Anda di halaman 1dari 8

BERPIKIR KRITIS

A. Apa Itu “Berpikir Kritis” ?

Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang
valid (sah) serta argumen yang akurat.
Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap
apa yang drkritisi.Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah secara damai.Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat
berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah dilakukan dengan damai
bukan kekerasan.

B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Ali-Imran/3:190-191 serta Hadis tentang


Berfikir Kritis

1. Ayat al-Quran dan Terjemahannya yang Mengandung Perintah Berpikir Kritis.


Q.S. Ali 'Imran/3:190-191

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orangorang yang berakal, yaitu orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan
memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.

Makna Surat Ali Imran


 ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Yakni orang-orang yang berakal.
Orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau memperhatikan alam. Orang-orang yang
kritis.
 Ayat 191 ini menjelaskannya. Bahwa ulul albab adalah orang yang banyak berdzikir dan
bertafakkur. Ia berdzikir dalam segala kondisi baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga
mentafakkuri (memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa Allah
menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada Allah, memohon
perlindungan dari siksa neraka.
2. Menyajikan Hadis Tentang Berpikir Kritis Beserta Penjelasannya

HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan


Artinya: Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang
yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk
kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti
hawa nafsunya dan berharapkepada Allah Swt. dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan
beliau berkata: Hadis Hasan).

Dalam hadis ini Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas
adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga
kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat
dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat.

C.Manfaat Berpikir Kritis


Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. Dalam mengembangkan IPTEK.
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.

D. Menerapkan Perilaku Mulia


Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir
kritis berdasarkan ayat al-Qur'an dan hadis di atas yaitu sebagai berikut.
1. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat.
2. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia.
3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Quran secara lebih mendalam bersama para
pakar di
bidang masing-masing.
4. Menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai inspirasi dalam melakukan penelitianpenelitian ilmiah
untuk
mengungkap misteri penciptaan alam.
5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan
IPTEK.
DEMOKRASI
A. Apa Itu “Demokrasi dan Syura” ?
1. Demokrasi
Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata, yaitu “demos” yang berarti
rakyat dan “cratos”yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata demokrasi ini dapat ditinjau dari
dua segi makna.
 Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik
pemerintah.
 Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hak-hak dan kemampuan
individu dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Ali-Imran/3:159 serta Hadis tentang
Demokrasi

Di dalam al-Quran terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap
demokratis, tentang musyawarah dan toleransi dalam perbedaan.

1. Ayat al-Quran dan Terjemahannya yang Mengandung Perintah Berpikir Kritis.


Q.S. Ali 'Imran/3:159

Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah Swt. lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt. menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” Q.S. ali-Imran/3:159
Makna Surat Ali Imran/3:159
Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya
pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam Perang Uhud sehingga
menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut
dan tidak marah terhadap para pelanggar. Bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk
mereka. Seandainya Rasulullah saw. bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada
beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang
berbuat salah serta memohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan
mereka.
2. Menyajikan Hadits Tentang Demokrasi Beserta Penjelasannya
HR. at-Tirmizi

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih sering
bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw.” [HR. at-Tirmizi].
Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para sahabat, Rasulullah saw.
adalah orang yang paling suka bermusyawarah. Dalam hal urusan penting, beliau senantiasa
melibatkan para sahabat untuk dimintai pendapatnya, seperti dalam urusan strategi perang. Sikap
Rasulullah saw. tersebut menunjukkan salah satu bentukkebesaran jiwa beliau dan kerendahan
hatinya (tawadhu’), meskipun memiliki status sosial paling tinggi dibanding seluruh umat
manusia, yaitu sebagai utusan Allah Swt. Namun demikian,kedudukannya yang begitu mulia di
sisi Allah Swt. itu sama sekali tidak membuatnya merasa “paling benar” dalam urusan
kemanusiaan yang terkait dengan masalah ijtihadiy (dapat dipikirkan dan dimusyawarahkan
karena bukan wahyu),padahal dapat saja Rasulullah saw. memaksakan pendapat beliau kepada
para sahabat, dansahabat tentu akan menurut saja. Tetapi itulah Rasulullah saw. manusia agung
yang tawadhu’ dan bijaksana.

C. Keterkaitan antara Demokrasi dengan Sikap Tidak Memaksakan Kehendak sesuai Pesan
Q.S. Āli-Imrān/3:159 dan Hadis Terkait

Demokrasi memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyat. Namun demikian, dalam


pandangan para ulama/cendekiawan muslim tentang demokrasi terbagi menjadi dua pandangan
utama, yaitu; pertama menolak sepenuhnya, dan kedua menerima dengan syarat tertentu. Berikut
pandangan para ulama yang mewakili kedua pendapat tersebut.

1. Abul A’la Al-Maududi


Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnyademokrasi adalah buatan
manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama, sehingga cenderung sekuler.
Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang bersifat
syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan).

2. Mohammad Iqbal
MenurutMohammad Iqbal demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama.Parlemen sebagai salah satu pilar
demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau
anggotanya menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model
demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual.
Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh
etik dan moral ketuhanansebagai berikut ;
a. Tauhid sebagai landasan asasi.
b. Kepatuhan pada hukum.
c. Toleransi sesama warga.
d. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.
e. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.

