian
masalah:
Stakeholder terkait
Informasi
lainnya:
- adanya Peraturan
daerah tentang
retribusi masuk
- adanya Peraturan
Bupati Wakatobi
tentang tata cara
perolehan dan
penggunaan
personal
identification
Number (PIN)
wisata selam di
objek wisata
bawah laut
kabupaten
Wakatobi
- adanya UU
perikanan
- adanya UU
pengelolaan
wilayah pesisir
dan pulau-pulau
kecil
- adanya
Destination
management
organization
(DMI)
- adanya forum
tata kelola
pariwisata (FTKP)

Anda mungkin juga menyukai