Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang
valid (sah) serta argumen yang akurat.
Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap
apa yang drkritisi.Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah secara damai.Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat
berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah dilakukan dengan damai
bukan kekerasan.
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orangorang yang berakal, yaitu orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan
memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.
Dalam hadis ini Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas
adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga
kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat
dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat.
Di dalam al-Quran terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap
demokratis, tentang musyawarah dan toleransi dalam perbedaan.
Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah Swt. lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt. menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” Q.S. ali-Imran/3:159
Makna Surat Ali Imran/3:159
Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya
pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam Perang Uhud sehingga
menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut
dan tidak marah terhadap para pelanggar. Bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk
mereka. Seandainya Rasulullah saw. bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada
beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang
berbuat salah serta memohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan
mereka.
2. Menyajikan Hadits Tentang Demokrasi Beserta Penjelasannya
HR. at-Tirmizi
Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih sering
bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw.” [HR. at-Tirmizi].
Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para sahabat, Rasulullah saw.
adalah orang yang paling suka bermusyawarah. Dalam hal urusan penting, beliau senantiasa
melibatkan para sahabat untuk dimintai pendapatnya, seperti dalam urusan strategi perang. Sikap
Rasulullah saw. tersebut menunjukkan salah satu bentukkebesaran jiwa beliau dan kerendahan
hatinya (tawadhu’), meskipun memiliki status sosial paling tinggi dibanding seluruh umat
manusia, yaitu sebagai utusan Allah Swt. Namun demikian,kedudukannya yang begitu mulia di
sisi Allah Swt. itu sama sekali tidak membuatnya merasa “paling benar” dalam urusan
kemanusiaan yang terkait dengan masalah ijtihadiy (dapat dipikirkan dan dimusyawarahkan
karena bukan wahyu),padahal dapat saja Rasulullah saw. memaksakan pendapat beliau kepada
para sahabat, dansahabat tentu akan menurut saja. Tetapi itulah Rasulullah saw. manusia agung
yang tawadhu’ dan bijaksana.
C. Keterkaitan antara Demokrasi dengan Sikap Tidak Memaksakan Kehendak sesuai Pesan
Q.S. Āli-Imrān/3:159 dan Hadis Terkait
2. Mohammad Iqbal
MenurutMohammad Iqbal demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama.Parlemen sebagai salah satu pilar
demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau
anggotanya menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model
demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual.
Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh
etik dan moral ketuhanansebagai berikut ;
a. Tauhid sebagai landasan asasi.
b. Kepatuhan pada hukum.
c. Toleransi sesama warga.
d. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.
e. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.
3. Muhammad Imarah
Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan
hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan
tersebut merupakan wewenang Allah Swt.. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi.
Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang
digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah Swt.. Jadi,
Allah Swt. berposisi sebagai alSyâri’ (legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh
(yang memahami dan menjabarkan hukum-Nya).
Sementara, dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang otoritas tersebut. Allah Swt.
berfirman: “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah Swt. Maha Suci Allah
Swt., Tuhan semesta alam”. (Q.S.al-A’râf/7:54)
4. Yusuf al-Qardhawi
Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal, misalnya sebagai berikut:
Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat seorang
kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh
akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak
seseorang menjadi imam salat yang tidak disukai oleh ma’mum di belakangnya
D. Manfaat Demokrasi
1. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
2. Masalah dapat segera terpecahkan
3. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
4. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
5. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
6. Adanya kebersamaan
7. Dapat mengambil kesimpulan yang benar
8. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
9. Menghindari celaan
10. Menciptakan stabilitas emosi
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua,
terutama ibunya yang telah mengandung, melahirkan, dan merawatnya dengan penuh kasih.
Seorang Da’I dituntut untuk arif dalam menentukan materi dan metode dakwahnya, termasuk
adab-adab berdakwah, sehingga tidak terjadi hal-hal negatif dalam penyampaian nasihat-
nasihatnya.
Nasihat harus disampaikan dengan baik, mempermudah dan tidak menyulitkan,
menentramkan dan menyejukkan, menghargai perbedaan, toleran, dan tidak menghina satu sama
lainnya.
Materi dakwah yang harus diprioritaskan sebelum menyampaikan materi-materi lain adalah
ajakan untuk bersaksi tentang ke-Esaan Allah SWT dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Artinya:
13. "Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
Isi kandungan Q.S. Luqman (31) : 13-14 :
1. Mengedepankan strategi yang handal dalam berdakwah, ajakan, dan menasihati pihak lain
apalagi terhadap non Muslim.
2. Strategi dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah dengan santun, sabar, sejuk,
menentramkan dan tidak menyebebkan pihak lain lari dan semakin antipati pada ajaran
Islam.
3. Tentang larangan menyekutukan Allah SWT dengan apapun, dan penegasan bahwa syirik itu
merupakan kezaliman yang sangat besar.
4. Pentingnya memberi pengarahan, bimbingan dan nasihat yang baik.
5. Berikhtiar dalam menyampaikan nasihat dakwah.
6. Setelah menyampaikan ajaran tauhid sebagai dasar keimanan dan mereka menerimanya,
materi selanjutnya adalah ajakan untuk mengabdi kepada Allah SWT dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
7. .