3. Muhammad Imarah
Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan
hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan
tersebut merupakan wewenang Allah Swt.. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi.
Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang
digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah Swt.. Jadi,
Allah Swt. berposisi sebagai alSyâri’ (legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh
(yang memahami dan menjabarkan hukum-Nya).

Sementara, dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang otoritas tersebut. Allah Swt.
berfirman: “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah Swt. Maha Suci Allah
Swt., Tuhan semesta alam”. (Q.S.al-A’râf/7:54)

4. Yusuf al-Qardhawi
Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal, misalnya sebagai berikut:
Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat seorang
kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh
akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak
seseorang menjadi imam salat yang tidak disukai oleh ma’mum di belakangnya

5. Salim Ali al-Bahasnawi


Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak
bertentangan dengan Islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik
demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara,
sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang dapat mengarah pada sikap
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Karena itu, ia menawarkan adanya Islamisasi demokrasi sebagai berikut:
a. Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah Swt..
b. Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.
c. Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam al-quran
dan Sunnah (Q.S. an-Nisa/4:59) dan (Q.S. al-Ahzab/33:36).
d. Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan jabatan, sehingga hanya yang bermoral
yang duduk di parlemen.

D. Manfaat Demokrasi
1. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
2. Masalah dapat segera terpecahkan
3. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
4. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
5. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
6. Adanya kebersamaan
7. Dapat mengambil kesimpulan yang benar
8. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
9. Menghindari celaan
10. Menciptakan stabilitas emosi

E. Menerapkan Perilaku Mulia

Bersikap Demokratis sesuai Pesan Q.S.ali-Imran/3:159 dengan cara menerapkan perilaku


demokratis, antara lain sebagai berikut.
1. Bersikap lemah lembut jika hendak menyampaikan pendapat (tidak berkata kasar ataupun
bersikap keras kepala).
2. Menghargai pendapat orang lain.
3. Berlapang dada untuk saling memaafkan.
4. Memohonkan ampun untuk saudara-saudara yang bersalah.
5. Menerima keputusan bersama (hasil musyawarah) dengan ikhlas.
6. Melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah dengan tawakal
7. Senantiasa bermusyarawarah tentang hal-hal yang menyangkut kemaslahatan bersama.
8. Menolak segala bentuk diskriminasi atas nama apapun.
9. Berperan aktif dalam bidang politik sebagai bentuk partisipasi dalam membangun bangsa.
SALING MENASIHATI DENGAN SANTUN

Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua,
terutama ibunya yang telah mengandung, melahirkan, dan merawatnya dengan penuh kasih.
Seorang Da’I dituntut untuk arif dalam menentukan materi dan metode dakwahnya, termasuk
adab-adab berdakwah, sehingga tidak terjadi hal-hal negatif dalam penyampaian nasihat-
nasihatnya.
Nasihat harus disampaikan dengan baik, mempermudah dan tidak menyulitkan,
menentramkan dan menyejukkan, menghargai perbedaan, toleran, dan tidak menghina satu sama
lainnya.
Materi dakwah yang harus diprioritaskan sebelum menyampaikan materi-materi lain adalah
ajakan untuk bersaksi tentang ke-Esaan Allah SWT dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Artinya:
13. "Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
Isi kandungan Q.S. Luqman (31) : 13-14 :
1. Mengedepankan strategi yang handal dalam berdakwah, ajakan, dan menasihati pihak lain
apalagi terhadap non Muslim.
2. Strategi dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah dengan santun, sabar, sejuk,
menentramkan dan tidak menyebebkan pihak lain lari dan semakin antipati pada ajaran
Islam.
3. Tentang larangan menyekutukan Allah SWT dengan apapun, dan penegasan bahwa syirik itu
merupakan kezaliman yang sangat besar.
4. Pentingnya memberi pengarahan, bimbingan dan nasihat yang baik.
5. Berikhtiar dalam menyampaikan nasihat dakwah.
6. Setelah menyampaikan ajaran tauhid sebagai dasar keimanan dan mereka menerimanya,
materi selanjutnya adalah ajakan untuk mengabdi kepada Allah SWT dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
7. .

Sikap yang mencerminkan Q.S. Luqman (31) : 13-14:


1. Nasihat harus dilakukan dengan tutur kata yang santun, menentramkan, menyejukkan, tidak
mengabaikan ketegasan dan kedalaman nasihat yang disampaikan.
2. Meneladani ketulusan Luqman dalam membina generasi penerus.
3. Menjadikan rumah kita sebagai tempat menanamkan nilai-nilai akahlak.
4. Menjauhi perilaku syirik dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Selalu bersyukur kepada Allah
SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Hikmah dan Manfaat Nasihat:
1. Terwujudnya saling peduli di antara sesama muslim dengan adanya saling menasihati dan
mengingatkan.
2. Terbiasa berlapang dada ketika mendapat nasihat dari orang lain yang menyangkut
kekurangan diri.
3. Terbiasa bersikap, bertutur kata, dan berperilaku sopan santun kepada sesama.
4. Terbiasa bersikap toleran ketika melihat perbedaan.
5. Terwujudnya lingkungan yang jauh dari kemaksiatan dan penyakit sosial.
6. Terwujudnya ketenteraman dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai